Kat-1 Struktur Dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah
Kat-1 Struktur Dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah
Kat-1 Struktur Dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah
KAT 1
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI KAKI BANGUNAN
Dosen Kelas A :
E. B. Handoko Sutanto. IR., M.T.
Penyusun :
Patrick Priyandi
2011420017
Evan Afrianus
2011420020
Deni Erlangga
2011420065
William Giovanni 2011420126
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan penugasan mata kuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat
Rendah, kami mengambil sebuah bangunan 4 lantai+basement untuk dijadikan objek studi
observasi yang berkaitan dengan struktur dan konstruksi kaki bangunan.
Bangunan ini terletak di kota Jakarta, tepatnya beralamat di Jalan Tanah Abang II,
Jakarta Pusat
Proyek ini dijalani oleh PT. Dwijaya Bangun Perkasa
Luas tanah dari proyek ini adalah 640 m2
Fungsi bangunan ini adalah untuk kantor (office)
Berikut adalah gambar-gambar kerja dari proyek bangunan ini, yang terdiri dari block plan,
site plan, denah basement, denah lantai dasar, tampak, dan potongan
Dari objek ini, dilakukan suatu studi observasi terhadap struktur dan konstruksi kaki
(bagian bawah) bangunan ini. Maksud dari kaki bangunan pada observasi ini, yaitu
mengenai pondasi dan basement.
Dari hasil observasi itu, kemudian dibuatlah beberapa dokumentasi data yang
nantinya akan dianalisa. Analisa tersebut mengenai kasus-kasus yang terjadi pada proyek.
Lalu studi literatur atas kasus-kasus itu juga dilakukan agar bisa dilakukan perbandingan
antara realita kasus pada proyek dengan teori yang seharusnya. Dari analisa itu (perbandingan
realita dengan teori), nantinya akan dapat ditarik kesimpulan mengenai objek studi ini.
BAB II
STUDI OBSERVASI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI KAKI BANGUNAN
Pembangunan basement biasanya mengalami kendala pada masalah tanah lunak dan
air tanah yang tinggi.Tanah yang lunak akan berpengaruh pada perencanaan bukaan tanah
untuk basement, karena selain harus memperhitungkan faktor keamanan terhadap bidang
longsor gedung sendiri maupun terhadap gedung atau bangunan di sekelilingnya. Jika tidak,
gedung disamping akan retak bahkan akan runtuh karena kehilangan daya dukung tanah
akibat penggalian.
Lalu, untuk bangunan bertingkat rendah, biasanya ada beberapa alternatif pondasi
yang disarankan. Alternatif pertama menggunakan pondasi Tiang Pancang dan Alternatif
kedua menggunakan pondasi Bored Pile.
Berdasarkan hasil studi dari observasi, ada beberapa data yang bisa didapat. Dari datadata yang didapat itu, termasuk juga kendala atau masalah yang menghambat pelaksanaan
proyek ini. Berikut adalah hasil yang kami dapat dari observasi pelaksanaan proyek ini:
Pondasi yang dipakai pada bangunan ini adalah pondasi tiang pancang (pile cap).
Pondasi tiang pancang digunakan pada bangunan ini dikarenakan pada
jalan Tanah Abang II merupakan daerah yang tidak terlalu berdekatan dengan
permukiman penduduk. Di daerah sana lebih banyak dipenuhi oleh gedunggedung perkantoran. Sehingga tingkat gangguan yang dimiliki oleh pondasi tiang
tidak terlalu mengganggu lingkungan disekitarnya.
Lay out dari rangkaian pondasi tiang pancang pada bangunan ini terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu segitiga, segiempat, dan segi enam. Dapat dilihat bahwa
untuk sebuah kolom struktur bisa terdiri dari beberapa tiang pancang.
Denah sheet
Tidak diberi
sheet pile
karena
bersebelahan
dengan tanah
kosong
Dinding sheet
pile yang telah
dilapis
Hasil data sondir ini didapat dari kontraktornya yang sudah melakukan tes sondir
di lokasi proyek ini.
