Distokia Moster Fetus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dystocia berasal dari bahasa Yunani (dys =sulit; tokos = kelahiran) yang
berarti kesulitan dalam kelahiran. Distokia dapat dialami oleh semua jenis
hewan. 3,3% kejadian distokia, dialami oleh sapi dimana kejadian ini lebih
sering terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi potong. Kejadian
distokia lebih banyak ditemukan pada kebuntingan sebelum waktunya, karena
penyakit pada uterus, kematian fetus dan kelahiran kembar atau pada
kebuntingan yang berakhir jauh melewati waktunya karena fetus terlalu besar.
(Toelihere,1985).
Penyebab distokia pada hewan terutama sapi, dibagi menjadi dua yakni
sebab-sebab dasar dan sebab-sebab langsung. Sebab-sebab dasar dibagi lagi
menjadi sebab herediter, nutrisional dan manajemen, penyakit menular,
traumatik dan sebab-sebab campuran. Sebab-sebab langsung dibagi lagi
menjadi dua kausa, yaitu kausa maternal dan kausa foetal.
Dari begitu banyak penyebab distokia ada satu penyebab yang langka
kejadiannya yaitu monster fetus. Kejadian distokia akibat moster fetus relatif
tidak umum dan sebagian besar terjadi secara sporadis tapi kejadiannya pada
ternak sapi lebih tinggi dibanding spesies lain. (Jackson,2004)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan distokia ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan monster fetus ?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian distokia akibat
monster fetus pada sapi ?

1.2.4

Bagaimana penanganan terhadap kejadian distokia akibat monster fetus


pada sapi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari distokia.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian dari monster fetus.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian distokia
1.3.4

akibat monster fetus pada sapi.


Untuk mengetahui penanganan kejadian distokia akibat mosnter fetus pada
sapi.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan paper ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
tentang kejadian distokia pada sapi akibat monster fetus beserta faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian monster fetus dan dapat memberikan
penanganan yang tepat pada kejadian distokia akibat monster fetus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etilogi Monster Fetus
Abnormalitas perkembangan ovum, embrio dan fetus, dapat terjadi pada
semua spesies dan mengakibatkan abnormalitas perkembangan organ pada fetus.
Monstrosity atau monstrositas merupakan gangguan perkembangan beberapa
organ atau sistem yang dapat menyebabkan penyimpangan yang besar pada

individu. Monster fetus relatif tidak umum dan sebagian besar terjadi secara
sporadis tapi kejadian pada ternak sapi relatif lebih tinggi dibandingkan spesies
lainnya terutama pada ternak sapi cross breed. Monster fetus umumnya
disebabkan oleh faktor genetik selain itu dapat pula disebabkan oleh faktor fisik,
kimiawi dan juga virus. Faktor ini mempengaruhi fetus sebelum usia kebuntingan
42 hari, ketika tahap organogenesis masih terjadi. Faktor genetik biasanya bisa
terjadi dikarenakan faktor gen autosomal yang menyebabkan perpanjangan
kebuntingan selama 300 sampai 370 hari dari umur kebuntingan normal antara
270 sampai 280.
Kajian literatur menunjukkan bahwa 33,2% monster fetus sapi lahir kembar
siam, 31,8% skistosom, dan 8,4% bulldog (Jackson,2004). Penanganan distokia
akibat monster fetus harus dilakukan oleh dokter hewan atau bidan ternak karena
kelahiran melalui vagina sulit dilakukan sehingga perlu dilakukan fetotomi dan
operasi sesar.

2.2 Jenis-Jenis Monster Fetus


1. Kembar Siam / Monster Ganda
Kembar siam atau monster ganda (diplophagus monster) adalah kelompok
monster yang paling umum terjadi pada kejadian distokia akibat monster fetus.
Kembar siam umumnya berasal dari satu ovum yang dibuahi atau kembar
monozygotic dimana pembelahannya kurang sempurna sehingga menyebabkan
beberapa bagian tubuhnya masih menempel satu sama lain. Adapun beberapa
variasi tingkat pemisahan pada kembar siam yaitu :
a. Disprosopus : monster yang memiliki dua muka, termasuk mulut
dengan langit-langit mulut yang terbelah, tapi bukan dua kepala
sempurna. Kedua muka yang lebar tersebut menyulitkan fetus masuk
ke pelvis induknya.

Gambar 1: disprosopus pada sapi


b. Dichephalus : dua kepala dan leher yang bergabung pada bahu.
Divergensi leher mencegah masuknya fetus ke dalam cavum pelvis.

Gambar 2: dichephalus pada sapi


c. Diphygus : duplikasi tubuh dan beberapa kaki.

Gambar 3 : diphygus pada sapi

Gambar 4: radiografi diphygus pada sapi


d. Thoracopagus : kembar yang saling menempel pada bagian atau dekat
sternum.

Gambar 5: Thoracopagus pada sapi


e. Pygopagus : kembar yang saling menempel pada bagian sacrum.
f. Craniopagus : kembar yang saling menempel pada pagian kepala.
g. Ischiopagus : kembar yang saling menempel pada regio pelvis dan
kepala yang saling berlawanan arah.

2. Skistosomus Refleksus
Skistosomus refleksus atau juga dikenal sebagai monster celosomian
merupakan fetus yang mengalami dorsifleksion pada kolumna spinalis sehingga
kepala dan ekornya berdempetan. Kaki fetus mengalami ankilosis dan bentuknya
rusak. Bentuk abnormalnya tersebut membuat fetus susah lahir melalui jalan lahir

yang normal. Biasanya pada pemeriksaan nampak ke-empat kaki fetus berada di
vagina. Pada kejadian skistosomus refleksus biasanya organ abdomen keluar dari
tubuh fetus khususnya usus. Hal ini dapat terjadi pada fetus tunggal maupun fetus
ganda.

Gambar 6 : Skistosomus refleksus pada sapi

3. Pedet Bulldog/ Bulldog Calf.


Monster ini ditemukan terutama pada sapi Dexter dan Kerry (kadangkadang pada ras Friesian Holstein dan ras lainnya). Keabnormalan merupakan
akibat dari akondroplasia yang berkaitan dengan gen autosom tunggal pada ras
asli dexter. Satu dari lima anak sapi ras dexter mengalami gangguan ini. Fetus
yang abnormal memiliki kepala yang sangat besar seperti anjing bulldog dengan
kaki yang sangat pendek. Kepala yang besar menyebabkan sapi kesulitan dalam
kelahiran atau distokia.

Gambar 7 : Bulldog calf.


4. Perosomus Elumbis
Monster ini mempunyai verterbre lumbal dan korda spinal bagian terakhir
anterior yang seakan-akan normal tetapi rudimenter. Hal ini ditandai dengan
agenesis sebagian atau agenesis lengkap dari lumbal, sacral, tulang coccigeal.
Kaki belakang berubah bentuk dan mengalami ankilosis. Kelainan primer pada
kejadian ini adalah adanya hipoplasia atau aplasia sumsum tulang belakang janin
yang berakhir pada regio thorac.

Gambar 8 : Perosomus Elumbis.

5. Hidrosepalus

Fetus dengan kelainan ini mempunyai kranium yang mengalami


pembesaran sehingga menyulitkan fetus memasuki dan melewati pelvis induknya.
Hal ini terjadi akibat adanya akumulasi cairan yang berlebih pada otak
fetus.Kejadian ini sering terlihat pada sapi angus. Biasanya fetus lahir dalam
keadaan mati atau mati tidak lama setelah dilahirkan.

Gambar 9 : Hidrosepalus

6. Anasarka Fetal
Oedema subkutan umum terdapat pada kelainan ini. Anak sapi yang
terkena sering tidak memiliki bulu dan cairan uterus induk berkurang sehingga
sapi akan kesulitan dalam proses melahirkan karena kurangnya cairan uterus
untuk lubrikasi fetus.

