Kesetimbangan Uap Cair
Kesetimbangan Uap Cair
Kesetimbangan Uap Cair
Tanggal praktikum
: 17 September 2013
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES & OPERASI PABRIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2013
Abstrak
Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Data kesetimbangan uap cair dapat diperoleh melalui eksperiment dan pengukuran. Pada suatu suhu tertentu, zat tertentu memiliki suatu tekanan parsial yang merupakan titik kesetimbangan dinamis gas zat tersebut dengan bentuk cair atau padatnya. Titik ini adalah tekanan uap tersebut pada suhu tersebut. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan komposisi uap cair pada kondisi setimbang dan membandingkan data percobaan dengan persamaan Raoult. Dalam percobaan ini komposisi umpan yang digunakan adalah 15%, 25%, 35%, 45%, 55%. Berdasarkan percobaan diperoleh bahwa semakin besar komposisi umpan maka temperatur kesetimbangan semakin menurun.
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesetimbangan Kesetimbangan mengandung pengertian bahwa suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu.Untuk material dalam jumlah tertentu hal tersebut dapat diartikan tidak ada perubahan sifat material tersebut dengan waktu, Keadaan setimbang sebenarnya tidak pernah tercapai. Suatu proses berlangsunng karena dad gaya penggerak dan selalu menuju ketitik kesetimbangan. Gaya ini merupakan selisish antara potensial pada keadaan seketika dan keadaan setimbang. Semakin dekat keadaan sisitem dengan tititk kesetimbangan, semakinkecil gaya penggerak proses semakin kecil pula laju proses dan akhirnya ssama dengan 0 bila titik kesetimbangan sudah tecapai. Jadi titik kesetimbangan hanya bisa tercapai secara teoritis dalam waktu yang tak terhingga. pada prakteknya didalam pekerjaan ilmiah suatu kesetimbangan dianggap tercapai bila tidak ada lagi perubahan sifat/keadaan seperti yang ditunjukkkan oleh alat pengukur yang digunakan. Di dalam masalah rekayasa kesetimbangan bilamana sifat yang ditunjukkan oleh praktek sama dengan sifat yang dihitung berdasarkan metoda yana menggunakan anggapan kesetimbangan. Contoh komposisi pada pelat distilasi dibanding dengan komposisi pelat teoritis. Seperti pada kesetimbangan umumnya, kesetimbangan uap cair dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan model ini, kecepatan antara molekul-molekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan kembali. Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Contoh nyata penggunaan data termodinamika kesetimbangan uapcair dalam berbagai metoda perancangan kolom distilasi packed column dan try column. Percobaan langsung yang betul-betul lengkap baru dapat diperoleh dari serangkaian metoda pengukuran, selain itu percobaan langsung seperti itu memerlukan waktu yang banyak dan biaya yang besar. Sehingga cara yang umum ditempuh adalah mengukur data tersebut pada
beberapa kondisi kemudian meringkasnya dalam bentuk model-model matematik yang relatif mudah diterapkan dalam perhitungan-perhitungan komputer. Salah satu contoh aplikasi dari percobaan kesetimbangan uap cair ini adalah pembuatan tabung gas LPG. Proses pembuatan tabung gas LPG ini menggunakan prinsip distilasi, yaitu tekanan uap dalam tabung bila semakin besar akan mengubah gas di dalam tabung menjadi cair. Prinsip distilasi yang digunakan sangat penting dipelajari oleh mahasiswa.
