LP Ketoasidosis Diabetik
LP Ketoasidosis Diabetik
LP Ketoasidosis Diabetik
Oleh:
Oleh:
GUNAWAN MUHAEMIN, S.Kep
4014150016
I.
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat
defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan hormon kontra
legulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan), yang
menyebabkan keadaan hipergilkemi (Brunner and Suddart, 2002).
Ketoasidosis Diabetik adalah suatu keadaan darurat akibat gangguan
metabolic diabetes mellitus berat yang disifati oleh adanya trias
hiperglikemi, asidosis, dan ketonemi (Adam, 2001).
Ketoasidisis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi akut
DM akibat defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak
mendapat pengobatan segera akan menyebabkan kematian (Arif Mansjoer,
2001).
B. Etiologi
Ketoasidosis diabetikum di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang.
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, contohnya : pneumonia, kolestisitis,
iskemia usus dan apendisitis. Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai
resistensi insulin. Sebagai respon terhadap stres fisik (atau emosional),
terjadi peningkatan hormon hormon stres yaitu glukagon, epinefrin,
norepinefrin, kotrisol dan hormon pertumbuhan. Hormon hormon ini
akan meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan mengganggu
penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara
melawan kerja insulin. Jika kadar insulin tidak meningkatkan dalam
keadaan sakit atau infeksi, maka hipergikemia yang terjadi dapat
berlanjut menjadi ketoasidosis diabetik.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
(Brunner and Suddart, 2002)
C. Patofisiologi dan Pathway
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis
yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam
upaya untuk mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal
akan mengekresikan glukosa bersama sama air dan elektrolit (seperti
natrium, dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan
(poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elekrolit. Penderita
ketoasidosis yang berat dapat kehilangan kira kira 6,5 liter air dan sampai
400 hingga 500 mEg natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis)
menjadi asam asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan
diubah menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terajdi
produksi benda keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan
insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.
Benda keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, benda
keton akan menimbulkan asidosis metabolik.
(Brunner and Suddart, 2002)
Nyeri abdomen
Hiperventilasi
Perubahan status mental (sadar, letargik, koma)
Kadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl)
Terdapat keton di urin
Nafas berbau keton
Bisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis osmotic
Kulit kering
Keringat dingin
Pernapasan kussmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis metabolik
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa darah
Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu
pH rendah (6,8 -7,3)
PCO2 turun (10 30 mmHg)
HCO3 turun (<15 mEg/L)
Keton serum positif, BUN naik
Kreatinin naik
Ht dan Hb naik
Leukositosis
Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
2. Elektrolit dalam darah
Kalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan
3.
4.
5.
6.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Pertahankan jalan nafas
Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan masker
Jika syok berikan larutan isotonik (normal saline 0,9%) 20cc/kgBB
Bila terdapat penuruna kesadaran perlu pemasangan naso gastrik tube
untuk menghindari aspirasi lambung.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
tetesnya secara terpisah. Bila kadar glukosa turun sampai 200 mg/dl
atau kurang, laju insulin dikurangi menjadi 1 2 U/ jam dan larutan
rehidrasi diganti dengan glukosa 5%. Pada waktu pasien dapat makan
lagi, diberikan sejumlah kalori sesuai kebutuhan dalam beberapa
porsi. Insulin regular diberikan subkutan 3 kali sehari secara bertahap
sesuai kadar glukosa darah.
Pemberian antibiotika yang adekuat.
Pemberian oksigen : bila PO2 <80 mmhg.
Heparin : bila ada DIC atau bila hiperosmolar berat (>380 mOsm/L).
(Arif Mansjoer, 2001)
G. Komplikasi
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome)
Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi
yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler
paru.
2. DIC (disseminated intravascular coagulation
3. Edema otak
Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus
menerus akan beresiko terjadinya edema otak.
4. Gagal ginjal akut
Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
5. Hipoglikemia dan hiperkalemia
Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebiahan dan tanpa
pengontrolan.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian KAD pada KGD didasarkan pada prinsip prinsip skala prioritas
: Circulation (C), Airway (A), Breating (B), dan pengkajian esensial yang
lain.
