Endotermi Dan Ektotermi
Endotermi Dan Ektotermi
Endotermi Dan Ektotermi
kebanyakan organisme adalah berdarah dingin dan biasanya disebut sebagai organisme poikilotermik. Organisme-organisme itu menunjukkan temperatur tubuh yang berubah, tergantung temperatur lingkungan. Karena berdarah dingin, organisme-organisme itu bergantung pada panas eksternal, terutama matahari, untuk meregulasi temperatur internalnya. Dengan demikian terdapat sebuah istilah lain yang digunakan untuk mendeskripsikan organisme semacam itu, yaitu ektotermik. Walaupun organisme itu mungkin saja berpindah ke lingkungan yang lebih bersahabat, ketergantungan itu tak dapat diubahnya. Karena temperatur memiliki efek yang besar pada aktifitas metabolik [laju aktivitas berlipat dua jika terjadi peningkatan 10Cpada temperatur lingkungan (ambient)], hewan ektotermik sangat dibatasi oleh kondisi-kondisi habitatnya dalam usahanya mencari makan, mencari pasangan kawin, dan berpindah tempat: temperatur yang rendah menyebabkan perlambatan reaksi, sedangkan temperatur tinggi menyebabkan peningkatan reaksi yang tidak selalu mendatangkan keuntungan.
Sejumlah organisme misalnya burung dan mamalia, berdarah hangat dan biasanya disebut sebagai organisme homeointermik, yaitu memiliki kemampuan untuk meregulasi temperatur internal dan dengan demikian tidak tergantung pada temperatur lingkungannya.
Karena organisme homeointermik menghasilkan temperatur tubuh secara internal untuk menjaga keberlangsungan semua proses metabolik, organisme macam itu dikenal juga sebagai organisme endotermik. Endotermi yang juga terdapat pada sejumlah reptil meski dalam bentuk tak sempurna, melibatkan penggunaan panas metabolik serta isolasi panas oleh modifikasi epidermis (rambut, bulu). Organisme-organisme endotermik mampu menjaga keseragaman aktivitas metabolikdan karenanya, bebas untuk menjelajah berbagai macam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Temperatur yang lebih seragam di laut dan bahkan di air tawar menunjukkan kalau endotermi bukan merupakan suatu kebutuhan adaptif sebelum diinvasinya daratan kering oleh reptilia awal, nenek-nenek moyang dari burung dan mamalia. Sumber panas utama bagi organisme endotermik adalah massa besar otot yang menutupi seluruh tubuhnya. Kontraksi otot dapat menghasikan lebih dari 80 persen total panas yang dihasikan oleh organisme-organisme tersebut. Hewan ektotermik juga dapat mengambil keuntungan dari kontraksi otot berupa produksi panas secara mendadak yang mendahului aktivitas yang diinginkan.
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA A. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalamsuatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan.Begon (1996), membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,yaitu;Kondisi dan Sumberdaya. Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yangkeadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-perubahanmorfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa.; temperature,kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina, tekanan, zat-zat organic dan anorganik. Sumberdaya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapatdibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumberdaya digunakan untuk menunjukkan suatufaktor abiotik maupun biotikyang diperlukan oleh hewan, karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selaludapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian diritersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat bertahanhidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau beremigrasi bahkan akan punah.Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara garis besarnya terdiri atas 3, yaitu;
a) Perubahan Siklik, perubahan yang terjadinya berulang-ulang secaraberirama, seperti malam dan siang, laut pasang dan surut, kemarau danpenghujan, dll. Perubahan siklik dapat berskala harian, bulanan, musiman,tahunan b) Perubahan Terarah , suatu perubahan yang terjadi berangsur-angsur,terus menerus dan progresif dan menuju ke suatu arah tertentu. Prosesnya bisalama. Contohnya mendangkalnya danau Limboto di Gorontalo c) Perubahan Eratik,,suatu perubahan yang tidak berpola dan tidakmenunjukkan arah perubahannya. Contohnya; pengendapan Lumpur Lapindo diJawa Timur (Ponorogo), kebakaran hutan, letusan gunung berapi dan lain-lain. B. Hewan Sebagai Organisme Heterotrof Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hal ini karena hewan tidak dapat mensintesis makanannya sendiri dari bahan anorganik di lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhannyaakan bahan bahan organik berenergi tinggi guna menyediakan energi untuk aktivitas hidup dan menyediakan bahan bahan untuk membangun tubuhnya, hewan mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain, baik tumbuhan atau hewan lain. Karena itulah hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof, sebagai lawan dari tumbuhan yang bersifat autotrof atau dapat mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dengan cara melakukan fotosintesis. Dalam dunia hewan dapat dibedakan 3 macam nutrisi heterotrof yaitu : 1. Tipe nutrisi holozoik. Dalam tipe makanan ini baik yang berupa tumbuhan atau jenis hewan lain, pertama tama harus dicari dan didapatkan dahulu, baru kemudian dimakan sertaselanjutnya dicerna sebelum dapat diabsorpsi dan dimanfaatkan oleh sel sel tubuh hewan itu. Untuk mencari dan mendapatkan makanan diperlukan peranan berbagai struktur indera, saraf serta mekanisme otot. Selanjutnya, untuk mengubah substansi makanan itu kedalam bentuk yang dapat diabsorpsi, diperlukan juga mekanisme dari sistem pencernaan. 2. Tipe nutrisi saprozoik. Dijumpai pada berbagai hewan protozoa, yang memperoleh nutrien nutrien organik yang diperlukan dari organisme organisme yang telah mati, membusuk, dan telah terurai. Nutrien nutrien tersebut diabsorpsi melalui membran sel dalam bentuk molekul molekul terlarut. 3. Tipe nutrisi parasitik. Dijumpai pada hewan hewan parasit. Hewan hewan ini mencerna partikel partikel padat dari tubuh organisme inangnya atau secara langsung mengabsorpsi molekul molekul organik dari cairan atau jaringan tubuh inangnya. Sebagai contoh dari fenomena ini adalah berbagai jenis cacing parasit pada tubuh hewan atau manusia, misalnya cacing hati di dalam hati, cacing pita dan cacing perut di dalam usus. Dengan dasar yang lain, yakni ukuran hewan yang menentukan cara makannya, hewan heterotrof dikelompokkan menjadi makrokonsumen dan mikrokonsumen.
