Budidaya Jamur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BUDIDAYA JAMUR

Oleh:

Nama Nim Kelompok

: Risna Ayu Kusumawati : B1J010172 :4

Rombongan : 3 Asisten : Rahmat Hidayat

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JAMUR MAKROSKOPIS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang mempunyai inti, berspora, tidak berklorofil, berdinding sel berupa selulose atau khitin yang bercabang-cabang berbentuk benang baik bersekat atau tidak bersekat. Benang - benang pada jamur ini yang disebut hifa. Hifa terdiri dari sel-sel yang berinti satu(uniseluler) atau sel yang berinti 2(multiseluler) yang akan saling bersatu membentuk benang yang disebut myselium. Pleorotus merupakan salah satu jenis jamur dari kelas Basidiomycetes yang dapat dibedakan satu spesies dengan spesies lainnya berdasarkan warna tubuh buah, karena jamur ini memiliki karakteristik yang hampir sama terutama pada segi morfologi. Jamur ini lebih suka hidup didaerah dingin dan membentuk tubuh buah pada kondisi temperatur yang rendah. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-113-4m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu. Jamur Tiram(Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Teknik budidaya jamur tiram cukup sederhana. Di Indonesia sendiri tidak hanya untuk tujan komersil saja, tetapi untuk penelitian dan pengajaran menggunakan strain lokal yang diperlukan dari aspek-aspek tertentu. Namun saat ini jamur tiram merupakan jamur yang paling dapat diterima oleh masyarakat untuk dibudidayakan, karena ajmur tiram memilki warna yang menarik dan rasa yang lezat. Selain itu kandungan gizi dan pritein jamur tiram putih juga tergolong tinggi.

B.TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah 1. Untuk menyeleksi dan menentukan kriteria tubuh jamur yang dapat digunakan untuk pembuatan kultur induk 2. Untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat kultur induk berupa biakan murni jamur 3. Membuat bibit starter 1 dan bibit siap tanam

II.

MATERI DAN METODE

A. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawan petri, gabus, skalpel, wrapper, jarum inokulum,beker glass,pipet tetes, pembakar spirtus,sprayer, panci,kompor, botol kaca, kuvet, kertas, kapas, pinset,autoklaf, dan timbangan.

B. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Jamur Tiram(Pleurotus ostreotus), air, akuades steril, chloramfenikel,millet, biji jagung, dan bji padi.

C. CARA KERJA Cara kerja praktikum ini adalah a. Cara pembuatan bibit starter 1 1. Jamur Pleourotus ostreotus dibelah yaitu antara bagian stipe dan phileus 2. Spora diambil dengan menggunakan skalpel lalu dikuliti hingga mmendapatkan bagian yang diinginkan 3. Spora yang telah didapat lalu diinokulasi pada media PDA menggunakan inokulum dalam keadan steril lalu diberi chlompenikel 4. Cawan petri diinkubasi selama 7x24 jam b. Cara pembuatan bibit starter 2 1. Biji jagung,millet dan biji padi direndam ke dalam air bersih agar dapat memilih biji yang baik 2. Biji kemudian direbus selama 30 menit tetapi tidak terlalu matang 3. Biji-bijian dicampur rata dengan kapur dan dimasukkan kedalam botol 4. Botol yang telah terisi ditutup dengan kapas penyumbat dan kertas 5. Botol disteriliasai menggunakan autoklas dengan tekanan 2 atam pada suhu 30o

6. Inokulsi F1 menggunakan jarum inokulum dan inkubasi 14x24 jam

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Diameter Miselium Jamur Diameter (cm) 0 0 0 0 4,35 3,85 0 5,9 7,3 0 6,4 14,3

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Media Biji padi Biji millet Biji jagung Biji padi Biji millet Biji jagung Biji padi Biji millet Biji jagung Biji padi Biji millet Biji jagung

Tanggal Pengamatan 8 November 2012 8 November 2012 8 November 2012 11 November 2012 11 November 2012 11 November 2012 14 November 2012 14 November 2012 14 November 2012 17 November 2012 17 November 2012 17 November 2012

Gambar Bibit F0 Pleorotus ostreotus F1 jagung hari ke-3

F1 millet hari ke-3

F1 padi hari ke-3

F1 jagung hari ke- 6

F1 padi hari ke-6

F1 millet hari ke-6

F1 jagung hari ke-9

F1 padi hari ke-9

F1 millet hari ke-9

F1 jagung hari ke-12

F1 padi hari ke-12

F1 millet hari ke-12

B. Pembahasan

Jamur makroskopis adalah jamur yang memiliki ukuran tubuh besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang, dapat dipetik, tidak selalu berdaging dan dapat dimakan, tumbuh di atas atau di dalam tanah dan tidak semuanya tergolong dalam kelompok Basidiomycetes tapi ada juga yang termasuk dalam kelompok Ascomycetes. Jamur telah lama dikenal di berbagai negara sebagai sumber makanan yang lezat dan bernutrisi. Jamur dikonsumsi karena kaya akan nutrisi, yaitu protein, mineral dan vitamin, juga mengandung khasiat sebagai obat. Budidaya jamur sangat menguntungkan, karena menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah untuk mendapatkan substrat untuk menumbuhkan jamur (Gunawan, 2009). Jamur yang digunakan pada praktikum ini ialah jamur tiram ( Pleurotus ostreatus). Ciri-ciri umum tubuh buah jamur tiram berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiramdengan bagian tengah agak cekung. Jamur menjadi salah satu sumber protein seperti thiamine 2 (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, biotin dan vitmin C serta mineral. Jamur mengandung bahan aktif yang terdiri dari senyawa polisakarida (glikan), triterpen, nukleotida, monitol, alkoloid dan lain-lain yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Menurut Sumarmi (2006) rata-rata kandungan protein (% berat kering) dari jamur kuping adalah 4-9%, jamur kancing 24-44%, jamur shitake 10-17%, jamur tiram 10-30%, jamur merang 21-30%. Daya cerna tubuh terhadap protein yang dikandung jamur pun sangat tinggi berkisar antara 71-90%. Pemilihan bibit yang baik untuk produksi jamur tiram sangat penting diperlukan, karena hal ini akan menentukan kualitas dari jamur tiram itu sendiri. Kriteria bibit yang baik menurut Sumiati (2006) ialah : 1. Tubuh buah segar, pertumbuhan misellium jamur terlihat rapat dan merata 2. Kemurnian tinggi dengan dicirikan tidak adanya bercak warna lain sebagai ciri terjadinya kontaminasi. 3. Umur bibit harus pas. Cara mengetahuinya yaitu dengan menuliskan tanggal pembuatan bibit. Bibit yang kadaluarsa / terlalu tua lebih baik tidak dipakai karena daya hasilnya telah menurun. 4. Bibit harus bebas dari hama dan tahan terhadap penyakit. 5. Bibit jamur kokoh dan memiliki tubuh buah yang tebal

Proses budidaya jamur tiram dimulai dengan pembuatan bibit F0 dan F1. Proses pembuatan Tubuh buah jamur yang akan diisolasi dipilih. Tubuh buah dipilih yang sehat, tegak, tubuh buah tebal, dan bebas dari hama. Tubuh buah jamur kemudian dibelah sampai terlihat bagian dalamnya dan diambil bagian dalamnya menggunakan skalpel. Bagian yang akan diisolasi jangan sampai terkena tangan agar tidak terkontaminasi. Potongan tubuh buah jamur tersebut diletakkan pada medium PDA dalam cawan petri. Antibiotik cloramphenicol digunakan sebagai antimikroba pada medium (PDA) tersebut, yang diteteskan sebelum dilakukan inokulasi dan kemudian dinkubasi selama 7 hari (7 x 24 jam ) hingga tumbuh miselium jamur. Pembuatan F1 ialah dengan cara menggunakan biji-bijian (millet, padi, jagung) yang direndam dahulu untuk membuang kotoran. Biji-bijian direbus tidak terlalu lunak. Biji-bijian ditiriskan, setelah dingin ditambahkan kapur sebanyak 1% dari berat kering biji-bijian. Bahan-bahan dicampur merata kemudian dimasukkan ke dalam botol yang akan digunakan, tutup rapat dengan kapas kemudian dilapisi kertas dan diikat dengan karet. Botol-botol yang sudah terisi medium tanam bibit ini kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf dengan tekanan 2 Atm selama 30 menit. Medium bibit kemudian diinokulasi dengan sediaan biakan murni jamur yang sudah tumbuh optimal kemudian diinkubasi selama 14 hari (14 x 24 jam). Hasil yang didapatkan ialah miselium yang tumbuh paling baik terdapat pada media jagung. Hal ini karena kandungan nutrisi pada media jagung lebih mudah diserap sehingga misellium tumbuh cepat dan subur daripada media millet dan padi (Poppe and Hofle, 1995). Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah skalpel berfungsi untuk memotong tubuh buah jamur, cawan petri sebagai tempat kultivasi, bor gabus untuk mengambil miselia hasil isolasi, wrapper untuk membungkus cawan petri, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, pembakar spirtus untuk kerja aseptis, kuvet, pinset untuk menjepit, timbangan untuk menimbang biji padi, jagung, dan millet, panci dan kompor untuk merebus biji padi, jagung, dan millet, jarum inokulum untuk menginokulasikan jamur, botol kaca sebagai tempat meletakkan biji padi, jagung, dan millet, karet,kertas dan kapas untuk membungkus botol kaca dan menjaga agar bibit F1 tidak kontaminan, autoklaf dan sprayer untuk sterilisasi alat dan bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) sebagai sumber inokulum, biji millet, padi, dan jagung sebagai media tumbuh F1, kapur sebagai penyeimbang pH, alkohol untuk sterilisasi alat, air untuk merebus biji jagung, padi, dan millet, dan chloramphenicol berfungsi sebagai antibakteri.

IV.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan 1. Kriteria tubuh buah jamur yang dapat digunakan untuk pembuatan kultur induk adalah tubuh buah jamur yang segar, kokoh, tebal dan bebas dari hama. 2. Media yang paling baik untuk dijadikan media F1 adalah Biji jagung.

B. Saran Pembuatan bibit F1 dan F0 hendaknya dilakukan oleh semua praktikan, tidak perwakilan, agar praktikan lebih jelas.

DAFTAR REFERENSI

Cahyana YA. Muchordji, M. Bakrun. 2001. Pembibitan, Pembudidayaan, Analisa Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. Gunawan AW, Agustina TW. 2009. Biologi dan Bioteknologi Cendawan dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. Hal. 77-83. Poppe J. and M. Hofle. 1995. Twenty waste for twenty cultivated mushroom. Mushroom Sci. 14 (1) :171-179 Sumarmi. 2006. Botani dan Pertanian 4(2):124-130. Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi

Sumiati, E. et al, 2006. Perbaikan mutu produksi jamur tiram dengan modifikasi bahan baku utama media bibit. J. Hort. :16 (2), 119-128. 2006

Anda mungkin juga menyukai