Hernia Nukleus Pulposus
Hernia Nukleus Pulposus
Hernia Nukleus Pulposus
OLEH : KELOMPOK 4
SITTI ZAENAB
SYAFITRIANI UTAMI PAMILI
TRESIA LINTIN
WIWIK KRISNAWATI
A. Pengertian
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan
rupture annulus pulposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus pulposs
menonjol (mengalami herniasi) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan
nyeri dan mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjadi antara L4 dan
L5, menekan akar saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan akar saraf S1.
(Sylvia A.price).
Hernia diskus intervertebralis, yang juga sering dinamakan dengan istilah
hernia nucleus pulposus, suatu rupture atau dislokasi diskus intervertebralis
yang terjadi ketika seluruh atau sebagian nucleus pulposus yang merupakan
bagian diskus intervertebralis yang lunak dan menyerupai gelatin terdorong
melalui diskus yang lemah atau anulus fibrosus yang rupture.
Hernia diskus intervertebralis biasanya terjadi pada dewasa (kebanyakan
laki-laki) dibawah usia 45 tahun. Sekitar 90 % hernia diskus intervertebralis
terjadi di daerah lumbal dan lumbosacral, 8 % terjadi di daerah servikal, dan 1
% hingga 2 % terjadi di daerah torakal. Pasien yang memiliki kanalis spinalis
lumbal secara konginetal berukuran sempit atau disertai pembentukan osteofit
di sepanjang vertebra mungkin lebih rentan terhadap kompresi radiks saraf
dan menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk memperlihatkan gejala
neurologi.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya,
bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).
Angka kejadian dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat
beban berat (terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki—laki lebih
banyak dari pada wanita.
B. Etiologi
Ada dua penyebab utama hernia diskus intervertebralis. Penyebab
tersebut meliputi :
1. Trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti
mengangkat) kartilago dapat cedera
2. Degenerasi persendian intervertebralis
Pada pasien usia lanjut yang diskus intervertebralisnya sudah mulai
berdegenerasi karena proses penuaan, trauma yang ringan pun sudah dapat
menimbulkan herniasi. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nucleus pulposus. Selain itu serat-serat menjadi
lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan menimbulkan
perubahan yang menyebabkan herniasi nucleus puldosus melalui annulus
disertai penekanan akar saraf spinal.
Umumnya herniasi kemungkinan paling besar terjadi didaerah kolumna
vertebralis tempat terjadinya transisi dari segmen yang lebih banyak bergerak
ke yang kurang bergerak (hubungan lumbosacral dan servikotorakalis).(Sylvia
A.price).
C. Patofisiologi
Diskus intervertebralis terdiri atas dua bagian, yaitu : bagian tengah yang
lunak dan bagian berbentuk cincin yang melingkarinya serta terbentuk dari
jaringan fibrosus yang liat. Bagian tengah tersebut disebut nucleus fibrosus.
Nucleus pulposus bekerja seperti peredam kejut (shock absorber) dengan
mendistribusikan stress mekanis pada tulang belakang yang terjadi ketika
tubuh bergerak. Stress fisik yang biasanya berupa gerakan berputar dapat
merobek atau menimbulkan rupture annulus fibrosus sehingga terjadi herniasi
nucleus pulposus ke dalam kanalis spinalis. Tulang vertebra akan saling
mendekat dan materi diskus yang rupture dapat menimbulkan tekanan pada
radiks saraf sehingga timbul rasa nyeri dan mungkin pula kehilangan fungsi
sensorik serta motoric.
Hernia diskus intervertebralis dapat terjadi pula bersama degenerasi
persendian intervertebralis. Jika diskus tersebut sudah mulai berdegenerasi
maka trauma ringan sekalipun dapat menimbulkan herniasi.
Herniasi terjadi dalam tiga tahap :
1. Protrusi : nucleus pulposus menekan annulus fibrosus
2. Ekstrusi : nucleus pulposus menonjol keluar melalui annulus
fibrosus sehingga menekan radiks saraf
3. Sekustrasi : annulus pecah sehingga bagian tengah diskus
meletup keluar dan menekan radiks saraf
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum meliputi :
1. Nyeri punggung bawah yang hebat dan menjalar sampai daerah
bokong, tungkai, dan kaki ; biasanya nyeri tersebut terasa hanya pada satu
sisi (unilateral) dan disebabkan oleh kompresi radiks saraf yang
menginervasi daerah tersebut.
2. Nyeri mendadak pascatrauma yang mereda dalam waktu beberapa
hari, tetapi kemudian timbul kembali dalam selang waktu yang singkat
disertai intensitas yang bertambah secara progresif
3. Iskialgia yang terjadi pascatrauma dan dimulai dengan nyeri
tumpul di daerah bokong; maneuver Valsalva, batuk, bersin, dan
membungkuk dapat menambah rasa nyeri yang disertai spasme otot akibat
penekanan serta iritasi radiks nervus iskiadikus
4. Kehilangan fungsi sensorik dan motoric didaerah yang dipersarafi
oleh radiks nervus spinalis yang terkompresi dan pada stadium lebih
lanjut, kelamahan, serta otot-otot tungkai.
Tanda dan gejala berdasarkan letak HNP meliputi :
1. HNP Lumbal
a) Terjadi pada area L5-S1 dan L4-L5 dan yang jarang terjadi pada
L3-L4
b) Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam periode beberapa
minggu sampai beberapa tahun)
c) Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik (saraf
iskhiadikus)
d) Sifat nyeri biasanya menghebat karena factor-faktor pencetus
seperti gerakan pinggang, batuk, mengedan, berdiri, atau duduk untuk
jangka waktu yang lama
e) Nyeri berkurang bila istirahat berbaring
f) Sering mengeluh kesemutan, baal, atau bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yan terlibat
g) Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda : spasme otot
paravertebral lumbal dan terbatasnya gerakan pinggang
h) Tes laseque (mengangkat tungkai lurus ke atas) dan tes kompresi
poplitea umumnya akan positif
i) Deficit neurologis : penurunan atau hilangnya reflek akhiles dan
lutut, menurunnya sensasi raba atau tusuk pada distribusi dermatom,
penurunan atau hilangnya kekuatan motoric kelompok otot-otot
tertentu.
2. HNP servikal
a) Umumnya terjadi pada usia decade 3 dan 4
b) Lokasi diarea parasentral unilateral karena pada area tersebut
annulus fibrosus adalah yang terlemah serta ligamennya tipis
c) Pada C6 akan menimbulkan paresthesia serta baal pada daerah
distribusi paersarafan juga dapat kelemahan otot biseos dan penurunan
reflex biseps
d) Pada C6-C7 menyebabkan iritasi radiks C7 dan menampilkan
gejala hyperalgesia serta parastesia jari tengah
e) Penurunan reflex triseps
f) Central cord sindrom ditandai kelumpuhan akut atau tidak nyeri
terutama pada ekstremitas atas dimana bagian distal lebih berat dari
pada bagian proksimal
g) Brown sequard syndrome yang menampilkan hemiseksi medual
spinalis, dimana terjadi kelemahan motoric serta sensorik
(proprioseptif) ipsilateral dengan gangguan sensorik (protapasi)
kontralateral
h) Anterior cord syndrome yang menampilkan gejala gangguan 2/3
bagian anterior medulla spinalis.
E. Komplikasi
Komplikasi bergantung pada intensitas dan lokasi herniasi yang spesifik.
Komplikasi yang sering terjadi meliputi :
1. Deficit neurologi
2. Masalah defekasi dan urinasi
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan klinik, pada punggung, tungkai dan abdomen.
Pemeriksaan rektal dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada
serviks
2. Pemeriksaan radiologis
a. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang
belakang
b. M R I : merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan
gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak
terlihat pada M R I
d. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal
khusus yang terkena.