1. Makrokonsumen disebut juga sebagai fagotrof, yakni kelompok hewan yang mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain dengan cara memakan, misalnya kuda, kambing, harimau, ikan dan sebagainya. 2. Mikrokonsumen adalah kelompok hewan yang mengambil makanannya dengan cara menguraikan jaringan dan mengabsorpsi bahan organiknya. Termasuk kelompok ini adalah saprofot atau pengurai atau osmotrof, termasuk juga parasit. Sebagai contoh adalah cacing parasit dan serangga pengurai di tanah. C. Hewan Ektotermi atau poikilotermi Hewan-hewan POIKILOTERM, yaitu semua jenis hewan kecuali yang termasuk kelompok aves dan Mamalia, merupakan hewan EKTOTERM. Ini berarti bahwa hewan-hewan tersebut sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuhnya sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya. Hewan ektotermi adalah hewan yang untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah ubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan disebut hewan poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut hewan berdarah dingin. Dikatakan berdarah dingin karena rata rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh hewan homeotermi. Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi, yaitu mulai dari golongan protozoa sampai reptil, aves dan mamalia merupakan hewan hewan homeotermi. Ini berarti bahwa hewan hewan tersebut panas tubuhnya sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras (konfermer). Ada kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja, sehingga metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih ditolelir, yang lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala aktivitasnya pun rendah. Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban, sehingga akan mudah bagi predator untuk menangkapnya. Sebenarnya hewan hewan ektotermi berkemampuan juga untuk mengatur suhu tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak fisiologis sifatnya melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, hewan ektoterm akan berlindung di tempat tempat teduh, bila suhu lingkungan turun hewan tersebut akan berjemur di panas matahari atau berdiam diri ditempat tempat yang memberikan kehangatan baginya.
D. Hewan Endotermi atau homeotermi Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya. Hewan hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah ubah , suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi). Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan hewan homeotermi memiliki organ sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnyahipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan hewan homeotermi biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator.
E. Hewan dan Lingkungan Biotik Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam suatuhabitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar komunitas. Interaksi tersebut merupakan fungsi ekologis dari suatu ekosistem.Interaksi antara individu dapat terjadi antar individu dalam suatu populasi atau berbeda populasi. Misalnya interaksi ayam jantan dengan pejantan lainnya untuk memperebutkan territorial, antarseekor kucing dengan tikus. Interaksi populasi terjadi antar kelompok hewan dari suatu jenis organisme dengan kelompok lain yang berbeda jenis organisme. Misalnya sekelompok harimau berburu sekelompok rusa di padangrumput.Interaksi antar komunitas terjadi antar kelompok-kelompo singa, kerbau, bison dan bantengdi satu pihak dengan rumput dan semak-semak di pihak lain ketika hewan itu merumputdi padang rumput. Hubungan antar hewan dengan lingkungan biotiknya terjadi antar organisme yang hidup terpisah dengan organisme yang hidup bersama.Faktor-faktor biotic yang mempengaruhi kehidupan hewan adalah sebagai berikut: Komunitas
Komunitas (biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan bagian dari jenisekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu suatu satuan lingkungan hidupyang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup (tumbuhan, hewan danmikroorganisme) dan antar sesamanya dan lingkungan di sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang salingmempengaruhi. Ekosistem Ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat hubunganyangfungsional antar sesame makhluk hidup dan antar makhluk hidup dengan komponenlingkungan abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem adalah proses-proses yangmelibatkan seluruh komponen biotic dan abiotik untukm mengelola sumberdaya yang masuk dalam ekosistem. Sumberdaya tersebut adalah sesuatu yang digunakan oleh o0rganismeuntuk kehidupannya, yaitu energi, cahaya dan unsure-unsur nutrisi.Interaksi antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan populasi setiaporganisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta perkembangan struktur komunitas biotic. Produsen Produsen terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat menyusun bahanorganic dari bahan organic sebagai bahan makanannya. Penyusunan bahan organic itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi yang diperlukan untuk aktivitasmetabolisme dan aktivitas hidup lainnya. Organisme autotrof adalah; sebagian besar adalah organisme berklorofil, yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan hijau dan sebagian kecil berupa bakteri. Konsumen Konsumen adalh komponen biotic yang terdiri dari organisme heterotrof, yaitu organismeyang tidak dapat memanfaatkan energi secara langsung untuk memenhuhi kebutuhanenerginya. Organisme heterotrof sebagai organisme yang tidak dapat menyusun bahanorganic dari bahan anorganik. Energi kimia dan bahan organic yang diperlukan dipenuhidengan cara mengkonsumsi energi kimia dan bahan organic yang diproduksi oleh tumbuhanhijau (produsen).Organisme yang tergolong konsumen adalah; Herbivore yaitu memakan tumbuhan.Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupukupu, belalang dan siput. Karnivor Adalah hewan pemakan hewan lain baik herbivore maupn sesame karnivor. Karnivor pada umumnyaadalah hewan buas (harimau, singa, ular), dan hewan pemakan bangkai (komodo, burunghantu, dll). Predator juga termasuk sebagai karnivor. Omnivor , adalah hewan pemakansegalanya baik tumbuhan maupun hewan yang sudah mati, misalnya kucing, ayam, musang ,tikus dan lain-lain.
