Aliran Pemikiran Dalam Manajemen Stratejik Dengan Market Based
Aliran Pemikiran Dalam Manajemen Stratejik Dengan Market Based
Aliran Pemikiran Dalam Manajemen Stratejik Dengan Market Based
Market-Based
Makalah
Oleh :
Agung Kurniawan
(407413412239)
FAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN PEMASARAN
Januari 2011
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM MANAJEMEN STRATEJIK
Market-Based
1. Pengertian Manajemen Stratejik dengan Market Based
Penggerak utama alternative startegis dalam sebuah perusahaan adalah manajer
puncak dan pada perusahaan dengan SBU-majemuk, penggerak utamanya adalah
manajer puncak dan manajer perusahaan, (Jauch Dan Glueck, 1988: 213).
Manajer tingkat bawah mungkin terlibat sampai batas penyiapan usulan untuk
dipertimbangkan oleh manajer puncak. Manajer puncak perlu menganalisis usulan ini
dengan memperhitungkan masalah strategis yang lebih luas daripada pemanfaatannya
bagi suatu proyek saja. Para manajer tingkat-fungsional (operasional) juga terlibat
sejauh bahwa rencan untuk menerapkan strategi dipandang sebagai bagian dari proses
perumusan strategi, serta kekuatan dan kelemahan yang berasal dari tingkat
operasional dinilai oleh manajer ini sebagai masukan bagi proses keseluruhan.
Kohlbacher memberikan introduksi dengan mengutip Teece (2000) bahwa
perusahaan-perusahaan modern, sejalan dengan adanya berbagai tantangan di era new
knowledge economy, mengharuskannya untuk berubah menjadi organisasi yang
mampu menciptakan knowledge (knowledge-generating), mampu
mengintegrasikan knowledge (knowledge-integrating), dan mampu
melindungi knowledge (knowledge-protecting). Ini merupakan penyebab
mengapa knowledge management menjadi populer dan esensial baik bagi akademisi
maupun praktisi manajemen. Prusak (2001) menjelaskanknowledge
management sebagai berikut: “a practitioner-based, substantive response to real
social and economic trends”, one of which the knowledge-centric view of the firm. In
this view, a firm is “seen as a coordinated collection of capabilities”.
Lebih jauh lagi, Prusak menegaskan bahwa komponen utama dari kapabilitas-
kapabilitas tersebut adalah knowledge, terutama yang bersifat sangat tacitdan spesifik
bagi perusahaan.Knowledge-based view atau knowledge-based theory sebenarnya
juga baru belakangan ini secara luas didiskusikan oleh para pakar, termasuk dalam
berbagai tulisan di jurnal-jurnal terkemuka seperti Strategic Management Journal.
Menurut Patriotta (2003), knowledge-based theory of the firmtelah menjadi suatu
kajian pokok (mainstream literature) yang membahas mengenai knowledge dalam
suatu organisasi. Teori ini sangat dipengaruhi oleh buah pikiran Edith Penrose yang
oleh kalangan akademisi dan praktisi manajemen stratejik dikenal luas sebagai ‘the
mother of resource-based view theory’. (http://blog.the-
marketeers.com/archives/strategi-knowledge-based-marketing.html )
Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen stratejik dengan Market-based adalah
strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk merebut pangsa pasarnya dengan
mampu menciptakan pengetahuan, mengintegrasikan pengetahuan, dan mampu
melindungi pengetahuan perusahaan agar mendapatkan profit yang diinginkan. Pada
dasarnya, strategi ini digunakan perusahaan dalam era modern saat ini dimana yang
mendominasi pasar adalah para konsumen.
Kuncoro (2005:111), menyimpulkan “Dalam hal ini, perusahaan lebih
menitikberatkan urusannya pada factor eksternal atau disebut juga strategi korporasi.
Aspek'penting dalam strategi korporat yang mempengaruhi bagaimana suatu
organisasi mencapai tujuan dan sasaran stratejiknya adalah apakah organisasi tersebut
memiliki bisnis tunggal ataukah beroperasi dengan banyak bisnis (multibisnis).”
Penggolongan organisasi dengan bisnis tunggal dan multibisnis ini penting karena
mempengaruhi arab stratejik keseluruhan organisasi, strategi korporat apa yang
dianut, dan bagaimana strategi korporat diimplementasikan dan dikelola.