B. Kriteria Kesetimbangan. Secara umum untuk sistem kesetimbangan dapat dinyatakan dengan energi Gibbs : ( dGt )T,P = 0 .....( 1 ) Hubungan energi Gibbs dan energi potensial untuk masing-masing fasa : D ( nG ) = - ( nS ) dT + ( nV ) dP + ( i dn i ) ( 2 ) D ( nG ) = - ( nS ) dT + ( nV ) dP + ( i dn i ) ............( 3 ) dan menunjukkkan masing-masing fasa. Persamaan ( 2 ) dan ( 3 ) disubtitusikan ke persamaan ( 1 ) maka diperoleh : ( dGt )T,P = ( i dn i ) + ( i dn i ) = 0 ...( 4 ) Neraca massa komponen I pada kedua fasa : dn i = - dni .......( 5 ) Sehingga persamaan ( 4 ) berubah menjadi : i = i ....( 6 ) Dari persamaan ( 6 ) dapat disimpulkan bahwa pada kondisi kesetimbangan potensial kimia komponen i di fasa 1 sama dengan potensial kimia komponen i di fasa 2. Hubungan potensial komponen i dengan fugasitas dinyatakan persamaan berikut : di = RT.dln fi ..( 7 ) Jika diintegralkan maka diperoleh : i = RT.ln fi + i .( 8 ) i adalah konstanta yang hanya tergantung komponen pada temperatur. Karena temperatur semua fasa adalah sama, maka persamaan ( 8 ) dapat disubtitusikan ke persamaan ( 6 ) menjadi : fi = fi .( 9 )
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan pula bahwa pada saat kesetimbangan dengan T,P sama, maka fugasitas untuk masing-masing komponen pada semua fasa adalah sama.
C. Kesetimbangan Uap Cair Untuk suatu sistem uap cair yang berada pada kesetimbangan, fugasitas komponen I adalah sama untuk fasa uap dan fasa cairnya : fiV = fil .( 10 ) Fugasitas komponen I pada fasa uap dinyatakan : fiV = iV . yi . P ...( 11 ) Sedangkan fugasitas komponen I pada fasa cair dinyatakan : fil = il . xi . P .( 12 ) Persamaan ( 1 ) dan ( 2 ) disubtitusikan ke persamaan ( 10 ) diperoleh : iV . yi = il . xi . P .( 13 ) Jika fasa uap dianggap gas ideal, maka iV = 1 dan fasa cair dianggap larutan ideal, maka il dapat dinyatakan : il
fi xf f i i i .( 14 ) x i P x iP P
l l l
Pada tekanan rendah berlaku persamaan : fil = fisat ...( 15 ) Karena fasa uap dianggap ideal, maka persamaan ( 15 ) menjadi : fil = Pisat ..( 16 ) Pisat adalah tekanan uap murni komponen i pada temperatur sistem. Jika persamaan ( 16 ) disubtitusikan ke persamaan ( 14 ) diperoleh : il
Pi P
sat
..( 17 )
.( 18 )
Persamaan ( 18 ) ini dikenal Hukum Raoult. Untuk menentukan tekanan uap murni i dapat didekati dengan persamaan Antoine yaitu :
LnPsat A
B ..( 19 ) TC
Seperti pada kesetimbangan umumnya, kesetimbangan uap cair dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan model ini, kecepatan antara molekul-molekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan kembali. Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Contoh nyata penggunaan data termodinamika kesetimbangan uap cair dalam berbagai metoda perancangan kolom distilasi packed column dan try column. Percobaan langsung yang betulbetul lengkap baru dapat diperoleh dari serangkaian metoda pengukuran. Selain itu, percobaan langsung seperti itu memerlukan waktu yang banyak dan biaya yang besar. Sehingga cara yang umum ditempuh adalah mengukur data tersebut pada beberapa kondisi kemudian meringkasnya dalam bentuk model-model matematik yang relatif mudah diterapkan dalam perhitunganperhitungan komputer. Salah satu contoh dari kesetimbangan uap cair ini adalah pembuatan tabung gas LPG. Proses pembuatan tabung gas LPG ini menggunakan prinsip distilasi. Prinsip distilasi pada proses pembuatan tabung tersebut adalah tekanan uap dalam tabung bila semakin besar akan mengubah gas di dalam tabung tersebut menjadi cair.
Literatur Geankoplis, CJ.1983 Transport Process and Unit Operation 2 ed, pp. 828-831
Temperatur XA C F YA
Temperatur XA C F YA
1.2.Tujuan Praktikum Merangkai peralatan untuk percobaan kesetimbangan uap cair. Menggunakan alat Hand Refraktometer untuk mengukur konsentrasi etanol dalam campuran etanol-air. Membuat grafik komposisi uap (yD) dan cair (xw) versus temperature pada kondisi kesetimbangan. Menghitung konstanta kesetimbangan uap cair etanol-air hasil percobaan dan membandingkan dengan konstanta kesetimbangan uap cair etanol-air literatur.
2.1. Alat - Labu 100 ml - Labu Pendingin - Termometer - Pengambil sampel uap yang terkondensasi - Hand Refraktometer 2.2. Bahan - Etanol - Air 2.3 Prosedur Percobaan Sebelum percobaan KUC dimulai terlebih dahulu dilakukan pengukuran hubungan konsentrasi Etanol dengan Brix. a. Susun rangkaian peralatan KUC b. Isi labu 100 ml dengan 50 ml campuran etanol-air dengan komposisi tertentu c. Tutup labu tersebut dengan memasang rangkaian kondensor dengan pengambil sampel kondensat dan pengambil sampel cairan. d. Nyalakan ketel pemanas dan aliran air pendingin sekaligus e. Amati kenaikan suhu dan tunggu sampai kondisi setimbang pada temperatur tetap f. Ambil sejumlah sampel uap yang terkondensasi dan juga sampel cair dengan waktu yang bersamaan g. Analisa konsentrasi masing-masing sampel tersebut dengan Hand Refraktometer h. Ulangi percobaan tersebut dengan komposisi etanol yang berbeda
V .N V .N 1 1 2 2
a. 15% V 15,62 ml 1 b. 25% V 26,04 ml 1 c. 35% V 36,46 ml 1 d. 45% V 46,87 ml 1 e. 55 % V 57,3 ml 1 Berdasarkan data diatas dengan konsentrasi yang semakin besar maka diperoleh volume yang semakin besar pula.karena konsentrasi dan volume berbanding lurus. Tabel dibawah ini adalah hasil pengukuran hubungan konsentrasi etanol dengan Brix sebelum percobaan kesetimbangan uap cair dimulai atau sebelum terkondensasi. Tabel 3.1 Hubungan antara konsentrasi Etanol dengan Brix
KONSENTRASI ETANOL
BRIX
15 25 35 45 55
2 3 4,9 6 7
Gambar 3.1 Kurva Standar hubungan antara konsentrasi Etanol dengan Brix Pada kurva hubungan konsentrasi etanol dengan Brix diperoleh y=13x + 0,03 dengan R2= 0,9867 sehingga nilai konsentrasi etanol fasa cair dalam bentuk persen (%) dapat dicari. Tabel dibawah ini adalah data pengamatan percobaan kesetimbangan uap cair (KUC) setelah etanol dalam fasa cair terkondensasi. Sampel fasa cair yang terkondensasi diambil dan diukur konsentrasinya dengan alat Brix dan kemudian diubah dalam bentuk % sehingga diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Percobaan
Komposisi etanol (% volume) 15 25 35 45 55 Temperatur Kesetimbangan (C) 96 93 89 85 81 Kosentrasi Cairan (Brix ) Fraksi massa Etanol fasa cair(Xw) 0.083 0.119 0.211 0.271 0.302 Fraksi massa Etanol fasa Uap(Yd) 0.16 0.207 0.315 0.349 0.333
2. Memprediksi Tekanan Etanol Satuan T (suhu) adalah K karena satuan Psat = mmHg, sehingga suhu dalam C diubah dengan (C + 273)
Ln P sat 18,9119 3803.98 T 41.68
a. 960 C
c. 890 C
d. 850 C
e. 81.0 C
Data Percobaan Komposisi etanol (% volume) 15 25 35 45 55 Temperatur Kesetimbangan (C) 96 93 89 85 81 Fraksi massa Etanol fasa cair(Xw) 0.083 0.119 0.211 0.271 0.302 Fraksi massa Etanol fasa Uap(Yd) 0.16 0.207 0.315 0.349 Temperatur Kesetimbang an (C)
Data Literatur Fraksi massa Etanol fasa cair(Xw) Fraksi massa Etanol fasa Uap(Yd)
Tabel 3.3 berisikan tentang informasi data percobaan yang kita lakukan dan juga data yang ada dari literatur. Dimana tabel ini dapat kita lihat bahwa adanya hubungan yang berbanding lurus antara komposisi etanol dengan harga Xw dan Yd. Semakin besar kompisisi umpan, maka nilai Xw dan Yd juga akan semakin besar. Namun semakin besar nilai Xw dan Yd maka temperatur kesetimbangan akan turun.
Gambar 3.2 Komposisi Uap (Yd) dan Cair (Xw) Percobaan terhadap Temperatur Kesetimbangan Dari gambar 3.2 dapat kita lihat bahwa grafiknya turun dengan kenaikan nilai fraksi Xw dan Yd. Dapat kita lihat juga bahwa adanya hubungan yang berbanding terbalik antara nilai fraksi Xw dan Yd dengan Temperatur Kesetimbangannya. Dimana pada saat suhu temperatur kesetimbangan semakin tinggi, nilai fraksi Xw dan Yd makin kecil dan begitu juga dengan sebaliknya. Dari gambar 3.2 juga dapat kita lihat bahwa nilai Fraksi uap (Yd) lebih besar dari Fraksi cair (Xw) pada suhu yang sama.
Fraksi Xw dan Yd
Gambar 3.3 Komposisi Uap (Yd) dan Cair (Xw) Literatur terhadap Temperatur Kesetimbangan Dari Gambar 3.3 ini juga daoat kita ketahui bahwa semakin turun suhu temperatur kesetimbangannya maka nilai Fraksi cair dan uapnya akan semakin besar. Dan dapat kita lihat bahwa nilai fraksi ini semakin lama akan semakin naik dan menuju nilai yang paling besar yaitu 1. Nilai komposisi cair lebih kecil dari pada nilai komposisi uap pada temperatur kesetimbangan yang sama.
Temperatur (C)
85 80 75 70 65 60 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Fraksi Xw Xw Percobaan Xw Literatur
Gambar 3.4 Komposisi fasa cair Percobaan dan Literatur terhadap Temperatur Kesetimbangan
Dari gambar 3.4 dapat diketahui bahwa seiring dengan turunnya temperatur kesetimbangan, nilai komposisi fasa cair semakin meningkat. Nilai komposisi fasa cair (Xw) dari literatur menunjukkan semakin turun temperatur kesetimbangannya semakin besar kenaikan komposisi fasa cairnya, begitu juga dengan nilai komposisi fasa cair (Xw) dari percobaan. Akan tetapi, perbandingan nilai komposisi fasa cair dan percobaan sedikit berbeda dikarenakan nilainya ini sulit dicapai sempurna dalam percobaan ini karena kurangnya akurasi dari alat hand refraktometer.
Gambar 3.5 Komposisi Fasa Uap Percobaan dan Literatur terhadap Temperatur Kesetimbangan
Berdasarkan gambar 3.5 terlihat bahwa nilai komposisi fasa uapnya semakin naik sampai ke nilai 1 seiring dengan turunnya suhu kesetimbangan larutan etanol-air. Nilai komposisi fasa uap ini juga berbanding terbalik dengan temperatur kesetimbangan, sehingga semakin tinggi suhu kesetimbangan maka akan semakin rendah nilai komposisi fasa uap. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan dari literatur. Nilai komposisi fasa uap percobaan sedikit tidak sesuai dengan data literatur karena alat yang digunakan kurang akurat.