Detritivor, adalah organisme yang berperan sebagai pengurai(mikroorganisme) seperti bakteri. Predator Predator adalah hewan yang makan hewan lain dengan cara berburu dan membunuh. Hewanyang dimangsanya adalah hewan yang masih hidup. Contohnya adalah kucing makan tikus,capung makan serangga. Parasit Parasit adalah hewan yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat mempengaruhiinangnya karena semua zat makanan dari inang diserapnya untuk memenuhi kebutuhannya.Parasit berupa hewan kecil dan organisme kecil yanmg termasuk jamur dan bakteri pathogen. Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang pada fase dewasanya hidup bebas, tetapi pada fase larva berkembang di dalam tubuh (telur, larva dan pupa) serangga lain yang merupakan inangnya.Serangga parasitoid pada umumnya termasuk pada ordo Hymenoptera dan Diptera. Hewandewasa parasitoid meletakkan telurnya di dekat atau pada tubuh serangga lain (telur, larvadan pupa). Ketika telur parasitoid yang diletakkan pada tubuh inangnya menetas, selam faselarva itu belum dewasa akan hidup terus dalam tubuh inang. Larva tersebut akan makansebagian atau seluruh tubuh dari inang sehingga menyebakan kematian bagi inangnya. Pengurai Pengurai adalah organisme yang berperan sebagai pengurai. Cara mengkonsumsimakanan tidak dapat menelan dan mencerna makanan di dalam sel tubuhnya, melainkanharus mengeluarkan enzim pencerna keluar sel untuk dapat menguraikan makanannya yang berupa organic mati menjadi zat-zat yang molekulnya kecil sehingga dapat diserap oleh sel. Mikrobivor Mikrobivor adalah hewan-hewan kecil yang makan mikroflora (bakteri dan fungi). Hewan ini berupa protozoa dan nematoda. Detritivor Detritivor adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan organic mati yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang tergolong detritus antara lain; rayap,anjing tanah dan cacing tanah.
Intraspesifik dan interspesifik Hubungan timbal balik antara dua individu dalam suatu jenis organisme (intraspsifik) danhubungan antara dua individu yang berbeda jenis (interspesifik). Hubungan-hubungan inimeliputi: Kompetisi
Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macamsumberdaya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu pihak. Sumberdaya berupa; makanan, energi dan tempat tinggal. Persaingan ini terjadi pada saat populasimeledak sehingga hewan akan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisidemikian biasanya hewan yang kuat akan mengusir yang lemah dan akan menguasai tempatitu sedangkan yang lemah akan beremigrasi atau mati bahkan punah. Simbiosis Hubungan interspesifik ada yang berifat simbiosis ada yang non simbiosis. Hubungansimbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua jenis organisme yang keduanyaselalu bersama-sama. Contoh dari simbiosis adalah Flagellata yang hidup dalam usus rayap.Flagellata itu mencerna selulosa kayu yang dimakan rayap. Dengan demikian rayap dapatmenyerap karbohidrat yang berasal dari selulosa itu. Hubungan nonsimbiosis adalahhubungan antara dua individu yang hidup secara terpisah, dan hubungan terjadi jika keduanya bertematau berdekatan. Contohnya adalah kupu-kupu dengan tanaman bunga. Bunga akanterbantu dalam penyerbukan yang disebabkan terbawanya serbuk sari bunga oleh kaki kupu- kupu dengan tidak sengaja ke bunga yang lain pada saat kupu-kupu mengisap nectar dari bunga tersebut. Simbiosis sebagai hidup bersama antara dua individu dari dua jenisorganisme, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Pemisahan Kegiatan Hidup Peristiwa ini adalah hubungan kompetitif antara satu hewan dengan hewan yang laindapat berkembang menjadi kegiatan pemisahan hidup (partition). Dalam hubungan inihewan-hewan yang hidup di suatu habitat mengadakan spesialisasi dalam hal jenis makananatau dalam metode dan tempat memperoleh makanannya. Misalnya burung Flaminggomempunyai kaki dan leher yang panjang yang berfungsi dalam hal pengambilan makanannya berupa organisme kecil dan di tempat berlumpur sehingga burung tersebut mudah meraihnya. Kanibalisme Kanibalisme adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh bahkanmemakannya terhadap individu lain yang masih sejenis. Contoh belalang sembah betinamembunuh belalang jantan setelah melakukan perkawinan, ayam dalam satu kandang yang berdesak-desakan sehingga ruangan dan makananya terbatas menyebabkan persaingan yanghebat. Amensalisme Hubungan antara dua jenis organisme yang satu menghambat atau merugikan yang lain,tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme yang dihambat atau dirugikan. Komansalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu memberi kondisi yang menguntungkan bagiyang lain sedangkan dirinya tidak terpengaruh oleh kehadiran organisme yang lain itu. Mutualisme Hubungan antara dua jenis organisme atau individu yang saling menguntungkan tanpa adayang dirugikan. F. Hewan dan Lingkungan Abiotik Hewan adalah organisme yang bersifat motil, yaitu dapat bergerak dan berpndahtempat. Gerakannya disebabkan oleh rangsangan tertentu yang berasal dari lingkungannya.Faktor-faktor yang merangsang hewan untuk bergerak adalah makanan, air, cahaya, suhu,kelembaban,dan lain-lain.Faktor lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan hewan dibedakan atas kondisidan sumberdaya. Sumberdaya terdiri atas: Materi adalah bahan-bahan atau zat yang diperlukan oleh organisme untuk membanguntubuh. Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam mineral) dan zat-zat organic(tubuh organisme lain atau sisa-sisa tubuh organisme yang sudah mati). Energi adalah daya yang diperlukan oleh organisme untuk melakukan aktivitashidup. Ruang adalah tempat yang digunakan organisme untuk menjalankan siklus hidupnya.Hewan dan organisme lain mempunyai hubungan yang saling ketergantungan denganlingkungannya, sehingga timbullah hubungan timbal balik antara keduanya. Hubungan timbal balik tersebut meliputi; Aksi, Reaksi dan Koasi.Lingkungan abiotik hewan meliputi faktor-faktor Medium dan Substrat Medium adalah bahan yang secara langsung melingkupi organisme dan organismetersebut berinteraksi dengan medium, seperti; Ikan menerima zat-zat mineral dari air,sebaliknya air menerima kotoran ikan dalam air.Bagi beberapa jenis hewan, mediummerupakan habitatnya.Beberapa fungsi medium bagi hewan; a) Tempat tinggalmisalnya;ikanhidupdiair, cacinghidup didalamtanah b) Sumber materi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, misalnya;hewan darat memperolh Oksigen dari udara. c) Tempat membuangsisametabolisme,sepertiKarbondioksidadanfeces. d) Tempat berepeoduksi, misalnya, katak pergi ke air untuk kawindanbertelur. e) Menyebarkan keturunan, misalnya; Larva ketam air tawar (Megalopa),menyebar di perairan sungai setelah berimigrasidarilautkearahhulusungai.
