Gangguan Nervus VII
Gangguan Nervus VII
Gangguan Nervus VII
I1A009011
I1A009067
I1A006098
Pembimbing
dr. Alex, Sp.THT-KL
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
BAB II. ISI ................................................................................................................ 3
2.1. Definisi. .......................................................................................................... 3
2.2. Epidemiologi. ................................................................................................. 3
2.3. Anatomi dan Fisiologi Nervus Fasialis. ..................................... 4
2.4. Etiologi. ...................................................................................... 11
2.5. Gejala dan Manifestasi Klinis... ................................................. 15
2.6. Klasifikasi Parese Fasialis... ....................................................... 18
2.7. Uji Diagnostik.. .......................................................................... 19
2.8. Pemeriksaan Penunjang... .......................................................... 26
2.9. Penatalaksanaan... ...................................................................... 28
2.10. Komplikasi. .................................................................................................. 31
BAB III. PENUTUP ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Saraf otak (nervus kranialis) adalah saraf perifer yang berpangkal pada
batang otak dan otak. Fungsinya sebagai sensorik, motorik dan khusus. Fungsi
khusus adalah fungsi yang bersifat panca indera, seperti penghidu, penglihatan,
pengecapan, pendengaran dan keseimbangan. Saraf otak terdiri atas 12 pasang,
saraf otak pertama langsung berhubungan dengan otak tanpa melalui batang otak,
saraf otak kedua sampai kedua belas semuanya berasal dari batang otak. Saraf
otak kedua dan ketiga berpangkal di mesensefalon, saraf otak keempat, lima,
enam dan tujuh berinduk di pons, dan saraf otak kedelapan sampai kedua belas
berasal dari medulla oblongata.1
Nervus kranialis ketujuh disebut juga nervus fasialis sebenarnya dominan
terdiri dari serabut motorik. Namun, pada perjalanannya ke tepi nervus
intermedius menggabung padanya. Nervus intermedius itu tersusun oleh serabut
sekremotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls
pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.1
Inti motorik nervus VII terletak di pons. Bagian inti motorik yang
mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari korteks motorik
kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat persarafan
dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Karenanya kerusakan sesisi pada upper
motor neuron dari nervus VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik)
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan
bagian atasnya tidak. Pada lesi lower motor neuron, semua gerakan otot wajah,
baik yang volunter, maupun involunter, lumpuh.2
Penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada saraf kranial misalnya
pada penyakit telinga. Menurut Shambough (2003) komplikasi OMSK terbagi
atas komplikasi intratemporal, komplikasi ekstratemporal dan komplikasi
intrakranial. Paresis nervus fasialis termasuk dalam komplikasi intratemporal.
Komplikasi akut dan kronik otitis media jarang terjadi tetapi serius dan bersifat
letal. Komplikasi kranial terjadi pada bagian tulang temporal kranium dan
komplikasi intrakranial terjadi ketika infeksi telah menyebar ke tulang temporal.3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kelumpuhan nervus fasialis (N VII) merupakan kelumpuhan otot-otot
wajah, tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien
tidak
simetris.
Hal
ini
tampak
sekali
ketika
pasien
diminta
untuk
Nervus fasialis yang sebenarnya: yaitu nervus fasialis yang murni untuk
mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus
bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.
2.
Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang lebih
tipis yang membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen somatis.
- Aferen otonom: mengantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga depan
lidah. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah dihantar melalui
saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum dan
kemudian ke nukleus traktus solitarius.
Gambar 2. Letak nucleus nervus fasialis dibatang otak dilihat dari dorsal
Inti motorik nervus VII terletak di pons. Serabutnya mengitari nervus VI,
dan keluar di bagian lateral pons. Nervus intermedius keluar di permukaan lateral
pons di antara nervus VII dan nervus VIII. Ketiga nervus ini bersama-sama
memasuki meatus akustikus internus. Di dalam meatus ini, saraf fasialis dan
intermediet berpisah dari saraf VIII dan terus ke lateral dalam kanalis fasialis,
kemudian ke atas ke tingkat ganglion genikulatum. Pada ujung akhir kanalis, saraf
fasialis meninggalkan kranium melalui foramen stilomastoideus. Dari titik ini,
serat motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan penyebaran itu, beberapa
melubangi glandula parotis.2,6
10
11
12
13
2. Infeksi
Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat
menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. Infeksi intracranial yang
menyebabkan kelumpuhan ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes
otikus.3
15
langsung mengenai dari nucleus nervus. VII dan VIII karena letaknya
yang tinggi.5
4. Trauma
Parese nervus fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika
terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal.
Selain itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga
bisa menjadi penyebab. Nervus fasialis pun dapat cedera pada operasi
mastoid, operasi neuroma akustik/neuralgia
kelenjar parotis.7
Kapasitas kembalinya fungsi dari paralisis nervus karena manipulasi bedah
adalah hal yang sangat penting. Contoh nyata paralisis nervus fasialis
disebabkan oleh pembedahan yang mengakibatkan perpindahan posisi
nervus. Sebagai contoh setelah operasi fossa infratemporal yang
memerlukan ekstensi transposisi dari nervus fasialis ekstratemporal, dalam
4- 6 minggu paralisis fasial sering terlihat. Hal ini merupakan manifestasi
adanya iskemia nervus dan manipulasi nervus secara mekanik.
Penyembuhan yang memerlukan waktu lama dapat disertai dengan
asimmetri dan sinkinesis.5
5. Gangguan Pembuluh Darah
Gangguan pembuluh darah yang dapat menyebabkan parese nervus fasialis
diantaranya thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri serebri
media.3
16
7. Penyakti-penyakit tertentu
Parese fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu,
misalnya DM, hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi,
infeksi telinga tengah, sindrom Guillian Barre.6
17
18
kapsula interna, talamus, mesensefalon dan pons di atas inti nervus VII. Dalam
hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu. Kelumpuhan nervus VII
supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis pseudobulber.2
19
20
semenjak
Penjelasan
Normal
II
Disfungsi ringan
Karakteristik
Fungsi fasial normal
Kelemahan yang sedikit yang terlihat pada inspeksi
dekat, bisa ada sedikit sinkinesis.
Pada istirahat simetri dan selaras.
Pergerakan dahi sedang sampai baik
Menutup mata dengan usaha yang minimal
Terdapat sedikit asimetris pada mulut jika
melakukan pergerakan
21
III
Disfungsi
sedang
IV
Disfungsi
sedang berat
Disfungsi berat
VI
Total parese
22
b. M. Sourcilier
c. M. Piramidalis
d. M. Orbikularis Okuli :
e. M. Zigomatikus
f. M. Relever Komunis :
diperiksa
dengan
cara
mulut
kedepan
memoncongkan
diperiksa
dengan
cara
diperiksa
dengan
cara
menyuruh
penderita bersiul
i. M. Triangularis
j. M. Mentalis
diperiksa
dengan
cara
23
Pada tiap gerakan dari ke 10 otot tersebut, kita bandingkan antara kanan
dan kiri :
a.
Untuk gerakan yang normal dan simetris dinilai dengan angka tiga
(3)
b.
c.
d.
Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan
mempunyai nilai tiga puluh ( 30 ).3
2. Tonus
Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot
menentukan terhadap kesempurnaan mimic / ekspresi muka. Freyss
menganggap penting akan fungsi tonus sehingga mengadakan penilaian
pada setiap tingkatan kelompok otot muka, bukan pada setiap otot.
Cawthorne mengemukakan bahwa tonus yang jelek memberikan
gambaran prognosis yang jelek. Penilaian tonus seluruhnya berjumlah
lima belas (15) yaitu seluruhnya terdapat lima tingkatan dikalikan tiga
untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat hipotonus maka nilai tersebut
dikurangi satu (-1) sampai minus dua (-2) pada setiap tingkatan
tergantung dari gradasinya.3
3. Gustometri
Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh n.
Korda timpani, salah satu cabang nervus fasialis.3 Kerusakan pada N
24
dilakukan
dengan
cara
penderita
disuruh
saliva
mayor
terdiri
atas
kelenjar
parotis,
25
26
27
8. Sinkinesis
Sinkinesis menetukan suatu komplikasi dari parese nervus
fasialis yang sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya
sinkinesis adalah sebagai berikut :3
a. Penderita diminta untuk memenjamkan mata kuat-kuat kemudian
kita melihat pergerakan otot-otot pada daerah sudut bibir atas.
Kalau pergerakan normal pada kedua sisi dinilai dengan angka dua
(2). Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih (hiper) dibandingkan
dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2),
tergantung dari gradasinya.
b. Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi,
kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah.
Penilaian seperti pada (a).
c. Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara
(gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot sekitar
mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau
pergerakan tidak simetris.
9. Hemispasme
Hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai
pada penyembuhan parese fasialis yang berat. Diperiksa dengan cara
penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti
mengedip-ngedipkan mata berulang-ulang maka bibir akan jelas
tampak gerakan otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata
28
Elektromiografi (EMG)
EMG sering kali dilakukan oleh bagian neurologi. Pemeriksaan ini
bermanfaat untuk menentukan perjalanan respons reinervasi pasien.
Pola EMG dapat diklasifikasikan sebagai respon normal, pola
denervasi, pola fibrilasi, atau suatu pola yang kacau yang
mengesankan suatu miopati atau neuropati. Namun, nilai suatu EMG
sangat terbatas kurang dari 21 hari setelah paralisis akut. Sebelum 21
hari, jika wajah tidak bergerak, EMG akan memperlihatkan potensial
denervasi. Potensial fibrilasi merupakan suatu tanda positif yang
29
Elektroneuronografi (ENOG)
ENOG memberi informasi lebih awal dibandingkan dengan EMG.