Gambar 10 : Anasarka fetal

2.3 Penanganan Kasus Distokia pada Sapi akibat Monster Fetus


Penanganan kasus distokia pada sapi akibat monster fetus sulit dilakukan.
Sangat sulit untuk monster fetus lahir melalui vagina induk secara normal. Peran
dokter hewan dan bidan ternak sangat penting pada penanganan distokia. Ada dua
cara yang dapat dilakukan untuk menangani kasus distokia pada sapi akibat
monster fetus yakni fetotomi dan operasi sesar atau sectio caesaria. Bila fetus
masih hidup dalam keadaan hidup, dapat dilakukan operasi sesar untuk
menyelamatkan fetus. Bila fetus telah mati maka dapat dilakukan fetotomi.
Fetotomi atau embriotomi adalah pemotongan fetus untuk mengurangi
ukurannya dengan menyisihkan berbagai baian tertentu fetus (Toelihere,1985).
Fetotomi sebagai penanganan kasus distokia mempunyai kekurangan seperti dapat
menyebabkan luka atau ruptura uterus atau saluran kelahiran oleh alat-alat
fetotomi atau oleh tulang-tulang tajam, memerlukan banyak waktu, menguras
tenaga induk dan tenaga pelaksana sehingga dapat membahayakan induk sapi
serta pelaksana. Walaupun memiliki kerugian, namun fetotomi memiliki
keuntungan yang jauh lebih besar dari kerugiannya. Adapun keuntungan fetotomi
pada penanganan kasus distokia adalah lebih praktis dan cukup berhasil pada sapi,
fetotomi juga lebih sering digunakan daripada operasi sesar karena operasi sesar
9

lebih mahal, lebih banyak membutuhkan waktu dan tenaga dan memerlukan
perhatian khusus pasca pembedahan. Indikasi pengguanaan operasi sesar
dibandingkan fetotomi hanya terjadi bila fetus masih hidup dan pemiliknya
menginginkan demikian, atau bila fetotomi total sangat sulit karena jalan
kelahiran yang sempit. Ada dua teknik fetotomi yang dapat digunakan yaitu
fetotomi total/ lengkap dan fetotomi parsial.
2.3.1 Peralatan Fetotomi
Adapun peralatan yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan fetotomi
adalah sebagai berikut :
-

Fetotom atau embriotom tubular


Kawat fetotomi
Wire threader
Wire director
Wire handles/ pegangan kawat
Krey hook
Obstetrical chain / rantai obstetrical
Chain handles/ pegangan rantai

10

Gambar 11 : peralatan fetotomi

2.3.2 Fetotomi Parsial dan Fetotomi total


Fetotomi parsial adalah fetotomi atau pemotongan sebagian tubuh fetus
yang mengahalangi fetus keluar melalui jalan kelahiran/ saluran kelamin.
Sedangkan fetotomi total adalah fetotomi atau pemotongan keselurah bagian fetus
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil sehingga fetus dapat dikeluarkan
melalui jalan kelahiran/ saluran kelamin.
A. Fetotomi Parsial
Penyimpangan kepala
Kawat fetotomi dimasukkan mengelilingi pangkal leher fetus. Pangkal
leher dipotong serendah mungkin dan kepala serta sebagian leher fetus
dapat dikeluarkan.

Bilateral Hip flexion

11

Kawat fetotomi dilewatkan antara aspek medial paha yang tertahan dan
dinding abdominal fetus dengan introducer. Tabung kedua fetotom
dipasang dan kawat dikencangkan. Jika memungkinkan, insisi kulit dibuat
pada fetus untuk memastikan bahwa potongan dibuat pada aspek medial
tuber coxae fetus. Kaki dapat dikeluarkan setelah pemotongan kemudian
fetus dapat ditarik keluar.

Gambar 12 : Fetotomi parsial pada distokia dengan bilateral hip flexion

Fleksi hock
Kawat fetotomi dilewatkan melalui kaki menggunakana introduer. Kaki
tersebut dipotong tepat dibawah hock.

Gambar 13 : fetotomi parsial pada distokia dengan fleksi hock


B. Fetotomi Total
a. Fetus dalam presentasi anterior
- Pemotongan kepala

12

Gambar 14 : fetotomi total posisi anterior, pemotongan kepala fetus.


Pemotongan kaki depan

Gambar 15 : pemotongan kaki depan fetus.


Pemotongan dada

Gambar 16 : pemotongan dada fetus


-

Pemotongan pelvis dan kaki belakang

13

Gambar 17 : pemotongan pelvis dan kaki belakang fetus


b. Fetus dalam Presentasi Posterior
- Pemotongan kaki belakang

Gambar 18 : pemotongan kaki belakang fetus


Pemotongan dada/thorax

Gambar 19 : pemotongan dada fetus


Pemotongan kaki depan

14

Gambar 20 : pemotongan kaki depan

Gambar 21 : pemotongan kaki depan secara diagonal

2.3.3 Perawatan Induk Sapi Pasca Fetotomi


Setelah dilakukan tindakan fetotomi pada penanganan kasus distokia pada
sapi, baik itu fetotomi parsial maupun fetotomi total, keluar kan sisa plasenta dari
uterus induk sapi. Setelah itu, periksa apakah tejadi perlukaan pada jalan kelahiran
maupun adanya rupture pada uterus. Bila terjadi perobekan besar pada uterus,
cervix, vagina dan vulva, dapat dilakukan penjahitan. Cuci uterus mengunakan
larutan antiseptik. Injeksi oksitosin 20-30 IU untuk meningkatkan involusi uterus.
Berikan antibiotik lokal dan parenteral untuk mencegah adanya infeksi. Induk
juga perlu diberikan obat anti inflamasi non steroid serta anelgesik untuk
mengurangi peradangan dan rasa sakit pasca fetotomi.
15

BAB III
PENUTUP
16

3.1 Kesimpulan
Distokia adalah kesulitan kelahiran. Ada banyak penyebab distokia pada
hewan ternak terutama sapi. Salah satunya adalah monster fetus. Monster fetus
relatif tidak umum dan sebagian besar terjadi secara sporadis tapi kejadian pada
ternak sapi relatif lebih tinggi dibandingkan spesies lainnya terutama pada ternak
sapi cross breed. Monster fetus umumnya disebabkan oleh faktor genetik selain
itu dapat pula disebabkan oleh faktor fisik, kimiawi dan juga virus. Faktor ini
mempengaruhi fetus sebelum usia kebuntingan 42 hari, ketika tahap
organogenesis masih terjadi. Akibat dari kelainan ukuran serta bentuk fetus maka
penanganan untuk kasus distokia akibat monster feus adalah dengan melalui
operasi sesar dan fetotomi

DAFTAR PUSTAKA

17

Jackson, P.G.G. 2004. Handbook Obstetri Veteriner Edisi Kedua. Cambridge.


Gadjah Mada University Press.
Sarma, D.K, K. Ahmed, and P. M. Baruah. 2013. STERNOPAGUS CONJOINED
TWIN MONSTER IN CROSSBREDJERSEY COW. Indian Journal of
Animal Reproduction 34 (1) : June 2013. (Diakses pada 17 November
2014)
Selvaraju, M. et al. 2010. DYSTOCIA DUE TO SCHISTOSOMUS REFLEXUS
IN A COW - A CASE REPORT. J. Vet. Anim.Sci. 2010. 41 :71-72.
(Diakses pada 17 November 2014)
Sharma, A.et al. 2013. Rare fetal monster in Holstein crossbred cow . Open
Veterinary Journal, (2013), Vol. 3(1): 8-10. (Diakses pada 17 November
2014)
Singh,N., Ghuman, S.P.S., Singla, V.K., Honparke,M. 2012. PARTIAL
FETOTOMY FOR THE DELIVERY OF A SCOLIOTIC-ANKYLOSED
FETUS IN A COW. Indian Journal of Animal Reproduction 33 (2) : Dec
2012. Page : 92-93. (Diakses pada 17 November 2014)
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Bogor. UI
Press.

18

Anda mungkin juga menyukai