Setiap medium berbeda komposisi merambatkan panas, sifat perubahnya sebagaiakibat perubahan suhu, tegangan permukaan kekentalan, massa jenis dan tekanan. Substrat adalah permukaan tempat organisme hidup terutama untuk menetap atau bergerak, atau benda-benda padat tempat organisme menjalankan seluruh atau sebagianhidupnya. Setiap organisme memerlukan medium, tetapi tidak semua mempunyai substrat.Hewan air yang bersifat pelagic (berenang) tidak mempunyai substrat. Medium juga tidak berubah sebagai akibat adanya aktifitas organisme. Substrat mengalami modifikasi olehaktivitas organisme, misalnya tanah padang rumput yang gembur menjadi padat jikadigunakan untuk gembala kambing atau kerbau terus menerus. Substrat sebagai tempat berpijak, membangun rumah atau kandang dan tempat makanan. Beberapa hewanmenggunakan substrat sebagai tempat berlindung, karena warna substrat sama dengan warnatubuhnya, misalnya; bunglon dan belalang kayu. Beberapa faktor fisik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah a) Tanah Tanah merupakan substrat bagi tumbuhan untuk tumbuh, merupakan medium untuk pertumbuhan akar dan untuk menyerap air dan unsure-unsur hara makanan. Bagi hewantanah adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan yang hidupdi dalam tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap hewan tersebut adalahkekerasannya.Faktor dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan hewan tanah antara lainkandungan air (drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban serta sisa-sisa tubuhtumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air maka oksigen di dalam tanahakan berkurang dan karbondioksidanya akan meningkat. Air juga menyebabkan tanahmenjadi cepat asam, karena eir mempercepat pembusukan. Kurangnya oksigen menyebabkangangguan pernapasan , dan zatzat yang bersifat asam dapat meracuni hewan. Tanah yangterlalu kering menyebabkan hewan dalam tanah tidak dapat mengekstrak air secara normal.Kandungan karbondioksida dalam tanah lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah banyak mengandung rongga pertukaran udara antar tanah dengan atmosfir menjadi lancar,karbondioksida dapat keluar sementara oksigen masuk.Rongga-rongga tanah dapatdiperbanyak jika dalam tanah tersebut banyak hewan penggali tanahseperti cacing tanah dananjing tanah. b) Air Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan akan berubahmenjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan, menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolosme tidak akan bejalan noremal, sebaliknya penguapan air yangb berlebihan dari dalam tubuh hewan menyebabkan tubuh kekeuranganair.Hewan
dapat dibedakan atas 3 kelompok ditinjau dari pengaruh air, yaitu; Hidrosol (Hydrosoles) atau hewan air,Mesosol (Mesocoles), hewan yang hidup di tempat yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering dan Xeroso (Xerosole), hewan yang hidup di tempatyang kering karena tingginya penguapan.Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan air ditentukan olehkemampuannya mempertahankan osmotic dalam tubuhnya dan berhubungan dengankemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air.
c) Temperatur Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan menyebar ke berbagai tempat. Temperatur dapat berpengaruh terhadap hewan dalam proses reproduksi,metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu optimum adalah batas suhu yang dapatditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu tersebut menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian karena tidk tahan terhadap suhu. d) Cahaya Cahaya dapat mempengaruhi hewan, misalnya warna tubuh, gerakan hewan dantingkah laku. e) Gravitasi Pengaruh gravitasi dirasakan oleh hewan jika hewan sedang berpijak pada substratyang horizontal.Hewan yang berdiri di suatu bidang yang miring atau tegak, berenang di air dan terbang di udara merasakan adanya pengaruh gravitasi bumi. Gravitasi juga berpengaruh pada perbedaan tekanan air dan udara. f) Gelombang Arus dan Angin Kehidupan hewan juga dipengaruhi oleh arus dan angina. Hewan yang hidup di lingkunganair mengalir menghadapi resiko hanyut karena adanya aliran dan arus air. Demikian denganhewan yang hidup di darat dan udara menghadapi arus angina. Namun demikian arus air danangina yang normal sangat berpengaruh positif terhadap hewann, karena air dan angina dapatmembantu sebagian aktivitas hewan. g) pH Pengaruh pH terhadap organisme terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1) secara langsung,mengganggu osmoregulasi, kerja enzim dan pertukaran gas di respirasi, 2) tidak langsung,mengurangi kualitas makanan yang tersedia bagi organisme, 3) meningkatkan konsentarasiracun logam berat terutama ion AI.Di lingkungan daratan dan perairan, pH menjadi faktor yang sangat berpengaruhterhadap kehidupan dan penyebaran organisme. Toleransi hewan yang hidup di lingkunganair umumnya pHnya bervartiasi. h) Salinitas
Salinitas adalah kondisi lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam dilingkungan perairan dan air yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan perairan tawar,air cenderung meresap ke dalam tubuh hewan karena salinitasi air lebih renadah daripadacairan tubuh. Hewan yang bhidup di phabitat laut umumnya bersifat isotonic terhadapsalinitas air laut sehingga tidak ada peresapan air ke dalam tubuh hewan.
