Tiga jenis trauma ekstremitas utama adalah fraktur, dislokasi, dan amputasi. Fraktur terjadi ketika tulang patah akibat trauma yang melebihi daya tahan tulang, sedangkan dislokasi adalah terlepasnya tulang dari sendi. Kedua kondisi ini harus diimobilisasi untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Amputasi adalah terputusnya bagian tubuh akibat trauma berat. Prioritas penanganan
100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
1K tayangan18 halaman
Tiga jenis trauma ekstremitas utama adalah fraktur, dislokasi, dan amputasi. Fraktur terjadi ketika tulang patah akibat trauma yang melebihi daya tahan tulang, sedangkan dislokasi adalah terlepasnya tulang dari sendi. Kedua kondisi ini harus diimobilisasi untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Amputasi adalah terputusnya bagian tubuh akibat trauma berat. Prioritas penanganan
Tiga jenis trauma ekstremitas utama adalah fraktur, dislokasi, dan amputasi. Fraktur terjadi ketika tulang patah akibat trauma yang melebihi daya tahan tulang, sedangkan dislokasi adalah terlepasnya tulang dari sendi. Kedua kondisi ini harus diimobilisasi untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Amputasi adalah terputusnya bagian tubuh akibat trauma berat. Prioritas penanganan
Tiga jenis trauma ekstremitas utama adalah fraktur, dislokasi, dan amputasi. Fraktur terjadi ketika tulang patah akibat trauma yang melebihi daya tahan tulang, sedangkan dislokasi adalah terlepasnya tulang dari sendi. Kedua kondisi ini harus diimobilisasi untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Amputasi adalah terputusnya bagian tubuh akibat trauma berat. Prioritas penanganan
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18
TRAUMA EKSTREMITAS
(Muh. Andry Usman)
Calcaneus 01 044
Definisi Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada ekstremitas.. Secara umum dikenal dalam bentuk : Fraktur Dislokasi Amputasi
I. FRAKTUR
Fraktur adalah Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Prioritas dalam menangani fraktur : Fraktur spinal Fraktur tulang kepala dan tulang rusuk Fraktur ekstremitas
Klasifikasi etiologis 1. FRAKTUR TRAUMATIK. Akibat trauma tiba-tiba 2. FRAKTUR PATOLOGIS. Terjadi karena kelemahan tulang akibat adanya kelainan patologi pada tulang 3. FRAKTUR STRESS. Akibat trauma yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. Klasifikasi klinis 1. FRAKTUR TERTUTUP. Tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar 2. FRAKTUR TERBUKA. Berhubungan dengan dunia luar melalui luka 3. FRAKTUR DENGAN KOMPLIKASI. Fraktur yang disertai komplikasi seperti infeksi, mal-union, delayed union, non-union Klasifikasi radiologis 1. Berdasarkan lokalisasi o Diafiseal o Metafiseal o Intra-artikuler o Fraktur dengan dislokasi 2. Berdasarkan konfigurasi o Fraktur transversal o Fraktur oblik o Fraktur spiral o Fraktur Z o Fraktur komunitif o Fraktur baji o Fraktur avulse o Fraktur depresi o Fraktur impaksi o Fraktur pecah (burst) o Fraktur segmental o Fraktur epifisis
KLASIFIKASI FRAKTUR BERDASARKAN KONFIGURASI GARIS FRAKTUR
3. Berdasarkan ekstensi. o Fraktur total o Fraktur tidak total (crack) o Fraktur torus atau buckle o Fraktur garis rambut o Fraktur greenstick 4. Berdasarkan hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya o Tidak bergeser o Bergeser Bersampingan Angulasi Rotasi Distraksi Over-riding Impaksi KLASIFIKASI FRAKTUR BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA FRAGMEN DENGAN FRAGMEN LAINNYA
Gambaran Klinis
Anamnesis Datang dengan suatu trauma Ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak Nyeri Pembengkakan Gangguan fungsi anggota gerak Deformitas Kelainan gerak Krepitasi
Pemeriksaan Fisik Inspeksi (look) o Bandingkan dengan bagian yang sehat o Perhatikan posisi anggota gerak o Keadaan umum penderita secara keseluruhan o Ekspresi wajah karena nyeri o Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan o Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup dan terbuka o Perhatikan deformitas
Palpasi Harus dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita sangat nyeri Hal-hal yang perlu diperhatikan : Temperatur Nyeri tekan Krepitasi Pemeriksaan vaskuler daerah distal palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
Pergerakan
Pemeriksaan neurologis Pemeriksaan radiologis
Prinsip Pertolongan 1. Mengurangidanmenghilangkanrasanyeri; 2. Mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.
Sindroma kompartemen Trauma (fraktur terbuka/terutup/kompressi) menyebabkan perdarahan/hematoma. Gejala : nyeri, edema, denyut nadi hilang, parestesi dan kelumpuhan
Trauma ekstremitas 1. Prioritas jangan lupa ABC 2. Kenali komplikasi dan pengobatan dari : - Fraktur - Dislokasi - Amputasi - Impaled object - Luka terbuka neurovaskuler - Sindroma kompartemen 3.Ketahui jumlah darah yang hilang pada fraktur di pelvis & extremitas - Bahaya timbulkan syok - Penderita diperiksa pada primary survey - Secondary survey periksa neurovaskuler distal lesi o Fraktur femur hilang darah 1000 cc
Fraktur pelvis darah rongga abdomen & retroperitoneal
Robekan buli-buli
Robekan pembuluh darah besar 1. II. DISLOKASI 2. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Pada dasarnya dislokasi : 1. - Mudah dikenal
- Perubahan bentuk anatomi
- Nyeri hebat
- Tindakan emergency
- Tidak mengancam jiwa
- Periksa denyut nadi, persarafan distal lesi
- 1. Sanggah & luruskan e 2. xtremitas posisi menyenangkan penderita
- Rujuk
III. Traumatik Amputasi.
Traumatik amputasi adalah terbuangnya suatu bagian tubuh, anggota tubuh akibat trauma. FRAKTUR dan DISLOKASI Oleh Rohman Azzam
Pengertian Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Bagaimana patah tulang itu terjadi ? a. Trauma (benturan) Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu: - Benturan langsung - Benturan tidak langsung b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer maupun penari. Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu. c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur. Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang 1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang mengalami trauma (tekanan). 2. Pemeriksaan: Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-hal dibawah ini: 1. Adanya perubahan asimetris kanan-kiri 2. Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan Pemendekan 3. Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma); 4. Pembengkakan 5. Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak; Palpasi (Meraba dan merasakan) Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati ! a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness); b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat; c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat. Perhatian: Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal meraba dengan kuat sekali. 3. Gerakan Terdapat dua gerakan yaitu : Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang cedera. Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf tersebut). Pemeriksaan Komplikasi Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan: 1. kulit berwarna kebiruan dan pucat; 2. denyut nadi tak teraba. 3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme DISLOKASI Pengertian Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. PEMBIDAIAN Pertolongan Pertama pada Patah Tulang Prinsip Pertolongan 1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri; 2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya. Penanganan Secara Umum 1. DRABC 2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka 3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur 4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai 5. Tangani dengan hati-hati 6. Observasi dan atasi syok bila perlu 7. Segera cari pertolongan medis Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani terlebih dahulu. Prioritas dalam menangani fraktur: 1. fraktur spinal; 2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk; 3. fraktur extremitas Perhatian: Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan DRABCH dan lakukan monitoring secara periodik. Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi baik pada fraktur mapun pada dislokasi. Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya. Tipe-tipe bidai: 1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras. 2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya. 3. Bidai Traksi Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu. Prinsip Pembidaian a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera; b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang; c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan. Syarat Pembidaian 1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit; 2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor; 3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan; 4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah; 5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai; 6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas. Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian: 1. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak Bidai 2. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu; 3. Ikatlah bidai dari distal ke proximal 4. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya; 5. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang. PEMBALUTAN Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera. Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan. Cara Imobilisasi Fraktur Dengan Pembalut Gunakan pembalut lebar bila ada; 1. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur; 2. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi 3. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat 4. Periksa pembalut supaya tidak longgar Dengan Bidai 1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang patah; 2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai; 3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat pada daerah yang sehat. TRAUMA JARINGAN LUNAK Terkilir, regangan dan memar yang dalam lebih dulu ditangani dengan prosedur RICE. Dengan cara ini biasanya sudah memadai, tetapi kalau Anda meragukan beratnya cedera perlakukan sebagai fraktur. Pertolongan pokok pada cedera ini: 1. R Rest (istirahat) bagian yang sakit 2. I Berikan Ice (es)atau kompres dingin 3. C -Compress(tekan) bagian yang sakit 4. E Elevate (tinggikan) bagian yang sakit
Istirahatkan, stabilkan dan topang bagian yang cedera dalam posisi yang paling nyaman bagi korban; Bila cedera baru saja terjadi, dinginkan bagian tersebut dengan es yang dibungkus dalam kain atau dengan kompres dingin untuk mengurangi nyeri, bengkak dan memar. Seputar bagian yang cedera ditekan sedikit dengan gumpalan kapas atau karet busa yang tebal, eratkan dengan balutan. Tungkai yang cedera ditopang dan ditinggikan supaya aliran darah ke tempat itu berkurang dan untuk mengurangi memar. Kalau cedera sangat ringan bagian yang cedera distirahatkan dan sarankan agar korban berobat ke dokter, bila perlu. Tetapi bila cedera berat segera cari pertolongan medis. Perhatian: Untuk luka yang baru saja terjadi jangan olesi balsem pada tempat yang bengkak atau memijatnya. A. TERKILIR Terkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan olahraga. Terkilir disebabkan adanya hentakan keras terhadap sebuah sendi , tetapi dengan arah yang salah sehingga mengakibatkan persendian mendapat tekanan berlebihan, peregangan atau robekan urat yang masih menyambung. Robekan ini diikuti oelh perdarahan di bawah kulit, dan darah yang mengumpul di bawah kulit itulah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan. Gejala dan Tanda 1. Rasa sakit yang cukup kuat, keterbatasan pergerakan dan kehilangan fungsi; 2. Bengkak; 3. Memar (cepat timbul); Terkilir pergelangan kaki Terkilir paling banyak terjadi pada daerah pergelangan kaki. Kebanyakan pergelangan kaki terkilir ke arah dalam. Dengan akibat, ligamen antara tulang betis dan tulang kering bagian depan terobek. Itulah sebabnya terdapat rasa nyeri bila ditekan terutama di daerah ini, dan pembengkakan pun terjadi di depan mata kaki. Terkilir ke arah luar dapat juga terjadi. Dalam hal ini, rasa nyeri dan bengkak berawal di mata kaki sebelah dalam Pertolongan: 1. DRABC 2. Pastikan ada tidaknya patah tulang 3. Dalam hal ini, tulang yang patah biasanya adalah ujung- ujung bawah tulang betis dan tulang kering. Periksalah dengan jalan menekan tulang itu dari telapak kaki dan betis bagian atas secara hati-hati. Dapat pula dengan menekan tulang kering dan tulang betis ke arah salaing mendekati, apabila terasa nyeri, kemungkinan besar ujung tulang-tulang itu patah. Bila tak ada patah tulang lakukan tindakan selanjutnya; 4. Istirahatkan korban dan kendorkan sepatu penderita; 5. Untuk sementara balutlah pergelangan kakinya dengan pembalut ataupun mitela seperti gambar di bawah ini: 6. Prinsip RICE (lihat Luka memar); Compress dilakukan dengan menggunakan pembalut tekan atau pembalut elastis 7. Cari pertolongan medis 8. Jika tidak ada pembalut, dapat pula mempergunakan plester menurut cara Gibney (Gibney ankle strapping). Strapping tersebut dikenakan dengan kaki dalam kedudukan terbujur dan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya. Strapping tidak boleh sampai menutupi penuh pergelangan kaki. Selama 24 jam berikutnya penderita tidak boleh mempergunakan kakinya yang cedera untuk menahan berat badan. Ia harus beristirahat dengan kaki yang cedera diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya. Pembengkakan biasanya mereda setelah 36-48 jam kemudian. Prevalensi Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon. Jenis fraktur 1. Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang. 2. Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh. 3. Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi: o Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. o Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. o Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif. 4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok. 5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang. 6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang. 7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang. 8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen. 9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah). 10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang). 11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor). 12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya. 13. Epifisial, fraktur melalui epifisis. 14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya. Manifestasi klinis Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna. Pemeriksaan Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain ( rasa sakit ), paloor ( kepucatan/perubahan warna), paralisis ( kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak ), parasthesia ( kesemutan ), dan pulselessnes ( tidak ada denyut ) Rotgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang. Penatalaksanaan Segera setelah cedera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi. Prinsip penanganan fraktur meliputi : Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah krg lbh 3 bln. tergantung dari regio mana yang mengalami fraktur, serta nutrisi yang diberikan. a. Falang ( jari ) b. Metakarpal c. Karpal d. Skafoid e. Radius dan ulna f. Humerus Suprakondiler Batang Proksimal ( impaksi ) Proksimal ( dengan pergeseran ) g. Klavikula h. Vertebra i. Pelvis j. Femur Intrakapsuler Intratrohanterik Batang Suprakondiler k. Tibia Proksimal Batang Maleolus l. Kalkaneus m. Metatarsal n. falang (jari kaki)
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis