Referat Konjungtivitis
Referat Konjungtivitis
Referat Konjungtivitis
CONJUNCTIVITIS
Disusun Oleh :
Titik Fadhilah
1810211003
Pembimbing :
dr. Andi Elizar Asriyani, M.Kes, Sp.M
CONJUNCTIVITIS
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Departemen Mata
RSUD Pasar Minggu
Disusun oleh :
Titik fadhilah 1810211003
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
tidak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah referat
dengan judul “conjunctivitis”, yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Departemen Mata Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Andi Elizar Asriyani, M. Kes, Sp.M
selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan teman-teman dokter muda yang telah
memberikan dukungan moril dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
penyempurnaan penulisan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah keradangan pada selaput lendir yang mengenai bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai
macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Beberapa tipe
konjungtivitis dan penyebabnya antara lain adalah oleh bakteri, klamidia, virus, riketsia,
penyebab yang berkaitan dengan penyakit sistemik, jamur, parasit, imunologis, sebab kimia
atau iritatif lainnya, penyebab yang tidak diketahui dan sekunder oleh karena dakriosistitis
atau kanalikulitis. Diantara penyebab-penyebab tersebut, yang paling sering diketemukan di
masyarakat adalah konjungtivitis disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, kebanyakan strain adenovirus
manusia, herpes simplex virus tipe 1 and 2, and dua picornaviruses. Dua agen yang ditularkan
secara seksual yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis and
Neisseria gonorrhoeae. 1,2
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Etiologi
Ada banyak penyebab yang dapat menimbulkan peradangan pada konjungtiva
antara lain infeksi bakteri dan viral serta reaksi hipersensitivitas sehingga patofisiologi
konjungtivitis akan ditentukan oleh etiologi/penyebabnya. Gejala klinis yang terjadi
juga akan sangat khas ditentukan pada masing-masing penyebab tersebut.2
2.5. Gejala dan Tanda dari konjungtivitis secara umum antara lain:1,7
1. Hiperemia. Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi
konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah konjungtival, yang
muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam perjalanannya menuju ke limbus.
Hiperemia tampak pada semua bentuk konjungtivitis. Tetapi, penampakan/visibilitas dari
pembuluh darah yang hiperemia, lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting
untuk diferensial diagnosa. Seseorang juga dapat membedakan konjungtivitis dari kelainan
lain seperti skleritis atau keratitis berdasar pada injeksinya. Tipe-tipe injeksi dibedakan
menjadi:
Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang distended bergerak bersama
dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat menuju ke arah limbus).
Injeksi perikornea(pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed pada tepi
limbus).
Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang dan tidak
bergerak pada episklera di dekat limbus).
Injeksi komposit(sering).
Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea atau struktus
yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah menandakan konjungtivitis
bakterial, dan penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia
tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari,
asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait dengan
instabilitas vaskuler(contoh, acne rosacea).
2.Discharge ( sekret ). Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah
eksudat(mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya.1
3.Chemosis ( edema conjunctiva ). Adanya Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada
konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau
konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Chemosis dari
konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang, chemosis
mungkin timbul sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross. 1
4.Epifora (pengeluaran berlebih air mata). Lakrimasi yang tidak normal(illacrimation)
harus dapat dibedakan dari eksudasi. Lakrimasi biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai
reaksi dari badan asing pada konjungtiva atau kornea atau merupakan iritasi toksik. Juga
dapat berasal dari sensasi terbakar atau garukan atau juga dari gatal. Transudasi ringan juga
ditemui dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah aktifitas pengeluaran air mata.
Jumlah pengeluaran air mata yang tidak normal dan disertai dengan sekresi mukus
menandakan keratokonjungtivitis sika.
5.Pseudoptosis. Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi
sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior.
6.Hipertrofi folikel. Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari
konjungtiva dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali
sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan slit
lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya. Terlihat paling
banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus konjungtivitis klamidial kecuali
konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan pada beberapa
kasus konjungtivitis toksik diinduksi oleh medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan
miotik. Folikel pada forniks inferior dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik yang
terbatas, tetapi ketika diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus superior), harus
dicurigai adanya konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal).
7.Hipertrofi papiler. Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah
yang membentuk substansi dari papilla(bersama dengan elemen selular dan eksudat)
mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang menutupi
papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan terakumulasi diantara
fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pada kelainan yang menyebabkan
nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.
Ketika papila berukuran kecil, konjungtiva biasanya mempunyai penampilan yang halus dan
merah normal. Konjungtiva dengan papila berwarna merah sekali menandakan kelainan
disebabkan bakteri atau klamidia(contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna merah sekali
merupakan karakteristik dari trakoma akut). Injeksi yang ditandai pada tarsus superior,
menandakan keratokunjungtivitis vernal dan konjungtivitis giant papillary dengan
sensitivitas terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior, gejala tersebut menandakan
keratokonjungtivitis atopik. Papila yang berukuran besar juga dapat muncul pada limbus,
terutama pada area yang secara normal dapat terekspos ketika mata sedang terbuka(antara
jam 2 dan 4 serta antara jam 8 dan 10). Di situ gejala nampak sebagai gundukan gelatin yang
dapat mencapai kornea. Papila limbal adalah tanda khas dari keratokonjungtivitis vernal tapi
langka pada keratokonjungtivitis atopik.
Gambaran klinis hipertrofi papiler1
12. Nodus limfatikus yang membengkak. Sistem limfatik dari regio mata berjalan menuju
nodus limfatikus di preaurikular dan submandibular. Nodus limfatikus yang membengkak
mempunyai arti penting dan seringkali dihadapi sebagai tanda diagnostik dari konjungtivitis
viral.
2.6. Klasifikasi
2.7. Diagnosis
Keluhan pasien konjungtivitis biasanya berupa lakrimasi, rasa berpasir, dan perih.
Keluhan gatal bisanya terjadi umumnya karena alergi. Adanya rasa nyeri, penurunan tajam
penglihatan , fotofobia dan sensasi benda asing kemungkinan menunjukkan keterlibatan
kornea. Tanda klinis yang khas mata merah yang ditandai dengan injeksi konjungtiva
(hiperemis konjungtiva)yang sering timbulnya secret atau discharge dengan berbagai
konsistensi. Pada beberapa kasus, peradangan konjuntiva bisa sedemikian berat sehingga
timbul sebagai kemosis (edema konjungtiva), pembentukkan membrane, reaksi jaringan
limfoid berupa tonjolan-tonjolan folikel dan papil pada konjungtiva tarsal. Limfadenopati
preaurikular merupakan salah satu tanda khas yang dapat ditemukan pada konjungtivitis
adenoviral. Penilaian sifat secret penting dalam membantu menegakkan etiologi
konjungtivitis. Secret serosa umumnya menunjukkan infeksi virus akut atau alergi akut ;
secret mukoid didapatkan pada alergi kronik atau keratokonjuntivitis sikka/dry eye syndrome;
secret mukopurulen pada infeksi bakteri akut dan Chlamydia; serta secret hiperpurulen akibat
infeksi Gonnococcus.2
- Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu
jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari
sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides
dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini. Konjungtivitis Bakteri
Penyebab paling sering adalah S. pneumonia, S. aureus, H.influenza, dan Moraxella
catarrhalis. Neiseria gonorhoae adalah penyebab yang jarang ditemukan namun menyebabkan
gejala klinis yang berat. Penularan umumnya terjadi melalui kontak langsung dan tidak
langsung dengan secret konjungtiva penderita lain atau penyebaran infeksi dari hidung seta
mukosa sinus.2
Berikut akan dibahas beberapa jenis konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, yaitu2 :
Definisi merupakan konjungtivitis yang terjadi pada bulan pertama kehidupan. Penularan
infeksi terjadi pada saat persalinan pervaginam. Konjungtivitis Chlamydia dewasa yang
merupakan bakteri yang menyebabkan uretritis baik pada pria atau wanita. Timbulnya infeksi
pada mata disebabkan terutama oleh autoinokulasi dari secret genital (tangan ke mata).
Sebagian kecil kasus ditularkan dari mata ke mata. Bakteri ini memerlukan sel inang untuk
dapat bereplikasi. Pada konjungtivitis akibat Chlamydia dapat ditemukan tanda dan gejala
seperti :
Trakoma
Sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah (available blindness) di dunia,
trakoma banyak didapatkan di daerah dengan hygiene dan sanitasi kurang baik. Penularan
terjadi terutama dari mata ke mata, pada bagian kecil kasus penularan diperantarai oleh
serangga seperti lalat.
Keluhan awal adalah sensasi benda asing mata merah dan berair, disertai secret
mukopurulen. Pada pemeriksaan oftalmologik pembentukan folikel mungkin tidak tampak
akibat adanya hipertrofi papil difus dan infiltrasi sel-sel radang. Folikel berukuran besar-besar
dan dapat menjadi nekrotik dan akhirnya menyembuh dengan skuele atau gejala sisa berupa
pembentukan sikatrik. Gejala sisa sikatrik dapat ditemukan pada tarsus superior berbentuk
linear atau stelata yang dikenal sebagai Arlt line /Hebert pits/berupa depresi limbus akibat
nekrosis dan involusi folikel. Kelainan kornea dapat terjadi berupa keratitis epitel, infiltrate
stroma di bagian sentral dan perifer serta pannus. Terbentuknya jaringan parut pada duktus
glandula lakrimal dan konjungtiva dapat menyebabkan defisiensi air mata /komponen aqous,
hambatan aliran air mata, thikiasis dan entropion. Diagnosis dengan menilai gejala dan tanda
klinis trakoma ditegakkan apabila ditemukan minimal dua dari kelainan berikut 2:
Diagnosis
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.1,2,5 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan
biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen,
bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun
sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika
telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.
