Token Listrik

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

Pengembangan

Pembangkitan
Kelompok 5

Muhajir
Amanda Saudaroda
Pengertian Pengemembangan
Pembangkitan
Pengembangan pembangkitan adalah kegiatan yang mencakup
perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian pembangkit-
pembangkit energi/listrik untuk memenuhi kebutuhan
energi/listrik yang terus meningkat. Hal ini meliputi berbagai
aspek seperti analisis kebutuhan energi, studi kelayakan,
perancangan teknis, perhitungan biaya, serta pemanfaatan
sumber-sumber energi primer yang tersedia.
Analisis Kebutuhan Energi
 Pertumbuhan Populasi dan Ekonomi Pertambahan jumlah
penduduk serta peningkatan aktivitas ekonomi dan industri
membuat permintaan energi juga ikut meningkat.

 Perkembangan Teknologi Semakin banyak penggunaan


peralatan dan teknologi modern yang mengonsumsi energi
listrik, seperti gadget, peralatan rumah tangga, sistem
otomasi industri, dan lain-lain.

 Urbanisasi Perpindahan penduduk dari desa ke kota


menyebabkan konsentrasi permintaan energi di wilayah
perkotaan menjadi lebih tinggi. Proyeksi kebutuhan listrik di
Indonesia terus mengalami kenaikan signifikan. Berdasarkan
data RUPTL PLN, permintaan listrik nasional diperkirakan
akan tumbuh rata-rata 6,9% per tahun hingga 2028.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat
tersebut, diperlukan upaya pengembangan pembangkitan
yang terencana dan terintegrasi, baik dari sisi penambahan
kapasitas pembangkit, diversifikasi sumber energi, efisiensi
pembangkitan, hingga upaya konservasi energi pada sisi
permintaan (demand side management).
Survei dan Studi Kelayakan
1. Survei Potensi EnergiSurvei dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengukur potensi
sumber-sumber energi yang dapat dimanfaatkan, seperti bahan bakar fosil (batu
bara, gas, minyak), energi terbarukan (air, angin, matahari, panas bumi), maupun
sumber energi lainnya di suatu wilayah.
2. Studi Kelayakan TeknisMeliputi analisis lokasi, kondisi geologi/topografi, aksesibilitas,
ketersediaan infrastruktur pendukung, dan evaluasi teknologi pembangkit yang paling
sesuai untuk diterapkan.
3. Studi Kelayakan EkonomiMemperhitungkan estimasi biaya investasi, biaya
operasional, proyeksi pendapatan, sumber pendanaan, serta indikator kelayakan
ekonomi seperti NPV, IRR, dan payback period.
4. Studi Kelayakan LingkunganMengkaji dampak lingkungan yang mungkin timbul dari
pembangunan dan operasi pembangkit, serta menyusun upaya pengendalian dan
mitigasi dampak.5. Studi Kelayakan SosialMenganalisis dampak sosial bagi
masyarakat sekitar, seperti potensi pembukaan lapangan kerja, relokasi penduduk,
serta penerimaan masyarakat terhadap proyek.
Perencanaan Teknik
1. Pemilihan Teknologi PembangkitMenentukan jenis teknologi pembangkit yang akan
digunakan, seperti pembangkit tenaga uap, turbin gas, PLTU, PLTG, PLTN, PLTS, PLTB,
PLTP, atau jenis pembangkit lainnya sesuai dengan sumber energi yang akan
dimanfaatkan.
2. Penentuan Kapasitas PembangkitMemutuskan kapasitas daya listrik yang akan
dibangun dengan mempertimbangkan proyeksi kebutuhan energi, cadangan
kapasitas, serta fleksibilitas operasi sistem kelistrikan.
3. Desain RekayasaMerancang desain teknis pembangkit secara detail, meliputi tata
letak, spesifikasi peralatan utama dan pendukung, sistem instrumentasi dan kontrol,
sistem pendingin, infrastruktur pendukung, dan lain-lain.
4. Pemilihan Bahan dan PeralatanMenentukan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam konstruksi pembangkit, seperti baja, beton, bahan tahan panas/korosi, serta
peralatan utama seperti turbin, generator, boiler/ketel, transformator, dan
sebagainya.5. Pertimbangan Keselamatan dan KeandalanMemperhitungkan faktor
keselamatan kerja, keandalan operasi, antisipasi gangguan, serta mitigasi risiko dalam
perencanaan teknis pembangkit.
Biaya Pembangkitan

