Keanekaragaman Hewan Invertebrata
Keanekaragaman Hewan Invertebrata
Keanekaragaman Hewan Invertebrata
Oleh :
Kelompok V
Lestiana 10.411.327
Ika Dewi Rachmawati 10.411.328
Indra Siti C. 10.411.331
Totok Suryanto 10.411.332
Friyan Rudiantoko 10.411.334
Peneliti
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................3
1.4 Batasan Masalah......................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Invertebrata...........................................................................4
2.2 Filum-filum hewan Invertebrata..............................................................4
2.2.1 Filum frotozoa.............................................................................4
2.2.2 Filum forifera (hewan berpori)....................................................4
2.2.3 Filum coelentrata (hewan berongga)...........................................5
2.2.4 Filum platyhelminthes (cacing pipih)..........................................5
2.2.5 Filum Mollusca (hewan lunak)....................................................5
2.2.6 Filum enchinodermata (hewan berkulit duri)..............................6
2.2.7 Filum antropoda...........................................................................6
2.3 Contoh Hewan Invertebrata (Planaria)....................................................7
2.3.1 Ciri-Ciri Planaria.........................................................................7
2.3.2 Struktur Tubuh Planaria..............................................................7
2.3.3 Sistem saluran pencernaan makanan planaria.............................8
2.3.4 Susunan saraf...............................................................................10
2.3.5 Perkembangbiakan Planaria........................................................11
2.3.6 Faktor yang Berpengaruh terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Planaria........................................................13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi syarat pembelajaran di perguruan tinggi.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang hewan invertebrata.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hewan Invertebrata adalah yang tidak bertulang belakang, serta memiliki
struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok
hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata.
4
3. Kelas demospangia. Tubuh lunak bahkan tidak mempunyai
rangka, contoh spongia SP
5
2.2.6 Filum enchinodermata (hewan berkulit duri)
Kata di atas berasal dari bahasa Yunani echimos (landak) dan
derma (kulit) semua hewan yang termasuk filum echinodermata
biasanya hidup di laut, bentuk tubuhnya simetris radial (sisi tubuh
melingkar sama). Mempunyai sistem ameudakral (sistem pompa air).
Rangka dalam berkapur dan memiliki banyak duri yang menonjol.
Daya generasinya amat besar.
Filum enchinodermata terdiri dari 5 kelas yaitu:
1. Kelas bintang laut (asteroidal)
2. Kelas landak laut (echinoidal)
3. Kelas bintang laut (opiuroidal)
4. Kelas lilin laut (crinoidal)
5. Kelas teripong (holothuroidae)
6
2.3 Contoh Hewan Invertebrata
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Seriata
Subordo : Tricladida
Famili : Planariidae
Spesies : Planaria sp
7
kepalanya di ketemukan sepasang bintik mata yang sensitip terhadap
rangsangan sinar, oleh karena itu planaria dapat membedakan gelap
dan terang, namun demikian planaria tidak dapat melihat.
Kira-kira di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah
ekor di ketemukan lubang mulut. Lubang mulut ini berhubungan
dengan kerongkongan atau pharynx yang dindingnya dilengkapi
dengan otot daging sirkular maupun logitudinal. Kerongkongan ini
dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur kerongkongan
tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan juga biasa disebut
probocis.
Di bagian kepala, yaitu di bagian samping kanan dan kiri
terdapat tonjolan yang menyerupai telinga, yang biasa di sebut aulikel.
Tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang
menghubungkan bagian badan dan bagian kepala di sebut bagian leher.
Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral di ketemukan zona adesif.
Zona adesif tersebut menghasilkan lendir yang liat berfungsi untuk
melekatkan tubuh hewan itu ke permukaan benda yang ditempelinya.
Di permukaan ventral tubuh ditutup oleh rambut-rambut getar halus
yang berfungsi dalam penggerakan.
Dinding tubuh Planaria pada prinsipnya tersusun atas 4 lapisan
jaringan, yang berturut-turut dari luar ke dalam sebagai berikut :
1. Lapisan epidermis
2. Lapisan kelenjar sub-epidermis
3. Lapisan otot ( musculus )
4. Lapisan mesenchym ( Parenchym )
8
seperti belalai maka atas dasar itu juga disebur belalai atau proboscis.
Oesofagus merupakan persambungan dari pada phrynx yang langsung
bermuara kedalam usus, ususnya bercabang 3, yaitu menunjuk ke arah
arterior sedang yang 2 lagi secara berjajar sebelah-menyebelah menuju
kearah posterior. Masing-masing cabang tersebut masih bercabang lagi
ke arah lateral, percabangan itu bnyak sekali pendek-pendek dan buntu
dan disebut divertikulata. Karena tubuh Planaria ini hampir transparan
maka percabangan usus -usus itu dapat dilihat dari luar. Dinding usus
terdiri atas deretan sel-sel epitelium yang berbentuk kolom, dan
bervakuola dan juga sel-sel kelanjar yang menghasilkan getah
pencernaan. Sedangkan dinding pharynx tersusun atas lapisan
epitelium, sel-sel kelanjar dan plaksus saraf.
Makanan Planaria terdiri dari hewan-hewan kecil lainnya baik
yang masih hidup maupun yang telah mati. Mula-mula mangsanya
dipegang dengan bagian ventral dari pada kepalanya, kemudian secara
sedikit demi sedikit Planaria terus merayap di atas mangsanya.
Seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya, Planaria juga
belum mempunyai alat pernafasan yang khusus. Pengambilan O2 dari
lingkungan ekstern maupun pengeluaran gas CO2 dari lingkungan
intern berjalan secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan
tubuh. Dengan adanya kondisi tubuh yang pipih atau tipis semakin
memberi kelancaran pertukaran gas tersebut. Sistem ekskresi pada
planaria sudah berkembang lebih maju bila di bandingkan dengan
coelenterata,dalam arti sudah mempunyai alat kusus. Sistem tersebut
terdiri dari pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan
anyam-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang
disebut sel api atau ''flame cell''. Pada masing-masing sisi tubuh
biasanya terdapat 1 hingga 4 buah pembuluh pengumpul yang
membentang longitudinal. Di bagian anterior pembuluh-pembuluh sisi
longitudinal tersebut mengadakan pertemuan, dihubungkan oleh
pembuluh transversal sedikit agak di depan bintik mata. Di bagian
posterior pembuluh-pembuluh sisi tersebut masih tetap terpisah. Di
bagian permukaan dorsal dari pada tubuhnya, pembuluh-pembuluh sisi
tersebut bermuara pada suatu pori-pori yang disebut nephridiophor.
9
Flame cells atau sel-sel api tersebut terletak tersebar diantara sel-sel
tubuh lainnya terutama di bagian mesenchym. Adapun fungsi sel-sel
api ini ialah sebagai alat ekskresi yaitu membuang zat-zat sampah yang
merupakan sisa-sisa metabolisme zat nitrogen dan juga sebagai alat
osmoregulasi dalam arti ikut membantu mengeluarkan ekses-ekses
penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap
dapat dipertahankan seperti ukuran normal.
10
dilengkapi dengan sel-sel saraf sensoris yang sensitif terhadap sinar.
Bintik mata itu tarafnya baru bisa mengenal gelap dan terang saja.
.
Sedang cara seksual dengan pembuahan sel telur oleh sperma.
Planaria bersifat hermaphrodit, maka dalam tubuh seekor hewan
tersebut terdapat alat kelamin jantan dan betina. Adapun susunan alat
kelamin tersebut adalah sebagai berikut :
Sistem alat kelamin jantan terdiri atas :
1. Testis yang berjumlah ratusan, berbentuk bulat tersebar
disepanjang kedua sisi tubuh
2. Vasa eferensia yang merupakan pembuluh agak besar
3. Vasa defensia merupakan pembuluh agak kecil yang berjumlah
dua buah masing-masing membentang pada sisi tubuh bergabung
bermuara pada suatu kantung yang disebut
4. Vasicula seminalis yang merupakan kantung yang berfungsi
menampung sperma dan menyalurkan sperma menuju ke
5. Penis yang merupakan alat trasfer ke alat kelamin hewan lain pada
waktu mengadakan kopulasi dalam rangka mengadakan
perkawinan silang. Penis bermuara pada
6. Ruangan genitalis yang waktu kopulasi menjulur keluar melalui
7. porus genitalis
11
1. Ovari sebanyak dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian
anterior tubuh
2. Oviduct ( saluran telur ) dari setiap ovarium akan membentang ke
arah posterior. Antara oviduct atau saluran telur kanan dan kiri itu
dilengkapi dengan
3. Kelenjar kuning telur atau yolk gland yang menghasilkan kuning
telur untuk sel telur yang diproduksi dan dibuahi dari ovarium
4. Vagina merupakan saluran yang berfungsi untuk menerima
transfer spermatozoid dari cacing planaria lain. Spermatozoid
yang telah ditrasfer itu akan disimpan dalam ruang receptaculum
seminalis.