ENOG melakukan stimulasi pada satu titik dan pengukuran EMG
pada satu titik yang lebih distal dari saraf. Kecepatan hantaran saraf
dapat diperhitungkan. Bila terdapat reduksi 90% pada ENOG bila
dibandingkan dengan sisi lainnya dalam sepuluh hari, maka
kemungkinan sembuh juga berkurang secara bermakna. Fisch Eselin
melaporkan bahwa suatu penurunan sebesar 25 persen berakibat
penyembuhan tidak lengkap pada 88 persen pasien mereka, sementara
77 persen pasien yang mampu mempertahankan respons di atas angka
tersebut mengalami penyembuhan normal saraf fasialis.7
3.
30
besar arus hanya 25 persen dari arus yang digunakan pada sisi yang
normal. Bila dibandingkan setelah 10 hari, 92 persen penderita Bells
Palsy kembali dapat melakukan beberapa fungsi. Bila respon elektris
hilang, maka 100 persen akan mengalami pemulihan fungsi yang tidak
lengkap. Statistik menganjurkan bahwa bentuk pengujian yang paling
dapat diandalkan adalah uji fungsi saraf secara langsung.7
2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap parese nervus VII dapat dikelompokkan dalam 3 bagian :3,7,9
1. Pengobatan terhadap parese nervus fasialis
A. Fisioterapi
1. Heat Theraphy, Face Massage, Facial Excercise
Basahkan handuk dengan air panas, setelah itu handuk diperas dan
diletakkan dimuka hingga handuk mendingin. Kemudian pasien
diminta untuk memasase otot-otot wajah yang lumpuh terutama
daerah sekitar mata, mulut dan daerah tengah wajah.Masase
dilakukan dengan menggunakan krim wajah dan idealnya juga
dengan menggunakan alat penggetar listrik. Setelah itu pasien
diminta untuk berdiri didepan cermin dan melakukan beberapa
latihan wajah seperti mengangkat alis mata, memejamkan kedua
mata kuat-kuat, mengangkat dan mengerutkan hidung, bersiul,
31
B. Farmakologi
Obat-obatan yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan parese
nervus fasialis antara lain 8:
1. Asam Nikotinik
Pada parese nervus fasialis yang dikarenakan iskemiaAsam
nikotinik dan obat-obatan yang bekerja menghambat ganglion
simpatik servikal digunakan untuk memicu vasodilatasi sehingga
dapat meningkatkan suplai darah ke nervus fasialis.
2. Vasokonstriktor, Antimikroba
Obat ini diberikan pada kelumpuhan nervus fasialis yang
disebabkan oleh kompresi nervus fasialis pada kanal falopi. Obat
ini bekerja mengurangi bendungan , pembengkakkan, dan inflamasi
pada keadaan diatas.
3. Steroid
32
C. Pengobatan Psikofisikal
Akupuntur,
biofeedback,
dan
electromyographic
feedback
33
3.
34
2.10. Komplikasi
Setelah kelumpuhan fasial perifer, regenerasi saraf yang rusak, terutama
serat otonom dapat sebagian atau pada arah yang salah. Serat yang terlindung
mungkin memberikan akson baru yang tumbuh ke dalam bagian yang rusak.
Persarafan baru yang abnormal ini, dapat menjelaskan kontraktur atau sinkinesis
(gerakan yang berhubungan) dalam otot-otot mimik wajah 7.
Sindrom air mata buaya (refleks gastrolakrimalis paradoksikal) tampaknya
didasarkan oleh persarafan baru yang salah. Di perkirakan bahwa serat sekretoris
untuk kelenjar air liur tumbuh ke dalam selubung Schwann dari serat yang cedera
yang berdegenerasi dan pada asalnya serat tersebut bertanggung jawab untuk
glandula lakrimalis.7
2.11. Prognosis
Prognosis pasien tergantung dari tergantung pada kemampuan neuroplastisitas
derajat
kedalaman
lesi
pada
saraf
tersebut.
Neuroplastisitas adalah
35
plastisitas yang paling umum diakui adalah pembelajaran, memori, dan pemulihan
dari luka otak.
36
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. DR. Mahar Mardjono dan Prof. DR. Priguna Sidharta. 2008.
Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta.
2. SM. Lumbantobing. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2006.
3. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis
Perifer. In : Soepardi EA, Iskandar N editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit
FK-UI. 2007
4. Connor T, Perry C, Lannigan F. Complications of otitis media in
Indigenous and non-Indigenous children. Med J Aust 2009; 191 (9): 60.
5. K.J.Lee. Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery. III
Edition, Chapter 10 : Facial Nerve Paralysis, 2006.
6. Peter Duus. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta : Balai Pustaka.1996.
7. Maisel R, Levine S, 1997. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam Boies Buku
Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta : EGC
8. John
YS
Kim.
Facial
Nerve
Paralysis.
Diakses
www.emedicine.com/plastic/topic522.htm. 26 Oktober 2014
9. May, Mark and Barry M. Schaizkin. The Facial Nerve. New York :
Thieme. 2000.
38
dari