Biaya pembangkitan merupakan biaya-


biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi energi listrik di
pembangkit. Biaya ini menjadi
komponen utama dalam penentuan
harga/tarif listrik bagi konsumen.
Beberapa komponen biaya
pembangkitan antara lain:
1. Biaya Bahan BakarMerupakan biaya untuk pengadaan bahan bakar seperti batu bara,
gas alam, minyak, atau bahan bakar nuklir bagi pembangkit termal/nuklir.
2. Biaya Operasi dan Pemeliharaan (O&M)
- Biaya pegawai/SDM untuk mengoperasikan pembangkit
- Biaya pemeliharaan rutin dan penggantian suku cadang
- Biaya bahan pendukung seperti air pendingin, bahan kimia, pelumas, dll.
3. Biaya ModalPenyusutan nilai investasi pembangunan pembangkit serta bunga
pinjaman modal investasi.
4. Biaya Transmisi dan Distribusi Biaya untuk menyalurkan listrik dari pembangkit ke
konsumen melalui jaringan transmisi dan distribusi.
5. Biaya Lain-lainSeperti biaya administrasi, pajak, asuransi, dll.
Analisis Biaya
Pembangkitan
Analisis biaya pembangkitan
bertujuan untuk menghitung dan
mengevaluasi biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi energi listrik di
suatu pembangkit. Hal ini penting
untuk menentukan harga jual listrik,
mengoptimalkan operasi pembangkit,
serta membandingkan biaya
pembangkitan antar jenis
pembangkit.
Beberapa metrik yang digunakan
dalam analisis biaya pembangkitan:

1. Biaya Pokok Produksi (BPP)Merupakan biaya total per kWh listrik yang dihasilkan
pembangkit. Semakin rendah BPP, semakin murah biaya pembangkitan.
2. Harga Pokok Penyediaan (HPP)HPP memasukkan tidak hanya BPP, tapi juga biaya
penyaluran dan margin lainnya, sehingga mencerminkan total biaya penyediaan listrik
ke konsumen.
3. Levelized Cost of Energy (LCOE) Metrik ini memperhitungkan biaya pembangkitan
selama umur pembangkit, termasuk modal investasi, biaya operasi, bahan bakar,
pemeliharaan, dsb.
4. Konsumsi Bahan Bakar SpesifikJumlah bahan bakar yang dikonsumsi untuk
menghasilkan 1 kWh listrik, menunjukkan efisiensi pembakaran pembangkit.
Faktor yang mempengaruhi biaya
pembangkitan antara lain:

 Jenis dan harga bahan bakar


 Efisiensi pembangkit- Faktor
kapasitas pembangkit
 Usia pembangkit
 Skala ekonomis
Struktur Tarif
Listrik
 Tarif dikelompokkan berdasarkan
golongan pelanggan (rumah
tangga, bisnis, industri, dll)

 Terdiri dari biaya beban (Rp/kVA)


dan biaya pemakaian (Rp/kWh)

 Semakin besar daya yang


disalurkan dan konsumsi, tarifnya
semakin tinggi
Penetapan Tarif
 Ditetapkan oleh Menteri ESDM
dengan mempertimbangkan biaya
pokok penyediaan tenaga listrik

 Ditinjau secara berkala, misalnya


setahun sekali

 Dapat mengalami penyesuaian jika


biaya pokok produksi berubah
signifikan
Kebijakan Subsidi
 Pemerintah memberikan subsidi
tarif untuk golongan tertentu,
seperti rumah tangga kecil

 Subsidi bersumber dari APBN


untuk menjaga daya beli
masyarakat
Dampak Perubahan Tarif
 Kenaikan tarif meningkatkan beban
konsumen, tapi dapat mendorong
efisiensi

 Penurunan tarif menurunkan


beban konsumen, namun
berpotensi membebani subsidi

 Perlu kehati-hatian dalam


perubahan tarif untuk menjaga
daya beli dan kinerja industri
Konsumsi Spesifik Bahan
Bakar
 Konsumsi spesifik bahan bakar adalah
jumlah bahan bakar yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 kWh energi listrik.

 Dinyatakan dalam satuan massa bahan


bakar per kWh, misalnya gram/kWh atau
kg/kWh.

 Semakin rendah konsumsi spesifik,


semakin efisien pembangkit dalam
menggunakan bahan bakar.
Faktor-faktor yang
Memengaruhi
 Jenis bahan bakar (nilai kalor)

 Teknologi pembangkit (desain turbin,


boiler, dll.)

 Umur dan kondisi peralatan pembangkit-


Beban operasi pembangki

 Pemeliharaan dan optimasi operasional


Efisiensi Pembangkit
 Efisiensi pembangkit adalah
perbandingan energi listrik yang
dihasilkan dengan energi bahan bakar
yang diumpankan.

 Semakin tinggi efisiensi, semakin sedikit


bahan bakar yang terbuang percuma.

 Efisiensi ditingkatkan dengan teknologi


pembangkit yang lebih maju, operasi
optimal, dan pemeliharaan berkala.
Pentingnya Efisiensi
 Menghemat konsumsi bahan bakar

 Menurunkan biaya pembangkitan

 Mengurangi emisi gas rumah kaca

 Mendukung pembangunan yang


berkelanjutan
Analisis Gangguan dan Kerusakan

1. Gangguan dan kerusakan dapat terjadi pada komponen-komponen pembangkit


seperti turbin, generator, boiler, transformator, dll.
2. Penyebab umum seperti kegagalan peralatan, kesalahan operasi, kondisi lingkungan
ekstrem, atau kurangnya pemeliharaan.
3. Dampak gangguan/kerusakan antara lain pembangkit tidak dapat beroperasi, daya
listrik berkurang, biaya perbaikan tinggi.
4. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi akar penyebab, menilai konsekuensi, dan
menyusun langkah mitigasi.
5. Metode seperti analisis pohon kerusakan (fault tree analysis) dapat membantu
menginvestigasi masalah.
6. Pencegahan dengan pemeliharaan rutin, kualifikasi operator, proteksi keamanan, dan
penyediaan suku cadang kritis.
Cogeneration
1. Cogeneration atau pembangkit tenaga kogenerasi adalah sistem yang menghasilkan
listrik dan panas/uap secara bersamaan.
2. Panas/uap hasil samping pembangkit dimanfaatkan untuk proses industri, pemanas
ruangan, pengeringan, atau aplikasi lain.
3. Keuntungannya efisiensi tinggi, hemat bahan bakar, emisi gas rumah kaca lebih
rendah dibanding pembangkit konvensional.
4. Banyak diterapkan di industri yang membutuhkan listrik dan panas seperti pabrik
kimia, pabrik kertas, pabrik makanan/minuman.
5. Jenis cogeneration seperti combined cycle, combined heat and power (CHP),
trigeneration (listrik, panas, pendingin).- Pemilihan teknologi kogenerasi disesuaikan
dengan kebutuhan dan skala industri.
Pemanfaatan Energi Primer untuk Listrik
di Indonesia
1. Indonesia memiliki sumber daya energi primer yang melimpah seperti batu bara, gas
alam, minyak bumi, panas bumi, air, biomassa, matahari, dan angin.
2. Sebagian besar pembangkit listrik saat ini masih berbahan bakar fosil seperti PLTU
batu bara dan PLTG/U gas/minyak.
3. Peluang pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) seperti PLTA, PLTS, PLTB, PLTP
masih terbuka luas.
4. Tantangan dalam pemanfaatan EBT antara lain lokasi yang tersebar, intermiten, biaya
investasi tinggi.
5. Upaya diversifikasi sumber energi primer untuk menjaga keamanan pasokan dan
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
6. Kebijakan energi mix untuk memadukan berbagai jenis pembangkit dengan porsi
yang optimal.
7. Pengembangan teknologi penyimpanan energi sangat penting untuk mendukung
pembangkit EBT intermiten.
Perkembangan Regional
1. Kebutuhan dan pasokan energi listrik serta potensi energi primer berbeda-beda di
setiap wilayah Indonesia.
2. Pembangunan pembangkit harus disesuaikan dengan karakteristik wilayah seperti
ketersediaan sumber energi, kondisi geografis, kepadatan penduduk.
3. Daerah dengan cadangan batu bara besar dapat mengembangkan PLTU sebagai
andalan.
4. Wilayah dengan potensi panas bumi dapat membangun PLTP.
5. Kawasan kepulauan cocok memanfaatkan PLTS dan PLTB.
6. Pemerataan akses listrik ke seluruh wilayah terutama daerah terpencil dan terluar
menjadi prioritas.
7. Peran pemerintah daerah dan swasta dalam pengembangan kelistrikan di wilayahnya
masing-masing.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai