Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan
Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan
Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI SAMPEL AIR GALON
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Laporan ini berisi uraian tentang hasil kegiatan praktikum yang dilakukan
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
A.Muh.Arfah Saputra.S
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering
terjadi. Selain itu, pencemaran oleh faktor kimia dan fisika misalnya pencemaran
oleh senyawa polutan (carcinogenic) perlu juga untuk diwaspadai. Hal tersebut
sering muncul akibat adanya limbah yang dihasilkan oleh kegiatan laju urbanisasi
dan industrialisasi, dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang mana
sering tidak atau kurang ramah terhadap lingkungan ataupun terhadap kesehatan
masyarakat.
Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat
badan. Air terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat
tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 % dari berat
minimum 1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya
didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti
Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur yang ada di dalam cairan
1
Menurut WHO kebutuhan minimal setiap orang akan air yaitu 60 liter/hari.
Oleh karena itu, peranan air sangatlah penting bagi manusia. Untuk memenuhi
lain membeli dari perusahaan penyedia air bersih ataupun beralih kepada
Selain peranan air yang sangat penting bagi manusia, air juga merupakan
salah satu media yang sangat baik untuk penularan berbagai penyakit. Misalnya
Standar kualitas air minum yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri
kimiawi. Dalam hal ini, indikator unsur biologi tidak boleh mengandung bakteri
Pada waktu suatu sampel air minum yang di ambil ternyata tidak sesuai
dengan standar atau syarat diatas (terutama unsur biologinya), maka air tersebut
tidak layak untuk di konsumsi oleh manusia dan hanya di perbolehkan untuk
kegiatan peternakan dan pertanian atau untuk keperluan rumah tangga lainnya.
tahunnya diperkirakan lebih dari 3,5 juta anak dibawah usia tiga tahun terserang
penyakit saluran pencernaan dan diare. Jumlah kematian 3% atau sekitar 105.000
jiwa. Kejadian penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Escherichia coli spp. ini
2
terdapat di negara berkembang dengan angka perkiraan kejadian lebih dari 100
terutama dilaporkan di Argentina, Cili, Eropa (Prancis, Jerman, Italia, Swedia dan
Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri
patogenik lain. Untuk itu hal yang perlu dinilai dalam standar biologis yaitu
keberadaan bakteri Coliform karena sifatnya yang tidak pathogen, mudah dan
cepat dikenali dengan cara laboratorium yang murah, dapat bertahan lebih lama.
Jadi makin sedikit kandungan Coliform, berarti kualitas air semakin baik.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform
C. Prinsip Percobaan
1. Sebelum digunakan alat harus berada dalam kondisi yang bersih atau steril.
2. Sebelum melakukan pemeriksaan sampel, tangan dan area kerja harus steril.
3
3. Sebaiknya selama proses percobaan tidak boleh berbicara.
4. Jarak waktu pengambilan sampel dengan pemeriksaan sampel tidak lebih dari
5. Selama proses percobaan, sampel, media dan alat percobaan tidak boleh
terkontaminasi oleh bakteri lain di luar bakteri yang terkandung dalam sampel
itu sendiri.
6. Pencampuran antara sampel dengan media (kaldu laktose dan cairan BGLB)
8. Jika dalam waktu 2x24 jam terdapat gas atau gelembung dalam tabung, tes
dinyatakan positif. Dan sebaliknya, jika tidak ditemukan gas atau gelembung
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana
persyaratan yang dimaksud adalah dari segi kualitas air yang meliputi kualitas
yang dapat diminum. Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari penentuan
standar kualitas air minum adalah efek-efek dari setiap parameter jika melebihi
dosis yang telah ditetapkan. Pengertian standar kualitas air minum adalah batas
tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia. Sedangkan kriteria air
5
efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja unsur-unsur pengotor
mencapai atau melebihi batas maksimum yang ditetapkan, dalam waktu tertentu.
antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas setiap parameter
B. Sumber Air
Sumber air yang dapat di gunakan dalam aktivitas atau untuk memenuhi
1. Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah terkondensasi dan jatuh ke bumi. Air ini
bersumber dari air yang ada di angkasa sebagai uap air atau dalam bentuk
awan yang berasal dari evaporasi air laut, air permukaan lainnya dan es yang
ada di kutub.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat dipermukaan bumi baik dalam bentuk
cair maupun padat. Air ini bersumber dari air hujan, air tanah yang mengalir
keluar ke permukaan bumi melalui sungai, danau dan laut serta air yang
3. Air Sungai
Air sungai sangat dipengaruhi oleh musim, dimana debit sungai pada musim
hujan relatif lebih besar daripada debit sungai pada musim kemarau. Sumber
6
4. Air Tanah
Air tanah adalah air hujan atau air permukaan yang meresap kedalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan air tanah (aquifer). Air tanah bersumber dari
hujan yang masuk ke dalam tanah melalui pori-pori tanah atau air yang
tersimpan sejak lama didalam tanah yang berupa air tanah dangkal, air tanah
5. Mata Air
Mata air adalah air didalam tanah mengalir pada lapisan tanah berpasir atau
minum dalam kemasan (AMDK) galon isi ulang sangat diminati hampir semua
kalangan masyarakat rumah tangga, perkantoran dan para pelajar. Selain harganya
yang relatif murah, masyarakat meyakini bahwa kualitas air galon yang hampir
sama dengan AMDK merk terkenal. Namun dari hasil beberapa penelitian
Coliform adalah kelompok bakteri gram negatif berbentuk batang yang pada
umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Gas ini
7
Bakteri coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan :
1. Coliform fecal, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja
manusia.