Masalah lain yang mungkin terjadi pada pelaksanaan proyek ini adalah:
Penjelasan diatas merupakan hasil studi observasi yang dilakukan terhadap objek
bangunan ini. Hasil studi observasi yang telah dilakukan itu, nantinya akan dibandingkan
dengan studi literatur melalui analisa dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi
BAB III
DOKUMENTASI DATA
BAB IV
STUDI LITERATUR
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa
pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka
secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau instansi yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan-kerusakan
sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila ternyata penggalian melebihi
kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus mengisi/ mengurangi daerah
tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang
sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut
bebas dari longsoran-longosoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh alatalat penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan
pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis, sambil disiram
air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya boleh
dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah bekas galian
tersebut.
Struktur Basement
Konstruksi basement sering merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi keterbatasan
lahan dalam pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah, desain maupun
pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan banyak hal.
Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri, tidak kalah pentingnya adalah aspek
lingkungannya. Mutu pekerjaan pada konstruksi basement akan sangat mempengaruhi umur
dari basement tersebut.
Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai produk konstruksi
mutu tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement yang
perlu diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya berupa beban
terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata memanjang. Sedangkan
metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut.
Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan konsdisi di
lapangan. Pada metode galian basement ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara
lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu
pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, seperti
penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan kerusakan structural
pada bangunan dekat galian, fan retaknya saluran dan sarana yang lain. Salah satu
penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar galian akibat pemompaan
selama konstruksi. Untuk mencegah masalah yang timbul maka metode pemilihan
dewatering sangan menentukan.
Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi tiang), secara garis besar terdiri
dari
1.
2.
3.
4.
Raft foundation
Kolom
Dinding basement
Balok dan plat lantai
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian
Bila pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih dulu apakah
struktur basement yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari
air tanah yang ada, agar tidak terjadi deformasi dari bangunan yang dapat
pengecoran berikutnya
Semakin banyak tahapan pengecorannya, maka semakin banyak titik lemah terhadap
kemungkinan kebocoran
Untuk mengatasi kebocoran biasanya dilakukan 2 hal yaitu :
Posisi water stop biasanya ada 2 jenis yaitu dipasang ditengah ketebalan beton
Pada
basement
sistem
ini,
dilaksanakan
struktur
bersamaan
seterusnya
Terakhir mengecor raft foundation
King post dicor sebagai kolom struktur
Biasanya
untuk
penggalian
ukuran kecil.
Bila jumlah lantai basement banyak, misal 5 lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan,
galian dilakukan langsung untuk 2 lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk
ditutup kembali.
Pengecoran struktur atas dilaksanakan seperti biasa yaitu dari bawah ke atas
Galian tanah
Pergerakan tanah akibat galian tanah yang dapat mempengaruhi bangunan sekitar
Lahan yang sempit sehingga penggalian tanah tidak dapat dilakukan dengan metode
open cut
Tambahan pekerjaan yang tak terduga yang berdampak pada tambahan biaya
Risiko-risiko lainnya.
Terdapat cukup banyak risiko pada pekerjaan struktur bawah. Semua dikarenakan oleh dua
hal yang utama yaitu tanah dan muka air tanah. Pada pekerjaan gedung, pekerjaan struktur
bawah terutama yang memiliki basement membutuhkan waktu yang jauh lebih lama
dibandingkan dengan struktur atas. Di samping itu, bisa dikatakan bahwa salah satu kerugian
proyek gedung disebabkan karena membengkaknya biaya pekerjaan struktur bawah. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya risiko-risiko yang terjadi pada struktur bawah. Sehingga
memang penting untuk memahami perilaku dan risiko pada struktur bawah bangunan gedung.
Perencanaan pelaksanaan yang matang mutlak dilakukan sebelum memulai pekerjaan.
Beberapa langkah penting dilakukan dalam mengatasi risiko-risiko tersebut berdasarkan
pengalaman adalah sebagai berikut:
Mendapatkan data yang komprehensif mengenai jenis tanah, muka air tanah, jarak
dengan bangunan sekitar, jenis pondasi bangunan sekitar, data hujan, as built drawing
bangunan eksisting atau utilitas yang ada.
Membuat galian setempat sedalam 1-2 m atau sesuai kebutuhan pada beberapa lokasi
untuk mengetahui adanya utilitas eksisting
Menurunkan muka air tanah dengan metode dewatering dan recharging well.
Menyediakan tenda untuk menghindari air hujan jatuh pada lokasi galian
Membuat kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air pada permukaan galian
tanah, membuat saluran dan sumpit. Lalu menyediakan pompa submersible untuk memompa
air keluar.
Menentukan metode galian yang paling sesuai dengan data yang ada. Jika metode
open cut tidak memungkinkan, harus dibuat temporary retaining wall yang dapat pula
berfungsi sebagai permanen retaining wall.
Meredesign struktur agar penulangan dapat dilakukan dengan mudah dan beton dapat
masuk dengan baik
Membuat zone sesedikit mungkin untuk menghindari titik lemah masuknya air tanah.
Menggunakan mutu beton yang agak tinggi. Karena mutu beton tinggi lebih kedap air
Metode pengecoran sedemikian hingga beton tidak terputus yang dapat menjadi
tempat masuknya air.
Menggunakan split yang lebih kecil agar beton dapat mengisi ke bekisting yang tipis
pada dinding untuk menghindari adanya keropos yang menjadi tempat masuknya air tanah.
Beberapa tindakan atas risiko pekerjaan struktur bawah bangunan gedung yang disebutkan di
atas sangat tergantung dengan kondisi yang ada. Untuk itu perlu mengkaji ketepatan risk
respons berdasarkan kondisi yang ada.
Berdasarkan pengalaman, pekerjaan struktur bawah memang penuh dengan ketidakpastian.
Semula muka air tanah dapat diperkirakan pada level tertentu dan diturunkan dengan
menggunakan sumur dengan kedalaman tertentu serta pompa berkapasitas tertentu. Namun
pada kenyataannya, hal tersebut sering meleset. Sehingga dalam perencanaan perlu
ditambahkan suatu faktor aman yang cukup besar karena memang ketidakpastian parameter
tanah dan air di dalamnya cukup tinggi. Perencanaan dengan tingkat kehati-hatian dan
keamanan yang tinggi akan dapat mengurangi ketidakpastian sehingga pada akhirnya
menurunkan probabilitas terjadinya risiko.
http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1225
tanah
selesai,
sheet
pile
dapat
dicabut
dan
digunakan
di
tempat
lain(Wedhanto,2007:23).
Secara umum bentuk sheet pile buatan pabrik yang ada dipasaran adalah: U, Z, dan lurus..
Bentuk U dan Z adalah yang paling sering digunakan oleh para kontraktor, sebab dapat
digunakan untuk berbagai macam kepentingan. Penggunaan tipe U dan Z antara lain
untuk penahan tanah, penahan air (cofferdam), dan pembuatan tembok penahan. Jika
dibutuhkan kekuatan lentur yang tinggi, dapat dibuat sheet pile komposit. Komponen satu
dan lainnya dapat disambung sangat rapat sehingga membentuk tiang dengan
penampang permukaan H(Wedhanto,2007:24).
Sungono (1995: 302) mengungkapkan: Profil baja yang berfungsi sebagai turap pada saat
ini beberapa tipe/ bentuk . Adapun masing-masing tipe / bentuk berbeda karakteristiknya:
1. Bentuk U
a. Ruang kosong pada sambungan cukup rapat dan kedap air.
b. Sepasang jari, seperti pada bentuk YSP, bentuk Larsen A dan bentuk L (bentuk FSP. A dan
bentuk L) dapat dipasang, dikerjakan serta disimpan dengan mudah.
c. Bentuk yang praktis dan sederhana, sehingga bentuk U sangat cocok untuk pemakaian
berulang-ulang.
2. Bentuk Z
a. Pemakaian sangat ekonomis, karena profil bentuk Z ini nilai Momen Lawan-nya relative
tinggi dibandingkan dengan beratnya.
b. Kekuatan pada sambungannya tinggi.
