BAB I S.D. 3
BAB I S.D. 3
BAB I S.D. 3
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Jalan Sukalaya Barat Gang Hegarsari 4 No. 48
1.5.2
Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan sekitar bulan Maret 2016 sampai dengan bulan
Agustus 2016. Adapun lebih lengkapnya mengenai jadwal penelitian dapat dilihat
pada lampiran 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Strategi Lokasi
Menurut Pandji (2004:82), salah satu faktor yang menentukan aktivitas
produksi dan operasi yang produktif adalah melalui perencanaan penentuan lokasi
usaha. Perencanaan lokasi perusahaan/pabrik perlu dilakukan sebaik-baiknya
karena kesalahan dalam penentuannya akan berdampak kepada ketidakefektifan
dan ketidakefisenan operasi yang berdampak pada kurangnya produktivitas usaha
sehingga akhirnya perusahaan dapat mengalami kerugian terus menerus.
Perusahaan-perusahaan sering membuat kesalahan dalam pemilihan lokasi
dan tempat fasilitas-fasilitas produksinya. Suatu perusahaan memilih lokasi
dimana tenaga kerja sulit didapat, beberapa bulan setelah pindah perusahaan
menghadapi masalah tenaga kerja. Perusahaan lain membeli tanah untuk lokasi
pabriknya sangat murah, tetapi kemudian disadari bahwa kondisi tanahnya sangat
jelek sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk
fondasinya. Perusahaan memilih lokasi di kawasan industri jauh dari luar kota,
padahal produk perusahaan harus cepat sampai ke tangan konsumen, maka
perusahaan harus membayar biaya distribusi yang sangat besar.
Keputusan yang paling penting yang perlu dibuat oleh perusahaan adalah
dimana mereka harus menempatkan operasi mereka. Perusahaan yang beroperasi
dengan tidak efektif akan berakibat pada proses produksinya. Pada umumnya
10
11
harus mempunyai tenaga kerja, karena itu cukup tersedianya tenaga kerja
merupakan hal mendasar. Bagi banyak perusahaan sekarang, kebiasaan dan
sikap calon pekerja suatu daerah lebih penting daripada keterampilan dan
pendidikan, karena jarang perusahaan yang dapat menemukan tenaga kerja
baru yang telah siap pakai untuk pekerjaan yang sangat bervariasi dan tingkat
spesialisasi yang sangat tinggi, sehingga perusahaan harus menyelenggarakan
program latihan khusus bagi tenaga kerja baru. Orang-orang dari suatu daerah
dapat menjadi tenaga kerja yang lebih baik dibanding dari daerah lain, seperti
tercermin pada tingkat absensi yang berbeda dan semangat kerja mereka ,
tingkat upah yang berlaku, serta persaingan anatara perusahaan dalam
memperebutkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, perlu diperhatikan.
4. Kedekatan dengan Bahan Mentah dan Penyuplai, Apabila bahan mentah berat
dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik
berlokasi dekat dengan bahan-bahan mentah, misal pabrik semen, kayu,
kertas, dan baja. Tetapi bila produk jadi lebih berat, besar, dan bernilai rendah
maka lokasi dipilih sebaliknya. Begitu juga bila bahan mentah cepat rusak,
seperti perusahaan buah-buahan dalam kaleng, lebih baik dekat dengan bahan
mentah. Lebih dekat dengan bahan mentah dan para penyedia (pensuplai)
memungkinkan suatu perusahaan mendapatkan pelayanan penyuplaian yang
lebih baik dan menghemat biaya pengadaan bahan.