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa nilai konstanta kesetimbangan semakin turun seiring dengan turunnya suhu kesetimbangan. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa nilai kosntanta percobaan dan juga literatur semakin turun, walaupun nilai konstanta percobaan dan juga literatur berbeda. Dapat dikatakan bahwa nilai konstanta perbandingan berbanding lurus dengan suhu kesetimbangan.
Gambar 3.6 Perbandingan Nilai Kosntanta Kesetimbangan Percobaan dan Literatur terhadap Temperatur Kesetimbangan
Dari gambar 3.6 dapat dilihat bahwa nilai konstanta kesetimbangan pada percobaan dan literatur akan semakin tinggi seiring dengan naiknya suhu kesetimbangan. Hal ini dikarenakan suhu kesetimbangan berbanding lurus dengan nilai konstanta kesetimbangan. Contohnya saja pada suhu 81C nilai konstanta percobaan adalah 1,1 dan pada literatur adalah 1,32. Nilai konstanta kesetimbangan ini akan terus naik seiring dengan naiknya suhu kesetimbangan.
BAB IV KESIMPULAN Kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Berdasarkan percobaan, dapat kami simpulkan bahwa semakin besar komposisi umpan maka temperatur kesetimbangan semakin
menurun begitu juga dengan konsentrasi etanol fasa cair pada kondisi setimbang meningkat maka sebaliknya konsentrasi etanol fasa uap pada kondisi setimbang menurun. Untuk mengukur konsentrasi etanol dalam campuran etanol-air digunakan alat Hand Refraktometer. Dari grafik komposisi uap (yD) dan cair (xw) versus temperature pada kondisi kesetimbangan maka diperoleh y=13x + 0,03 dengan R2= 0,9867 Dengan membandingkan konstanta kesetimbangan uap cair etanol-air hasil percobaan dan konstanta kesetimbangan uap cair etanol-air literatur didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
LAMPIRAN
V .N V .N 1 1 2 2
A. V . N V . N 1 1 2 2 100x0.15= V x 0.96 15 V V = V . 0.96 = 15/0.96 = 15,62 ml E. V . N V . N 1 1 2 2 100 x 0,55= V . 0.96 55 V V = V . 0.96 = 55/0.96 = 57,3 ml
2. Konstanta kesetimbangan pada masing-masing T setimbang Dari hubungan konsentrasi etanol dengan Brix didapatkan persamaan linear y=13x + 0,03 X= y 0,03 13 Dimana : x = komposisi etanol y = konsentrasi etanol (Brix) maka dapat dicari nilai komposisi etanol pada 15% x = 1,4 0,03 13 = 0,105 Jadi, volume etanol = 50 ml x 0,105 = 5,27 ml Massa etanol = etanol x volume etanol 0,789 gr/cm3 x 5,27 ml = 4,16 gr Massa air = air x volume air = 1 gr/cm3 x (50 ml 5,27 ml) = 44,73 gr Xw = Massa etanol Massa etanol + massa air = 4,16 4,16 + 44,73 = 0,085 Perhitungan untuk Xw yang lainnya dilakukan seperti cara yang diatas sehingga didapatkan data pada tabel 3.2
Menghitung Yd
1)
Ln (Psat) = [ A -
] ] ]
T = 96 C + 273K = 369K
Psat = Exp [ 18.9119 = Exp [ 18.9119 = Exp [ 18.9119 11.62 ] = Exp [ 7,2903 ] P
sat
Yd = Xw . Psat
Yd = 0,085 . 1466,02 760 = 0,164 Untuk nilai Yd yang lainnya dilakukan seperti cara yang ada diatas sehingga didapatkan datanya pada tabel 3.2 Konstanta Kesetimbangan Etanol
1) K
= = = 1,93
Untuk nilai K yang lainnya juga dilakukan seperti cara yang ada diatas sehingga didapatkan nilainya pada tabel 3.4
DAFTAR PUSTAKA
Hardjono, Ir. 1989. Operasi Teknik Kimia II. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Gajah Mada. Tim Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Proses I. Pekanbaru : Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau