Diagnosa Kebuntingan
Diagnosa Kebuntingan
Diagnosa Kebuntingan
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu permasalahan dalam penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) pada
1.2
1.3
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana metode diagnosis kebuntingan
2. Bagaimana cara mendiagnosis kebuntingan pada ternak
3. Apa saja penyebab kegagalan kebuntingan pada ternak
Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui metode diagnosis kebuntingan
2. Mengetahui cara mendiagnosis kebuntingan pada ternak
3. Mengetahui penyebab kegagalan kebuntingan pada ternak
II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebuntingan didefinisikan sebagai suatu periode fisiologis pasca perkawinan
ternak betina yang menghasilkan konsepsi yang diikuti proses perkembangan embrio
kemudian fetus hingga terjadinya proses partus (Hafez, 2000) sedangkan menurut
Illawati (2009) kebuntingan merupakan suatu proses dimana bakal anak sedang
berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Kebuntingan sapi berlangsung sejak
konsepsi (fertilisasi) sampai terjadinya kelahiran anak (partus) secara normal (Soebandi,
1987; Frandson, 1992).
Seiring bertambahnya umur kebuntingan, uterus mengalami perubahan secara
kontinyu baik dari segi ukuran, letak, maupun morfologi, sehingga dimungkinkan
suatu kaidah dalam memprediksi umur kebuntingan melalui temuan-temuan fisik organ
reproduksi. Sejumlah pendekatan telah dikembangkan dan dievaluasi dalam pemeriksaan
kebuntingan ternak sapi hingga metode diagnosis kebuntingan dapat diklasifikasikan
menjadi dua (langsung dan tidak langsung) atau tiga kategori (visual, klinis, dan tes
laboratorium). Untuk metode klinis, sejauh ini palpasi rektal dan ultrasonografi telah
digunakan lebih dari 95% peternak modern di belahan dunia dari waktu ke waktu (Rodning et
al ., 2012). Bila dilakukan dengan benar, kedua metode tersebut aman untuk induk sapi
dan fetusnya. Meskipun demikian, terlepas dari metode yang digunakan untuk
mendeteksi status kebuntingan, sebagian kecil (sekitar 5%) dari sapi yang didiagnosis
bunting sebelum 60 hari kebuntingan akan mengalami kematian embrio dini, dimana hal ini
bukan merupakan efek dari pemeriksaan kebuntingan itu sendiri melainkan
keguguran yang terjadi secara alami.
III
PEMBAHASAN
2.1. Metode Diagnosa Kebuntingan
2.1.1. Eksplorasi rectal
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan
pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus
melalui dinding rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan,
fetus atau membran fetus.
1. Persiapan :
Peralatan : Ember berisi air bersih, kanji/sabun lunak, handuk, sarung tangan
(karet/plastik) panjang, kandang Pemaksa (bila perlu), pakaian (Werk-pack),
dikasari/disakiti.
2. Prosedur Pelaksanaan
Setelah pelaksana memakai perlengkapan (pakaian yang memadai), tangannya
memakai sarung tangan karet/plastik panjang (bila perlu), kemudian tangannya
(usahakan menggunakan tangan kiri) diberi pelicin (larutan kanji/busa sabun lunak).
Pelaksanaan menuju ternak betina yang akan diperiksa :
a. Ternak diusap/ditepuk dengan lembut agar tenang
b. Pegang pangkal ekornya dengan tangan kanan
c. Tangan kiri : telapak tangan dan jari-jari dibentuk kerucut, dimasukkan ke
dalam rektum dengan jalan didorong sambil diputar.
c.
Selip selaput fetal, alanto-corion pada penyempitan terhadap uterus dengan ibu
jari dan jari telunjuk secara lues.
d.
Perabaan dan pemantulan kembali fetus di dalam uterus yang membesar yang
berisi selaput fetus dan cairan plasenta.
e.
Perabaan plasenta.
