Pasien laki-laki berumur 60 tahun mengeluh kelemahan pada keempat ekstremitas setelah terjatuh 7 bulan lalu. Gejala semakin parah hingga tidak bisa berjalan dan menggerakkan tangan satu bulan terakhir. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kekuatan otot dan hipoestesi bilateral, serta hasil MRI menunjukkan fraktur vertebra leher dengan absses epidural yang menyebabkan stenosis spinal kanal dan spondylodiscitis TB.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
441 tayangan26 halaman
Pasien laki-laki berumur 60 tahun mengeluh kelemahan pada keempat ekstremitas setelah terjatuh 7 bulan lalu. Gejala semakin parah hingga tidak bisa berjalan dan menggerakkan tangan satu bulan terakhir. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kekuatan otot dan hipoestesi bilateral, serta hasil MRI menunjukkan fraktur vertebra leher dengan absses epidural yang menyebabkan stenosis spinal kanal dan spondylodiscitis TB.
Pasien laki-laki berumur 60 tahun mengeluh kelemahan pada keempat ekstremitas setelah terjatuh 7 bulan lalu. Gejala semakin parah hingga tidak bisa berjalan dan menggerakkan tangan satu bulan terakhir. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kekuatan otot dan hipoestesi bilateral, serta hasil MRI menunjukkan fraktur vertebra leher dengan absses epidural yang menyebabkan stenosis spinal kanal dan spondylodiscitis TB.
Pasien laki-laki berumur 60 tahun mengeluh kelemahan pada keempat ekstremitas setelah terjatuh 7 bulan lalu. Gejala semakin parah hingga tidak bisa berjalan dan menggerakkan tangan satu bulan terakhir. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kekuatan otot dan hipoestesi bilateral, serta hasil MRI menunjukkan fraktur vertebra leher dengan absses epidural yang menyebabkan stenosis spinal kanal dan spondylodiscitis TB.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26
PRESENTASI KASUS
SEORANG LAKI-LAKI 60 TAHUN
DENGAN TETRAPARESE
Oleh: Ferika Brillian S G99131084 Dicky Budi Nurcahya G99131032 Diwiasti F Yasmin G99131034 Antonius Bagus Budi G99131019 Annisa Budiastuti G99131017 Hanifah Astrid E G99131041 Nimas Ayu Suri P G99131057 Pratiwi Prasetya P G99131064 Irene Yunita P G99131043 Bobbi Juni S G99131024
Pembimbing: dr. Suratno, SpS (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT SYARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2014 2
BAB I STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS A. Identitas Pasien Nama : Tn.P Umur : 60 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Kambangrejo 03/02 Bedingin Sambit Ponorogo Jawa Timur Suku : Jawa Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Pedagang No. RM : 01238305 Tanggal Masuk RS : 15 Januari 2014 Tanggal Pemeriksaan : 18 Januari 2014 Dokter yang merawat : dr. Nindy
B. Keluhan Utama Kelemahan keempat anggota gerak
C. Riwayat Penyakit Sekarang Tujuh bulan SMRS pasien terpeleset saat pasien membawa karung pupuk dengan dipanggul pada tengkuk. Setelah kejadian, pasien mengeluh leher kaku, kesemutan pada jari-jari tangan kiri yang dirasakan semakin memberat dan disusul keluhan yang sama pada jari- jari tangan kanan. Pasien masih bisa aktivitas. Dua bulan SMRS pasien mengeluh kesemutan semakin bertambah dan menjalar sampai telapak tangan, dan lengan bawah bagian belakang. Kedua tungkai mulai terasa lemah terutama tungkai kanan 3
sehingga pasien berjalan dengan diseret. Antara tungkai kanan dan kiri masih terasa kuat yang kiri. Satu bulan SMRS pasien mulai tidak bisa menggerakkan kedua tungkai dan kedua pergelangan tangan. Pasien Pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB dan BAK sejak 1 bulan terakhir. Pusing (- ), mual (-), muntah (-), Kejang (-). Pasien berobat ke poli saraf Dr Moewardi kemudin dilakukan pemeriksaan MRI di RS DR Oen. merasa kebas mulai siku kanan kiri ke bawah dan dada sampai ujung jari kaki kanan dan kiri.
D. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat tekanan darah tinggi : (+) sejak 10 tahun SMRS namun tidak rutin kontrol dan minum obat. 2. Riwayat mondok : operasi Thyroid tahun 2007 di RSUD Madiun 3. Riwayat penyakit gula : disangkal 4. Riwayat sakit jantung : disangkal 5. Riwayat stroke/ TIA : disangkal 6. Riwayat trauma : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga 1. Riwayat tekanan darah tinggi : (+) Ibu pasien 2. Riwayat penyakit gula : disangkal 3. Riwayat sakit jantung : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan 1. Riwayat minum obat : disangkal 2. Riwayat merokok : (+) sejak 10 tahun terakhir, 1 bungkus rokok setiap hari 3. Riwayat minum alkohol : disangkal
4
G. Riwayat Gizi Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien makan nasi dengan lauk pauk tempe, tahu, ikan. Pasien jarang makan sayur dan buah-buahan. H. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai pedagang dengan setiap harinya tidak menentu. Pasien memiliki seorang istri, dua orang anak dan satu cucu yang tinggal dalam satu rumah. Pasien berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
ANAMNESIS SISTEM Anamnesis sistem dilakukan tanggal 18 Januari 2014. a. Sistem saraf pusat : nyeri kepala (-), kejang (-) b. Sistem Indera - Mata : berkunang - kunang (-), pandangan dobel (-), penglihatan kabur (-), pandangan berputar (-) - Hidung : mimisan (-), pilek (-) - Telinga : pendengaran berkurang (-), telinga berdenging (), keluar cairan (-), darah (-), nyeri (-) c. Mulut : sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), gigi tanggal (-), gigi goyang (-), bicara pelo (-) d. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-) e. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi (-) tidur mendengkur (-) f. Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-) g. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), tidak bisa BAB (+), perut sebah (-), mbeseseg (-), kembung (-), nafsu makan berkurang (-), ampek (-) h. Sistem muskuloskeletal : nyeri (-), nyeri sendi (-), kaku (+) i. Sistem genitourinaria : mengompol (-), tidak bisa kencing (+), 5
j. Ekstremitas atas : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-), kesemutan (+/+), bengkak (-), kelemahan (+/+), sakit sendi (-), panas (-) berkeringat (-) k. Ekstremitas bawah : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-), kesemutan (+/+), sakit sendi lutut kiri (-), kelemahan (+/+) l. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak stabil (-) m. Sistem Integumentum : kulit sawo matang, pucat (-), kering (-).
A. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup Vital sign TD : 140/90 mmHg Nadi : 88x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36,6 C VAS : 4
Status Neurologis a. Kesadaran : GCS E 4 V 5 M 6
b. Fungsi luhur : dalam batas normal c. Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi d. Fungsi sensorik : Level Dextra Sinistra C5-S1 Hipoestesi Hipoestesi e. Fungsi motorik dan reflek : Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis 3/4/4 4/4/3 N N +2 +2 - -
1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - - 6
f. Nervus Cranialis 1. N. I : dalam batas normal 2. N. II : dalam batas normal 3. N. III, IV, VI : refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), 4. N. V : refleks kornea (+/+) 5. N.VII : dalam batas normal 6. N. VIII : dalam batas normal 7. N. IX : gag refleks (+) 8. N. X : gag refleks (+) 9. N.XI : dalam batas normal 10. N. XII : dalam batas normal
i. Meningeal Sign - Kaku kuduk : (-) - Tanda Brudzinski I : (-) - Tanda Brudzinski II : (-) - Tanda Brudzinski III : (-) - Tanda Brudzinski IV : (-) - Tanda Kernig : (-/-)
j. Provokasi test - Laseque : (-/-) - Patrick : (-/-) - Contra Patrick : (-/-)
7
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah 15 Januari 2014 16/11/2013 Satuan Nilai rujukan Hb 11.0 gr/dL 13,5-17,5 Hct 33 % 33-45 AE 3.51 10 6 /ul 4,5-11.0 AL 9.0 10 3 /uL 4.5-11.0 AT 219 10 3 /uL 150-450 Golongan Darah A GDS 111 mg/dL 60-140 SGOT 20 u/l 0-35 SGPT 29 u/l 0-45 Ureum 41 mg/dL 10-50 Kreatinin 0.9 mg/dL 0,9-1,3 Na + 133 Mmol/L 136-145 K + 4,0 Mmol/L 3,5-5,1 Cl - 102 Mmol/L 98-106 HbsAg Reactive Laju Endap Darah 1 jam 104 mm/jam 0-15 Anti Hbc Total Positif Negatif Prostat Specific Antigen 13.20 ng/mL 0.00-4.50 CEA <0.50 ng/mL <3 AFP <0.50 IU/ml <5.81 Anti TB Negative negatif
Kesan: Tampak destruksi pada corpus V cervical VI DD: Proses metastase / malignancy
9
4. MRI Cervical
Kesan: Fraktur compresi corpus VC 6 disertai abscess epidural level VC 5 VC 7 mengakibatkan total stenosis spinal canal dengan extensi abscess ke neural foramen C5-6 ; C6-7 serta infiltrasi abscess ke epidural level craniovertebral junction dengan abnormality bone marrow corpus VC2; C4; C5; C6; C7; Th1 suspect spondylodiscitis TB. DD: Metastasis spine Annular bulging diskus C3-4 dengan indentasi thecal sac spinal canal dan foramen neuralis tak tampak iritasi radix. Suspect infark myelum level VC 4 sampai 6. DD: edema myelum.
10
C. RESUME Tujuh bulan SMRS pasien terpeleset saat pasien membawa karung pupuk dengan dipanggul pada tengkuk. Setelah kejadian, pasien mengeluh leher kaku, kesemutan pada jari-jari tangan kiri yang dirasakan semakin memberat dan disusul keluhan yang sama pada jari-jari tangan kanan. Pasien masih bisa aktivitas. Dua bulan SMRS pasien mengeluh kesemutan semakin bertambah dan menjalar sampai telapak tangan, dan lengan bawah bagian belakang. Kedua tungkai mulai terasa lemah terutama tungkai kanan sehingga pasien berjalan dengan diseret. Antara tungkai kanan dan kiri masih terasa kuat yang kiri. Satu bulan SMRS pasien mulai tidak bisa menggerakkan kedua tungkai dan kedua pergelangan tangan. Pasien merasa kebas mulai siku kanan kiri ke bawah dan dada sampai ujung jari kaki kanan dan kiri. Pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB dan BAK sejak 1 bulan terakhir. Pusing (-), mual (-), muntah (-), Kejang (-). Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, tetapi tidak terkontrol. Pasien juga memiliki riwayat operasi thyroid 7 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, Nadi 78x/menit, RR 18x/menit, Suhu 36,6 C. Pemeriksaan kekuatan motorik terdapat penurunan kekuatan motorik pada keempat ekstremitas atas dan bawah, Pemeriksaan sensorik terdapat penurunan sensorik pada ekstremitas atas dan bawah. Pemeriksaan nervus kranialis tidak terdapat parese. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HbsAg reaktif, anti HbC total positif. Pada CT scan cervical kesan tampak destruksi pada corpus V cervical VI. Pada MRI cervical kesan fraktur compresi corpus VC 6 disertai abscess epidural level VC 5 VC 7.
D. ASSESMENT K: Tetraparese spastik UMN, retensi urine et alvi T: Cervical E: Destruksi vertebra cervical e/c susp. metastase bone disease dd spondilitis TB 11
E. PENATALAKSANAAN 1. Infus NaCl 0.9% 20 tpm 2. Injeksi aminovel 1 flab/24 jam 3. Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam 4. Injeksi Vit B1 100mg/12 jam 5. Injeksi Dexamethason 5 mg/12 jam
F. PLANNING Konsul rehab medik Konsul bedah ortho
G. PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanam : dubia ad malam Ad fungsionam : dubia ad malam
12
FOLLOW UP Tanggal 16 Januari 2014 Keluhan : tangan dan kaki masih terasa lemah Status Generalis Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup Vital sign : TD : 160/100 mmHg RR : 20 x/menit Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,5 C Status Neurologis Kesadaran : GCS E 4 V 5 M 6
Fungsi luhur : Dalam batas normal Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3 Fungsi motorik dan reflek : Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis 4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -
1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -
Nervus Cranialis N. I : Dalam batas normal N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+) N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal N. V : refleks kornea (+/+) N.VII : Dalam batas normal N. VIII : Dalam batas normal N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal N.XI : Dalam batas normal N. XII : Dalam batas normal Meningeal Sign - Kaku kuduk : (-) - Tanda Brudzinski I : (-) 13
- Tanda Brudzinski II : (-) - Tanda Brudzinski III : (-) - Tanda Brudzinski IV : (-) - Tanda Kernig : (-) Assesment K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi, T : cervical E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd spondilosis TB Terapi Infus NaCl 0,9% 20 tpm Injeksi aminofel 1fl/24jM Injeksi ranitidine 50mg/12jam Injeksi vitamin B 1 100mg/24jam Injeksi dexametason 10mg/6jam Injeksi streptomycin 1gr/24jam Amitriptilin 2x12,5mg Per Oral Amlodipine 1x10mg Per Oral Rimfampycin 2x300mg Per Oral INH 1x300mg Per Oral Pirazinamid 1x1000mg Per Oral Plan USG Urologi dan Abdomen (prostat) Konsultasi Rehap Medik
Tanggal 18 Januari 2014 Keluhan : sulit tidur dan kaki kesemutan Status Generalis Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup Vital sign : TD : 150/100 mmHg Nadi : 60 x/menit 14
RR : 20 x/menit Suhu : 36,5 C Status Neurologis Kesadaran : GCS E 4 V 5 M 6
Fungsi luhur : Dalam batas normal Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3 Fungsi motorik dan reflek : Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis 4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -
1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -
Nervus Cranialis N. I : Dalam batas normal N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+) N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal N. V : refleks kornea (+/+) N.VII : Dalam batas normal N. VIII : Dalam batas normal N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal N.XI : Dalam batas normal N. XII : Dalam batas normal Assesment K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi T : cervical E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd spondilosis TB Terapi Infus NaCl 0,9% 20 tpm Injeksi aminofel 1fl/24jM 15
Injeksi ranitidine 50mg/12jam Injeksi vitamin B 1 100mg/24jam Injeksi dexametason 10mg/6jam Injeksi streptomycin 1gr/24jam Amitriptilin 2x12,5mg Per Oral stop Amlodipine 1x10mg Per Oral Alprazolam 0-0-1 K/P Plan Tunggu rencana dari bedah orthopaedi
Tanggal 20 Januari 2014 Keluhan : - Status Generalis Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup Vital sign : TD : 140/80 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 18 x/menit Suhu : 36,5 C Status Neurologis Kesadaran : GCS E 4 V 5 M 6
Fungsi luhur : Dalam batas normal Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3 Fungsi motorik dan reflek : Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis 4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -
1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -
Nervus Cranialis N. I : Dalam batas normal N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+) 16