5. Uterus merupakan ruangan yang berbentuk piala, yang merupakan
nama lain dari receptculum seminalis. Alat_alat kelamin itu
tersimpan dalam
6. Ruangan genital atau atrium genitalis, merupakan muara bersama
12
2.3.6 Faktor yang Berpengaruh terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Planaria
Untuk menghasilkan suatu organisme lengkap, perkembangan
normalnya mencakup tumbuh dan diferensiasi yang berlangsung di
bawah suatu koordinasi ketat dengan urutan yang tepat. Bila suatu
bagian hilang, karena suatu kecelakaan atau karena perlakuan dalam
eksperimen, kehilangan akan dikenal dan terjadilah proses-proses
perbaikan. Jika hal ini terjadi sebelum struktur itu terdiferensiasi, maka
akan terjadi pembentukan kembali dari bagian-bagian yang hilang dan
disebut regulasi. Diferensiasi adalah proses perubahan yang terjadi
pada sel atau jaringan selama perkembangan sehingga dicapai ciri
struktural dan fungsional yang khusus (Sudarwati & Sutasurya, 1990).
Setiap hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak
dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi yang cocok
baginya. Keberhasilan hidup hewan sangat ditentukan oleh
sumberdaya lingkungan dan kondisi lingkungan (Kramadibrata, 1996).
Dalam Anonim (2005) disebutkan bahwa pemberian makanan
pada planaria bisa berupa bits kecil dari yolk kuning telur yang masak,
hati dan cacing tubifex yang segar dan berbau khas, diberikan
beberapa hari sampai satu minggu. Setelah diberi makan, planaria
dibiarkan selama 30 menit sampai 1 jam dan selama beregenerasi tidak
memberi makan pada planaria. Turbellaria pada umumnya merupakan
hewan karnivor, makanannya berupa hewan-hewan kecil (cacing,
crustacea, siput dan potongan-potongan hewan mati) (Kastawi, dkk.
2001).
Planaria yang diaklimasi untuk merespon rangsangannya, hanya
bisa ditempatkan pada mata air atau kolam, bukan air suling atau air
leding. Air suling tidak mengandung mineral dan nutrisi yang
dibutuhkan planaria, sedang air leding didalamnya mengandung klorin
dan florida yang bisa menyebabkan kematian pada planaria (Anonim,
2005).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hewan Invertebrata adalah yang tidak bertulang belakang, serta memiliki
struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan,
pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan
vertebrata.
Contoh hewan invertebrate adalah cacing planaria. Cacing ini dipakai
sebagai contoh yang mewakili anggota kelas Turbellaria pada umumnya.
Planaria biasanya dengan istilah Euplanasia atau Dugesia.
Ciri-ciri planaria:
1. Planaria hidup bebas di perairan air tawar yang jernih, lebih suka pada air
mengalir.
2. Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh,
misalnya di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air dan
lain-lain.
3. Bentuk tubuh anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala
yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya meruncing,
4. Panjang tubuh Planaria sekitar 5-25 mm, tetapi bagi Planaria yang hidup di
darat dapat mencapai panjang 60 cm
5. Planaria bersifat hermaphrodit, maka dalam tubuh seekor hewan tersebut
terdapat alat kelamin jantan dan betina
14
DAFTAR PUSTAKA
_.2010.Planarian (online),
m.wikipedia.org. diakses 21 November 2010 15:40
15