3. Pemeriksaan labolatorium
a. Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan kelainan-kelainan pada
saluran kencing
b. Pemeriksaan darah yaitu LED dan hitung diferensial untuk
menyingkirkan adanya tumor ganas, infeksi dan penyakit rematik
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri
dan mengubah defisit neurologik. Hanya dilakukan pada penderita yang
mengalami nyeri menetap dan tidak dapat di atasi, terjadi gejala pada
kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurologic utama seperti
inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat diskus
yang mengalami ekstrusi, penyatuan tulang vertebra (fusi spinal) untuk
mengatasi ketidakstabilan segmental atau keduanya untuk menstabilkan
tulang belakang.
2. Bila tidak dijumpai deficit neurologic :
a. Tidur selama 1-2 minggu di atas Kasur yang keras
b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
c. Terapi obat-obatan : muscle relaxan, nonsteroid, anti inflamasi
drug dan analgetik
d. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace
atau korset
e. Terapi diet untuk mengurangi berat badan
f. Traksi lumbal
g. TENS (Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation)
H. Penyimpangan KDM
Kurangnya informasi
Hambatan mobilitas fisik
Ansietas
Deficit pengetahuan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria
dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong
benda berat)
2. Keluhan Utama: Nyeri pada punggung bawah
P: Trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q: Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti
kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri
apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi
bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R: Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S: Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri
seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-
oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T: Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,
hilang timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan
nyeri punggung bawah
4. Status mental
Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung
(faktor-faktor stres)
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
(a) Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan
jantung, paru-paru, perut.
(b) Inspeksi
- Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai
posisi dan gerakan untuk evalusi neurogenik
- Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur
paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal.
- Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai
selama begerak.
- Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
- Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,
perubahan warna kulit.
(c) Palpasi dan perkusi
- Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau
halus sehingga tidak membingungkan klien
- Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang
paling terasa nyeri.
- Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior
- Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kencing
penuh dll.
(d) Neurorologik
Pemeriksaan motorik
- Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,
kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk
melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
- atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan-kiri.
- fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
(e) Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa
getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu
sehingga dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu.
(f) Pemeriksaan refleks
- Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk
dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks
negatif.
- Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , lutut
posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan
ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian
tendon achiles dipukul. Pada HNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
- Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk memeriksa
ada/tidaknya penyebaran nyeri.
2) Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Nyeri akut b.d penjepitan saraf pada diskus invertebralis
2. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemiplegia
3. Ansietas b.d prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
3) Intervensi
1. Nyeri akut b.d penjepitan saraf pada diskus invertebralis
Tujuan : klien mampu mengontrol nyeri, mampu melaporkan keparahan
dari nyeri
NOC :
a. Control nyeri
b. Tingkat nyeri
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri ( menggambarkan factor penyebab,
mengenali kapan nyeri terjadi, menggunakan tindakan pencegahan,
menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
d. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
NIC :
Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
d. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
e. Gali bersama pasien fakto-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
f. Kurangi factor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri
Pemberian analgesic
a. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi obat
analgesic yang diresepkan
b. Cek adanya riwayat alergi obat
c. Tentukan pilihan obat analgesic berdasarkan tipe dan keparahan
nyeri
d. Tentukan analgesic sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk
mencapai hasil pengurangan nyeri yang optimal
2. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemiplegia
Tujuan : Klien mampu bergerak bebas di tempat dengan atau tanpa alat
bantu
NOC :
Pergerakan
Kriteria hasil:
a. Keseimbangan dan cara berjalan tidak terganggu
b. Gerakan otot dan sendi tidak terganggu
c. Mampu bergerak dengan mudah
NIC :
Perawatan tirah baring
a. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring
b. Tempatkan matras atau Kasur terapeutik dengan cara yang tepat
c. Posisikan sesuai body alignment yang tepat
d. Gunakan alat ditempat tidur yang melindungi pasien
e. Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling tidak setiap 2
jam, sesuai dengan jadwal yang spesifik
f. Monitor kondisi kulit
g. Ajarkan latihan ditempat tidur, dengan cara yang tepat
h. Bantu menjaga kebersihan
i. Aplikasikan aktivitas sehari-hari
j. Monitor komplikasi dari tirah baring (misalnya, kehilangan tonus
otot, nyeri punggung, konstipasi, peningkatan stress, depresi,
kebingungan, perubahan siklus tidur, infeksi saluran kemih, kesulitan
dalam berkemih, pneumonia)
Perawatan traksi/imobilisasi
a. Posisikan kesejajaran tubuh yang sesuai
b. Pertahankan posisi yang tepat pada tempat tidur untuk
meningkatkan traksi
c. Yakinkan berat yang tepat di aplikasikan
d. Pertahankan traksi sepanjang waktu
e. Monitor kemampuan mandiri ketika terpasang traksi
f. Monitor adanya komplikasi imobilisasi
g. Berikan perawatan kulit yang sesuai pada area gesekan
h. Instruksikan perawatan penahan (traksi)
i. Instruksikan perawatan alat fiksasi eksternal, jika diperlukan
j. Instruksikan perawatan lokasi pin, sesuai kebutuhan
k. Instruksikan pentingnya nutrisi adekuat untuk penyembuhan tulang
3. Ansietas b.d prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
Tujuan: Rasa cemas klien akan berkurang/hilang
NOC :
a. Tingkat kecemasan
b. Koping
Kriteria hasil:
a. Klien mampu menyampaikan rasa takut dan rasa cemas secara
lisan
b. Tidak ada peningkatan TTV
c. Klien bisa mengambil keputusan
d. Tidak ada perasaan gelisah dan wajah tegang
e. Klien mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif
f. Klien mampu menyatakan perasaan akan control diri
g. Klien menyatakan penerimaan terhadap situasi
h. Klien mampu mencari informasi terpercaya tentang pengobatan
NIC :
Pengurangan kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
yang mungkin akan dialami klien selama prosedur(dilakukan)
c. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
d. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
e. Dengarkan klien
f. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
g. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
Teknik menenangkan
h. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
i. Pertahankan kontak mata
j. Berada disisi klien
k. Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
l. Instruksikan klien untuk menggunakan metode mengurangi
kecemasan (misalnya, teknik bernapas dalam, distraksi, visualisasi,
meditasi, relaksasi otot progresif) jika diperlukan
m. Berikan obat anti kecemasan bila diperlukan
Peningkatan koping
a. Bantu pasien dalam memeriksa sumber-sumber yang tersedia untuk
memenuhi tujuan-tujuannya
b. Dukung hubungan (pasien) dengan orang yang memiliki
ketertarikan dan tujuan yang sama
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
d. Berikan suasana penerimaan
e. Sediakan informasi actual mengenai diagnosis, penanganan dan
prognosis
f. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
Tujuan : klien memahami tentang proses penyakit dan komplikasinya,
klien memahami prosedur penanganan
NOC :
a. Pengetahuan : proses penyakit
b. Pengetahuan : prosedur penanganan
Kriteria hasil
a. Klien mampu memahami proses penyakit (tanda dan gejala, proses
pejalanan penyakit, dan komplikasi)
b. Klien mamahami apa yang disampaikan tentang prosedur yang
diperlukan sebagai bagian dari regimen pengobatan
NIC :
Pengajaran proses penyakit
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit
yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya
dengan anatomi dan fisiologi, sesuai kebutuhan
c. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai
kebutuhan
d. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
e. Identifikasi penyebab sesuai kebutuhan
f. Identifikasi perubahan kondisis fisik pasien
g. Diskusikan pilihan terapi/penanganan
h. Jelaskan alasan dibalik manajemen/terapi/penanganan yang
direkomendasikan
i. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada sesuai kebutuhan
j. Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk
menecah/meminimalkan efek samping penanganan dari penyakit sesuai
kebutuhan
k. Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporka
kepada petugas kesehatan sesuai kebutuhan
4) Evaluasi
1. Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
2. Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
3. Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
4. Klien mampu meningkatkan pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. edisi 8. Vol 3. EGC: Jakarta