Transudat & Eksudat
Transudat & Eksudat
Transudat & Eksudat
PENDAHULUAN
2.
3.
4.
5.
Terapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serosa
Merupakan eksudat jernih, mengandung sedikit protein (efusi)
akibat radang yang ringan. Eksudat serosa berasal dari serum atau hasil
sekresi sel mesotel yang melapisi peritoneum, pleura, perikardium. Contoh
lepuh dari kulit yang berasal dari infeksi luka bakar, effusi pleura.
b.
Seroanguinosa
Merupakan eksudat yang berwarna kemerahan, yang disebabkan
Fibrinosa
Merupakan eksudat yang mengandung banyak fibrin sehingga
mudah membeku. Keadaan ini terjadi pada jejas berat yang menyebabkan
permeabilitas pembuluh darah meningkat dan molekul besar seperti fibrin
dapat keluar. Eksudat fibrinosa sering dijumpai di atas permukaan serosa
yang meradang seperti pleura dan perikardium, tempat fibrin
yang
Purulenta
Merupakan eksudat yang mengandung nanah/pus , yaitu campuran
Transudat
Eksudat
Tes Rivalta
Berat jenis
< 1,016
> 1,016
Kadar protein
< 3 gr / 100 cc
> 3 gr / 100 cc
Protein plasma
< 0,5
> 0,5
LDH
< 200 IU
> 200 IU
LDH plasma
< 0,6
> 0,6
Lekosit
Hitung jenis leukosit
PH
>7,3
< 7,3
Glukosa
plasma
< plasma
Amilase
= plasma
>plasma
Alkali fosfatase
>75 u
> 75 u
2.2 Patogenesis
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan
napas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <
5 mikrometer. Kuman akan di hadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian
baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh
makrofag keluar dari cabang trakeo bronkial bersama gerakan silia dengan
sekretnya.
Bila
kuman
menetap
di jaringan paru,
ia
bertambah
dan
setiap bagian jaringan paru bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah
efusi pleura.
Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura
salah satunya disebabkan oleh : bertambahnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah. Peradangan pleura akan menyebabkan permeabiliti dinding
kapiler meningkat sehingga cairan dan protein yang melewati dinding itu
meningkat maka terbentuk efusi pleura. Pada radang akut terjadi vasodilatasi,
eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang terutama netrofil.
Histamin dan kinin yang dikeluarkan proses radang meningkatkan
permiebiliti kapiler sehingga akan meningkatkan eksudasi plasma. Pada
tuberkulosis efusi pleura timbul karena reaksi hipersensitiviti terhadap
tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding pembuluh
darah pleura.
Guna pemeriksaan :
Syarat pemeriksaan :
Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika
Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau,
merah jambu, merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning
pada transudat, darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi
warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau.
Warna transudat biasanya kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat
berbeda-beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuai
dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses
radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat.
Kejernihan
Ini pun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh
biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat
exudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus,
seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel,
leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat
seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau
Berat jenis
Harus
segera
ditentukan
sebelum
kemungkinan
terjadinya
bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah
cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer,
kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah
diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan
mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang,
berkeping, sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat
pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah
tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak
selalu mendatangkan manfaat.
Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah
pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20%
untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
2.
3.
1 cm diatas
permukaan cairan.
4.
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan
pulaslah menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan
ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau
NaOH 10%. Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian
periksalah dengan mikroskop.
2.5 Terapi
Untuk efusi pleura dengan cairan transudat dan eksudat perlu
dilakukan torakosintesis (pungsi) dengan tujuan untuk mengurangi sesak
napas, selain itu harus pula diobati penyakit dasarnya. Pada empiema perlu
dipasang WSD dengan chest tube (pipa dada) yang besar, maka harus
dilakukan reseksi iga. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan untuk
memberikan obat-obat enzimolitik, seperti streptokinase secara intrapleura.
Hubungan antara susunan kimia dari cairan pleura dengan
pemasangan WSD :
Pada eksudat bila pH lebih kecil dari 7,20, glukosa lebih besar dari 40
mg% dan LDH lebih kecil dari 1.000 UI/liter, maka tidak perlu dilakukan
pemasangan WSD, oleh karena memberi reaksi yang baik terhadap
pengobatan.
Bila pH lebih kecil dari 7,00 dan glukosa lebih rendah dari 40 mg%, maka
efusi pleura tersebut merupakan komplikasi dan perlu segera dipasang
WSD.
Bila pH lebih kecil dari 7,30 dan konsentrasi glukosa lebih kecil dari 60
mg%, disertai dengan sitologi yang positif, maka perlu dilakukan
pleurosiderosis, oleh karena terjadi pembentukan cairan yang intensif.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya
sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular
yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis
transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan
protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana
terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge
patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluhpembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa
radang.
Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :
cairan jernih
encer
kuning muda
11
lebih kental
warna bermacam-macam
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi,
atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
12