Palpasi arteri uterina media yang membesar, berdinding tipis dan berdesir (fremitus)
(Toelihere, 1985).
2.1.2. Auscultasi Jantung Fetus
Diagnosis kebuntingan dengan mendeteksi auscultasi jantung fetus
dilakukan dengan menggunakan stetoskope yang diletakan pada abdomen sebelah
kanan. Metode ini dapat dengan mendeteksi jantung fetus yang berumur 5 bulan ke
atas. Ultra Sonografi (USG) adalah sebuah metode untuk memvisualisasikan bagianbagian internal tubuh atau janin dalam rahim, dengan menggunakan gelombang suara
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi sangat tinggi (250 kHz
2000 kHz). USG Doppler adalah sebuah prosedur yang menggunakan gelombang
suara untuk mengevaluasi darah yang mengalir di jantung, pembuluh darah, dan
katup. Alat untuk mendeteksi kebuntingan kembar adalah Elcetrocardiograph (Siti,
2011).
lutheum merupakan sumber dari progesteron. Selain itu pada periode tersebut,
placenta juga memproduksi progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut.
Evaluasi progesteron dalam plasma darah selama siklus seksual mengikuti
pola tertentu.
-
Keterangan
Kornua sebesar bola voli, letaknya sudah sedikit tertarik ke
rongga perut, arteri uterina media jelas teraba dan terasa
seperti desiran air mengalir, teraba kotiledon sebesar
kedelai, membran fetus teraba.
Pada ternak sapi yang diinseminasi biasanya pemeriksaan dilakukan dua kali sehari
oelh peternak yang dilakukan pada saat pemerahan. Meskipun pengamatan birahi pada ternak
sapi tidak sulit, namun pemeriksaan pada ternak sapi yang diinseminasi perlu dilakukan
dengan cermat. Tidak hanya pada 18 sampai 20 hari atau lebih setelah inseminasi, tetapi
pemeriksaan tetap berlanjut hingga dua sampai tiga bulan, karena sapi sering mengalami
penundaan birahi kembali dan diduga berkaitan dengan kematian embrio secara dini.
Penundaan birahi kembali oleh dinas inseminasi dipertimbangan dalam perhitungan angka
konsepsi. Perhitungan angka konsepsi, biasanya dinyatakan sebagai proporsi dari hewan yang
tidak kembali birahi 45 60 hari dan 60 90 hari setelah inseminasi (RHF Hunter, 1995).
Penggunaan metode palpasi rektal. Apabila dilakukan oleh dokter hewan yang
berpengalaman. Diagnosa kebuntingan dapat dilakukan dari sekitar umur kebuntingan 35
hari, namun yang paling akurat adalah pada 45 50 hari. apabila waktu perkawinan diketahui
secara pasti, kepastian adanya korpus luteum yang berkembang penuh 19 22 hari dan
memberikan >85% bukti konsepsi.
Pada sapi diagnosis yang berdasarkan atas nilai progesteron pada hari ke-20 sampai
24 menghasilkan ketepatan 88 100%. Sedangkan perkiraan yang didasarkan atas
konsentrasi progesteron dalam plasma pada hari ke-19 menghasilkan ketepatan hanya 74%
(Robertston dan Sarda, 1971 dalam RHF Hunter, 1995).
Uji negatif progesteron susu 85 100% tepat akurat pada hari ke-24, sedang uji
positif biasanya tidak lebih dari sekitar 80% benar (Heap, dkk, 1976 dalam RHF Hunter,
1995). Namun metode pendugaan progesteron pada susu tidak dapat diterapkan pada sapi
dara, dan jarang cocok untuk digunakan pada sapi pedaging, dikarenakan masalah
pengambilan contoh susu dilapangan.