2. Coliform non fecal, seperti aerobacter dan klebsiella yang bukan berasal dari
tinja manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati
1996).
air minum atau dengan kata lain merupakan indikator keberadaan bakteri
pathogen lain di dalam air. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri coliform fekal
kandungan bakteri Coliform dalam air maka semakin bersih air tersebut.
8
Terdapatnya bakteri Coliform dalam air kemasan galon dapat menjadi indikasi
air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E.coli digunakan
flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi
dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan
3. Bila dalam air tersebut ditemukan E.coli, maka air tersebut dianggap
koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu,
9
mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi
pada bayi. Jenis E.coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat
menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak
badan.
2. Tidak semua bakteri Coliform berasal dari usus manusia, ia dapat juga
berasal dari hewan danbahkan ada yang hidup bebas. Oleh karenanya, dalam
dunia laboratorium, ada tes lanjutan yang memeriksa Escheria coli yang pasti
3. Tidak sepenuhnya dapat mewakili virus karena Coliform musnah lebih dahulu
oleh chlor sedangkan virus tidak. Kista amoeba dan telur cacing juga tahan
lebih lama di dalam saluran air bersih dibanding dengan bakteri Coliform.
Persyaratan kualitas air minum (air yang aman untuk dikonsumsi langsung),
fisik dan kimia, juga harus memenuhi persyaratan mikrobiologis. Air minum
10
E. Metode MPN (Most Probable Number)
menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji perkiraan (presumtive test), uji
5 ml dari sampel air. Perbandingan dalam pembuatan media dan volum dari
sampel yang dimasukkan bergantung pada jenis air sampel yang digunakan.
Jika diduga air sampel banyak mengandung bakteri atau sangat kotor maka
sebaliknya bila tidak dihasilkan gas maka sampel negatif mengandung bakteri.
11
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya
coliform.
a. Uji dapat dilakukan seperti pada uji pendugaan, hanya di dalam media
perlu ditambahkan zat warna hijau berlian. Kepada medium ini kemudian
medium yang mengandung laktose dan eosin biru metilen atau laktose dan
eosin biru metilen. Jika dalam 24 jam tumbuh koloni-koloni yang berinti
alasan demi kesempurnaan hasil percobaan. Pada uji ini diambil inokulum
dari suatu kolon pada cawan petri (uji konfirmasi cara 2). Inokulum
timbul gas dalam cairan laktose, lagipula pada agar-agar miring ditemukan
basil-basil gram negatif yang berupa spora maka tes dinyatakan positif.
12
Uji kelengkapan ini kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan
penduga tidak menunjukkan adanya Coliform maka tidak perlu dilakukan uji
lengkap.
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan
forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga
umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g
dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan
MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum.
Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai
MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi.
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
7. Bulp 1 buah
8. Pipet 1 buah
B. Bahan
a. Laktosa pekat 10 ml x 5
b. Laktosa encer 1 ml x 1
14
C. Lokasi dan Waktu Pengambilan Sampel
D. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
kain bersih.
b) Air dari kran dispenser dialirkan selama 2 menit, lalu tutup kembali.
celupkan alkohol.
e) Tali pengikat kertas pelindung dilepas dan penutup botol sampel diangkat.
g) Tutup kembali botol sampel yang telah diisi, dengan memutar kemudian
15
b) Disiapkan tabung media laktose sebanyak 7 tabung reaksi dengan
c) Dengan pipet steril dan mulut tabung media laktosa diplambir setiap
media dengan jumlah sesuai dengan perbandingan dan tidak jauh dari
3. Uji Penegasan
b) Sampel dikeluarkan dari inkubator yang telah di simpan selama 2x24 jam.
16
f) OSE/Wire loop disiapkan.
dicelupkan OSE ke tabung yang berisi BGLB lalu plambir tabung BGLB
i) Setelah itu bawah rak tabung ke dalam otoklaf dengan suhu 35°C.
sebagai beriku :
17
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Uji Perkiraan
Dari 7 buah tabung media yang berisi kaldu laktosa dengan campuran air
sampel dan di inkubator selama 2x24 jam dengan 35°C, ada 2 buah tabung
perubahan yaitu, tabung yang berisi kaldu laktosa pekat 10 ml. Sedangkan
2. Uji Penegasan
Dari dua tabung pada hasil uji perkiraan ditemui adanya satu tabung 10ml
Jumlah terdekat (MPN) untuk air minum maka diperoleh bakteri Coliform
Tidak dilakukan karena sudah terdapat dalam tabel perkiraan jumlah terdekat
ml) yaitu index MPN/100 ml = 240, dimana setiap 100 ml air galon terdapat
18
B. Pembahasan
Pada uji perkiraan ini diperoleh bahwa dari 7 buah tabung, terdapat 2 buah
Sampel yang diuji dalam percobaan ini yaitu air Galon di ”Jurusan
produksi, dan atau proses operasi dan pemeliharaan yang diterapkan di depot
isi ulang.
a) Proses Produksi
menghasilkan air minum tersebut. Bisa karena waktu pakai filter dan
namun tetap dipakai. Hal ini bisa karena kurang pahamnya operator atau
19
„lampu ultraviolet‟ , umumnya kasus ini sering terjadi di Depot air minum
isi ulang. Tetapi produsen air minum dalam kemasan (AMDK) biasanya
b) Proses Pencucian
ada kotoran yang tertinggal dalam galon akan mengakibatkan air minum
akan tercemar ulang. Hal ini lebih rentan terjadi bila anda membeli air
c) Proses Pengemasan/Pengisian
bakteri dan virus yang tidak kelihatan. Jadi bila dalam proses pengisian ke
bakteri dan virus dalam udara masuk ke dalam galon. Di sinilah terjadi
pencemaran ulang, air minum yang tadinya sudah bebas dari pencemaran
d) Konsumen
tutup kembali. Ada kalanya juga dispenser air yang telah di angkat
20
galonnya dibiarkan terbuka tanpa di tutup. Hal-hal tersebut dapat
terbawa dari udara dapat saja masuk kedalam galon atau dispenser air
yang terbuka.
Untuk uji penegasan disini kita menggunakan media BGLB. Akan tetapi
karena itu dalam uji penegasan disini hanya 2 tabung yang diuji dengan media
BGLB, dimana kedua tabung tersebut berjenis pekat dengan komposisi 10 ml.
tersebut terdapat satu tabung yang mengalami perubahan di media BGLB. Hal
Coliform.
0,1 ml) dengan jumlah index MPN/100ml = 2,2. Ini menandakan bahwasanya
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada sampel air Galon yang diambil di FKM Lat.3 ”Jurusan Kesehatan
Lingkungan” hari kamis, 24 Maret 2011 pada jam 10.18 wita. Diketahui bahwa
air tersebut positif mengandung bakteri coliform dengan PJT (Perkiraan Jumlah
Coliform maka dapat disimpulkan bahwa kualitas air ada di Jurusan Kesehatan
Lingkungan yang diuji tidak memenuhi standar air minum berdasarkan Peraturan
B. Saran
kemasan (AMDK) karena tidak selamanya air kemasan (termasuk air galon)
terjamin kualitasnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Tamyis. 2008. Pengukuran oliform Fecal dengan MPN. diakses tanggal 27
Maret 2011. http://cyber-biology.blogspot.com
Daud, Anwar. 2010. Aspek Kesehatan Masyarakat Penyediaan Air Bersih. Makassar :
CV.Healhty and Sanitation Indonesia.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ni Putu Ristiati, 2004, Analisis Kualitatif Bakteri
Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal
Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 64 - 73
23
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI SAMPEL NASI KUNING
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Laporan ini berisi uraian tentang hasil kegiatan praktikum yang dilakukan
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
A.Muh.Arfah Saputra.S
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang dikonsumsi biasanya dari tumbuhan dan hewani. Meskipun bersumber dari
sumber yang berbeda, tapi makanan yang harus dikonsumsi manusia itu
yang rusak, berkembang biak dan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh dan
Selain itu, makanan juga dapat menyebabkan penularan penyakit yang ringan
terhadap kesehatan belum diketahui, karena hanya sebagian kecil dari kasus-kasus
yang akhirnya dilaporkan ke pelayanan kesehatan dan jauh lebih sedikit lagi yang
tingginya penyakit infeksi seperti tipus, kolera, desentri, tbc, dan sebagainya.
1
Lebih dari 90 % kasus keracunan pangan disebabkan oleh kontaminasi mikroba.
(Agustina, 2009)
Direktur Jendral PPM & PLP juga melaporkan bahwa di Indonesia pada tahun
makanan yang dilaporkan, 49% di antaranya berasal dari makanan katering. Dari
menyebabkan 6.500 korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31%
kasus keracunan itu disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan
Oleh karena itu, pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah
koloni pada makanan dengan sampel makanan nasi kuning apakah layak untuk
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah kuman yang
terdapat dalam sampel makanan nasi kuning yang ada di salah satu warung di
jalan Sahabat.
2
C. Prinsip Percobaan
2. Alat dan bahan yang telah disiapkan harus dalam keadaan steril.
7. Cawan petri tidak boleh digoyangkan jika sudah dituangkan nutrient agar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah
maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan,
demikian penanganan makanan harus mendapat perhatian yang cukup. Untuk itu,
atau persyaratan yang ditetapkan oleh menteri untuk tiap jenis makanan (Susanna,
2003).
kebutuhan mendasar akan organ tubuh dikesampingkan. Selain itu, sekarang ini
banyak bermunculan makanan siap saji sebagai sumber nutrisi bagi manusia.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
4
di masyarakat diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan makin terbatasnya
waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri sebab kebanyakan ibu
Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita
rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Salah satu
umum lainnya. Tetapi masih banyak juga penjual makanan jajanan yang belum
(Prabu, 2008) :
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
Kasus penyakit bawaan makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh
secara tradisional, penyimpan dan pengajian yang tidak bersih, dan tidak
5
B. Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Makanan
Berikut ini beberapa contoh kecil penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
1. Typhus abdominalis
saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi
pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi
anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu
dan Salmonella para typhii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut
6
getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen
H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap
Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 –
anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan.
terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3
demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-
angsur.
infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh
dan limfa sehingga membesar dan disertai nyeri. Basil masuk kembali ke
mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika
kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi.
Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-
angsur sembuh.
7
2. Disentri
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang
dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab
yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang
makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan juga lalat.Parasit
dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak bergerak.
menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang
mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari
muntah-muntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua
atau tiga hari kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita.
mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi
8
lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).
Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak segera diatasi
hewan dan manusia yang mudah mencemari air, oleh karena kontaminasi air
9
Alat-alat yang digunakan dalam industri pengolahan sering terkontaminasi
oleh E.coli yang berasal dari air yang digunakan untuk mencuci.
mencegah pertumbuhan bakteri ini pada makanan disimpan pada suhu yang
rendah.
2. Bakteri Salmonella
Salmonella terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu
menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan
timbulnya gejala infeksi pada orang yang memakan makanan tersebut dan
Makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil
olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan
hasil olahannya, es krim dan keju. Contoh kasus, hampir setiap penyakit
seperti kue yang mengandung susu, daging cincang, sosis, telur dan daging
panggang. Gejala awal nyeri kepala, muntah, gangguan pada perut waktu
besar (kalon). Terjadinya sakit perut tiba-tiba uncul mulai 8 jam – 48 jam
10
setelah makan makanan yang tercemar, diikuti diare yang encer, kadang
dengan lendir dan darah dan sering mual dan muntah. Keracunan salmonella
D. Metode Pemeriksaan
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut.
dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Akan tetapi ada beberapa spesies yang
berbahaya bagi manusia. Setiap produk yang dihasilkan oleh mikrobia tergantung
11
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan
pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia
yaitu dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan
pendugaan massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat
Probable Number), dan hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Dari ketiga metode
tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan. Oleh
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang
masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
12
Pada perhitungan menggunakan metode cawan, diperlukan suatu pengenceran
agar jumlah koloni mikrobia yang ada pada cawan dapat dihitung dan sesuai
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
5. Blender 1 buah
14
B. Bahan
2. Pepton Steril 90 ml
3. NaCl Steril 9 ml
4. Nutrient agar
5. Aquades
D. Prosedur Kerja
alkohol.
dibersihkan.
15
f. Larutan pepton diukur sebanyak 90 ml dan dimasukkan ke dalam blender.
sebanyak 9 ml.
diplambir.
m. Dipasangkan bola isap pada pipet ukur yang telah diplambir kemudian
o. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-1 yang berisi NaCl steril
16
s. Tabung reaksi 10-1 diplambir sebelum dimasukkan pipet ukur.
w. Tabung reaksi 10-1 dan tabung reaksi 10-2 diplambir agar tetap steril.
aa. Dimasukkan sampel pada cawan petri 1 dari tabung reaksi 10-2 dengan
bb. Lakukan juga pada tabung reaksi 10-3 pada cawan petri 2.
dd. Tuangkan nutrient agar pada cawan petri 1 dan 2 hingga permukaan
penutup cawan.
17
2. Prosedur kerja pembuatan kontrol
alkohol.
18
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil percobaan setelah 1x24 jam sampel berada di dalam inkubator,
maka jumlah kuman yang didapatkan pada cawan petri 10-2 sebanyak 283 koloni.
Sedangkan jumlah koloni pada cawan petri 10-3 sebanyak 75 koloni. Adapun
B. Pembahasan
Jika jumlah koloni telah diketahui, maka untuk mengetahui jumlah kuman
27800 + 70000
=
2
97800
= = 48.900 koloni/gram
2
19
Pada pemeriksaan bakteri koloni pada sampel nasi kuning dilakukan
pengenceran sebanyak 3 kali. Hal ini karena nasi kuning mengandung banyak
Dalam percobaan pemeriksaan ini, sampel yang akan diperiksa adalah sampel
pada tabung reaksi yang terakhir kali pengenceran dan yang kedua dari terakhir
pengenceran. Hal ini karena pada pengenceran, koloni yang terbentuk pada cawan
Republik Indonesia tentang Jenis dan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam
tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Karena jumlah
Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. ditinjau dari kandungan
20
c. Pemasaran makanan seperti tempat penjualan atau warung makan yang
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 48.900 koloni/ gram pada
sampel nasi kuning yang dijual di salah satu warung di jalan Sahabat.
tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai
B. Saran
makanan.
2. Bagi masyarakat, agar selektif dalam mengkonsumsi makanan yang siap saji,
tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Susanna, Dewi dan Budi Hartono. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak
dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, melalui Pemeriksaan
Bakteriologis. [online]
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=3544/jtptunimus-gdl-irawatia2a-5177-
4-bab3.pdf. Diakses pada tanggal 2 April 2011.
23
LEMBAR PENGESAHAN III
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN JUMLAH KUMAN PERALATAN MAKANAN
DI KANTIN SAFIRA FKM UNHAS
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Laporan ini berisi uraian tentang hasil kegiatan praktikum yang dilakukan
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
A.Muh.Arfah Saputra.S
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
1
makanan baik secara bakteriologis, kimiawi dan fisik harus dipertahankan.
Kualitas makanan harus terjamin setiap saat, agar masyarakat sebagai konsumen
(Depkes, 2002).
melalui makanan di Indonesia cukup besar, terlihat dari masih tingginya penyakit
infeksi seperti tipus, kolera, desentri, tbc, dan sebagainya. Lebih dari 90 % kasus
peralatan, orang dan makanan. Sanitasi makanan tersebut salah satunya yaitu
1992, tentang kesehatan pada pasal 21 ayat (1) bahwa pengamanan makanan dan
kesehatan.
