Teknologi Konservasi Energi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH MKE

TEKNOLOGI KONSERVASI ENERGI

Disusun oleh:
Abdussyukur Rila S.

13/352936/TK/41315

Afni Rochmania

12/330367TK/39541

Albertho Natanael

11/319153/TK/38284

Deddy Wirata

13/349266/TK/41081

Firdina Aprilia S.

13/348132/TK/40803

Yosephine Intan A.

13/348284/TK/40866

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
Pendahuluan

Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah


penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara
efisien di mana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit,
ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan
energi

dapat

menyebabkan

berkurangnya

biaya,

serta

meningkatnya

nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan (Wikipedia).

Gambar 1. Peningkatan Kebutuhan Energi Tiap Tahun


Konservarsi energi merupakan dasar manajemen energi nasional, tetapi belum mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah Indonesia. Manajemen energi di Indonesia lebih
mengutamakan pada bagaimana cara menyediakan energi tersebut, kemudian memperluas
akses energi agar dapat digunakan oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan
eksploitasi bahan bakar fosil serta penyediaan listrik di desa-desa terpencil. Masyarakat
Indonesia menjadi dimanjakan dengan sumber energi yang selalu tersedia dan mudah didapat
sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi energi. Namun, konsumsi energi yang
meningkat tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini menyebabkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami pembengkakan untuk
penyediaan energi.
2

Gambar 2. Anggaran Belanja Negara Per Tahun


Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi.
Konservasi energi dapat menekan konsumsi energi sehingga biaya untuk konsumsi energi
semakin berkurang. Konservasi energi juga menekan permintaan energi per kapita, sehingga
dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini
mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau
impor energi. Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih
metode produksi energi.

Gambar 3. Kebutuhan Energi di Indonesia


3

Selain itu, dengan mengurangi emisi, konservasi energi merupakan bagian penting dari
mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Kegiatan pembakaran bahan bakar fosil,
misalnya yang ditunjukkan oleh kegiatan transportasi, menghasilkan berbagai polutan seperti
COx, NOx maupun SOx di samping partikel debu yang mengotorkan udara. Konservasi energi
juga menekankan pada penggantian sumber energi tak terbarukan dengan sumber energi
terbarukan. Penghematan energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam
menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.
Konservasi energi agak sulit berkembang di kalangan masyarakat karena pandangan
masyarakat yang menganggap bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah dan tidak terbatas. Anggapan tersebut tentu salah karena energi tak terbarukan,
seperti minyak bumi dan batu bara, pada suatu hari pasti akan habis. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia mulai mebuat kebijakan energi nasional guna menghemat penggunaan
energi serta pengembangan energi terbarukan, seperti biomassa, panas bumi, dan lain-lain.
Salah satu kebijakan penggunaan energi tercantum pada Perpres No.5/2006.

Gambar 4. Arah Kebijakan Energi Nasional Berdasarkan Perpres No.5/2006

BAB II
Pembahasan

Teknologi Konservasi Energi


Teknologi konservasi energi merupakan teknologi yang digunakan dalam rangka
pengembangan melalui pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, serta memanfaatkan
sumber daya alam yang berupa sumber energi alternatif. Energi alternatif adalah istilah yang
merujuk

kepada

semua energi yang

dapat

digunakan

yang

bertujuan

untuk

menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut.
Umumnya, istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang tinggi, yang
berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Contoh pemanfaatan energi alternatif :
a.

Energi air

b.

Energi angin

c.

Energi surya

d.

Biodiesel

e.

Energi laut

Selain pemanfaatan energi alternatif terdapat pula penggunaan beberapa aplikasi yang
dapat memantau pemakaian energi, seperti:
1. Smart Meter
Smart Meter ini dapat mengukur kWh sekaligus mengirimkan data stan meter dan
semua status kWh maupun eksekusi perintah Tusbung (pemutusan dan penyambungan
saluran listrik) ke atau dari kantor PLN via sebuah konsentrator.
2. Google Power Meter
Alat ini berfungis untuk mengetahui lebih detail penggunaan setiap peralatan dalam
bentuk grafik secara real time.
Pada makalah ini akan memfokus teknologi pemanfaatan energi alternatif seperti yang
telah dijelaskan pada paragraf di atas yakni kelima energi terbarukan tersebut.
A. ENERGI AIR
1) Mikrohidro
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik
yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
5

daya penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu pada
instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka
semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang
mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah
kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity)
sedangan beda ketingglan daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah
head. Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources dengan teluemahan bebas
bisa dikatakan "energi putih". Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit
listrik seperti ini mengunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan
ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis
lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi
aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat
instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik,
Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya
kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam, prakteknya istilah ini tidak merupakan
sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro, pasti mengunakan
air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara istilah Mikrohidro dengan
Miniihidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih
rendah dad 100 W, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100
sampai 5000 W. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air
(sumber energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu
disalurkan clan ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah
instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbm' sendin, dipastikan akan
mencrima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mckanik berupa
berputamya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke
generator dengan mengunakan kopling. Darl generator akan dthaslikan energi listrik
yang ak-an masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah
atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringlcas proses Mikrohidro
merubah energi aliran dan ketinggian air menjadt energi listrik.

Gambar 5. Komponen-komponen Besar dari sebuah Skema Mikro Hidro

2) Pompa hidran
Pompa hidran merupakan pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan
energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke
tempat yang lebih tinggi, Syaratnya :Beda elevasi minimal 1 meter

Gambar 6. Skema pompa hidran


B. ENERGI ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak dan berpindah tempat. Penggerakan udara
itu disebabkan oleh perbedaan suhu. Perbedaan suhu disebabkan oleh perbedaan
daya serap panas di permukaan bumi. Jadi, selama matahari masih memancarkan
sinarnya ke bumi dan di bumi terdapat daratan dan lautan, maka akan terjadi
perbedaan suhu dan menyebabkan terjadinya angin.