1. Anamnesa
2. Keluhan utama
Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Polidipsi, Polifagi; lemas,
luka sukar sembuh atau adanya koma/penurunan kesadaran dengan sebab
tidak diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau
retinophati, serta penyakit pembuluh darah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Berapa berat keluhan yang dirasakan
4. Riwayat penyakit dahulu
Penglihatan kabur
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d dilatasi lambung ditandai dengan
asidosis metabolik.
2. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d peningkatan respirasi ditandai
dengan pernafasan kusmaul.
3. Gangguan keseimbangan cairan b/d dehidrasi ditandai dengan poliuri.
4. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
asidosis metabolik ditandai mual, muntah, anoreksia.
5. Gangguan persepsi sensori b/d viscositas mata turun ditandai dengan
penglihatan kabur.
6. Intoleransi aktifitas b/d dehidrasi ditandai dengan kelemahan dan sakit
kepala.
7. Resiko cedera b/d suplai O2 ke otak turun ditandai dengan kesadaran
menurun.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d dilatasi lambung ditandai dengan
asidosis metabolik.
Tujuan
: Nyeri berkurang / hilang
KH
: Nyeri berkurang hingga level terrendah
Intervensi
:
a. Kaji nyeri, intensitas, karakteristik, skala, waktu
b. Monitor TTV
c. Anjurkan kurangi aktifitas yang dapat memperberat nyeri
d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
e. Lakukan distraksi nyeri
f. Monitor keadaan umum klien
g. Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
Rasional
:
a. Mengidentifiakasi karakteristik nyeri merupakan faktor esensial
b. Observasi TTV dapat mengetaui keadaan umum klien
c. Penggunaan aktifitas dapat mengurangi nyeri
d. Nafas dalam adalah teknik relaxasi
e. Distraksi nyeri dapat menurunkan rangsangan nyeri
f. Keadaan umum klien dapat digunakan untuk indicator respon
g. Kolaborasi dapat mempercepat kesembuhan klien
2. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d peningkatan respirasi ditandai
dengan pernafasan kusmaul
Tujuan : Pola nafas teratur
KH
: Pertahanan pola nafas efektif, tampak rilex, frekuensi nafas
normal, nafas kusmaul.
Intervensi
:
a. Kaji pola nafas tiap hari
a.
b.
c.
elektrolit normal
Intervensi
:
Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah, diare
Pantau tanda vital
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrana
mukosa
d.
e.
f.
g.
KH
motilitas/fungsi
lambung
(distensi atau
ileus
normal
perawatan
harus
diberikan
untuk
menhindari hipoglikemia
5. Gangguan persepsi sensori b/d viscositas mata turun ditandai dengan
penglihatan kabur
Tujuan
Intervensi
:
a. Monitor aktiitas, keluhan tentang kelemahan yang dirasakan
b. Evaluasi respon klien terhadap aktifitas
c. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
d. Anjurkan untuk mengurangi aktifitas, untuk menghemat energi
e. Dekatkan alat alat dan kebutuhan klien
f. Diskusikan cara yang nyaman dalam perubahan posisi dari tidur,
duduk dan berdiri
g. Libatkan keluarga dalam perawatan dan pemenuhan kebutuhan
klien
Rasional
a. Monitor
:
aktifitas
dan
keluhan
tentang
kelemahan
dapat
Rasional
:
a. Perubahan/dinamika derajad kesadaran dipengaruhi oleh level
dehidrasi, racun keton dan keseimbangan asam-basa sebagai
akumulasi gejala penyakit diabetik(hiperosmolar).
b. Resiko jatuh, resiko terluka dan resiko kerusakan jaringan kulit
merupakan hal yang perlu diperhatikan.
c. Tanda vital merupakan patokan umum kondisi dan keparahan
penyakit yang munkin muncul.
d. Resiko cidera dapat diakibatkan benda-benda tajam dan
berbahaya, adanya tempat tidur yang basah atau kotor serta tidak
rapi serta pengaman yang kurang kuat.
Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit . EGC: Jakarta