KONDISI DAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN Faktor faktor lingkungan hewan , baik yang bersifat abiotik maupun biotik dapat ditinjau dari dua aspek fungsional yang berbeda adalah : 1. Lingkungan sebagai kondisi 2. Lingkungan sebagai sumberdaya Istilah Kondisi Lingkungan terutama digunakan untuk menunjukkan suatu : Besaran, kadar ataupun intensitas faktor-faktor abiotik dari lingkungan misalnya : Suhu, pH, Kelembaban, kandungan oksigen, dll Istilah sumberdaya digunakan untuk menunjukkan sesuatu faktor abiotik misalnya ruang, maupun biotik misalnya mangsa yang diperlukan oleh hewan. Ketersediaanya di lingkungan akan menjadi berkurang bila telah dimanfaatkan Hewan dalam kondisi hidupnya akan menempati kondisi sumberdaya lingkungan yang TIDAK KONSTAN, melainkan BERVARIASI menurut ruang (tempat) dan waktu. Lingkungan yang konstan hanya mungkin dijumpai di bagian dalam samudera, tanah dan digua-gua yang gelap. Perubahan Lingkungan menurut waktu secara garis besar terdiri dari tiga macam : Bersifat SIKLIK TERARAH TAK MENENTU (ERATIK) PERUBAHAN SIKLIK Suatu perubahan yang terjadi berulang secara berirama, seperti : malam dan siang, laut pasang dan surut, musim kemarau dan musim penghujan dan lain sebagainya PERUBAHAN TERARAH Suatu perubahan yang terjadinya berangsur-angsur, secara terus-menerus dan progresif menuju ke suatu arah tertentu. Proses berlangsungnya lama, melebihi panjang umur individu hewan yang hidup di lingkungan itu. Contoh : Terjadinya erosi progresif garis pantai atau pengendapan lumpur di estuaria. PERUBAHAN ERATIK Suatu perubahan yang tak berpola dan tidak menunjukkan konsistensi mengenai arah perubahnnya. Contoh : Terjadinya banjir ataupun kebakaran hutan KARENA KETERSEDIAAN SUMBERDAYA MERUPAKAN FUNGSI DARI RUANG DAN WAKTU YANG BERBEDA-BEDA CORAKNYA, MAKA UNTUK MENDAPATKAN SESUATU SUMBERDAYA TERTENTU, HEWAN MELAKUKAN STRATEGI TERTENTU PULA YANG MUNGKIN BERBEDA DENGAN SUMBERDAYA LAIN HEWAN SEBAGAI ORGANISME HETEROTROF Hewan merupakan organisme HETEROTROF, karena tidak dapat mensisntesis materi organik dan energi (makanannya), dari sumberdaya lingkungannya yang berupa substansi-substansi anorganik. Heterotrof telah menyebabkan kehidupan hewan secara langsung ataupun tak langsung sangat bergantung pada tumbuh-tumbuhan. Dalam dunia HEWAN dikenal 3 macam NUTRISI Heterotrof: Holozoik, Saprozoik dan Parasitik. NUTRISI HOLOZOIK Dalam nutrisi tipe ini makanan, baik yang berupa tumbuhan ataupun jenis hewan lain, pertama-tama harus dicari dan didapatkan dulu, baru kemudian dimakan untuk selanjutnya dicerna sebelum dapat
diabsorbsi dan dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh hewan. Untuk mencari dan mendapatkan perlu peranan berbagai struktur indera, saraf serta mekanisme otot. Selanjutnya untuk mengubah substansi makanan itu ke dalam bentuk yang dapat diabsorbsi, diperlukan peranan mekanisme pencernaan NUTRISI SAPROZOIK Dijumpai pada Hewan Protozoa, yang memperoleh nutrien-nutrien organik yang diperlukannya dari organisme-organisme yang telah mati, membusuk dan mengurai. Nutrien-nutrien tersebut diabsorbsi melalui membran sel dalam bentuk molekul-molekul terlarut. SUHU Sebagai salah satu faktor lingkungan yang utama, suhu memberika efek yang berbeda-beda pada organisme-organisme di bumi ini. Variasi suhu lingkungan alami dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya dari sifat sikliknya (harian, musiman) dari kaitannya dengan letak tempat di garis lintang bumi atau ketinggian di atas permukaan laut dan kedalaman. Disamping itu dikenal variasi suhu alami dalam hubungan yang lebih akrab dengan organisme (Mikroklimatik). Terjadinya perubahan dari musim yang satu ke musim yang lain erat kaitannya dengan berubahnya posisi poros bumi relatif terhadap posisi matahari sebagai sumber panas lingkungan. Berdasarkan hukum fisika organisme dapat memperoleh panas dari lingkungan atau mengeluarkan panas ke lingkungan. Panas yang dihasilkan organisme merupakan salah satu produk dari proses-proses metabolisme dalam tubuh dan panas inilah yang merupakan sumber kemampuan organisme mengatur suhu tubuhnya Suatu klasifikasi yang didasarkan atas corak hubungan antara suhu tubuh hewan dengan suhu lingkungannya, memilah dunia hewan atas kelompok hewan POIKILOTERM dan HOMEOTERM Hewan POIKILOTERM suhu tubuhnya berubah-ubah mengikuti dan selaras dengan suhu lingkungannya Hewan HOMEOTERM suhu tubuhnya relatif konstan meskipun suhu lingkungan berubah-ubah, hal ini karena hewan ini mempunyai kemampuan untuk mengatur suhu tubuh secara fisiologis. EKTOTERMI Hewan-hewan POIKILOTERM, yaitu semua jenis hewan kecuali yang termasuk kelompok aves dan Mamalia, merupakan hewan EKTOTERM. Ini berarti bahwa hewan-hewan tersebut sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuhnya sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya. Konsep Waktu-Suhu Dari Sudut Pandan Ekologi ; Suhu lingkungan bagi hewan-hewan ektoterm tidak hanya berkaitan dengan aktivitasnya saja tetapi juga mengenai pengaruh terhadap laju perkembangannya. Dalam suatu kisaran suhu tertentu antara laju perkembangan dengan suhu lingkungan terdapat hubungan linier. Apabila diketahui mis : bahwa suhu ambang terjadinya perkembangan pada jenis belalang adalah 16 0C, dan pada suhu 20 0 C yaitu 4 0C diatas suhu ambang, lama perkembangan telur untuk menetas adalah 17.5 hari. Maka pada suhu 30 0C lama waktunya menetas 5 hari ENDOTERMI Hewan-hewan Homeoterm, seperti kelompok aves dan mamalia dalam kondisi suhu lingkungan berubah-0ubah, suhu tubuhnya konstan. Sebabnya karena hewan-hewan itu mempunyai daya yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (Endoterm). KISARAN TOLERANSI DAN FAKTOR PEMBATAS PERILAKU NALURIAH Secara umum perilaku naluriah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit, khas spesies, terstereotipe, herediter dan terjadinya secara otomatis oleh induksi stimulus tertentu yang tepat.
BELAJAR PENGKONDISIAN, PEREKAMAN, MENIRU, COBA-COBA, MENALAR. HABITAT SECARA UMUM MENUNJUKAN BAGAIMANA CORAKNYA LINGKUNGAN YANG DITEMPATI POPULASI HEWAN, atau SERING DIIBARATKAN SEBAGAI alamat DARI POPULASI HEWAN RELUNG EKOLOGI MENUNJUKKAN DIMANA DAN BAGAIMANA KEDUDUKAN POPULASI HEWAN ITU TERHADAP BERBAGAI FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK LINGKUNGANNYA, atau diibaratkan sebagai PROFESI di alamat itu. Habitat (biotop) suatu Populasi Hewan : Pada dasarnya menunjukkan totalitas corak lingkungan yang ditempati populasi itu. Tercakup disini faktor-faktor abiotik berupa ruang, tipe substratum atau medium yang ditempati, cuaca dan iklimnya serta vegetasinya TIPE HABITAT MENURUT WAKTU TIPE HABITAT MENURUT RUANG : MIKROBABITAT Menurut : Kendeigh, (1963): Relung ekologi suatu (populasi, spesies) hewan adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempati berdasarkan adaptasi-adaptasi fisiologis, strukturalnya dan perilakunya Asas Eksklusi Persaingan dan Pemisahan Relung Aturan Gause atau Asas Eksklusi Persaingan : SATU SPESIES SATU RELUNG Konsepnya : Suatu Relung Ekologi Tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu Spesies. Asas Koeksistensi : Beberapa Spesies yang dapat hidup secara langgeng dalam habitat yang sama ialah spesises-spesises yang relaung ekologinya berbeda atau terpisah. Itu berarti menunjukkan adaptasi yang berbeda-beda Asas DIVERGENSI : Darwin (1859): Makin besar perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan berbagai spesises yang hidup di suatu tempat, makin besar pula jumlah spesises yang dapat hidup bersama di tempat itu. Materi 7-8 Sebagai Organisme yang bersifat HETEROTROF, maka hewan selalu menggantungkan sumber makanannya pada organisme-organisme lain, baik berupa tumbuhan, jenis hewan lain ataupun materi organik produk organisme-organisme itu. Karena itu masalah makanan pada hewan-hewan merupakan masalah interaksi spesies hewan-tumbuhan atau hewan-hewan. MAKANAN HEWAN Palatabilitas Kelezatan Palatabilitas atau Kelezatan makanan sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya kandungan senyawasenyawa kimia tertentu (alkaloid, fenol-fenol, dll) Senyawa-senyawa itu ada yang bersifat Toksik, atau meransang di luar kisaran toleransi hewan. Selain itu ada struktur-struktur yang menggangu, seperti bulu dan durinya atau lapisan kulit dari makanan hewan. Karena itu kebanyakan hewan herbivor menunjukkan preferensi yang tinggi terhadap bagian tumbuhan yang lunak; pucuk, daun muda yang nilai palabilitanya tinggi Nilai Gizi
Nilai Gizi makanan tergantung dari komponen dan banyaknya kandungan air, mineral-mineral, vitaminvitamin, protein, karbohidrat dan lemak dalam makanan itu. Seandainya kekurangan komponen yang diperlukan itu berupa protein, dan hewan tidak dapat mengatasinya, maka hewan akan mengalami cekaman fisiologis. Daya Cerna Pemanfaatan makanan yang bernilai gizi tinggi oleh tubuh hewan sangat ditentukan oleh daya cerna. Daya cerna makanan ditentukan oleh bagaimana komposisi kimiawi dan rangka struktural makanan itu, serta bagaimana pula adaptasi-adaptasi fisiologis dan adaptasi struktural sistem pencernaan makanan hewan yang memakanannya. Misalnya hewan herbivor memerlukan enzim selulase, hewan karnivor enzim protease dan hewan omnivor memerlukan perangkat enzim pencernaan yang lebih engkap. Ukuran Makanan Ukuran makanan, baik yang berupa organisme lain atau potongan materi organik bagi hewan-hewan herbivor, parasit ataupun saprovor, tidak merupakan masalah dalam memperoleh dan menanganinya. Tidak demikian halnya bagi hewan-hewan karnivor (predator, pemangsa) yang makanannya berupa hewan lain. STRATEGI MENCARI MAKAN Menurut teori MENCARI MAKAN OPTIMUM Strategi hewan dalam mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin dengan resiko seminimal mungkin Jaring-jaring Makanan Hewan Membuat Tugas Mandiri Setelah praktek Buatlah suatu contoh tentang hubungan makan-memakan sesama hewan pada suatu ekosistem atau dalam satu komunitas DEFINISI POPULASI, didefiniskan sebagai himpunan individu-individu suatu spesies organisme yang terdapat di suatu tempat pada suatu waktu Dari definisi di atas tampak bahwa satuan terkecil pembangun populasi adalah INDIVIDU. Ciri-ciri Dasar Populasi Ciri-ciri Biologi Ciri-ciri Statistik4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444 4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444 