Pemanfaatan teknologi energi angin sebagai salah satu sumber energi yang
dapat diperbarui juga sudah dilakukan di Indonesia. Tetapi energi listrik yang
dihasilkan dari angin masih relatif kecil kapsitasnya. Sehingga umumnya teknologi
ini hanya diterapkan di daerah terpencil atau di pedesaan yang belum terjangkau
aliran listrik PLN. Prinsipnya sangat sederhana, yaitu angin ditangkap oleh balingbaling atau katakanlah rotor bersayap. Energi putaran (energi kinetik) diteruskan
untuk memutar generator pembangkit listrik. Ukuran generator yang dipasang tentu
saja harus disesuaikan dengan kapasitas angin dan rotornya. Pengubahan energi
angin menjadi energi listrik ini sangat menguntungkan untuk tempat-tempat yang
memang terdapat angin banyak. Memang tidak semua tempat menguntungkan untuk
dibangun PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Angin), tapi sumber energi itu tersedia
secara bebas, dan angin akan tetap bertiup sepanjang zaman.

Gambar 7. Turbin Angin


C. ENERGI SURYA

Gambar 8. Pemanfaatan Energi Surya

Matahari merupakan sumber energi yang tak habis-habisnya. Hidup kita di


dunia ini hampir sepenuhnya berkat energi matahari, karena apa yang kita makan itu
sebenarnya energinya berasal dari Matahari yang tersimpan dalam tumbuhan
maupun hewan. Selain itu, berbagai jenis energi baik yang terbarukan maupun takterbarukan merupakan bentuk turunan dari energi matahari, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pemanfaatan energi panas matahari sebenarnya telah kita lakukan diantaranya
yaitu:
1. Pemanasan ruangan

Gambar 9. Pemanasan Ruangan


Merupakan teknik pemanasan dengan menggunakan energi panas matahari
yang paling sederhana. Hanya diperlukan sebuah lubang pada dinding untuk
meneruskan panas matahari dari luar masuk ke dalam bangunan. Ada jendela yang
langsung tanpa ada kacanya dan ada yang menggunakan kaca. Untuk mendapatkan
panas yang optimal maka pada jendela dipasang kaca ganda. Biasanya di daerahdaerah empat musim, dinding/tembok bangunan diganti dengan kaca agar matahari
bebas menyinari dan menghangatkan ruangan pada saat musim dingin.
Teknik pemanfaatan energi matahari yang banyak dipakai saat ini. Dengan
teknik ini pada siang hari lampu pada bangunan tidak perlu dinyalakan sehingga
menghemat penggunaan listrik untuk penerangan. Teknik ini dilaksanakan dengan
mendesain bangunan yang memungkinkan cahaya matahari bisa masuk dan
menerangi ruangan dalam bangunan. (Priatman, 2001).

2. Dinding Trombe (Trombe Wall)

Gambar 10. Dinding Trombe


Dinding trombe adalah dinding yang diluarnya terdapat ruangan sempit
berisi udara. Dinding bagian luar dari ruangan sempit tersebut biasanya berupa
kaca. Prinsip kerjanya adalah permukaan luar ruangan ini akan dipanasi oleh sinar
matahari, kemudian panas tersebut perlahan-lahan dipindahkan kedalam ruangan
sempit. Selanjutnya panas di dalam ruangan sempit tersebut akan dikonveksikan ke
dalam bangunan melalui saluran udara pada dinding trombe.

3. Greenhouse

Gambar 10. Greenhouse


Teknik ini hampir sama dengan dinding trombe hanya saja jarak antara
dinding masif dengan kaca lebih lebar, sehingga tanaman bisa hidup di dalamnya.
Prinsip kerja greenhouse juga serupa dengan dinding trombe. Panas masuk melalui
kaca ke dalam greenhouse lalu dikonveksikan ke dalam bangunan untuk

10

menghangatkan ruangan atau menjaga suhu rungan tetap stabil meskipun pada
waktu siang atau malam hari.

4. Kompor matahari

Gambar 11. Kompor surya tipe kotak dan parabola


Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas
yang diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung
besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk
menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar. Dengan menggunakan
kompor ini maka kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak
dapat dikurangi. Kompor surya tipe kotak berbentuk kotak kedap udara dengan
interior berwarna gelap dan penutup atas terbuat dari kaca untuk menjebak panas
matahari di dalam kotak. Sedangkan Kompor parabola memiliki cermin pemantul
yang disusun parabola dan dilengkapi dengan tempat panci di titik fokus yang
berfungsi sebagai receiver. (Hoeven, 2011)
5. Desalinasi air

11

Gambar 12. Proses Desalinasi Air


Radiasi surya menembus kaca penutup dan mengenai permukaan dari plat
penyerap, maka plat penyerap akan panas, dan energi panas dari plat penyerap akan
memanasi air laut yang ada didalam kolam (basin). Air akan menguap dan
berkumpul dibawah permukaan kaca penutup. Oleh karena temperatur udara di
dalam basin lebih tinggi dari pada temperatur lingkungan, maka terjadi kondensasi
yaitu uap berubah menjadi cair dan melekat pada kaca penutup bagian dalam.
Cairan (air bersih) akan mengalir mengikuti kemiringan kaca penutup dan masuk
kedalam kanal, terus mengalir ke tempat penampungan air bersih. Sedangkan
garam akan tinggal diatas plat penyerap karena adanya perbedaan massa jenis.

6. Pengeringan hasil pertanian


Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan
menjemur hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat
menguntungkan bagi para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda dengan petani di negara-negara
empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk mengeringkan hasil panennya
dengan menggunakan oven yang menggunakan bahan bakar fosil maupun
menggunakan listrik.

12

7. Pemanasan air

Gambar 13. Proses Pemanasan Air


Penyediaan air panas sangat diperlukan oleh masyarakat, baik untuk mandi
maupun untuk alat antiseptik pada rumah sakit dan klinik kesehatan. Penyediaan air
panas ini memerlukan biaya yang besar karena harus tersedia sewaktu-waktu dan
biasanya untuk memanaskan digunakan energi fosil ataupun energi listrik. Namun
Dengan menggunakan pemanas air tenaga surya maka hal ini bukan merupakan
masalah karena pemanasan air dilakukan dengan menyerap panas matahari dengan
menggunakan kolektor sehingga tidak memerlukan biaya bahan bakar.
Prinsip kerjanya adalah panas dari matahari diterima oleh kolektor yang
terdapat di dalam terdapat pipa-pipa berisi air. Panas yang diterima kolektor akan
diserap oleh air yang berada di dalam pipa sehingga suhu air meningkat. Air dingin
dialirkan dari bawah sedangkan air panasnya dialirkan lewat atas karena massa jenis
air panas lebih kecil daripada massa jenis air dingin (prinsip thermosipon). Air ini
lalu masuk ke dalam penyimpan panas. Pada penyimpan panas, panas dari air ini
dipindahkan ke pipa berisi air yang lain yang merupakan persediaan air untuk
mandi/antiseptik. Sedangkan air yang berasal dari kolektor akan diputar kembali ke
kolektor dengan menggunakan pompa atau hanya menggunakan prinsip
thermosipon. Persediaan air panas akan disimpan di dalam tangki penyimpanan
yang terbuat dari bahan isolator thermal. Pada sistem ini terdapat pengontrol suhu
jika suhu air panas yang dihasilkan kurang dari yang diinginkan maka air akan
dimasukkan kembali ke tangki penyimpan panas untuk dipanaskan kembali.
(Hoeven, 2011)

13

8. Pembangkitan listrik
Pada pembangkitan listrik sinar matahari diperkuat oleh kolektor pada suatu
titik fokus untuk menghasilkan panas yang sangat tinggi. Ada dua jenis kolektor
yang biasa digunakan untuk pembangkitan listrik, yaitu kolektor parabolik
memanjang dan kolektor parabolik cakram. Pipa yang berisi air dilewatkan tepat
pada titik fokus sehingga panas tersebut diserap oleh air di dalam pipa. Panas yang
sangat besar ini dibutuhkan untuk mengubah fase cair air di dalam pipa menjadi uap
yang bertekanan tinggi. Uap yang bertekanan tinggi yang dihasilkan ini kemudian
digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang kemudian akan memutar turbo
generator untuk menghasilkan listrik.

Gambar 14. Panel Surya


Prinsip kerjanya adalah sinar matahari diperkuat oleh kolektor pada suatu
titik fokus untuk menghasilkan panas yang sangat tinggi bahkan bisa mencapai
suhu 3800 C. Pipa yang berisi air dilewatkan tepat pada titik fokus sehingga panas
tersebut diserap oleh air di dalam pipa. Panas yang sangat besar ini dibutuhkan
untuk mengubah fase cair air di dalam pipa menjadi uap yang bertekanan tinggi.
Uap bertekanan tinggi yang di hasilkan ini kemudian digunakan untuk
menggerakkan turbin uap yang kemudian akan memutar turbo generator untuk
menghasilkan listrik. (Cue, 2011)
14

Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya ya ng


cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi
di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut
sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi
penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan
variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1
kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin
rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu:
1. Teknologi energi surya fotovoltaik;
2. Teknologi energi surya termal.
1) Teknologi energi surya Fotovoltaik
Komponen utama suatu SESF (solar home systems ) adalah:
a. Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih
impor, namun untuk laminating menjadi modul surya sudah dkuasai
b. Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka modul,
peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain, teknologinya sudah
dapat dikuasai;
c. Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri;
d. Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat, sistem
hibrid, dan lain-lain masih diimpor.
Kandungan lokal modul fotovoltaik termasuk pengerjaan enkapsulasi dan
framing sekitar 25%, sedangkan sel fotovoltaik masih harus diimpor. Balance of
System (BOS) masih bervariasi tergantung sistem desainnya. Kandungan lokal dari
BOS diperkirakan telah mencapai diatas 75%.
Sasaran Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia :

Semakin berperannya pemanfaatan energi surya fotovoltaik dalam penyediaan


energi di daerah perdesaan, sehingga pada tahun 2020 kapasitas terpasangnya
menjadi 25 MW.
15

Semakin berperannya pemanfaatan energi surya di daerah perkotaan.

Semakin murahnya harga energi dari solar photovoltaic , sehingga tercapai


tahap komersial.

Terlaksananya produksi peralatan SESF dan peralatan pendukungnya di dalam


negeri yang mempunyai kualitas tinggi dan berdaya saing tinggi.

Selain dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan


energi surya lainnnya adalah:

Lampu penerangan jalan dan lingkungan;

Penyediaan listrik untuk rumah peribadatan. SESF sangat ideal untuk dipasang
di tempat-tempat ini karena kebutuhannya relatif kecil. Dengan SESF 100
/120Wp sudah cukup untuk keperluan penerangan dan pengeras suara;

Penyediaan listrik untuk sarana umum. Dengan daya kapasitas 400 Wp sudah
cukup untuk memenuhi listrik sarana umum;

Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,


Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Bersalin;

Penyediaan listrik untuk Kantor Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan


pemanfaatan SESF pada kantor pelayanan umum adalah untuk membantu
usaha konservasi energi dan mambantu PLN mengurangi beban puncak
disiang hari;

Untuk pompa air ( solar power supply for waterpump ) yang digunakan untuk
pengairan irigasi atau sumber air bersih (air minum).

Kendala Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia

Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih mahal
mengakibatkan harga SESF menjadi mahal, sehingga kurangnya minat
lembaga keuangan untuk memberikan kredit bagi pengembangan SEEF;

Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di daerah
perdesaan, menyebabkan SESF cepat rusak;

Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak memenuhi


standar teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja sistem tidak optimal dan
cepat rusak.;

16

Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan yang


sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga pengembangan SESF
sangat tergantung pada program Pemerintah;

Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga ketergantungan


pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan menurunnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar menyebabkan harga modul surya menjadi semakin mahal.

a.

Teknologi energi surya termal


Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan
secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya
untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung. Berbagai
teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur
kerja lebih kecil atau hingga 60 o C) dan skala menengah (temperatur kerja antara
60 hingga 120

C) telah dikuasai dari rancang-bangun, konstruksi hingga

manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya termal yang kini
dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga madya. Beberapa
teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel pertukangan
kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh industri
manufaktur nasional. Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan
produksinya seperti sistem atau unit berikut:

Pengering pasca panen (berbagai jenis teknologi);

Pemanas air domestic;

Pemasak/oven;

Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane );

Penyuling air ( Solar Distilation/Still );

Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet);

Sterilisator surya;

Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan


titik didih rendah.
Untuk skala kecil dan teknologi yang sederhana, kandungan lokal mencapai 100

%, sedangkan untuk sistem dengan skala industri (menengah) dan menggunakan

17

teknologi tinggi (seperti pemakaian Kolektor Tabung Hampa atau Heat Pipe ),
kandungan lokal minimal mencapai 50%. (Arnita, 2012)
Sasaran Pengembangan Energi Surya Termal

Sasaran pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut:


Meningkatnya kapasitas terpasang sistem energi surya termal, khususnya untuk
pengering hasil pertanian, kegiatan produktif lainnya, dan sterilisasi di
Puskesmas.

Tercapainya tingkat komersialisasi berbagai teknologi energi surya thermal


dengan kandungan lokal yang tinggi.
Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal
Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk mendukung
peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk bangunan komersial
atau perumahan di perkotaan.Prospek pemanfaatannya dalam sektor-sektor
masyarakat cukup luas, yaitu:
Industri, khususnya agro-industri dan industri pedesaan, yaitu untuk
penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan (komoditi
pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan) dan juga pendinginan
(ikan, buah dan sayuran);
Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk pengkondisian ruangan (
Solar Passive Building , AC) dan pemanas air;
Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/ cooker ;
PUSKESMAS terpencil di pedesaan, yaitu: untuk sterilisator, refrigerator
vaksin dan pemanas air.
Kendala Pengembangan Energi Surya Termal
Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil
pertanian masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi surya
termal sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya termal masih belum
berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih sangat rendah;

18

Daya beli masyarakat rendah, walaupun harganya relatif murah;


Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat
ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan

D. BIODIESEL
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asamasam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses
transesterifikasi.
Keuntungan Pemakaian Biodiesel
Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya
terjamin
Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas
solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)
Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada
solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin
Dapat diproduksi secara lokal
Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
Menurunkan tingkat opasiti asap
Menurunkan emisi gas buang
Pencampuran

biodiesel

dengan

petroleum

diesel

dapat

meningkatkan

biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %


E. ENERGI LAUT
Laut memiliki potensi yang besar, yaitu ikan, tanaman laut, harta karun, dan
masih banyak lagi. Prinsip sederhana dari pemanfaatan bentuk energi laut adalah
memakai energi kinetik untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan
generator untuk menghasilkan listrik. Energi yang berasal dari laut (ocean energy)
dapat dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

19

1. Energi Ombak /geombang (Wave Energy)


Ombak dihasilkan oleh angin yang bertiup di permukaan laut. Ombak
merupakan sumber energi yang cukup besar, namun untuk memanfaatkan energi
yang terkandungnya dan mengubahnya menjadi listrik dalam jumlah yang
memadai tidaklah mudah. Pada sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak
(PLTO), aliran masuk dan keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus
menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah saluran di
atas ruang tersebut.Jika di ujung saluran diletakkan sebuah turbin, maka aliran
udara yang keluar masuk tersebut akan memutar turbin yang menggerakkan
generator. Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis,
tidak butuh bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi.
Indonesia belum memanfaatkan energi gelombang laut sebagai sumber listrik.
Memang

Indonesia

dengan

wilayahnya

yang

luas,

memiliki

potensi

mengembangkan PLTGL. Namun untuk merealisasikan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih mendalam. Tetapi secara sederhana dapat dilihat bahwa
probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi energi gelombang laut dan
energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.
Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi
akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2
titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda
di kedua titik tersebut. Dengan sifat tersebut, energi gelombang laut dapat
dikategorikan sebagai energi terbarukan.
Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang
memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu
tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbedabeda. Ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada
hari yang berbeda. Meskipun demikian, secara statistik dapat ditentukan ketinggian
signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.
Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch
pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
20

Semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.


Angin juga memunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin
yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju ke pantai akan mengalami
perubahan bentuk disebabkan adanya perubahan kedalaman laut. Apabila
gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah
yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari gesekan
antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air
akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin
tajam dan lembahnya akan semakin datar fenomena ini yang menyebabkan
gelombang tersebut kemudian pecah.
Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari
data jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, dapat
diketahui potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi
gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kWh per meter
berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu
yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.
Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari
gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa
pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian
barat berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kWh/m.
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang
laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk
memutar turbin generator. Karena itu, sangat penting memilih lokasi yang secara
topografi memungkinkan akumulasi energi.

Meskipun penelitian untuk

mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengonversi energi gelombang laut


masih terus dilakukan.
a. Tapered Channel (Tapchan)
Alternatif teknologi yang diperidiksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan Pulau Jawa adalah teknologi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip
21

teknologi ini cukup sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan


memasuki sebuah saluran runcing yang berujung pada sebuah bak penampung
yang diletakkan pada sebuah ketinggian tertentu.
Air laut yang berada dalam bak penampung dikembalikan ke laut melalui
saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik. Adanya
bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi
terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi
ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi
garis pantai yang tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak l985. Teknologi
ini:
Menampung hempasan air laut ke dalam suatu kolam reservoir sekitar
2 m dpl.
Air dalam reservoir dialirkan ke sebuah dum untuk memutar turbin
pembangkit listrik.
Terdiri dari 3 bangunan utama : saluran masuk air, reservoir
(penampungan) & pembangkit. Paling penting : pemodifikasian bangunan
saluran air berbentuk U bertujuan untuk menaikkan air laut ke
reservoir.

Gambar 4. Tapered Channel (Tapchan)

b. Limpet
PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen
yang berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500
22

kwh. Pembangkit tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water


Column (OWC) yang mengubah energi gelombang menjadi udara
pendorong untuk menggerakan turbin. Cara Kerja nya:

Tabung beton dipasang di ketinggian tertentu di pantai, ujungnya

di bawah permukaan air laut.

Ombak datang air di dalam tabung mendorong udara di

bagian tabung yang terletak di darat. Ombak surut terjadi gerakan udara
yang sebaliknya dalam tabung

Gambar 5. Limpet

b. Oscillating water column (OWC)


Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak
dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (oscillating water column).
Proses pembangkitan tenaga listrik dengan teknologi ini melalui 2 tahapan
proses. Gelombang laut yang datang menekan udara pada kolom air yang
diteruskan ke kolom atau ruang tertutup yang terhubung dengan turbin
generator. Tekanan tersebut menggerakkan turbin generator pembangkit
listrik. Sebaliknya, gelombang laut yang meninggalkan kolom air diikuti oleh
gerakan udara dalam ruang tertutup yang menggerakkan turbin generator
pembangkit listrik.

23

Variasi prinsip teknologi ini dikembangkan di Jepang dengan nama might


whale technology. Di Skotlandia, Inggris Raya, telah dibangun pembangkit
tenaga gelombang laut yang menggunakan teknologi ini.
c. Wave dragon
Di Denmark dikembangkan pula teknologi pembangkit tenaga gelombang
laut yang disebut wave dragon prinsip kerjanya mirip dengan tapered
channel. Perbedaannya pada wave dragon, saluran air dan turbin generator
diletakkan di tengah bak penampung sehingga memungkinkan pembangkit
dipasang tidak di pantai.
Pembangkit-pembangkit tersebut kemudian dihubungkan dengan jaringan
transmisi bawah laut ke konsumen. Hal ini menyebabkan biaya instansi dan
perawatan pembangkit ini mahal. Meskipun demikian pembangkit ini tidak
menyebabkan polusi dan tidak memerlukan biaya bahan bakar karena sumber
penggeraknya energi alam yang bersifat terbarukan.
Secara ringkas kelebihan pembangkit listrik berenergi ombak yaitu: energi
bisa diperoleh secara gratis, tidak butuh bahan bakar, tidak menghasilkan
limbah, mudah dioperasikan, biaya perawatan rendah, dan dapat menghasilkan
energi dalam jumlah yang memadai. Sedangkan kekurangannya yaitu:
bergantung pada ombak, perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana
ombaknya kuat dan muncul secara konsisten.

a) Energi Pasang Surut (Tidal Energy)


Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya
dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup
besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh
karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam
sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada
pembangkit listrik bertenaga ombak.
Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi
pasang surut, yaitu sebagai berikut:

Dam Pasang Surut (Tidal Barrages)

24

Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara hidro-elektrik


yang terdapat di dam/waduk penampungan air sungai. Hanya saja, dam
yang dibangun untuk memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar
daripada dam air sungai pada umumnya. Dam ini biasanya dibangun di
muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut.
Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut), air mengalir
melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya
ombak dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin. Kekurangan terbesar
dari pembangkit listrik tenaga pasang surut adalah hanya dapat
menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk (pasang) ataupun
mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih 10 jam
per harinya.

Turbin Lepas Pantai (Offshore Turbines)


Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih
menyerupaipembangkit listrik

tenaga

angin versi bawah

laut.

Keunggulannya dibandingkan metode pertama yaitu: lebih murah biaya


instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil daripada
pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga
dapat dipasang di lebih banyak tempat.

b) Hasil Konversi Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy Conversion)


Ide pemanfaatan energi dari laut yang terakhir bersumber dari adanya
perbedaan temperatur di dalam laut. Temperatur di permukaan laut lebih
hangat karena panas dari sinar matahari diserap sebagian oleh permukaan
laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun dengan cukup
drastis. Pembangkit listrik dapat memanfaatkan perbedaan temperatur
tersebut untuk menghasilkan energi. Pemanfaatan sumber energi jenis ini
disebut dengan konversi energi panas laut (Ocean Themal Energy
Conversion atau OTEC). Perbedaan temperatur antara permukaan yang
hangat dengan air laut dalam yang dingin dibutuhkan minimal sebesar
25 C agar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan baik.

25

Green Engineering pada Teknologi Konservasi Energi


Untuk menjalankan konservasi energi maka diciptakanlah teknologi konservasi energi.
Dimana teknologi konservasi energi dikembangkan melalui pemanfaatan energi secara efisien ,
serta memanfaatkan sumber daya alam yang berupa sumber energi alternatif. Green
engineering pada teknologi konservasi energi meliputi aspek ekonomi, lingkungan, sosial dan
teknis. Dari aspek ekonomi, teknologi konservasi energi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Tanpa biaya/biaya rendah (no/low cost), yaitu konservasi energi dengan cara tidak
mengeluarkan biaya, cukup dengan penjadwalan ulang system atau jam operasi alat/
mesin seperti AC, Lighting, Fan, Boiler, dan lain-lain.
2. Biaya sedang (medium cost), yaitu peluang penghematan energi yang diperoleh melalui
modifikasi sistem/peralatan dengan biaya sedang.
3. Biaya tinggi (high cost), yaitu peluang penghematan energi melalui modifikasi sistem
proses dengan biaya tinggi.
(Mukarom dkk, 2014)
Pelaksanaan program konservasi energi awalnya membutuhkan biaya, tetapi manfaat
dari program tersebut belum dapat dirasakan secara langsung. Pada kurun waktu tertentu akan
terjadi Breakeven Point (BEP) antara jumlah biaya yang diperlukan dengan total penghematan
energi, dan selanjutanya total penghematan energi akan lebih besar dibanding dengan dana
yang dikeluarkan.
Untuk aspek lingkungan dan kesehatan, program konservasi energi apabila
dilaksanakan secara benar dan sungguh-sungguh maka akan berdampak positif terhadap
lingkungan kerja maupun lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila suatu gedung/kantor yang
setting ( pengaturan ) AC nya terlalu dingin (18C) akan mengurangi kenyamanan bagi
karyawan yang berada didalamnya karena untuk alam tropis seperi di Indonesia tingkat
kenyamanan suhu adalah berkisar antara 22 s/d 26C dan menyebabkan para karyawan yang
berada pada gedung tersebut akan menggiggil kedinginan sehingga produktivitasnya menurun.
Padahal dengan setting AC yang begitu rendah (18C) membutuhkan energi listrik yang cukup
tinggi dibanding dengan setting 25C. Begitu pula apabila distribusi udara segarnya kurang
dari standar yang ditentukan, disamping akan berakibat boros energi juga akan berakibat para
pegawai pada gedung tersebut mengalami pusing-pusing, influenza ataupun stress. Kejadian
ini terjadi pada gedung Bursa efek Jakarta. Demikian pula dengan lampu penerangan yang
sudah terstandarisasikan sehingga penggunaannya tidak boleh melebihi dari standar yang

26

diijinkan karena akan terjadi pemborosan namun jangan sampai kurang, karena akan
terganggunya kesehatan mata.
Untuk aspek sosial, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh Tim
Konservasi Energi, maka total penggunaan energi listrik pada 102 unit kerja dilingkungan
Depdiknas adalah sekitar 85.000.000 Kwh/tahun. Jumlah ini tidak termasuk konsumsi energi
untuk lembaga pendidikan dari TK s/d SLTA. (Sumber : Bagian Proyek

Pelaksanaan

Konservasi Energi ). Apabila kegiatan konservasi dilaksanakan dengan baik maka diasumsikan
penghematan yang didapat mencapai 25% atau sebesar 21 juta kwh. Dengan penghematan
sebesar ini, maka dapat dimanfaatkan dengan mendistribusikan energi kepada masyarakat di
daerah lain atau daerah terpencil yang selama ini belum pernah mengenyam energi listrik.
Apabila asumsi kebutuhan listrik per KK 450 VA dengan pemakian 60 KWH perbulan atau
720 Kwh/thn maka penghematan sebesar 21 juta Kwh/tahun tersebut dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat sebanyak 29.000 KK. Secara politis penghematan yang dicapai sebesar
21 juta Kwh/tahun apabila dikonversikan kedalam rupiah adalah sebesar 3,8 milyar /tahun.
Penghematan sebesar itu seandainya didistribusikan untuk pengentasan kemiskinan melalui
program IDT dapat mensuplai sebanyak 190 desa tertinggal ( @ 20 juta ).
Untuk aspek teknis, biasanya peralatan hemat energi diproduksi dengan teknologi
tinggi dan peralatan tersebut memiliki usia pakai lebih lama serta mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi dibanding peralatan yang konvensional. Pada masa lalu masyarakat memilih
peralatan-peralatan yang menggunakan energi listrik hanya berorentasi pada harga yang murah
dengan kualitas sama tetapi mengabaikan efisiensi energinya. Namun, saat ini banyak
masyarakat yang telah mengetahui tingkat efisiensi energi suatu produk. Semakin tinggi
efisiensi suatu produk, maka semakin banyak energi yang dapat dihemat.

27

BAB III
Penutup

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Konservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan energi secara
efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar
diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional. penggunaan energi yang optimal
sesuai kebutuhan sehingga akan menurunkan biaya energi yang dikeluarkan ( hemat
energi hemat biaya )
2. Tujuan konservasi energi yaitu memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa
sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara
efisien, rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi
3. Teknologi konservasi energi dapat berupa pemanfaatan sumber energi alternatif seperti
mikro hidro, turbin angin, bio diesel dan lain lain.
4. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menggalakan konservasi di Indonesia antara lain
mengadakan kampanye hemat energi, membuat undang-undang konservasi energi serta
membentuk pusat konservasi energi nasional.
5. Green engineering pada teknologi konservasi energi meliputi aspek ekonomi,
lingkungan, sosial dan teknis.

28

DAFTAR PUSTAKA
Arnita, Y. 2012. Konservasi Energi. Makalah Tugas Teknik Lingkungan.
Priatman, J. 2001. Disain Teknologi Surya sebagai Form-Giver pada Arsitektur
Implementasi Bangunan Perumahan Indonesia. Dimensi Teknik Arsitektur. Vol 29.
Hoeven, M. V. D., 2011. Solar Energy Perspectives. Internasional Enegy Agency : France.
Chu, Y., 2011, Review and Comparison of Differen Solar Energy Thecnologies, Global
Energy Network Institute.
Kencono, A.W. , dan Dwinugroho, MP. 2015. 2015 Handbook of Energy and Economic
Statistics of Indonesia. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia: Jakarta.
Twindell, J. , dan Weir, T. 2006. Renewable Energy Resources. Taylor & Francis: New York.
Nur, S.M., dan Jusri, J. 2014. Biomassa Bahan Baku dan Teknologi Konservasi untuk Energi
Terbarukan. PT Insan Fajar Mandiri Nusantara: Bogor.
http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/02/04/konservasi-energi/ diakses pada tanggal 21 April
2016.
http://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/06/teknki-konservasi-energi/ diakses pada
tanggal 21 April 2016.
http://jumro.blogspot.com/2013/03/kebijakan-konservasi.html diakses pada tanggal 21 April
2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penghematan_energi diakses pada tanggal 21 April 2016.
http://www.slideshare.net/wijayantopkwto/presentasi-energi-baru-terbarukan-dan-konservasienergi?from_action=save diakses pada tanggal 21 April 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia diakses
pada tanggal 21 April 2016.

29

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Adela : Apakah kecepatan setiap daerah sama? Batas kecepatan angin yang besar siapa?
Jawaban :
-

Setiap daerah memiliki kecepatan angin yang berbeda, hal ini disebabkan karena letak
geografis (khususnya ketinggian daerah) suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya.
Perbedaan ketinggian menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan dan perbedaan
tekanan menyebabkan perbedaan suhu di suatu daerah. Perbedaan suhu ini disebabkan
karena adanya perbedaan daya serap panas dari matahari. Selain faktor tekanan dan
suhu kecepatan angin juga disebabkan oleh :

Keadaan topografi

Daratan atau lautan

Adanya pepohonan

Ketiga

hal di atas sangat berpengaruh terhadap kerja laju angin. Keadaan

topografi sangat berpengaruh, karena jika angin menerpa pada topografi berupa gunung
ia akan cenderung naik, berbeda jika ia menerpa pada topografi berupa dataran, ia akan
cenderung lurus-lurus saja. Kedua, saat angin bergerak di atas daratan dan lautan juga
sangat berbeda. Walau bagaimanapun angin yang bergerak di daratan akan cenderung
mengikuti keadaan permukaan daratan, berbeda jika angin yang berhembus di atas
lautan maka ia akan ikut mempengaruhi bentuk muka air laut, bahkan pergerakan arus
di atas laut. Sehingga ia lebih bebas bergerak di atas lautan daripada di daratan. Ketiga,
adanya pepohonan sangat berpengaruh jika pohon tersebut cukup tinggi dan
menggangu laju angin.

2. Hani : PLTB Samas sampai saat ini belum bisa dioperasi karna angin tidak bisa
memutar turbin?
Jawaban :
-

PLTB Samas saat ini belum bisa beroperasi karena memang untuk tahun 2016 sedang
dilakukan pembangunan fisik dan rencanya untuk pengoprasian pada tahun 2017
(esdm, 2015)

30

Lebih efiseien pemakaian energi surya atau energi angin? Energy terbarukan pada
umumnya membutuhkan lahan besar sedangkan untuk energi fosil tidak membutuhkan
lahan yang besar, bagaimana solusi masalah tersebut? PLTB membutuhkan lahan yang
luas, apakah energi terbarukan seperti energi berbasis angin bisa dipakai di lingkungan
penduduk?
Jawaban :
Sebenarnya tidak bisa membandingkan efisiensi antara energi berbasis angin dan surya
karena setiap energi terbarukan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Pemilihan pemanfaatan antara kedua energi tersebut difaktorkan dari
kebutuhan energi dan ketersediaan prasarana untuk pemanfaatan energi tersebut di
suatu daerah.
PLTB merupakan salah satu cara memanfaatkan energi angin, Energi angin bisa dipakai
di lingkungan penduduk misalnya pada pertanian umumnya dapat dimanfaatkan
sebagai penggerak pompa-pompa air untuk irigasi atau air minum ternak, menggiling
padi untuk mendapatkan beras menggergaji kayu atau dikonversi menjadi energi listrik
skala kecil.

3. Iza : Mengapa baling-baling pada PLTB ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan
baling-baling yang ada di Negara Eropa ?
Jawaban :
Perbedaan ukuran baling-baling ini difaktorkan pada perbedaan kecepatan angin di
Indonesia dengan negara di Eropa. Kecepatan angin di Indonesia rata-rata 3-5 m/s
(www.meteo.bmkg.go.id) sedangkan kecepatan angin di Eropa 10-12 m/s (BPPT,
2012)

4. Sutarto : Apakah konversi dari energi angin tidak bisa dihitung?


Jawaban :
Dalam pemanfaatan energi angin menjadi energi listrik diperlukan data kecepatan angin
dan akan didapatkan seberapa besar daya yang dihasilkan.
Energi kinetik angin diperoleh berdasarkan energi kinetik sebuah benda dengan
massa m, kecepatan v, maka rumus energi angin dapat dirumuskan sebagai berikut:
E = 0.5 m v2

31

Sedangkan jumlah massa yang melewati suatu tempat per unit waktu adalah:
m=Av
dimana :
A

= luas penampang (m2)


= kerapatan (kg/m3)

Maka energi angin yang dihasilkan persatuan waktu adalah :


P = 0.5 A v3 Watt
Efisiensi daya dari turbin adalah :

Maka dalam pemanfaatan energi angin menjadi energi listrik akan didapatkan nilai
efisiensi energi angin tersebut.
5. Ganesha
Bagaimana pemanfaatan distilasi air, dan berapa kapasitas? Kenapa bentuk kerucut?
Jawaban : Pemanfaatan energi surya dalam bentuk teknologi distilasi air ini adalah
salah satu rencana proyek yang ada di nusa penida. Pada sumber yang kami baca
belum ada info selanjutnya apakah proyek ini sudah dijalankan dan bagaimana
kapasitas dan kondisi operasinya. Akan tetapi, proyek ini sangat berpotensi untuk
dikembangkan di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang susah air bersih dan
kurang adanya listrik. Bentuk kerucut yang ada dalam teknologi ini disebabkan agar
hasil kondensasi air yang menempel di dinding kerucut dapat mengalir sendiri sesuai
dengan bidang kemiringannya menuju kolam penampung air bersih.

6. Hanifah
Prinsip dinding trombe pada musim dingin itu gimana, apakah ruangan di sebelah
tidak menjadi dingin?
Jawaban : teknologi dinding trombe ini banyak digunakan oleh rumah-rumah di
negara yang memiliki musim dingin panjang. Teknologi ini berguna untuk
32

memaksimalkan energi panas dari sinar matahari agar maksimal bisa menghangatkan
ruangan. Jadi, teknologi ini membantu ruangan menjadi hangat pada musim dingin.

7. Andri
Apakah teknologi distilasi air feasible untuk Indonesia?
Jawaban : jika dibandingkan dengan teknologi distilasi air menggunakan alat distilasi
memang teknologi ini tidak cukup efisien untuk kota atau daerah yang sudah maju.
Akan tetapi, untuk daerah yang masih tertinggal pemanfaatan teknologi ini dapat
menjadi salah satu alternatif karena biaya dan teknologinya yang cukup mudah dan
murah.

8. Abi: Gelombang air laut ada tiga. Apakah sudah ada penggunaan sistem tersebut di
indonesia? Mana yang paling efisien dan paling menguntungkan?
Jawaban : Sebenarnya belum ada pemanfaatan real dari gelombang air laut di Indonesia.
Yang ada pada saat ini barulah prototype. Secara teknologi, pihak BPPT telah
melakukan ujicoba prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) pada
tahun 2009 sebesar 2 kW dan tahun 2011 sebesar 10 kW di Selat Flores NTT.
Berdasarkan hasil riset yang dikembangkan selama ini, skala PLTAL terbesar adalah
prototype 1,2 MW sedangkan skala yang lebih besar diperkirakan baru beroperasi
dalam 5 tahun kedepan sehingga tingkat kehandalan pembangkit ini belum memiliki
rekam

jejak

yang

cukup.

(http://esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-

terbarukan/4442-wilayah-perairan-indonesia-simpan-potensi-energi-listrik-dariarus-laut.html)

Manakah yang lebih efisien?


Ada 3 bentuk pemanfaatan energi gelombang laut, yakni:
a. Limpet: mengubah energi gelombang menjadi udara tekan yang akan memutar turbin
b. Tapered channel: mengubah energi kinetik gelombang laut menjadi energi potensial
air, kemudian mengalirkannnya pada turbin.
c. Tide energy: pemanfaatan energi gelombang di di dalam air laut.

33

Jika kita bandingkan, tide energy ini memiliki energi yang lebih besar, di mana
efisiensinya mencapai 80% di mana air laut ini memiliki massa jenis 832 kali lebih besar
di banding limpet yang memanfaatkan udara.

9. Shinta Dewi: Untuk teknologi limpet, apabila gelombang laut terlalu besar, apakah
nantinya turbin akan terkontaminasi oleh air laut sehingga menyebabkan timbulnya ke
rusakan?
Jawaban:

Dari

referensi

yang

kami

dapatkan

melalui

blog

berikut

(http://abdoelrauf.blogspot.co.id/2012/05/pembangkit-listrik-tenaga-gelombang.html),
kami menemukan bahwa ruangan turbin merupakan ruangan kedap air sehingga turbin
yang ada tidak akan terkontaminasi dengan air laut yang dapat menyebabkan korosif.

10. Rana : daerah di indonesia yang bisa pakai limpet? Ketentuannya kaya gimana?
Jawaban: Indonesia memiliki potensi besar untuk pemanfaatan energi gelombang laut
karena pada dasarnya energi gelombang ini dapat termanfaatkan di daerah garis
pantai.Dari referensi yang kami peroleh kami menemukan bahwa teknologi ini akan
bekerja optimal pada tinggi gelombang 4-11 m, di mana putaran turbin yang dihasilkan
mencapai 700-3000 rpm. (https://niken11.wordpress.com/2009/09/11/pembangkitlistrik-tenaga-ombak/)

34

Anda mungkin juga menyukai