2
Selain itu, tingkat higiene makanan dan minuman yang di konsumsi banyak
minuman. Air yang dipakai dalam pencucian tersebut harus memenuhi syarat
PER/ 1X/ 1990, tentang persyaratan air bersih, begitu juga dengan persyaratan
peralatan makan itu sendiri yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, bahwa untuk persyaratan peralatan
makanan dengan angka kuman 100 koloni/cm2 dan tidak boleh mengandung
Oleh karena itu, pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah
koloni pada peralatan makanan dengan sampel sendok untuk mengetahui apakah
coli) atau zat pencemar lainnya, serta untuk mengetahui layak atau tidak
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah koloni kuman
pada peralatan makanan khususnya pada sampel sendok di kantin Safira FKM
3
C. Prinsip Percobaan
2. Alat dan bahan yang telah disiapkan harus dalam keadaan steril.
7. Cawan petri tidak boleh digoyangkan jika sudah dituangkan nutrient agar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antara lain : Timah (Pb), Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
terhadap makanan.
3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak ada
5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
koloni/cm2) dan tidak boleh mengandung E. coli per cm2 permukaan alat.
5
panas sampai bersih.
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin
dibalik.
c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari
kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat
makan. Uji sanitasi alat makan lazimnya menggunakan uji ALT (Angka Lempeng
6
Total) untuk mengetahui jumlah kuman yang ada di alat makan tersebut. Metode
(Abdullah,2009) yaitu:
diperiksa.
pencucian. Hal ini untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan
semakin banyak terjadi pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berikut
ini beberapa vektor yang dapat menularkan penyakit pada manusia melalui
makanan, yaitu:
7
1. Lalat
berbahaya salah satunya adalah lalat rumah. Lalat rumah merupakan serangga
yang menyukai kondisi lingkungan yang kotor dan berbau karena juga
diantaranya adalah penyakit kolera, diare, disentri, tipus, dan TBC. Dalam hal
ini, semua bagian tubuh Musca domestica dapat berperan sebagai alat penular
yaitu proboscir yang merupakan modifikasi dari labium. Bagian dalam ujung
Lalat akan menghisap cairan apa saja yang mengandung material makanan
telah makan cairan – cairan yang berasal dari pembusukan zat – zat organik
8
2. Kecoa
Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada
menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang hidup dari
Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita
dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat
Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-
tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi
penyakit demam typhoid atau typhus, kuman penyebab diare serta virus
penyebab polio. Selain itu diketahui juga bahwa kecoa juga merupakan
9
Hepatitis A6. Karena alasan inilah, maka kecoa perlu dikendalikan
populasinya. (Mui,2009)
3. Tikus
kumpulan yang dipanggil rodent. Tikus juga dikenal sebagai salah satu hewan
manusia. Penularannya bisa melalui gigitan, kencing dan kutu yang terdapat
pada tubuhnya.
penyakit ini. Bakteri ini akan merusakkan saluran pembuluh darah dan
darah seperti buah pinggang, hati, limpa, paru-paru dan sistem saraf.
limpa dan hati, sakit saraf dan otot, demam panas yang kuat, menggigil serta
10
BAB III
METODE PERCOBAAN
Inkubator 1 buah
Mistar 1 buah
Gunting 1 buah
Kapas secukupnya
11
2. Bahan
1. Sendok
2. Pepton Steril
3. NaCl steril
4. Nutrient agar
5. Putih telur
6. Alkohol
C. Prosedur Kerja
sendok dengan menggunakan mistar. Dalam hal ini, ukuran luas sendok
70 %.
12
c. Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang berisi pepton steril sebanyak 9 ml
yang berisi NaCl steril diberi label 10-1, 10-2, 10-3, 10-4.
d. Sendok diusap diseluruh bagian luar dan dalam bagian bibir dangan luas
3cm dengan kapas yang telah dipasangkan lidi yang telah disterilkan
diplambir.
f. Lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pepton yang
telah diplambir.
g. Lidi kapas dipatahkan jika melebihi dari tinggi tabung reaksi kemudian
h. Tabung reaksi ditaruh pada rak tabung reaksi kemudian didiamkan selama
± 5 menit.
k. Dipasangkan bola isap pada pipet ukur yang telah diplambir kemudian
bola isap untuk mengambil sampel sebanyak 1 ml. Setelah itu, tabung
tersebut diplambir.
13
l. Tabung reaksi pertama (pengenceran 10-1) diplambir.
kembali.
n. Pipet ukur diplambir untuk mengambil sampel pada tabung reaksi pertama
(pengenceran 10-1).
q. Lakukan juga pada tabung reaksi keempat (pengenceran 10-4 ) pada cawan
petri 2.
r. Nutrient agar yang berada dalam labu erlemeyer dimasukkan pada cawan
dihomogenkan.
14
s. Diamkan selama sekitar 10-15 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam
1x24 jam.
alkohol.