3. Bentuk H
a. Momen lawan-nya tinggi, cocok untuk konstruksi besar
b. Sambungannya sangat kokoh.
c. Konstruksi dengan bentuk H dapat sangat effektif daya kedap airnya, jika diantara sayapsayap profil disi aduakan atau beton.
d. Mempunyai daya dukung vertical/ tegak yang cukup besar
4. Bentuk Box/ Kotak
Bentuk Kotak ini terbuat dari profil bentu U jenis Larssen yang bersatu satu sama lainnya.
a. Cocok dipergunakan dalam konstruksi berat
b. Panjang dari tiap bentuk U dapat disambung dalam bentuk-bentuk kotak berdasarkan
kebutuhan rencana.
5. Bentuk Lurus
a. Sambungan sangat kokoh
b. Daya tahan terhadap tegangan pada sambungan tinggi, jadi sangat cocok dipergunakan
dalam konstruksi yang mengutamakan kerja sama antar profil, seperti konstruksi
cofferdam.
6. Bentuk Berbobot Kecil
a. Terdiri dari banyak variasi bentuk.
b. Cocok untuk pemakaian yang berulang-ulang dan penyediaan fasilitas perbaikan.
c. Gampang dalam pengerjaannya dan pengkutanya.
7. Bentuk Pipa
a. Daya tekan terhadap momen yang terjadi sangat efektif, dan sangat cocok dipergunakan
dalam konstruksi tembok penahan (tanpa jangkar)
b. Mempunyai banyak macam diameter dan tebal, sehingga leluasa memilih sesuai dengan
kebutuhan.
c. Relatif ringan bobotnya kalau dibandingkan dengan ketahanannya
d. Mudah dalam pelasanaan.
Pada pemasangannya biasanya menggunakan penyambung (connector), bentuk connector
yang dipakai menyesuaikan bentuk konstruksi yang akan dibuat.
Pengangkutan Lembar Pancang baja (Steel Sheet Piles)
Perencanaan pengadaan material dalam proyek konstruksi tercemin dari penyusunan barchart yang dibentuk berdasarkan net-work planning dari seluruh kegiatan proyek
Saat perangkaian, antara sheet pile satu dan lainnya sering kali tidak bisa simetris, hal ini
menyebabkan miringnya sheet pile yang terpasang. Untuk mengatasi hal tersebut, hammer
diletakkan pada garis berat sheet pile, atau dengan mendorong ujung tiang pancang ke
posisi yang benar. Jika miringnya tiang pancang itu tetap tak dapat disempurnakan, maka
perlu menggunakan sheet pile khusus khusus berbentuk pasak. Risikonya pekerjaan menjadi
tertunda.
Pada saat dipancang ada kecenderungan tiang akan miring ke dalam, untuk
pencegahannya dapat digunakan pengatur jarak dan kayu penjepit tiang pancang (waling)
seperti pada.
Jika pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak seperti lempung, pemancangan selalu
menyebabkan tiang yang ada disebelahnya terseret ke bawah. Untuk mencegah hal
tersebut masing-masing tiang dibaut pada waling yang dipakai. Posisi tiang yang
miring dapat dikembalikan lagi dengan cara mendongkrak.
Jika ruang kerja sangat terbatas, dapat menggunakan tiang pancang yang pendek
kemudian penyembungannya dilakukan dengan las.
Jika pemancangan tiang dilakukan dibawah permukaan air, hammer masih dapat
digunakan.
Tiang pancang sering sekali rusak ketika dipancang, oleh karena itu kadang - kadang
tidak semua bagian tiang pancang yang dapat masuk ke dalam tanah, sehingga
permukaan tiang menjadi tidak rata. Jika diperlukan pemotongan, maka pemotongan
dilakukan 10 mm di bawah bagian yang rusak sehingga bagian yang ditinggalkan itu cukup
untuk penyambungan. Coakan masing-masing sheet pile harus dapat dihubungkan dengan
rapat untuk menghindari kebocoran air.
Alat pemancang steel sheet pile
Hammer adalah semacam pemukul besi raksasa untuk menancapkan tiang pancang ke tanah,
jenis hammer ada bermacam - macan yaitu: (1) Drop hammer, (2) Single acting hammer, (3)
Double acting hammer, (4) Hammer hidrolis, (5) Hammer vibrator, (6) Sheet pile hidrolis.
Pemancangan Steel sheet pile pada umumnya menggunakan hammer vibrator atau sering
disebut pile vibrator. Pemancangan dengan pile vibrator dapat mengurangi timbulnya suara
yang sangat bising. Apabila sepanjang lokasi proyek tidak mensyaratkan suasana tenang
misalnya seperti pada pusat pertokoan, perkantoran dan sebagainya, bising akibat
pemancangan tidak menimbulkan
masalah,
akan
tetapi
jika
lokasi
proyek
rumah sakit, kawasan hunian dan sejenisnya, bising merupakan masalah yang besar.
Berdasarkan pengalaman, penggunaan pile vibrator untuk pemancangan tiang tipe sheet pile
atau steel pile pada tanah berbutiran lepas tidak menimbulkan bising yang mengganggu
(Wedhanto, 2007: 8).
Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
1.
Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2.
3.
4.
Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti
jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga,
bangunan mesin-mesin berat, dll. Dimana semuanya merupakan konstruksi-konstruksi yang
memiliki dan menerima beban yang relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi
biasanya bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang
besar sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada
lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis
lagi untuk dipergunakan.
Dikarenakan begitu pentingnya peranan dari pondasi tiang pancang tersebut, maka jika
pembuatannya dibandingkan dengan pembuatan pondasi lain, pondasi tiang pancang ini
mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
1.
Biaya pembuatannya kemungkinan besar (dengan melihat letak lokasi dan lainnya),
lebih murah bila dikonversikan dengan kekuatan yang dapat dihasilkan.
2.
3.
4.
Para pekerja di Indonesia sudah cukup terampil untuk melaksanakan bangunan yang
mempergunakan pondasi tiang pancang.
5.
1.
2.
Daya dukung dari tiang pancang itu sendiri (baik single pile ataupun group pile).
3.
Perhitungan serta pengevaluasian tersebut tidak saja dilaksanakan terhadap tiang secara
individu (single pile) tetapi juga harus dilaksanakan terhadap tiang-tiang dalam kelompok
(group pile). Umumnya pondasi tiang pancang dapat ditinjau dari :
1.
Jenis / bahan yang digunakan, meliputi : kayu, baja, beton, atau komposit (perpaduan
dari beberapa bahan).
2.
Berdasarkan
cara
penyaluran
beban
dapat
dibedakan
atas
Lapisan non kohesif (pasir, kerikil) mempunyai harga standard penetration test (SPT),
N > 35.
2.
Dari hasil sondir dapat dipakai kira- kira harga perlawanan konis S 150 kg/cm2 untuk
lapisan
non
kohesif,
dan
70
kg/cm2
untuk
lapisan
kohesif.
Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari
gesekan antara tanah dengan sisi- sisi tiang pancang, atau dengan kata lain
kemampuan tiang pancang dalam menahan beban hanya mengandalkan gaya
geseran antara tiang dengan tanah disekelilingnya. Hal ini bisa terjadi karena
pada dasarnya kenyataan dilapangan mengenai data kondisi tanah tidak bisa
diprediksi, sehingga sering kita menjumpai suatu keadaan dimana lapisan
yang memenuhi syarat sebagai lapisan pendukung yang baik ditemui pada
kedalaman yang dalam, sehingga untuk mendapatkan tumpuan ujungnya kita
perlu merogoh kocek lebih dalam dikarenakan biayanya sangat mahal.
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah dari gesekan antara sisi
tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan berarti perlawanan diujungnya kita anggap
melempem atau tidak ada, tapi pada kenyataannya tumpuan diujung ini juga memiliki andil
dalam memberikan sumbangan daya dukung walaupun itu kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya dari segi kemudahan,
karena pada umumnya tiang pancang berfungsi sebagai kombinasi antara friction pile
(tumpuan sisi) dan end bearing pile (tumpuan ujung). Kecuali tiang pancang yang menembus
tanah yang sangat lembek sampai lapisan tanah dasar yang padat.
Berikut ini adalah beberapa contoh rangkaian pekerjaan pondasi tiang pancang di lapangan :
Gambar 3.Penyusunan Bata Hebel (sebagai pengganti bekisting), untuk Poer Pondasi
BAB V
ANALISA
Berdasarkan hasil studi observasi dan studi literatur yang telah dilakukan, dapat
dilakukan analisa terhadap objek studi ini melalui perbandingan antara keadaan dilapangan
dengan teori yang seharusnya dilakukan.
Tanah
kosong di
sebelah
site
Alasan lainnya digunakan pondasi tiang pancang adalah fungsi bangunan yang
menyebabkan beban bangunan menjadi cukup besar. Bangunan ini berfungsi sebagai kantor
dimana berisi furniture-furniture kantor yang cukup berat. Penggunaan pondasi tiang pancang
juga dikarenakan daya dukung tanah yang kurang. Berdasarkan hasil data sondir, pada
kedalaman 13m, baru menemukan pasir yang padat. Oleh karena itu diputuskan
menggunakan pondasi tiang pancang.
Berdasarkan hasil studi literatur, pondasi tiang pancang adalah alternatif pondasi yang
dapat dipilih dalam pembuatan bangunan bertingkat. Pondasi tiang pancang ini termasuk ke
dalam pondasi dalam yang kuat dan cocok untuk bangunan bertingkat tinggi. Pondasi tiang
pancang ini cukup mudah dan cepat dalam pelaksanaanya. Tetapi pondasi tiang pancang
memiliki kelemahan, yaitu gangguan terhadap lingkungan sekitar yang bisa disebabkan suara
bising dan getaran yang sangat keras. Oleh karena itu, sebaiknya pondasi tiang pancang
digunakan pada bangunan yang berlokasi di daerah yang tidak terlalu padat agar tidak
mengganggu lingkungan sekitar saat pelaksanaannya.
Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar
dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang
memiliki daya dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya
terletak pada posisi yang sangat dalam. Jadi, penggunaan tiang pancang bisa mendapatkan
skin friction yang membantu memperkuat pondasi. Jika dipergunakan pondasi bored pile,
maka tidak akan mendapat skin friction dikarenakan diselimuti oleh casing pipa baja.
Dinding sheet
pile yang telah
dilapis
Berdasarkan hasil studi literatur, sheet pile merupakan salah satu metode terbaru
untuk memperkuat dinding penahan tanah selain shoulder pile. Sheet pile adalah lembaranlembaran baja pilih yang banyak digunakan untuk pengaman pada waktu penggalian tanah.
Pada proyek yang membutuhkan penggalian tanah dengan volume yang besar, penggunaan
sheet pile dipandang lebih praktis dan ekonomis, sebab setelah pekerjaan tanah selesai, sheet
pile dapat dicabut dan digunakan di tempat lain. Tetapi sebenarnya dalam pemasangan sheet
pile juga memiliki beberapa kendala yang cukup berarti jika tidak dilakukan secara benar.
Saat perangkaian, antara sheet pile satu dan lainnya sering kali tidak bisa simetris, hal
ini menyebabkan miringnya sheet pile yang terpasang. Untuk mengatasi hal tersebut,
hammer diletakkan pada garis berat sheet pile, atau dengan mendorong ujung tiang
pancang ke posisi yang benar. Jika miringnya tiang pancang itu tetap tak dapat
disempurnakan, maka perlu menggunakan sheet pile khusus khusus berbentuk pasak.
Risikonya pekerjaan menjadi tertunda.
Pada saat dipancang ada kecenderungan tiang akan miring ke dalam, untuk
pencegahannya dapat digunakan pengatur jarak dan kayu penjepit tiang pancang
(waling) seperti pada.
Jika pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak seperti lempung, pemancangan
selalu menyebabkan tiang yang ada disebelahnya terseret ke bawah. Untuk
mencegah hal tersebut masing-masing tiang dibaut pada waling yang dipakai.
Posisi tiang yang miring dapat dikembalikan lagi dengan cara mendongkrak.
Berdasarkan perbandingan antara hasil observasi dan studi literatur, dapat dilihat
bahwa proyek ini memutuskan untuk menggunakan sheet pile sebagai perkuatan dinding
basement dikarenakan cara pemasangannya yang mudah dan efisien dari segi waktu dan
biaya. Jika dibandingkan dengan jenis perkuatan dinding basement lain yaitu shoulder pile,
sheet pile jauh lebih efisien dari segi waktu karena tidak perlu melakukan pengecoran. Jadi,
menurut kami, proyek ini memilih perkuatan dinding basement yang cukup tepat.
tetangga tersebut berakibat pada bangunan tetangga yang retak. Untuk mencegah hal ini
terjadi maka harus diberi baja penahan di sheet pile, apabila pondasi gedung telah terpasang
maka otomatis akan mampu menahan tanah tetangga. Baja ini berfungsi sebagai penguat
sheet pile agar mampu mendukung dalam melawan tekanan dari tanah.
Berdasarkan studi literatur, memang sebenarnya ada banyak risiko dalam pembuatan
struktur dan konstruksi bawah bangunan. Salah satu contohnya adalah Pergerakan tanah
akibat galian tanah yang dapat mempengaruhi bangunan sekitar. Untuk mengatasi hal itu,
penyikapan yang disarankan melalui studi literatur adalah sebagai berikut:
Mendapatkan data yang komprehensif mengenai jenis tanah, muka air tanah, jarak
dengan bangunan sekitar, jenis pondasi bangunan sekitar, data hujan, as built drawing
bangunan eksisting atau utilitas yang ada.
Dari perbandingan antara hasil observasi dengan studi literatur, dapat dilihat beberapa
perbedaan. Kesalahan terjadi di lapangan dan tidak sesuai dengan teori yang seharusnya.
Pada pelaksanaan di lapangan, sepertinya pelaksanaan proyek ini kurang disiapkan secara
matang sehingga masih ada terjadi kesalahan-kesalahan yang cukup fatal. Perhitungan yang
dilakukan oleh sipil masih ada kesalahan yang menyebabkan bergesernya tanah tetangga.
Padahal menurut teori, seharusnya suatu proyek harus dipersiapkan secara matang pada
semua aspeknya agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan. Semua risiko yang mungkin
terjadi, harus dapat dengan segera diperkirakan dan diantisipasi.
Lalu, kesalahan pemasangan sheet pile juga mengindikasikan persiapan yang kurang.
Seharusnya kesalahan pemasangan itu tidak boleh terjadi. Sebaiknya dari awal sudah diberi
perkuatan baja pada sheet pile jika sudah diketahui keadaan tanah sekitar melalui tes.
kebocoran
adalah
dengan
Jakarta
merupakan
kota
dengan
tinggi.
Oleh
karena
itu
harus
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang dilakukan dari membandingkan hasil observasi objek di
lapangan dengan studi literatur, dapat ditemukan beberapa hal yang positif dan negatif dari
proyek ini, yang dapat dijadikan kesimpulan.
Hal positif dari proyek ini adalah dalam penentuan jenis pondasi dan struktur
basement. Pemilihan pondasi dan struktur basement dapat dikatakan tepat dikarenakan sudah
sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan jenis pondasi, yaitu fungsi
bangunan, beban bangunan, keadaan lingkungan sekitar, keadaan tanah, dan biaya yang
dibutuhkan. Semuanya sudah dilakukan pertimbangan yang cukup baik dan masuk akal
dalam penentuan jenis pondasi. Penentuan penggunaan sheet pile juga cukup tepat
dikarenakan hanya digunakan pada bangunan yang bersebelahan dengan tetangga, sedangkan
pada tanah kosong tidak diperlukan.
Hal negatif dari proyek ini adalah, kurangnya persiapan mereka dalam mengatasi
risiko-risiko di lapangan. Mereka kurang memperhatikan hal-hal yang mungkin terjadi di
lapangan. Salah satu contohnya adalah kurangnya persiapan mereka untuk mengatasi
bergesernya tanah tetangga dan kebocoran air. Kemudian cara kerja dan pemasangan yang
mereka lakukan juga kurang baik. Hal itu ditandai oleh kebocoran yang disebabkan
penentuan dan proses waterproofing yang tidak baik. Kemudian pemasangan sheet pile pun
juga kurang kokoh yang mengakibatkan bergesernya tanah tetangga.
Jadi, itulah yang dapat disimpulkan dari hasil observasi terhadap objek studi ini.
Ternyata objek studi ini masih mempunyai beberapa kelemahan yang bisa mengakibatkan
kerugian bagi keberlangsungan proyek ini sendiri, maupun bagi lingkungan sekitar.