BAB 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup
BAB 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup
BAB 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup
tujuan
untuk
menghasilkan
pembangunan
berkelanjutan,
yaitu
berwawasan lingkungan.
Lingkungan
menurut
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia,
Lingkungan
Hidup
dan
Pembangunan
Nasional
yang
pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan
dan pengendalian
lingkungan hidup (Pasal 1 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1997). Lebih lanjut
dikatakan dalam Pasal 3 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997,
bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggerakan dengan asas
tanggungjawab, asas keberlanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang maha Esa.
Dan yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan hidup ini adalah (Pasal 4
UUPLH No. 23 Tahun 1997) :
1. Tercapainya keselarasan dan keseimbangan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya.
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
3.
4.
5.
6.
3.
kelestarian
lingkungan
hidup
perlu
diusahakan
dengan
Kerusakan
ditemukan bakteri Escherichia Coli dan logam berat yang melebihi ambang
batas.
7. Kualitas udara, khususnya di kota-kota besar, semakin menurun. Kualitas
udara di 10 kota besar Indonesia cukup mengkhawatirkan, dan di enam kota
diantaranya, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi, dan Pekan
Baru dalam satu tahun hanya dinikmati udara bersih selama 22 sampai 62 hari
saja. Senyawa yang perlu mendapat perhatian serius adalah partikulat (PM10),
karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NOx). Pencemaran udara
utamanya disebabkan oleh gas buang kendaraan dan industri, kebakaran hutan,
dan kurangnya tutupan hijau di perkotaan. Hal ini juga diperburuk oleh
kualitas atmosfer global yang menurun karena rusaknya lapisan ozon di
stratosfer akibat akumulasi senyawa kimia seperti chlorofluorocarbons
(CFCs), halon, carbon tetrachloride, methyl bromide yang biasa digunakan
sebagai refrigerant mesin penyejuk udara, lemari es, spray, dan foam.
Senyawa-senyawa tersebut merupakan bahan perusak ozon (BPO) atau ODS
(ozone depleting substances). Indonesia terikat Montreal Protocol dan Kyoto
Protocol yang telah diratifikasi untuk ikut serta mengurangi penggunaan BPO
tersebut, namun demikian sulit dilaksanakan karena bahan penggantinya
masih langka dan harganya relatif mahal.
Selain permasalahan tersebut di atas, juga terdapat berbagai permasalahan
lain yang pada akhir-akhir ini justru sangat menonjol, termasuk masalah-masalah
sebagai dampak dari bencana dan permasalahan lingkungan lainnya yang terjadi
karena fenomena alam yang bersifat musiman.
1. Sistem
pengelolaan
hutan
secara
berkelanjutan
belum
optimal
perundang-undangan,
menjadi
berbeda-beda
penafsirannya.
badan-badan air akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan industri juga
memerlukan upaya pengelolaan limbah cair yang terpadu antar sector terkait.
Semakin tingginya intensitas kegiatan industri dan pergerakan penduduk
menjadi pemicu memburuknya kualitas udara, terutama di perkotaan.
Pengaturan mengenai sistem pengelolaan dan pengendalian gas buang (emisi),
baik industri maupun transportasi diperlukan sebagai upaya peningkatan
perbaikan kualitas udara. Selain itu, limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
yang berasal dari rumah sakit, industri, pertambangan, dan permukiman juga
belum dikelola secara serius. Walaupun Indonesia telah meratifikasi Basel
Convention, saat ini hanya ada satu fasilitas pengolahan limbah B3 yang
dikelola swasta di Cibinong. Tingginya biaya, rumitnya pengelolaan B3, serta
rendahnya pemahaman masyarakat menjadi kendala tersendiri dalam upaya
mengurangi dampak negatif limbah terutama limbah B3 terhadap lingkungan.
12. Adaptasi kebijakan terhadap perubahan iklim (climate change) dan
pemanasan global (global warming) belum dilaksanakan. Fenomena
kekeringan (El Nio) dan banjir (La Nia) yang terjadi secara luas sejak tahun
1990-an membuktikan adanya perubahan iklim global. Dibandingkan 150
tahun lalu, suhu rata-rata permukaan bumi kini meningkat 0,6 C akibat emisi
gas rumah kaca (greenhouse gases) seperti CO 2 , CH 4 , dan NOx dari
negara-negara industri maju. Sampai tahun 2100 mendatang suhu rata-rata
permukaan bumi diperkirakan akan naik lagi sebesar 1,4-5,8 C.
Keseimbangan lingkungan global terganggu, glacier dan lapisan es di kutub
mencair, permukaan laut naik, dan iklim global berubah. Indonesia, sebagai
negara kepulauan di daerah tropis, pasti terkena dampaknya. Oleh karena itu
adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut mutlak dilakukan, khususnya yang
terkait
dengan
strategi
pembangunan
sektor
kesehatan,
pertanian,
belum
dipahami
dan
diterapkan
dalam
daerah.
pengarusutamaan
Untuk
memberikan
prinsip-prinsip
penguatan
pembangunan
sebagai
upaya
berkelanjutan
maka
pemeliharaan
secara
seimbang,
yaitu
menguntungkan
secara
ekonomi
2.
3.
daerah;
Meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan
4.
5.
pembangunan;
Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup baik di tingkat
kegiatan
7.
hidup; dan
Meningkatkan penyebaran data dan informasi lingkungan, termasuk informasi
wilayah-wilayah rentan dan rawan bencana lingkungan dan informasi
kewaspadaan dini terhadap bencana.
1.5 Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas
tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
Keikutsertaan
masyarakat
dalam
pengelolaan
lingkungan
hidup
hidup yang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui
masyarakat, seperti dokumen AMDAL. Laporan dan evaluasi hasil pemantauan
lingkungan hidup, baik pemantauan panaatan maupun pemantauan perubahan
kuatlitas lingkungan hidup dan rencana tata ruang.
Di samping hak yang diberikan oleh undang-undang, subyek Hukum
(orang) juga dituntut untuk memenuhi beberapa kewajiban dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Kewajiban-kewajiban diatur pada Pasal 6 UUPLH, yaitu:
1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.
2. Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.
Kewajiban setiap orang tersebut di atas tidak terlepas dari kedudukannya
sebagai anggota masyarakat yang mencerminkan harkat manusia sebagai individu
dan mahluk sosial. Kewajiban tersebut mengandung makna bahwa setiap orang
turut berperanserta dalam upaya memelihara lingkungan hidup, misalnya
peranserta masyarakat dalam mengembangkan budaya bersih lingkungan hidup,
kegiatan penyuluhan dbimbingan di bidang lingkungan hidup.
1.6 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam
UUPLH pada Pasal 7. Masyarakat diberikan kesempatan yang sama dan seluasluasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta tersebut
dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan.
b. Menumbuh kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
c. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan
sosial,
d. Memberikan saran pendapat
e. Menyampaikan informasi dan atau menyampaikan laporan.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup menjadi
semakin penting setelah disepakati dan dikukuhkannya landasan institusi global
Transisi ADA (Atur Dan Awasi) ke ADS (Atur Diri Sendiri) hendaknya
dimulai dengan mengimplentasikan peraturan perundang-undangan yang telah ada
dalam UUPLH. Hal itu dilakukan misalnya dengan mengoptimalkan peranan
orang (Pasal 5 ayat 3) dan masyarakat (Pasal 7 ayat (1) dan (2)) dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Bila perlu harus segera dilakukan perubahan
terhadap PP dan Kepmen yang membatasi atau kurang mengatur peranan
masyarakat secara eksplisit. Keputusan Kepala Bapedal No.8 Tahun 2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan kemajuan yang cukup berarti.
Keputusan ini seharusnya juga harus segera ditindaklanjuti dengan kebijakan
nyata dalam pengelolaan lingkungan hidup. Jenis-jenis participatory planning,
advocacy planning dan external monitoring sudah saatnya untuk diterapkan
melalui forum-forum yang lebih bersifat dialogis (misal dengan cara Public
Consultation and Disclosure Plan (PCDP)).. Hal ini ditempuh agar dapat
menguntungkan para pihak yang terkait (stakeholders). Perbedaan persepsi antara
pemerintah dengan masyarakat atau orang terkena dampak (OTD) harus
dijembatani dengan penuh kearifan.
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menggariskan bahwa bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian maka pendekatan
pembangunan yang tepat adalah pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) didasarkan pada visi yang dinamis. Terdapat beberapa alasan yang
mendorong pentingnya strategi pemberdayaan masyarakat ini, yaitu:
1. Konsekuensi OTDA dalam pengelolaan lingkungan hidup;
2. Menuju pada model pengelolaan lingkungan yang baik, harus ada integrasi
pemerintah, masyarakat (LSM, lembaga pendidikan, kelompok masyarakat
lain) dan dunia usaha.
3. Internalisasi agenda publik dalam kebijakan lingkungan.
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah harus memiliki kepekaan
untuk memperhatikan aspirasi yang masuk melalui lembaga-lembaga demokratis
dan jalur-jalur lainnya serta mempunyai kemampuan untuk melaksanakan Good
Environmental Governance pada tingkatnya masing-masing. Masyarakat
(individu, entitas dan system) secara bersama-sama harus terlibat dalam menjamin
terwujudnya GEG yang bercirikan: (1) partisipatif, (2) berorientasi pada
consensus, (3) transparan, (4) responsive, (5) aturan hukum, (6) kesetaraan dan
inklusif, (7) efektifitas dan efisiensi, dan (8) dapat dipertanggungjawabkan
(accountable).
Adapun bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat. dapat berupa:
a. Peningkatan kesadaran masyarakat atas pentingnya lingkungan yang baik dan
sehat;
b. Memberdayakan masyarakat untuk berani menuntut hak atas lingkungan yang
baik dan sehat
c. Menguatkan inisiatif masyarakat lokal dalam menjaga, memelihara dan
meningkatkan fungsi lingkungan, misalnya berperan serta dalam prose
pengambilan keputusan demi kesejahteraan dan kepentingan umum.
d. Menerapkan prinsip participatory dalam semua siklus proyek pengembangan
lingkungan hidup.
hidup
yang
meliputi
kebijaksanaan
penataan,
pemanfaatan,
DAFTAR PUSTAKA
[1].Fahmi,Sudi.2011. Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum No. 2 Vol.
18 April 2011: 212 228. Pekanbaru.
[2].Indonesia Policy Briefs.Mengelola Lingkungan Hidup
[3].Presiden Republik Indonesia. Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup. Bab 32.
[4].Santosa, Sigit.2005. Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Perhitungan Sumber Daya Alam: Upaya
[5].