Tatalaksana
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus
(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.
Konjungtivitis Virus:
Konjnungtivitis virus merupakan kondisi yang sering terjadi bersifat self limiting disease
dalam 2 sampai 4 minggu dan umumnya disebabka oleh adenovirus. Virus lain yang bisa
menyebabkan konjungtivitis akibat viral ini adalah HSV, VZV, piconarvirus, Molusccum
contaginosis, HIV. Walaupun keluhan yang ditimbulkan tidakberat infeksi virus ini mudah
sekali ditukarkan dan biasanya masih infeksius hingga 10-12 hari setelah onset selama mata
masih merah. Transmisi bisa terjadi secara langsung melalui partikel virus dari tangan pasien
sendiri , secret mata atau melalui kontak dengan droplet slauran napas atau tidak langsung
melalui media penghantar seperti handuk kolam renang dan lain-lain. Infeksi dapat bersifat
sporadic atau epidemic di daerah dengan komunitas yang padat dan higien dan sanitasi
buruk..
- Konjungtivitis folikular akut dan non spesifik merupakan tampilan klinis yang
paling sering ditemukan gejala umumnya rinngan.
- Demam faringkonjungtivitis disebabkan oleh adenovirus tie 3,4,7 ditandai dengan
demam, sakit kepala, faringitis, konjungtivitis folikuler dan adenopati preaurikuler.
Terkadang disertai keratitis superficial yang ringan.
- Keratokonjungtivitis epidemic disebabkan oleh adenovirus tipe 8,19,37 dimana
penyakit ini menunjukkan tampilan klinis yang paling berat di antara bentuk
lainnya. Manifestasi klinis berupa folikel, kemosis konjungtivitis , petchiae, dan
terkadang perdarahan konjungtiva yang disertai defek pada kornea keratitis atau
erosis kornea geografik di bagian sentral pada sebagian besar kasus pada
konjungtivitis tarsal berbentuk membrane atau pseudomembran.
- Konjungtvitis adenoviral kronik/relaps jarang terjadi dimungkinkan ditandai dengan
papil atau folikel non spesifik.
Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
Konjungtivitis Alergi
Keratokonjungtivitis Vernal2
Umumnya terjadi mengikuti perubahan musim tertentu dan didasari oleh reaksi
hipersensitivitas tipe I dan IV. Penyakit ini dapat berkembang menjadi
keratokonjungtivitis atopic. Onsetnya terjadi pada usia anak sekitar 7 tahun, lebih
sering terjadi pada anak laki-laki. Keratokonjungtivitis vernal gejala dan tanda : mata
gatal, perih dan berair sering berkedip, fotofobia, sensasi adanya benda asing, terbentuk
secret mukoid.
- Tipe palpebral hyperemia konjungtiva dan hipertrofi papil difus pada tarsus
superior atau papil yang terbentuk berukuran besar , cobblestones atau giants
papilare.
- Tipe limbal limbus terlihat menebal disertai dengan beberapa penonjolan yang
tersebar di daerah tropis kelainana ini umumnya berat. Dapat ditemukkan bintik
Horner Trantas, yaitu bintik bintik putih ysng merupakan kumpulan sel epitel dan
eosinofil yang mengalami degenerasi.
- Campuran antara keduanya tipe palpebral dengan tipe limbal.
Keratopati lebbih sering didapatkan pada tipe palpebral dengan tampilan klinis yang
dapat terjadi sebagai berikut:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis, dan biasanya tidak
dibutuhkan pemeriksaan penunjang.
Keratokonjungtivitis Atopik
Gejala dan tanda mata merah gatal dan sensasi benda asing, dan secret mucus
merupakan keluhan yang sering terjadi. Kadang-kadang terdapat penurunan tajam
penglihatan. Terdapat timbulnya papil berukuran kecil diameter <0.3 mm pada
konjungtiva tarsal superior, erosi epitel pungtata, infiltrate dan vaskularisasi kornea
perifer.
Tatalaksana
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum. Edisi ke‐17. Alih bahasa: dr.
Brahm U. Penerbit. Jakarta: Widya Medika; 2015.
2. Rita S Sitorus. Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2017.
3. Paulsen F & Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, vol 3, Jakarta; 2010
4. Sherwood. Fisiologis Manusia. Bab V Mata: Penglihatan. Edisi ke-6. EGC. Jakarta;2012
5. Ilyas Sidarta, Sri Rahayu Y. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke‐3. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI; 2009.
6. Widya Artini dkk. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta Balai penerbit FKUI. 2011
7. Gerhard K. Lang and Gabriele E. Lang. Opthalmology A Pocket Textbook Atlas Ed
Theme;2006