15
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan setelah 1x24 jam sampel berada di dalam inkubator,
maka jumlah kuman yang didapatkan pada cawan petri 10-3 sebanyak 24 koloni
dan jumlah koloni pada cawan petri 10-4 sebanyak 15 koloni dan luas sendok
14000 + 50000
= ÷ 18
2
64000
= ÷ 18 = 3.2000 ÷ 18 = 1.778 koloni/cm2
2
16
B. Pembahasan
sebanyak 4 kali pengenceran yang bertujuan agar lebih memudahkan kita dalam
makanan tidak boleh mengandung angka kuman 100 koloni/cm2 dan tidak boleh
mengandung E. coli per cm2 permukaan alat. Sedangkan dari pemeriksaan bakteri
pada sampel sendok di kantin Pasca Sarjana Unhas didapatkan hasil sebesar 1.778
koloni/cm2 pada permukaan alat. Maka dapat diartikan bahwa peralatan makanan
Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Ditinjau dari kandungan
terkontaminasi bakteri.
b. Pada saat pencucian alat makan, tidak menggunakan sabun air dingin atau
c. Pada waktu pengeringan, alat tidak di simpan pada tempat atau rak-rak
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terdapat jumlah kadar bakteri yaitu
bahwa batas angka cemaran kuman pada peralatan makanan tidak melebihi
ambang batas yaitu 100 koloni/cm2 dan tidak mengandung E.coli. Maka dapat
disimpulkan, bahwa peralatan makan (terutama sendok) yang ada di kantin Safira
Unhas telah terkontaminasi oleh bakteri atau kuman sehingga tidak layak untuk
digunakan.
B. Saran
makan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sugeng., 2009. Uji Sanitasi Alat Makan Metode Usap (Swab). [online].
http://sugengzend.blogspot.com/2009/06/uji-sanitasi-alat-makan-metode-usap.html.
diakses pada tanggal 10 April 2011.
Agustina, dkk. 2009. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Makanan Jajanan
Tradisional Di Lingkungan Sekolah Dasar Di Kelurahan Demang Lebar Daun
Palembang Tahun 2009. [online]
http://uppm.fkm.unsri.ac.id/uploads/files/u_2/Abstrak8.doc. Diakses pada tanggal 10
April 2011
Avivah, Nur., 2008. Isolasi Actinomycetes dari Lalat Rumah (Musca Domestica)
yang Berpotensi sebagai Antibiotik terhadap Escherichia Coli.
19
Mui, Anita., 2009. Upaya Untuk Menghindari Tifus. [online].
http://www.anzoen.com/2009/08/upaya-untuk-menghindari-tifus.html. diakses pada
tanggal 10 April 2011.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989 Tentang : Persyaratan Kesehatan
Rumah Makan Dan Restoran . [online]
http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1038468640.pdf diakses pada tanggal 10 april
2011
20
LEMBAR PENGESAHAN IV
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KIMIA AIR SECARA DESINFEKSI
AIR DANAU UNHAS
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
pada waktunya .
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
A.Muh.Arfah Saputra.S
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup,
baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam
sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung
lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan
dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang
secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari
sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang dalam
perkembangbiakan bakteri dan mikroorganisme lainnya. Oleh sebab itu, air juga
menyebutkan bahwa angka penderita diare yang merupakan penyakit bawaan air
1
(waterborne disease) pada tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk dan
meningkat pada tahun 2003 menjadi 374 per 1000 penduduk. Adanya penyakit
bawaan air disebabkan perilaku masyarakat yang tidak higenis dan adanya
Salah satu contoh tahap pengolahan air adalah disinfeksi. Disinfeksi itu
sendiri adalah proses pengolahan air dengan tujuan membunuh bakteri pathogen
dalam air sehingga aman untuk dikonsumsi atau dipergunakan untuk kebutuhan
Desinfeksi ini terdiri atas dua yaitu secara kimiawi dan fisik, namun yang
B. Tujuan Percobaan
dalam hal ini kaporit untuk proses disinfeksi sampel air danau.
C. Prinsip Percobaan
2
2. Sebelum digunakan alat harus dibersihkan dengan menggunakan aquades.
3. Jumlah sampel dan media yang digunakan harus sesuai ketentuan percobaan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemanfaatan tertentu sumber-sumber air. Kriteria mutu air merupakan dasar baku
mutu air, disamping faktor-faktor lain. Baku mutu air adalah persyaratan mutu air
Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan
yang sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 dimana
yaitu :
1. Air minum, adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
2. Air bersih, adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
dimasak.
3. Air kolam renang, adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk
4
4. Air pemandian umum, adalah air yang digunakan pada tempat pemandian
umum dan tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam
tersebut menyangkut:
a. Parameter fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.
anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang
berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan
dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan. Air minum biasanya tidak
memberi rasa atau tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan adanya
logam atau amis, rasa pahit atau asin. Sedangkan untuk suhu sebaiknya dijaga
agar tetap sejuk atau tidak panas, terutama agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia yang ada pada saluran pipa, menghambat reaksi-reaksi biokimia dalam
ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang
umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok
5
logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di
dalam air.
penghasil toksin.
yaitu :
e. Chlorinasi
Dari kelima cara desinfeksi diatas chlorinasi merupakan cara yang efektif
dan masih banyak digunakan pada sistem pengolahan air bersih di seluruh
6
membunuh kuman atau bakteri pathogen dan untuk menghilangkan bau (untuk
industri).
dilakukan sebelum air tersebut diminum atau dikonsumsi oleh kita. Air yang kita
peroleh dari sumur, hasil penyaringan sederhana, ataupun sumber yang lain
mungkin akan terlihat bening, tidak berasa dan tidak berbau, tetapi hal itu tidak
menandakan bahwa air tersebut bersih dari kuman penyakit (Aimyaya, 2009).
Bahan atau zat-zat kimia yang mengandung chlor yang banyak digunakan
Senyawa ini merupakan salah satu jenis desinfektan yang sering digunakan
pada pengolahan air karena sangat efisien (murah) dan mudah didapat. Akan
Kalsium Hipoklorit [Ca (OCl) ] atau yang sering dikenal dengan kaporit
2
banyak digunakan untuk desinfeksi air karena, murah, mudah didapat dan
mudah penanganannya.