2.2.2. Diagnosa kebuntingan pada domba
Diagnosa kebuntingan pada domba dapat dilakukan salah satunya dengan metode
penggunaan suara ultra (ultrasound). Dengan menempelkan sebuah alat periksa pada
abdomen, radars itu dapat mendeteksi adanya fetus mulai dari sekitar umur kebuntingan
sembilan minggu. Suara ultra dengan frekuensi yang sangat tinggi dan panjang gelombang
yang sangat pendek dipantulkan dari benda yang bergerak ke sumber transmisi dengan
frekuensi yang sedikit berubah, gejala dropler. Sinyal ultrasonik yang dipantulkan dari benda
bergerak dapat diubah menjadi gambaran visual pada layar kecil. Dengan pengalaman
menempelkan alat periksa (probe), instrumen ini dapat memberikan keberhasilan sampai
93% (Fraser dan Robertson, 1968 dalam RHF Hunter, 1995).
Pada hari ke-50 masa perkembangan fetus dapat digunakan metode diagnosa
radiografi fetus. Didasarkan atas deteksi proses penulangan dengan memakai sinar-X (Ardran
dan Brown, 1964). Akurasi yang dihasilkan 90 95% pada tiga bulan setelah kawin
(Wenham dan Robinson, 1972 dalam RHF Hunter, 1995).
2.3.
Kegagalan Pada Kebuntingan
2.3.1. Abortus karena sebab-sebab infeksi
1. Infeksi non spesifik
Yang termasuk dalam infeksi non spesifik diantaranya :
a. Endometritis (radang uterus) merupakan peradangan pada endometrium
(dinding rahim). Uterus (rahim) sapi biasanya terkontaminasi dengan
berbagai mikroorganisme (bakteri) selama masa puerpurium (masa
nifas).
b. Piometra (radang uterus bernanah) merupakan pengumpulan sejumlah
eksudat purulen dalam lumen uterus (rongga rahim) dan adanya korpus
III
KESIMPULAN
1. Diagnosa kebuntingan pada ternak dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya eksprolasi rektal, auscultasi jantung fetus, deteksi progesteron
darah, deteksi progesteron plasma darah atau air susu.
2. Tidak setiap metode diagnosa kebuntingan dapat diterapkan kepada semua
ternak, seperti eksplorasi rektal yang hanya dapat dilakukan pada ternak besar.
3. Keakuratan dari setiap metode berbeda-beda pada setiap ternak dan umur
kebuntingan.
4. Kegagalan kebuntingan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
sebab-sebab infeksi yang biasanya disebabkan oleh mikroorganisme (virus
dan bakteri) dan non infeksi yang disebabkan oleh keracunan, defisiensi
makanan, hormonal.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Yudistira BS. 2010. Penanganan Kesehatan Hewan (Kasus Gangguan
Reproduksi Pada Ternak Sapi). Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi lampung.
Frandson. 1982. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan Srigandowo dan Praseno.
Gadjahmada University press. Yogyakarta
________. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia.
Hunter, R.H.F., 1995, Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Illawati, R.W. 2009. Efektivitas Penggunaan Berbagai Volume Asam Sulfat Pekat
(H2SO4) untuk Menguji Kandungan Estrogen dalam Urine Sapi Brahman
Cross Bunting. Skripsi. Sekolah Tinggi Peternakan. Sijunjung.
Rasad, Siti. 2011. Teknologi Reproduksi Ternak. Universitas Padjadjaran. Sumedang
Ratnawati, Pratiwi Cahya Dan Affandhy Lukman. 2009. Petunjuk Teknis
Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan Peternakan
Departemen Pertanian.
Rodning, S, W. Prevatt, R. Carson, J. Elmore, and M. Elmore. 2012. Annual Beef
Cow Pregnancy Examination. Animal Sciences Series Timely Information:
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas A
Sauma Ramadhani
200110130253
Ridwan Firdaus
200110130279
Muhammad Hikmat A.
200110130280
Ades Mulyawan
200110130297
Ina Nuraeni
200110130311
Adi Setiawan
200110130326
Etya Nurriemas G
200110130333
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016