Kelimpahan dan Kerapatan Populasi Tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu spesies hewan menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi atau tingkat kelimpahan popuasi itu Kerapatan atau kepadatan populasi suatu spesises hewan adalah rata-rata jumlah individu per satuan luas area (m, Ha, Km, dsb) atau per satuan volume medium (per cc, liter, air, dsb) atau per satua berat medium tempat hidup (per g, kg, tanah, dsb). Dalam hal-hal tertentu kerapatan lebih memberikan makna bila dinyatakan persatuan habitat atau mikrohabitat. Misalnya, sekian individu cacing usus per individu inang, sekian individu larva Dacus sp, sekian individu wereng per rumpun padi, dll Intensitas dan Prevalensi Ditinjau secara lebih luas, kelimpahan populasi sesuatu spesies mengandung dua aspek yang berbeda : Aspek intensitas, menunjukkan aspek tinggi-rendahnya kerapatan populasi dalam area-area yang dihuni spesises. Aspek prevalensi, menunjukkan jumlah dan ukuran area-area yang ditempati spesises dalam konteks daerah yang lebih luas Penyebab Kelangkaan Suatu spesies yang terlokalisasi dan intensitasnya rendah dikategorikan sebagai Sepies LANGKAH
Kelangkaan suatu spesies dapat diakibatkan oleh satu atau beberapa penyebab : 1. Area yang dihuni spesies menjadi sempit atau jarang 2. Tempat-tempat yang dapat dihuni spesies hanya cocok-huni dalam waktu yang singkat saja 3. Tempat-tempat yang secara potensial dapat dihuni, menjadi tidak dapat ditempati akibat kehadiran spesies lain yang merupakan pesaing, parasit atau predator 4. Dalam area yang dapat dihuni, ketersediaan sumber daya penting seperti makanan dan tempat untuk berbiak secara aman menjadi berkurang 5. Variasi genetik spesies relatif sempit sehingga kisaran tempat yang dapat dihuninya terbatas 6. Plastisitas fenotip individu-individu spesies rendah, sehingga kisatran tempat yang dapat dihuninya terbatas 7. Kehadiran populasi spesies lain yang merupakan pesaing, predator dan parasit menekan tingkat kelimpahan populasi spesies hingga rendah sekali, jauh di bawah tingkat kelimpahan yang sebenarnya dimungkinkan oleh ketersediaan sumberdaya. Pengukuran Tingkat Kelimpahan Populasi Cara mengukur atau cara membuat taksiran (estimasi) kelimpahan populasi suatu spesies hewan banyak macamnya. Faktor penentu penting dalam pengukuran, Harus dilihat apa Tujuan dan keperluan pengukuran, ukuran tubuh hewan dan mobilitas serta perilaku umumspesies hewan yang diselidiki. Selain ketersediaan waktu dan tenaga serta ketrampilan pelaksanaan pengukuran. Metode-metode Pengukuran Metode Cuplikan Kuadrat Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (Capture-Mark-Recapture Method) Metoda Lincoln-Petersen Dalam bentuk yang paling dasar dan sederhana mencakup dua kali pencuplikan. Semua individu hewan yang diperoleh dari pencuplikan kesatu ditandai, lalu dilepaskan kembali dan jumlahnya dicatat. Setelah selang waktu tertentu yang tidak memberikan peluang timbulnya individu-individu baru hasil perbiakan- dilakukan penangkapan kembali (pencuplikan kedua) di area yang sama secara acak Maka Taksiran besar populasi yang di cari : Taksiran Besar Populasi ( N ): Indeks Linoln-Petersen : nM M2.n(n-m) ^N = --------- + ----------------m m3 Dimana :M =Jumlah yg dicatat n = Jumlah hasil penangkapan kedua m = jumlah yang bertanda Asumsi-asumsi Pokok dalam Metoda Menagkap-Menandai-Menangkap-Menandai kembali. 1. Individu-individu yang bertanda maupun tak bertanda peluangnya sama untuk ditangkap secara acak Tanda yang digunakan tidak hilang dan dapat dikenali selama periode pengamatan Laju kematian pada individu-individu bertanda tidak berbeda dengan individu-individu yang tidak bertanda. Metoda Pemindahan Metoda Pemindahan atau Penghilangan meliputi pencuplikan (penangkapan) yang dilakukan beberapa kali dengan cara sama. Pada setiap kalinya, individu-individu hasil penangkapan dihilangkan dari populasi. Asas yang mendasari metoda ini ialah, jumlah individu yang tertangkap dan diambil pada setiap kali penangkapan akan mempengaruhi penagkapan-penangkapan berikutnya. Laju berkurangnya hasil penangkapan itu akan proporsional terhadap jumlah total dalam populasi. Penentuan Kelimpahan Relatif
1.
Penggunaan Perangkap, yang bermacam-macam tipenya. Misalnya, perangkap jebak, perangkap cahaya, perangkap hidup yang menggunakan umpan atau yang tidak, dll.
Jumlah individu hasil tangkapan berkorelasi dengan tingkat kelimpahan populasi, populasi aktivitas hewan dan daerah jelajah hewan serta efektivitas perangkap yang digunakan. Indeks kelimpahan dinyatakan dalam purata jumlah individu per satuan waktu per perangkap. 2. Penggunaan jala , baik yang berupa jala serangga, jala tebar, jala kabut, dll 3. Penghitungan pelet tinja (yang relatif baru) dari misalnya bangsa rusa, kijang, kelinci, tikus, kambing, dsb. Bila jumlah total pelet segar di suatu area dan juga purata laju produksinya (laju defekasi) per individu per satuan waktu diketahui, maka kerapatan atau kelimpahan absolutnya dapat ditaksir melalui perhitungan. 4. Penghitungan hasil tangkapan per satuan usaha. Misalnya indeks kelimpahan ikan di laut pada suatu perioda dapat dinyatakan dalam berat atau jumlah ikan per 100 jam memukat dengan satu kapal pukat. 5. Penghitungan jumlah artefak, dengan hal ini indeks kelimpahan ditaksir dari penghitungan jumlah tanda bukti atau jejak hasil aktivitas hewan, misalnya yang berupa sarang, lubang, cerobong, bekas garukan, kepompong kosong, dsb. 6. Penghitungan frekuensi vokalisasi; di sini indeks kelimpahan dinyatakan dalam angka frekuensi bunyi atau teriakan per satuan waktu. Misalnya, vokalisasi berjenis-jenis kera, bajing, burung, dsb. 7. Sensus tepi jalan (roadside count), misalnya dengan mencacah jumlah kera, burung dan hewan yang agak besar lainnya yang tampak di kiri-kanan jalan sejarak tertentu, yang dilalui dengan berjalan ataupun berkendaraan (mobil, perahu, dll) 8. Pengukuran daya makan; misalnya, perubahan kelimpahan populasi diukur dari perubahan banyaknya umpan yang dimakan (tikus, kelinci, dll) 9. Penggunaan manusia sebagai umpan; misalnya untuk menentukan kelimpahan relatif nyamuk, jumlah nyamuk (betina) yang hinggap dan menggigit lengan selama rentang waktu tertentu dihitung. Indeks kelimpahan yang diperoleh secara berkala dalam rentang waktu lama, dapat memberikan informasi yang penting mengenai pola perubahan kelimpahan populasi nyamuk itu. 10. Pengisian kuesioner, misalnya oleh para pemburu, pengail, penjerat, dsb, mengenai jumlah hasil buruan dan tangkapan (yang dilakukan dengan cara yang sama, dalam rentang waktu yang sama). Hasil kuesioner yang cukup andal dapat memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan besar yang terjadi pada kelimpahan populasi hewan. INTERAKSI POPULASI Populasi dua spesies dapat berinteraksi, yang pada dasarnya seperti gabungan antara ; interaksi yang tidak ada/tidak bermakna, menunjukan interaksi pertumbuhan, kelangsungan kehidupan, atau sifat populasi lain yang menguntungkan, dan atau interaksi yang sifatnya menunjukkan pertumbuhan yang terhambat Interaksi populasi dapat dibedakan menjadi : Interaksi Negatif dan Interaksi Positif Ada 2 Prinsip yang perlu diperhatikan mengingat kedua kategori di atas : 1. Dalam evolusi dan perkembangan ekosistem, maka interaksi negatif cenderung diminimumkan sehingga memberi jalan untuk simbiosis positif yang memungkinkan kelangsungan kehidupan spesies yang berinteraksi, 2.Asosiasi masa kini atau yang baru, lebih mengembangkan koaksi negatif yang ganas daripada asosiasi yang lama. TIPE INTERAKSI 1.NEUTRALISME : Kedua populasi tidak saling mempengaruhi 2. KOMPETISI TIPE INTERFERENSI LANGSUNG Hambatan langsung tiap=tiap spesies oleh spesies lainnya 3. KOMPETISI TIPE PEMANFAATAN SUMBERDAYA Hambatan tidak langsung bila sumber daya yang digunakan bersama tersedia tidak banyak 4. AMENSALISME :
Populasi yang satu dihambat, dan populasi kedua tidak terpengaruh 5. PARASITISME : Populasi yang satu sebagai parasit biasanya lebih kecil daripada populasi kedua yang adalah hospernya 6. PEMANGSAAN : Populasi yang satu sebagai pemangsa umumnya lebih besar daripada mangsanya 7. KOMENSALISME : Populasi yang satu sebagai komensal memperoleh keuntungan, sedangkan populasi yang kedua hospes tidak terpengaruh oleh populasi yang satu 8. PROTOKOPERASI : Interaksi menguntungkan kedua belah pihak tetapi tidak merupakan keharusan (Obligatory) 9. MUTUALISME : Interaksi menguntungkan kedua belah pihak dan merupakan keharusan
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas . Enzim bekerja dalam suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme terhalang.
hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi. Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm. 1. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
1.1 poikiloter. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. 1.2 homoiterm Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. 2. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.
2.1 Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
2.2 Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. 2.3 Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. 2.4 Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi . 3. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil menghasilkan panas di dalam sarangnya. 3.1 Adaptasi Morfologi Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan. 3.2 Adaptasi Fisiologi Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin. metabolisme lebah secara kelompok mampu
3.3 Adaptasi Tingkah Laku Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri. Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan tingkah lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain : Ikan (Pisces). Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih sedikit seperti dibawah pepohonan. Katak (Amphibi) Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru. Belalang (Insecta) Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara mengubah warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah bersembunyi dabalik daun. Buaya (Reptile) Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya (Evaporasi). Kelompok hewan melata (reptil) adalah binatang bertulang belakang
berkulit berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Ular Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi pada lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar 45o.
BAB III KESIMPULAN Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang terlalu besar. Tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh yang konstan. Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm. Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi. poikiloter. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. homoiterm Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.