Ada beberapa pilihan arah strategi korporat yang menunjukkan jenis strategi
korporat yang dipilih. Kuncoro (2005: 112), memberikan arah strategi korporat yang
mungkin dilakukan :
c. Integrasi Horizontal
d. Strategi Diversifikasi
6. Strategi Stabilitas
Walaupun sangat mendasar bagi swbuah organisasi untuk selalu ingin
bcrkembang, tetapi terkadang perkembangan tersebut justru bisa memberikan
risiko bagi sumbcr daya yang ada diorganisasi.Apabila hal ini terjadi, strategi
terbaik yang bisa dilakukan organisasi adalah memutuskan untuk tetap seperti saat
ini, atau tidak lagi mengusahakan organisasi untuk berkembang.
Strategi stabilitas adalah strategi di mana organisasi mempertahankan ukuran
organisasinya dan level operasi. (Kuncoro, 2005:127)
Kapan Strategi Stabilitas Ditcrapkan?
Salah satu situasi adalah kctika industri bcrada pada fase pergolakan dengan
beberapa industri kunci dan tckanan dari luar yang secara drastis berubah
menyebabkan situasi masa depan mcnjadi sangat tidak dapat diprcdiksi. Dalam
situasi sepcrti ini, organisasi bisa mcnggunakan stratcgi stabilitas dengan mcnjadi
penonton sementara untuk mclihat kemungkinan-kemungkinan yang akan tcrjadi.
Strategi stabilitas bukanlah strategi berjalan mundur ataupun bcrjalan maju.
Strateg istabilitas dijalankan organisasi untuk mempertahankan posisinya scpcrti
saat ini (stabil).
Situasi lain yang memungkinkan organisasi mclakukan strategi ini adalah
kctika tidak adanya peluang pada industri atau hanya terdapat scdikit pcluang
pcrtumbuhan pada industri. Pada situasi scpcrti ini, organisasi bisa mcnggunakan
strategi stabilitas untuk mengevaluasi pilihan stratcjik mereka seperti misalnya
diversifikasi, integrasi vertikal, atau mungkin integrasi horizontal, sehingga bisa
memutuskan langkah stratejik terbaik berikutnya.
Stratcgi stabilitas juga tepat digunakan oleh organisasi berada dalam tahap
awal pertumbuhan. Gunanya adalah untuk mengevaluasi sumber daya,
kemampuan dan keunggulan kompetitif organisasi agar siap digunakan dalam
langkah stratejik berikutnya.
Strategi stabilitas juga bisa digunakan oleh organisasi bcsar pada tahap
maturity dalam industri life cycle. Dalam tahap ini, keuntungan dan kinerja
organisasi berada pada keadaan yang memuaskan. Apabila pihak manajemen
organisasi tidak ingin mcngambil risiko, maka mereka akan memutuskan untuk
mcngadopsi stratcgi stabilitas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa stratcgi
stabilitas mcrupakan strategi jangka pendek.Lingkungan akan selalu berubah
walaupun organisasi menggunakan strategi stabilitas. Olch karcna itu stratcgi ini
tidak digunakan organisasi dalam jangka waktu yang lama.
Implementasi Strategi Stabilitas
Ketika mengadopsi strategi stabilitas, organisasi tidak mcngalami
perkembangan dalam hal operasi. Namun hal ini tidak berarti sumber daya
organisasi, keunggulan, dan kompetensi inti dari organisasi berubah selama
periode stabil, organisasi hanya tidak berkembang (tidak mengeluarkan produk
baru, tidak melakukan program baru atau menambah kapasitas produksi yang
baru). Ketika melakukan stratcgi stabilitas, organisasi berusaha untuk
mengevaluasi kegiatan dan operasi organisasi, berusaha memperkuat internal
organisasi atau dengan kata lain, strategi stabilitas memberikan organisasi waktu
“istirahat” dan mempersiapkan diri kcmbali untuk mcnghadapi pcrsaingan ke
depan. Ketika menemukan kinerja yang makin memburuk dalam tahap
stabilitas,organisasi scbaiknya mcnggunakan strategi lain untuk menanggulangi
hal ini, yaitu dengan melakukan pembaharuan.
7. Strategi Pembaharuan
Pengurangan
Putar Haluan
Pemotongan Biaya
Restrukturisasi
Apa yang tcrjadi apabila tidak ada pembeli bagi bisnis yang ingin dijual
organisasi atau tidak ada kcmungkinan bagi pcrusahaan untuk mciakukan spin off.
Maka cara lain yang dapat ditcmpuh perusahaan adaiah dengan jalan likuidasi.
Likuidasi adaiah strategi yang dilakukan perusahaan dengan cara menutup
bisnis sccara keseluruhan.(Kuncoro, 2005:130)
Dengan melakukan Iikuidasi, perusahaan masih bisa menciptakan
keuntungan dengan jalan menjual aset-aset dalam perusahaan. Strategi ini
biasanya merupakan pilihan terakhir yang dapat dilakukan perusahaan.
Kuncoro (2005, 130) menyatakan masih ada cara lain untuk bisa
menyelamatkan organisasi agar bisa mencapai tujuan stratejik yang diharapkan
dan sekaligus kembaii mcnaikkan kinerja organisasi, yaitu dcngan cara mengubah
cara pikir organisasi sccara keseluruhan. Proses mengubah cara pikir dan
mendesain ulang proses bisnis organisasi secara radikal ini dinarnakan rekayasa
ulang (reengineering).
Rekayasa ulang adalah prosedur di mana asumsi dan pendekatan tradisional
dipertanyakan dan kegiatan dalam organisasi diubah dan didesain ulang sccara
radikai. Selama rekayasa ulang, sumbcr daya yang dimiliki organisasi sekarang,
kemampuan, dan kompetensi inti dianggap relevan karcna manajer stratejik
sedang mcncoba mencari apakah proses kcrja dapat didesain dcngan lebih baik.
Seperti yang kita lihat, rekayasa ulang merupakan perubahan organisasi secara
radikal dan drastis, baik dalam strategi pengurangan ataupun strategi putar haiuan.
Keputusan perubahan sccara radikal ini kadang kala memang dibutuhkan oleh
organisasi untuk bisa mengembalikan organisasi dan keseluruhan bisnisnya ke
keadaan yang diinginkan.Hal yang perlu diingat adalah bahwa rekayasa ulang
bukan jaminan perusahaan untuk bisa kembali sukses. Mengapa? Karena
reengineer merupakan strategi yang membutuhkan perubahan secara radikal, dan
tidak setiap organisasi bisa melakukan analisis secara ekstensif seperti yann
diharapkan pada rekayasa ulang atau karena organisasi tidak mau melakukan
perubahan radikal seperti yang dirninta strategi rekayasa ulang.
Bagian dari pemotongan biaya yang dapat dilakukan organisasi adalah dengan
jalan penurunan skala usaha (downsizing). Penurunan skala usaha adalah
restrukturisasi yang dilakukan organisasi di mana sebagian karyawan dalam
organisasi diberhentikan dari pekerjaannya. (Kuncoro, 2005:131)
Walaupun penurunan skala usaha bisa secara cepat memotong biaya
perusahaan, tetapi tanpa alasan yang kuat penurunan skala usaha tidak akan
menjadi efektif. Bagaimana manajer stratejik bisa merasa yakin bahwa pilihan
penurunan skala usaha mereka sudah tepat dan efektif? beberapa rekomendasi
agar penurunan skala usaha dapat tepat dan efektif
Pilihan terakhir untuk dapat merestrukturisasi organisasi adalah kebangkrutan.
Kebangkrutan merupakan kegagalan bisnis dan termasuk di dalamnya
mengorganisasi kembali bisnis di bawah kebijakan kebangkrutan. Kebangkrutan
adalah hasil penurunan kinerja perusahaan selama bertahun-tahun atau hasil
implementasi restrukturisasi dan pcmotongan biaya yang tidak efektif. (Kuncoro,
2005:131)
Apa yang terjadi ketika suatu pcrusahaan mengalami kcbangkrutan? Undang-
undang Kepailitan berubah secara drastis sejak 1 Oktober 1979 sehingga
mendorong perusahaan untuk merekayasa ulang perusahaan daripada langsung
melikuidasinya.
Aksi stratejik dalam mengimplementasikan strategi pcmbaharuan organisasi
ini tidak digunakan secara terpisah. Manajcr strtejik sering menggabungkan
bcrbagai altcrnatif strategi ini dalam kcputusannya untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif. Misal menggabungkan strategi pengurangan dengan putar
haluan. Hal Iain yang perlu juga diingae adalah walaupun di sini dibahas stratcgi
pcmotongan biaya dan restrukturisasi dalam implementasi strategi pengurangan
dan putar haluan, organisasi bisa tidak melakukan keduanya secara bersama-
sama. Perusahaan bisa memilih untuk mclakukan stratcgi pcmotongan biaya
ataukah hanya restrukturisasi saja.
STUDI KASUS