N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal N. V : refleks kornea (+/+) N.VII : Dalam batas normal N. VIII : Dalam batas normal N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal N.XI : Dalam batas normal N. XII : Dalam batas normal Assesment K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi T : cervical E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd spondilosis TB Terapi Infus NaCl 0,9% 20 tpm Injeksi aminofel 1fl/24jM Injeksi ranitidine 50mg/12jam Injeksi vitamin B 1 100mg/24jam Injeksi dexametason 10mg/6jam Amlodipine 1x10mg Per Oral
Tanggal 22 Januari 2014 Keluhan : - Status Generalis Keadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup Vital sign : TD : 150/100 mmHg Nadi : 60 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5 C Status Neurologis Kesadaran : GCS E 4 V 5 M 6
17
Fungsi luhur : Dalam batas normal Fungsi vegetatif : retensi urine et alvi Fungsi sensorik : setinggi dermatom C-3 Fungsi motorik dan reflek : Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis 4/4/3 4/4/3 N N +2 +2 - -
1/1/1 1/1/1 N N +2 +2 - -
Nervus Cranialis N. I : Dalam batas normal N. II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), RCTL (+/+) N. III, IV, VI : pergerakan bola mata dalam batas normal N. V : refleks kornea (+/+) N.VII : Dalam batas normal N. VIII : Dalam batas normal N. IX : gag refleks (+), Dalam batas normal N. X : gag refleks (+), Dalam batas normal N.XI : Dalam batas normal N. XII : Dalam batas normal Assesment K : tetraparesis spastik UMN, retensi urine et alvi T : cervical E : destruksi vertebrae cervical ec susp. Metastase bone disease dd spondilosis TB Terapi Infus NaCl 0,9% 20 tpm Injeksi aminofel 1fl/24jM Injeksi ranitidine 50mg/12jam Injeksi vitamin B 1 100mg/24jam Injeksi dexametason 10mg/6jam Amlodipine 1x10mg Per Oral 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dermatom Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf sakral. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak. Sepanjang dada dan perut dermatom seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda. Sepanjang lengan dan kaki, pola ini berbeda karena dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota badan. 1. Manfaat Klinik Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat kerusakan saraf-saraf spinalis. Karena kesakitan terbatas dermatom adalah gejala bukan penyebab dari dari masalah yang mendasari, operasi tidak boleh sekalipun ditentukan oleh rasa sakit. Sakit di daerah dermatom mengindikasikan kekurangan oksigen ke saraf seperti yang terjadi dalam peradangan di suatu tempat di sepanjang jalur saraf. Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang seperti infeksi herpes zoster, dapat mengungkapkan sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada dermatom tertentu. Herpes zoster merupakan virus yang dormant di dalam ganglion dorsalis, bermigrasi sepanjang saraf spinalis dan hanya mempengaruhi daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf tempat virus tersebut menetap. Gejala biasanya unilateral tetapi dalam keadaan kekebalan tubuh menurun, mereka lebih cenderung menjadi bilateral dan simetris, yang berarti bahwa virus ada pada kedua ganglia dari ganglion dorsalis.
19
2. Peta Dermatom a. Segmen Cervical 2 (C2) sampai Cervical 4 (C4) Dermatom C2 meliputi tengkuk dan bagian superior cervical. C3 meliputi bagian inferior cervical hingga ke klavikula. C4 meliputi area tepat di bawah klavikula. b. Segmen Cervical 5 (C5) sampai Thoracal 1 (T1) Dermatom ini semua terletak di lengan. C5 meliputi lengan bagian lateral dansuperior siku. C6 meliputi lengan bawah dan radius (ibu jari). C7 meliputi jari tengah, C8 meliputibagian lateral tangan, dan T1 mencakup sisi medial lengan bawah. c. Segmen Thoracal 2 (T2) sampai Thoracal 12 (T12) Segmen thoraks ini mencakup aksilla dan daerah dada. d. Segmen Lumbal 1 (L1) sampai Lumbal 5 (L5) Dermatom kulit yang mewakili daerah pinggul dan daerah inguinal dipersarafi oleh L1. L2 dan L3 mencakup bagian anteriorfemur. L4 dan L5 mencakup bagian medial dan lateral kaki bagian bawah. e. Segmen Sacral 1 (S1) sampai Sacral 5 (S5) S1 meliputi tumit dan kaki tengah bagian belakang. S2 menutupi bagian belakang femur. S3 menutupi sisi medial dari gluteus dan S4-S5 meliputi daerah perineum.
