Laporan Pendahuluan Konjungtivitis Ni Nah
Laporan Pendahuluan Konjungtivitis Ni Nah
Laporan Pendahuluan Konjungtivitis Ni Nah
Oleh:
Intan Kusuma Fabriyani
2014.B.15.0373
Bakteri
Klamidia
Virus
Jamur
Parasit (oleh bahan iritatif = kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada
reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,
2) Konjungtivitis Bakteri
-
3) Konjungtivitis Viral
-
Kemerahan konjungtiva.
Mata merah.
Iritasi.
Nyeri palpasi
4. Patofisiologi
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama
oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui
saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine,
lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila
ada kuman patogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi
infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.
5. Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit
radang
mata
yang
tidak
segera
ditangani/diobati
bisa
menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1) Glaukoma.
2) Katarak.
3) Ablasi retina.
4) Komplikasi pada konjungtivitis katarak teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.
5) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6) Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi
buta.
7) Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan oftalmoskop.
2) Therapi Medik
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai selsel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi
pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
7. Penatalaksanaan Medis
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topikal, bahan antiinflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjugtivitis
disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan instruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit
kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan
baru yang terpisah.
Terapi pada infeksi bakteri adalah dengan antibiotic (sulfonamid topikal),
pada infeksi virus dengan sulfonamide/antibiotika tetes mata spectrum luas untuk
mencegah
infeksi
sekunder,
sedangkan
untuk
infeksi
alergi
diberikan
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.
Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif,
tanpa adanya kontraindikasi.
B. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata yang meliputi
-
Tanggal wawancara,
Tanggal MRS,
No. MR,
Nama,
Umur,
Jenis kelamin,
Suku/bangsa,
Agama,
Pendidikan,
Pekerjaan,
Status perkawinan,
Alamat,
b. Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat
itu.
c. RPS (riwayat penyakit sekarang) biasanya berisi tentang penyakit yang
dialami klien
d. RPK (riwayat penyakit keluarga) biasanya diambil dari penyakit yang
pernah diderita oleh keuarga pasien.
e. RPD (riwayat penyakit dahulu) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
Sedangkan data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah:
-
Aktivitas/Istirahat.
Gejala: perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
Neurosensori.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat,
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan ditandai
dengan rasa panas pada mata.
2) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang
terganggu.
3) Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya
perubahan pada kelopak mata (bengkak atau edema).
3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
1.
INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami
oleh klien.
2. Ajarkan kepada klien metode
distraksi selama nyeri, seperti
nafas dalam dan teratur.
3. Anjurkan untuk menciptakan
lingkungan tidur yang nyaman,
aman dan tenang.
4. Kolaborasi dengan tim medis
2.
RASIONAL
1. Untuk mengetahui tingat nyeri klien.
dan menentukan intervensi selanjutnya
2. Untuk meminimalkan nyeri klien.
3. Merupakan suatu cara pemenuhan rasa
nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa
kebisingan.
4. Menghilangkan nyeri, karena
memblokir syaraf penghantar nyeri.
1. Untuk mengkaji sejauh mana pasien
dapat melihat.
2. Megawasi dan membimbing selama
pengobatan berlangsung.
3. Untuk mempercepat dalam proses
penyembuhan.
dikatakannya.
4. Implementasi Keperawatan
DIAGNOSA
1.
IMPLEMENTASI
1. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2. Mengajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
3. Menganjurkan untuk menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
2.
3.
5. Evaluasi
DIAGNOSA
1.
EVALUASI
S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang.
O: Klien menunjukkan perasaan yang rileks dan tidak mengalami kesakitan lagi.
A: Masalah teratasi.
2.
P : Hentikan intervensi.
S: Klien mengatakan tidak bisa melihat seseorang jika dari jarak jauh.
O: Klien menunjukkan sikap kebingungan ketika diajak bertatap muka, dan sering salah jika berhadapan dengan orang lain.
A: Masalah belum teratasi.
3.
P: Lanjutkan intervensi.
S: Klien mengatakan belum dapat menerima keadaan yang sekarang dialami.
O: Klien tampak sedih dan malu.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Ed. 3 jilid 1.Jakarta:Penerbit
Media Esculapius FKUI.
Arthur C. Guyton and John E. Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
9.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito,
Lynda
8.Jakarta:EGC.
Juall.
2000.Buku
Saku
Diagnosa
Keperawatan.Edisi