Laporan Pendahuluan Konjungtivitis Ni Nah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. M DENGAN KONJUNGTIVITIS DI RUANG POLI MATA


BLUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Oleh:
Intan Kusuma Fabriyani
2014.B.15.0373

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2016

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, dan jamur), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme
(terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak
dan udara.
2. Penyebab Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat
infeksius seperti:
-

Bakteri

Klamidia

Virus

Jamur

Parasit (oleh bahan iritatif = kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada
reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,

penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organisme penyebab tersering adalah


stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau
virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak
langsung dengan kosmetik yang mengandung klorin, atau benda asing yang
masuk ke dalam mata.
3. Tanda dan Gejala Konjungtivitis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar (ngeres/tercakar) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing
didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membran atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:


1) Konjungtivitis Alergi
-

Edema berat sampai ringan pada konjungtivitas.

Rasa seperti terbakar.

Air mata sering keluar sendiri.

Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat.

2) Konjungtivitis Bakteri
-

Pelebaran pembuluh darah.

Edema konjungtiva sedang.

Air mata keluar terus.

Adanya secret atau kotoran pada mata.

Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan.

3) Konjungtivitis Viral
-

Rasa seperti ada benda asing didalam mata.

Keluar air mata banyak.

Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea.

Kemerahan konjungtiva.

4) Konjungtivitis Bakteri hiperakut


-

Mata merah.

Iritasi.

Nyeri palpasi

Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri.

4. Patofisiologi
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama
oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui
saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine,
lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila
ada kuman patogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi
infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.
5. Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit

radang

mata

yang

tidak

segera

ditangani/diobati

bisa

menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1) Glaukoma.
2) Katarak.
3) Ablasi retina.
4) Komplikasi pada konjungtivitis katarak teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.
5) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6) Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi
buta.
7) Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan tajam penglihatan.

Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter


(sebagai alat pemeriksaan pandangan).

Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya


efek epitel kornea).

Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak


adanya kebocoran kornea).

Pemeriksaan oftalmoskop.

Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk


melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).

2) Therapi Medik

Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi.

3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai selsel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi
pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
7. Penatalaksanaan Medis
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topikal, bahan antiinflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjugtivitis
disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan instruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit
kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan
baru yang terpisah.
Terapi pada infeksi bakteri adalah dengan antibiotic (sulfonamid topikal),
pada infeksi virus dengan sulfonamide/antibiotika tetes mata spectrum luas untuk
mencegah

infeksi

sekunder,

sedangkan

untuk

infeksi

alergi

diberikan

vasokonstriktor tetes seperti nafazolin, kompres dingin, dan antihistamin oral


Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene
kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears
dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.

Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.
Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif,
tanpa adanya kontraindikasi.
B. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata yang meliputi
-

Tanggal wawancara,

Tanggal MRS,

No. MR,

Nama,

Umur,

Jenis kelamin,

Suku/bangsa,

Agama,

Pendidikan,

Pekerjaan,

Status perkawinan,

Alamat,

b. Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat
itu.
c. RPS (riwayat penyakit sekarang) biasanya berisi tentang penyakit yang
dialami klien
d. RPK (riwayat penyakit keluarga) biasanya diambil dari penyakit yang
pernah diderita oleh keuarga pasien.
e. RPD (riwayat penyakit dahulu) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
Sedangkan data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah:
-

Aktivitas/Istirahat.
Gejala: perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.

Neurosensori.

Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kehilangan bertahap


penglihatan perifer.

Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat,
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan ditandai
dengan rasa panas pada mata.
2) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang
terganggu.
3) Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya
perubahan pada kelopak mata (bengkak atau edema).

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
1.

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan nyeri klien teratasi dengan
kriteria hasil:
- Nyeri berkurang atau terkontrol.

INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami
oleh klien.
2. Ajarkan kepada klien metode
distraksi selama nyeri, seperti
nafas dalam dan teratur.
3. Anjurkan untuk menciptakan
lingkungan tidur yang nyaman,
aman dan tenang.
4. Kolaborasi dengan tim medis

2.

Setelah diberikan askep keperawatan


diharapkan gangguan persepsi sensori
berkurang atau hilang denga kriteria
hasil:
- Pasien dapat melihat dengan baik,

pasien tidak mengalami kesusahan


waktu melihat atau berinteraksi
3

dengan orang lain.


Setelah diberikan asuhan keperawatan

dalam pemberian analgesik.


1. Kaji ketajaman penglihatan
pasien.
2. Anjurkan kepada keluarga atau
orang terdekat klien untuk
tinggal bersama klien.
3. Anjurkan kepada pasien dan

RASIONAL
1. Untuk mengetahui tingat nyeri klien.
dan menentukan intervensi selanjutnya
2. Untuk meminimalkan nyeri klien.
3. Merupakan suatu cara pemenuhan rasa
nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa
kebisingan.
4. Menghilangkan nyeri, karena
memblokir syaraf penghantar nyeri.
1. Untuk mengkaji sejauh mana pasien

dapat melihat.
2. Megawasi dan membimbing selama
pengobatan berlangsung.
3. Untuk mempercepat dalam proses
penyembuhan.

keluarga untuk mematuhi progam


terapi yang telah dilaksanakan.
1. Dorong pengungkapan perasaan

1. Membantu pasien untuk memulai

diharapkan tidak tejadi gangguan

dan menerima apa yang

konsep diri dengan kriteria hasil:

dikatakannya.

- Mendemonstrasikan respon adaptif


perubahan konsep diri.
- Mengekspresikan kesadaran tentang
perubahan dan perkembangan ke
arah penerimaan.

2. Anjurkan keluarga klien untuk


memberikan lingkungan yang
bisa menerima keadaan dirinya.
3. Diskusikan peradangan terhadap

perubahan dan mengurangi rasa malu.


2. Meningkatkan rasa aman, mendorong
verbalisasi.
3. Persepsi pasien mengenai perubahan
pada citra diri mungkin terjadi secara
tiba-tiba atau kemudian.

citra diri dan efek yang


ditimbulkan dari penyakit.

4. Implementasi Keperawatan
DIAGNOSA
1.

IMPLEMENTASI
1. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2. Mengajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
3. Menganjurkan untuk menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.

2.

4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.


1. Mengkaji ketajaman penglihatan pasien.
2. Menganjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien.
3. Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang telah dilaksanakan.

3.

1. Mendorong pengungkapan perasaan dan menerima apa yang dikatakannya.


2. Menganjurkan keluarga klien untuk memberikan lingkungan yang bisa menerima keadaan dirinya.
3. Mendiskusikan peradangan terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit.

5. Evaluasi
DIAGNOSA
1.

EVALUASI
S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang.
O: Klien menunjukkan perasaan yang rileks dan tidak mengalami kesakitan lagi.
A: Masalah teratasi.

2.

P : Hentikan intervensi.
S: Klien mengatakan tidak bisa melihat seseorang jika dari jarak jauh.
O: Klien menunjukkan sikap kebingungan ketika diajak bertatap muka, dan sering salah jika berhadapan dengan orang lain.
A: Masalah belum teratasi.

3.

P: Lanjutkan intervensi.
S: Klien mengatakan belum dapat menerima keadaan yang sekarang dialami.
O: Klien tampak sedih dan malu.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Ed. 3 jilid 1.Jakarta:Penerbit
Media Esculapius FKUI.
Arthur C. Guyton and John E. Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
9.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito,

Lynda

8.Jakarta:EGC.

Juall.

2000.Buku

Saku

Diagnosa

Keperawatan.Edisi

Anda mungkin juga menyukai