Gambar 1. Dermatom Kepala dan Leher 20
Gambar 2. Dermatom Batang Tubuh
Gambar 3. Dermatom Ekstremitas Atas dan Bawah 21
B. Lesi Medulla Spinalis 1. Anatomi Medulla Spinalis Medulla spinalis merupakan struktur berbentuk silinder yang berdiameter kurang dari 2 cm dan terdiri dari bagian putih (substansia alba) dan bagian abu-abu (substansia grisea). Medulla spinalis berada dalam kanalis sentralis vertebra yang dikelilingi oleh collum vertebra. Memanjang dari foramen magnum yang berada di dasar tengkorak sampai setinggi L1-L2 yang disebut conus medullaris. Di bawah tingkat ini lumbar sac (theca) hanya mengandung filamen serabut saraf yang disebut cauda equina (Baehr et al., 2005). Medulla spinalis diselubungi oleh 3 selaput meningen, yang merupakan lanjutan dari selaput yang menyelubungi otak. Piamater melekat pada medulla spinalis, duramater dan arachnoidmater (tanpa pembuluh darah) memanjang secara kaudal sampai setinggi S5 yang kemudian bergabung dengan fillum terminale membentuk ligamentum coccygea. Medulla spinalis menerima input melalui nervus perifer dari bagian tubuh dan melalui traktus descenden dari otak kemudian memproyeksikan output melalui saraf perifer ke bagian tubuh dan melalui traktus ascenden ke otak (Noback et al., 2005).
Gambar 4. Medulla Spinalis 22
2. Etiologi Lesi Medulla Spinalis Berdasarkan etiologinya, lesi pada medulla spinalis dapat dibagi menjadi 2, yaitu lesi traumatik dan non traumatik. a. Lesi Medulla Spinalis Traumatik Tekanan mendadak yang menyebabkan fraktur, dislokasi, kompresi pada tulang belakang dapat menyebabkan lesi traumatis. Tembakan maupun luka senjata tajam juga dapat menyebabkan lesi traumatis pada tulang belakang. Komplikasi trauma seperti perdarahan, pembengkakan, peradangan dan penumpukan cairan di dalam atau dekat medulla spinalis sering menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Trauma juga dapat terjadi secara progresif (kronis) seperti mengangkat beban yang berat dalam waktu yang lama. b. Lesi Medulla Spinalis Non Traumatik Lesi ini bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. Faktor penyebabnya mencakup penyakit motor neuron, myelopati spondilotik, infeksi, inflamasi, penyakit vaskuler, neoplasma, kondisi toksik dan metabolik, serta kelainan kongenital dan perkembangan. 1) Spondylitis Spondylitis merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif. Penyebab yang paling sering adalah bakteri mycobacterium tuberculosa. Gejala klinis yang timbul berupa: - Nyeri pinggang atau punggung - Nyeri tekan lokal disertai spasme otot - Abses paravertebra - Gibbus bila ada kompresi vertebra - Parestesi dan kelemahan pada ekstremitas inferior 2) Hernia Nucleus Pulposus Merupakan suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam canalis spinalis sehingga menyebabkan penekanan pada radiks spinalis 23
atau cauda equina. Tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan mencakup: - Hipoestesi - Nyeri tulang belakang - Paresis - Inkontinensia urin et alvi 3) Metastatik Bone Disease Metastase tulang merupakan komplikasi yang sering ditemukan pada penderita kanker, terutama disebabkan dari kanker paru, payudara, dan prostat. Metastase tulang dapat menyebabkan nyeri hebat, fraktur patologis, dan kompresi spinal cord yang dapat mengancam jiwa. Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya metastase kanker ke tulang yaitu: - Aliran darah yang banyak pada sumsum tulang. - Tulang merupakan sumber dihasilkannya faktor-faktor pertumbuhan (transforming growth factor, insulin like growth factor, fibroblast growth factor, platelet derived growth factor, bone morphogenic protein, dan kalsium). Faktor-faktor ini dihasilkan dan teraktivasi pada proses resorpsi tulang dan merupakan tanah yang subur untuk pertumbuhan sel kanker (seed and soil hypothesis).
3. Level Lesi Medulla Spinalis Cedera tulang belakang bervariasi dalam lokasi dan tingkat keparahannya. Level neurologis adalah segmen paling kaudal dari medulla spinalis yang masih ditemukan sensoris dan motoris normal di kedua sisi tubuh. Penentuan dari level cedera pada dua sisi adalah penting. Terdapat perbedaan yang jelas antara lesi di bawah dan di atas T1. Cedera pada segmen cervical di atas T1 menyebabkan tetraplegi dan bila di bawah level T1 menghasilkan paraplegi. Level tulang vertebra yang mengalami 24
kerusakan menyebabkan cedera pada medulla spinalis. Level kelainan neurologis dari cedera ini ditentukan hanya dengan pemeriksaan klinis. Kadang-kadang terdapat ketidakcocokan antara level tulang dan neurologis disebabkan nervus spinalis memasuki kanalis spinalis melalui foramina dan naik atau turun di dalam kanalis spinalis sebelum betul-betul masuk ke dalam medulla spinalis. Tingkat keparahan lesi ini diklasifikasikan sebagai lesi komplit, yaitu jika hampir semua gerakan dan sensasi di bawah tingkat cedera hilang, atau lesi inkomplit, yaitu jika sebagian gerakan dan sensasi masih dapat dirasakan. a. Level Sensorik Level sensorik ditentukan melalui dermatom dengan masing-masing segmen medulla spinalis yang menginervasi bagian kulit spesifik. Distribusi dermatom ini relatif mudah, kecuali pada tungkai. Di lengan, serviks dermatom C5 ke T1 tersusun dari radial proksimal (C5) ke distal (C6-8) dan medial proksimal (T1). Pada bagian kaki-kaki, L1 untuk L5 dermatom menutupi bagian depan kaki dari proksimal ke distal sedangkan dermatom sakral menutupi bagian belakang kaki. Level sensoris menunjukkan ke arah segmen bagian kaudal medula spinalis dengan fungsi sensoris yang normal pada kedua bagian tubuh. b. Level Motorik Terdapat 10 kelompok otot yang merepresentasikan inervasi motorik medulla spinalis segmen cervical dan lumbosacral. C5 merepresentasikan otot fleksor siku (musculus biceps), C6 untuk ekstensor pergelangan tangan, C7 untuk ekstensor siku (musculus triceps), C8 untuk fleksor jari-jari (musculus flexor digiti), dan T1 untuk abduktor kelingking (musculus abductor digiti minimi). Adapun otot-otot kaki merepresentasikan segmen lumbal. L2 untuk fleksor panggul (musculus psoas), L3 untuk ekstensor lutut (musculus quadriceps), L4 untuk dorsifleksor pergelangan kaki (musculus tibialis anterior), L5 untuk ekstensor jari telunjuk kaki (musculus hallucis 25
longus), dan S1 untuk fleksor plantar pergelangan kaki (musculus gastrocnemius). Sfingter ani diinervasi oleh medulla spinalis segmen S4-5 dan merepresentasikan akhir dari medulla spinalis. Sfingter ani merupakan batas kritis dari pemeriksaan medulla spinalis. Level motoris dinyatakan seperti sensoris, yaitu daerah paling kaudal di mana masih dapat ditemukan motoris dengan kekuatan 3/5 pada lesi komplit.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kishner S and Ramachandran TS. 2013. Dermatomes Anatomy. http://emedicine.medscape.com/article/1878388- overview#showall (akses 22 Januari 2014)
Young, Wise. 2014. Spinal Cord Injury Level and Classification. http://www.travisroyfoundation.org/resources/spinal-cord- injury-levels-classification (akses 22 Januari 2014)
Noback CR, Strominger NL, Demarest RJ. 2005. The Human Nervous System-Structure and Function. Sixth Edition. New Jersey: Humana Press Inc
Baehr M, Frotscher MD. 2005. Tipical Diagnosis in Neurology. 4th Edition. New York: Thieme