7
c. Chlorin Dioksida (ClO )
2
menghilangkan rasa dan bau akibat adanya fenol. Selain itu chlorin dioksida
digunakan pula untuk menghilangkan zat besi (Fe) dan Mangan (Mn), serta
dikemas dalam bentuk strip dengan ukuran 17 mg, 500 mg, 2500 mg, dan
5000 mg. Keuntungan dari tablet NaDCC ini adalah masa kontak dengan
air yang terbuat dari besi dapat dikurangi, namun harganya relatif mahal.
e. Dichloro-Triazinetrione (SDCT)
8
a. Waktu kontak ; ditentukan sebagai waktu yang tersedia untuk interaksi
antara chlor dengan bahan-bahan pereduksi chlor dalam air. Biasanya Cl2
penyebarannya.
d. Faktor lingkungan ; meliputi suhu, pH, kulaitas air dan pengolahan air.
dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit
memiliki aroma klorin yang kuat. Senyawa ini tidak terdapat di lingkungan
pemutih atau disinfektan. Senyawa ini adalah komponen yang digunakan dalam
pemutih komersial, larutan pembersih, dan disinfektan untuk air minum, sistem
9
Efek toksik dari kalsium hipoklorit utamanya bergantung pada sifat
korosif hipoklorit. Jika sejumlah kecil dari pemutih (3-6% hipoklorit) tertelan
pemutih yang tertelan lebih besar, misalnya hipoklorit 10% atau lebih, efek yang
akan dirasakan adalah iritasi korosif hebat pada mulut, tenggorokan, esofagus,
(mabuk hipoklorit) hebat. Jika gas klorin yang terlepas dari larutan hipoklorit
terhirup (inhalasi), efek yang akan muncul adalah iritasi pada rongga hidung,
sakit pada tenggorokan, dan batuk. Kontak dengan larutan hipoklorit kuat
dengan kulit akan menyebabkan kulit melepuh, nyeri bakar, dan inflamasi.
ringan, tetapi tidak permanen. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan luka mata parah. Pajanan hipoklorit dalam level rendah pada
jangka waktu lama dapat menyebabkan iritasi kulit. Belum diketahui apakah
for research on Cancer (IARC) telah menetapkan bahwa garam hipoklorit tidak
terpajan kalsium hipoklorit dengan jalur yang sama dengan orang dewasa. Tidak
10
suseptibilitasnya terhadap kalsium hipoklorit. Secara umum, anak-anak dapat
lebih berisiko terhadap bahan korosif daripada orang dewasa. Belum diketahui
juga apakah kalsium hipoklorit dapat menyebabkan cacat lahir atau efek pada
Chlorin yang terdapat dalam air sebagai asam hipoklorit dan ion
hipoklorit itulah yang disebut dengan chlorin bebas (free available chlorin),
sedangkan chlorin yang terdapat dalam air yang tergabung dengan amonia atau
Dalam chlorinasi, parameter kontrol kualitas air minum adalah sisa chlor bebas
yang harus ada setelah pengolahan atau sebelum masuk jaringan distribusi
air yang keluar dari kran konsumen terbebas dari kuman maupun bakteri
mula bereaksi dahulu dengan unsur-unsur atau senyawa pereduksi yang biasa
terkandung didalamnya seperti : H2S, Fe2+, Mn2+,NO2-, NH3, zat organik lain dan
lain sebagainya. Selanjutnya baru akan efektif untuk mebunuh kuman, hal ini
disebut daya pengikat chlor atau daya sergap chlor (chlor yang dipakai untuk
mengoksidasi unsur-unsur yang ada dalam air). Jadi daya sergap chlor adalah
11
jumlah chlor yang diberikan kedalam air dengan sisa chlor bebas pada waktu
Dalam air minum diperlukan sisa chlor bebas sebagai jaminan terbebas
dari bakteri patoghen dan ganggang. Sisa chlor yang harus ada pada air minum
konsumen ditetapkan dalam baku mutu air minum sebesar 0,2-0,5 mg/l (± 0,3
mg/l). Jumlah chlorin yang ditambahkan pada air biasanya disebut dosis chlorin,
hal ini berbeda dengan kebutuhan chlorin (chlorin demand). Bila senyawa chlor
ditambahkan pada air (bukan air destilata) dalam jumlah kecil, biasanya berkisar
0,25 sampai 0,75 mg/l dan berekasi dengan cemaran yang terdapat dalma air.
Chlorin yang telah bereaksi dengan senyawa cemaran tersebut tidak lagi
2003).
perlawanannya yang cukup efektif terhadap kuman dan biaya relatif murah,
klorin/kaporit sudah ditemukan sejak abad ke-13 dengan rumus kimia Cl2 dan
12
sebagainya. Dalam perubahan reaksinya, kaporit sebenarnya sering ditemukan
dalam bentuk cair yang dapat disimpan, namun tak jarang pada penggunaan
gas yang dikenal lewat baunya yang cukup menyengat seperti yang digunakan
2009).
sejak lama dalam batasan kadar yang dianggap riset-riset ilmiah masih cukup
aman untuk digunakan, paling tidak selama terhindar dari bentuk gas yang
klorin/kaporit ini sudah menimbulkan resiko, efek yang bisa merugikan tubuh
sangat beragam mulai dari iritasi jaringan-jaringan tubuh seperti mata secara
langsung serta saluran pernafasan lewat cara inhalasi gasnya hingga munculnya
gangguan lanjut dengan kerusakan jaringan yang terjadi seperti batuk, sesak, rasa
(Anonimos, 2009).
13
jantung hingga kanker, dan beberapa riset akhir-akhir ini banyak
banyak kasus alergi yang tak terdeteksi penyebabnya. Proses desinfektan pada
kolam-kolam renang umum termasuk salah satu yang cukup banyak disorot
bau gasnya yang khas, yang lebih beresiko untuk paparan dalam tingkat
dengan resiko paparan jangka panjang, dari banyak argumentasi tersendiri bahwa
dalam kadar rendah klorin akan secara murni bermanfaat hanya sebagai
pendapat mereka bahwa efek paparan kaporit akan cepat dihilangkan lewat
14
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Alat
a. Jergen 1 buah
c. Stirrer 1 buah
f. Bulp 1 buah
g. Comparator 1 buah
2. Bahan
c. Larutan kaporit 1 ml
d. Tissue secukupnya
e. Aquades secukupnya
15
B. Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
C. Prosedur Kerja
a. Pertama, diambil sampel air sumur gali sebanyak 1000 ml dengan gelas
ukur.
Kemudian digoyangkan.
16
f. Kedua tabung cuffet tadi diletakkan di komparator.
cuffet sampel dan dicatat nilainya pada colour disk sebagai total chlor
segera.
h. Setelah hasil diketahui pada total klor segera pada pemeriksaan segera
masing sebanyak 5 ml dan salah satu tabung diberi DPD Total Chlorine
k. Ditentukan lagi warna yang sama antara cuffet reagent dengan cuffet
17
BAB IV
A. Hasil
klor yang terdapat pada sampel air danau kampus Unhas Tamalanrea Makassar
diperoleh :
Jika bahan kimia yang diperlukan chlornisasi ialah kaporit 60% maka
banyaknya kaporit yang dibutuhkan dalam disinfeksi air danau ini adalah 100/60
18
B. Pembahasan
Proses pengujian yang kami lakukan saat mengambil sampel sudah sesuai
dengan prosedur yang ditentukan. Sampel yang kami teliti adalah air danau
Unhas sebanyak 1000 ml. Pada proses pemeriksaan dilakukan sebanyak 2 kali
pertama dimulai jam 10.00 wita diperoleh total klorin 0,4 mg/l sedangkan pada
pemeriksaan kedua dimulai jam 10.40 wita diperoleh total klorin 0,35 mg/l.
Adapun jumlah klorin dalam hal ini kaporit yang di butuhkan untuk membunuh
efektif mengingat daya reaktifitas dan toksisitasnya yang tinggi. Pemakaian chlor
masih perlu mendapat kajian yang lebih teliti dimana chlor dalam kinerjanya akan
menghasilkan zat sisa dan tidak efektif dalam kasus- kasus tertentu misalnya ;
1. Chlor dapat menimbulkan rasa dan bau yang khas sehingga dapat mengurangi
estetika dan visual air, hal ini dapat diminimalisir dengan menggunakan
karbon aktif.
3. Sebagian besar zat organik yang terdapat dalam berbagai jenis air adalah
berupa zat humus. Konsentrasi asam humus dan asam flufik kadang-kadang
19
relatif besar. Zat humus di dalam air menyebabkan warna kuning (warna
sejati) yang dikenal dengan “air gambut” yang dapat dipulihkan (dipudarkan)
suatu molekul.
4. Reaksinya dengan air yang mengandung warna tinggi (Tannin dan Lignin)
dimana pada badan air penerima dapat terurai menjadi senyawa chlorolignin
dengan berat molekul lebih rendah yang bersifat lebih toksik, mutagenik dan
karsinogenik.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kebutuhan bahan kimia dalam hal ini kaporit untuk proses desinfeksi air adalah
sebanyak 0,583 mg/l. Jadi masyarakat yang berada disekitar danau Unhas, yang
ingin memanfaatkan air danau untuk keperluan air bersih diharapkan melakukan
proses desinfeksi terlebih dahulu dengan kadar kaporit yang sesuai agar tidak
menimbulkan penyakit.
B. Saran
Untuk instansi terkait atau pihak Unhas dan masyarakat sekitar yang
ingin menggunakan air danau sebagai sumber air bersih, baik itu untuk kolam
klor atau kaporit agar dapat membunuh kuman yang dapat menimbulkan
21
DAFTAR PUSTAKA
Aimyaya. 2009. Disinfeksi: Cara Sederhana Menghilangkan Kuman dari Air Minum.
[online]. http://aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/disinfeksi-cara-sederhana-
Anonimos. 2009. Pro dan Kontra Toksisitas Kaporit Sebagai Desinfektan Air.
[online] danieldokter.multiply.com. Diakses pada tanggal 16 April 2011.
Depkes RI. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang :
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. [online] http://digilib-
ampl.net/file/pdf/Permenkes_No_416_Tahun_1990.pdf, diakses pada tanggal 16
April 2011
Ristiati, Ni Putu. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform Pada Depo Air Minum
Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 :
64 – 73
Yurman. 2009. Pengaruh Kadar Klorida Pada Air Sumur Gali. [online].
http://www.desinfektan/desinfektan.htm.com diakses pada tanggal 16 April 2011
22