5. Tersedia Fasilitas Transportasi, Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat
darat, udara dan air akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan
penyaluran produk perusahaan. Pentingnya pertimbangan biaya transportasi
12
13
efektif dan efisien (Sofjan, 2008:56). Ini berarti bahwa dalam menentukan lokasi
perusahaan/pabrik perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
biaya produksi dan biaya distribusi dari barang-barang/jasa-jasa yang dihasilkan
sehingga biaya-biaya ini dapat menjadi serendah mungkin. Akan tetapi hal ini
hendaknya sekaligus dapat memenuhi sasaran penjualan dalam arti dapat
menyediakan dan menyerahkan barang-barang tepat pada waktunya dengan
jumlah, kualitas serta harga yang layak dan masih dapat memperoleh keuntungan.
Dengan adanya penentuan lokasi suatu perusahaan/pabrik yang tepat atau baik,
akan menentukan (Sofjan, 2008:56):
1. Kemampuan melayani konsumen dengan memuaskan.
2. Mendapatkan bahan-bahan mentah yang cukup dan kontinue dengan harga
yang layak/memuaskan.
3. Mendapatkan tenaga buruh yang cukup.
4. Memungkinkan diadakannya perluasan pabrik di kemudian hari.
Walaupun lokasi suatu perusahaan/pabrik sudah cukup baik untuk suatu
jangka waktu tertentu atau pada saat sekarang ini, akan tetapi mungkin timbul
masalah plant location yang baru di kemudian hari disebabkan:
1. Berubahnya adat kebiasaan masyarakat,
2. Berpindahnya pusat-pusat penduduk dan perdagangan,
3. Adanya jaringan komunikasi dan pengangkutan yang lebih baik.
Setelah lokasi ditentukan maka perusahaan harus menentukan di bagian
mana pabrik atau bangunan perusahaan akan didirikan. Berbagai faktor yang perlu
diperhatikan untuk pemilihan tempat (site) antara lain adalah tanah seharusnya
14
kelancaran operasi produksi secara jangka panjang. Tata letak memiliki banyak
dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal
kapasitas, proses, fleksibilitas, kualitas lingkungan kerja yang dapat membantu
organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang operasi perusahaan.
2.1.2.1 Pengertian Tata Letak (Layout)
Menurut Wignjoesoebroto (2003:140)
Tata letak pabrik dapat di definisikan sebagai tata letak pengaturan
fasilitas-fasilitas pebrik guna menunjang kelancaran proses produksi.
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk
penempatan mesin, kelancaran gerakan material handling, penyimpanan
material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen.
15
16
BUBUT
BOR
BOR
LAS
BUBUT
BUBUT
LAS
POTONG
POTONG
GRINDA
CAT
POTONG
POTONG
GRINDA
CAT
G
U
D
A
N
G
Gambar 2.1
Tata Letak Proses
Sumber : Eddy Herjanto (2008:139)
Mesin-mesin ini tidak dikhususkan untuk produk tertentu melainkan
dapat digunakan untuk berbagai jenis produk. Model ini cocok untuk discrete
production dan bila proses produksi tidak baku, yaitu jika perusahaan
membuat jenis produk yang berbeda. Jenis tata letak proses dijumpai pada
bengkel-bengkel, rumah sakit, universitas atau perkantoran. Kelebihan dan
kelemahan Tata Letak Proses terlihat dalam tabel berikut :
17
Tabel 2.1
Kelebihan dan KelemahanTata Letak Proses
No
Kelebihan
Kelemahan
1. Memungkinkan utilitas mesin Meningkatkan
kebutuhan
yang tinggi.
material handling karena aliran
proses yang beragam serta
tidak dapat digunakan ban
berjalan.
2. Memungkinkan
penggunaan Pengawasan produksi yang lebih sulit.
mesin-mesin yang multi-guna
sehingga dapat dengan cepat
mengikuti perubahan jenis
produksi.
3. Memperkecil
terhentinya Meningkatnya persediaan barang dalam
produksi yang diakibatkan oleh proses.
kerusakan mesin.
4. Sangat
fleksibel
dalam Total waktu produksi per unit yang
mengalokasikan personel dan lebih lama.
peralatan.
5. Investasi yang rendah karena Memerlukan skill yang lebih tinggi.
dapat mengurangi duplikasi
peralatan.
6. Memungkinkan
spesialisasi Pekerjaan routing, penjadwalan
supervise.
dan akunting biaya yang lebih
sulit, karena setiap ada order
baru
harus
dilakukan
perencanaan atau perhitungan
kembali.
Sumber : Eddy Herjanto (2008:140)
2. Tata Letak Produk (Product Layout)yaitu Apabila proses produksinya telah
distandarisasikan dan berproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap produk
akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari awal sampai akhir. Ilustrasi
dari tata letak produk dapat dilihat dalam gambar berikut :
18
BUBUT
G
U
D
A
N
G
BOR
GRINDA
PRESS
LAS
BOR
POTONG
LAS
BUBUT
BUBUT
GRINDA
BOR
BOR
GRINDA
P
E
R
A
K
I
T
A
N
G
U
D
A
N
G
Gambar 2.2
Tata Letak Produk
Sumber : Eddy Herjanto (2008:140)
Gambar diatas menunjukan aliran proses dari suatu produk yang terdiri
atas empat komponen. Setiap komponen memiliki lini produksi masingmasing yang tidak tergantung satu sama lain. Penyusunan mesin diatur
sedemikian rupa sehingga dari lini itu dapat dihasilkan suatu jenis komponen
atau produk tertentu. Tata letak produk banyak digunakan dalam industri
otomotif, elektronika, dan kafetaria. Kelebihan dan kelemahan Tata Letak
Produk terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2
Kelebihan dan KelemahanTata Letak Produk
No
Kelebihan
Kelemahan
(1)
(2)
(3)
19
(1)
(2)
(3)
5. Kebutuhan
material Karena sifat pekerjaannya monoton
handling yang rendah. dapat mengakibatkan kebosanan.
6. Pengawasan produksi yang
lebih mudah.
7. Dapat menggunakan mesin
khusus atau otomatis.
8. Dapat menggunakan ban
berjalan karena aliran material
sudah tertentu.
9. Kebutuhan material dapat
diperkirakan dan dijadwalkan
dengan mudah.
Sumber : Eddy Herjanto (2008:141)
3. Tata Letak Posisi Tetap (Fixed Position Layout) ini dipilih karena ukuran,
bentuk ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin atau
sukar untuk dipindahkan. Tata letak seperti ini terdapat pada pembuatan kapal
laut, pesawat terbang, lokomotif atau proyek-proyek konstruksi. Tata letak
posisi tetap terlihat dalam gambar berikut :
G
U
D
A
N
G
BUBUT
PRESS
GRINDA
PRODUK
LAS
CAT
G
U
D
A
N
G
BOR
Gambar 2.3
Tata Letak Posisi Tetap
Sumber : Eddy Herjanto (2008:141)
Meskipun tata letak ini sering diasosiasikan dengan pembuatan
produk-produk yang besar saja, tetapi juga dapat berlaku untuk pembuatan
produk-produk yang relatif kecil. Misalnya dalam industri perakitan komputer,
dimana pekerjaan perakitan dan pengujiannya dilakukan di tempat yang sama.
20
Tata letak ini dipilih untuk menghindari adanya gerakan yang dapat
menurunkan mutu produk yang diakibatkan oleh pemindahan barang yang
sedang diproses. Kelebihan dan kelemahan Tata Letak Tetap terlihat dalam
tabel berikut :
Tabel 2.3
Kelebihan dan KelemahanTata Letak Posisi Tetap
No
Kelebihan
1. Berkurangnya gerakan material.
Kelemahan
Gerakan personal dan peralatan yang
tinggi.
2. Adanya
kesempatan
untuk Dapat terjadi duplikasi mesin dan
melakukan pengkayaan tugas.
peralatan.
3. Sangat
fleksibel,
dapat Memerlukan tenaga kerja yang
mengakomodasi
perubahan berketerampilan tinggi.
dalam desain produk, bauran
produk
maupun
volume
produksi.
4. Dapat memberikan kebanggaan Biasanya memerlukan ruang yang
pada pekerja karena dapat besar serta persediaan barang dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaan. proses yang tinggi.
5.
Memerlukan
koordinasi
dalam
penjadwalan produksi.
Sumber : Eddy Herjanto (2008:142)
2.1.2.4 IndikatorTata Letak
Tata letak harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang
ekonomis dari bahan-bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. Jarak
angkut hendaknya sependek mungkin dan peralatan-peralatan diminimumkan.
Menurut Sofjan Assauri (2008:88) dalam tata letak harus memperhatikan
indikator-indikator sebagai berikut :
1. Jenis Produk (Product)
Kesesuaian jenis produk mengenai besar dan berat produk tersebut, jika
produknya besar maka memerlukan pemindahan bahan yang khusus. Selain
21
itu sifat dari produk tersebut yaitu apakah mudah pecah atau tidak dan mudah
rusak atau tidak.
2. Urutan proses produksi (Sequence)
Faktor ini penting terutama bagi tata letak produk, karena penyusunan tata
letak produk didasarkan pada urutan-urutan produksi.
3. Peralatan atau Mesin yang digunakan
Adanya mesin-mesin atau peralatan sangat membantu manusia dalam
melakukan proses produksi suatau barang. Sehingga barang-barang dapat
dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang banyak dan kualitas
yang lebih baik ditunjang dari teknologi yang diadaptasi.
4. Minimum movement
Dengan gerak yang sedikit maka biayanya akan lebih rendah.
5. Aliran Material (Flow Material)
Sebenarnya aliran material ini dapat digambarkan yaitu merupakan arus yang
harus diikuti oleh suatu produk berdasarkan waktu perpindahan bahan.
2.1.3
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2002:633)
pengertian
kelancaran adalah sebagai berikut Lancar adalah melaju dengan cepat atau
bergerak maju dengan cepat. Dari pengertian tersebut, kelancaran adalah keadaan
lancarnya (sesuatu), pembangunan sangat bergantung pada sarana, tenaga dan
biaya yang tersedia.
22
23
24
produksi dan operasi ditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan serta
rencana dan pengendalian persediaan yang dilakukan.
3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin
Mesin digunakan dalam proses produksi dan operasi harus selalu
terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga dibutuhkan adanya
kegiatan pemeliharaan atau perawatan.
4. Pengendalian mutu
Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi
menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi.
Dalam rangka ini maka perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang
harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya.
5. Manajemen tenaga kerja
Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan
oleh kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya
manusia.
2.1.4
kegiatan
proses
produksi,
perusahaan
harus
mampu
mengembangkan strategi terbaiknya dalam memilih lokasi, dan desain tata letak
yang dinamis, sehingga dapat menciptakan kegiatan proses produksi yang
terhindar dari hambatan-hambatan. Kegiatan proses produksi merupakan suatu
aktivitas berupa kerjasama anatara tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana
untuk menambah kegunaan dari suatu barang atau jasa dengan tidak terhambat
25
oleh suatu apapun yang berjalan dengan baik dan bergerak maju dengan cepat
sehingga pelaksanaan yang diharapkan dapat terjamin.
Dalam persoalan tata letak, diperlukan ketepatan memutuskan dalam
pemilihan jenis tata letak yang ingin diterapkan harus juga memperhatikan
kelebihan dan kelemahan jika memutuskan untuk memilih jenis tata letak yang
dipergunakan.
Dalam hal ini perusahaan harus lebih menggunakan sistem pemeliharan
berkala, dan jenis tata letak produk (Product Layout), agar kelancaran proses
produksi dapat berjalan dengan lancar serta dapat menjaga kelangsungan hidup
dan perkembangan perusahaan dalam situasi perekonomian yang semakin
bersaing dewasa ini.
Nama
Judul
(1)
(2)
(3)
1. Farieza
Pengaruh
Qoriyana, dkk Rancangan
Tata
(2014)
Letak
Fasilitas
Terhadap Proses
Produksi Pada CV.
Visa Insan Madani
Alat Analisis
Kesimpulan
(4)
(5)
Teknik
Konvensional
dan Algoritma
Automated
Layout Design
Program
(ALDEP)
26
(1)
(2)
(3)
2. Anindita
(2008)
Analisis Pengaruh
Fasilitas,
Lokasi,
Dan
Pelayanan,
Terhadap Loyalitas
Melalui Kepuasan
Tamu Surabaya
Plaza Hotel
3. Putri, dkk
(2014)
Pengaruh
Perbaikan
Tata
Letak
Terhadap
Proses
Produksi
Pada
Kelompok
Tani ubi Jalar Desa
Sukoanyar
Kecamatan Pakis.
4. Poppy
Yuliarti, dkk
(2014)
Pengaruh
Perancangan
Ulang
Tata
Letak
Lantai
Produksi
Terhadap
Proses
Produksi
Dengan
Menggunakan
Metode
Systematic
Layout
Planning
(4)
Tekinik
Analisis
Regresi
Sederhana
(5)
Adnya
pengaruh
yang signifikan dari
variabel
fasilitas,
lokasi,
dan
pelayanan,
secara bersama
sama
terhadap
variabel kepuasan
dan
variabel
kepuasan tamu juga
memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
loyalitas
tamu.
Metode
Hasil analisis dapat
diketahui tata letak
Perbaikan
berpengaruh terhadap
dengan
proses produksi secra
Operation
simultan dan parsial
Process
Chart(OPC), serta tata letak yang
diusulkan
dengan
Flow
metode
perbaikan
Process
Chart (FPC), OPC, FPC,ARC, dan
ARD terdapat hasil
Activity
yang
Relationshi produksi
meningkat.
p
Chart
(ARC), dan
Activity
Relationshi
p Diagram
(ARD)
Metode
Hasil penelitian
Systematic rancangan ulang
Layout
tata
letak
Planning
berpengaruh
pada
proses
produksi dengan
menggunakan
metode
systematic
layout planning.
27
(1)
(2)
(3)
(4)
Dengan
Software
Blocplan Pada
PT.PINDAD
5. Ahmad Fitran Peranan
Sistem Metode
Rizki
Informasi
Average
(2006)
Persediaan Bahan Cost
Baku
Dalam
Menunjang
Kelancaran Proses
Produksi
Pada
PT.X
(5)
Hasil
pengujian
diperoleh
hasil
sebesar
77,85%
untuk
informasi
persediaan
bahan
baku dan 88% untuk
kelancaran
proses
produksi
serta
90%yang
menunjukan bahwa
sistem
informasi
persediaan
bahan
baku
berpengaruh
dalam
menunjang
kelancaran
proses
produksi.
28
proses operasi dapat berjalan secara lancar maka lokasi perusahaan harus strategis
sehingga berbagai macam operasi perusahaan dapat berjalan sesuai dengan arus
produksinya.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:486) salah satu keputusan
yang paling penting dalam perusahaan adalah keputusan dalam memilih lokasi
perusahaan. Lokasi sangat berpengaruh terhadap proses produksi perusahaan, hal
ini dikarenakan banyak sekali mobilitas yang terjadi dalam proses produksi, dari
mulai pengadaan bahan baku, pembuatan, pencetakan, pengepakan, dan aktivitas
lainnya. Lokasi bisa mempermudah para supplier dalam pengadaan bahan baku,
kegiatan produksi yang lebih kondusif, yang membuat para karyawan nyaman
sehingga proses produksi pun dapat berjalan dengan lancar. Lokasi berpengaruh
terhadap kelancaran produksi. Beberapa indikator yang diteliti (Jay Heizer dan
Barry Render, 2008: 489) adalah :
1. Lingkungan Masyarakat
2. Letak pasar
3. Ukuran lokasi
4. Tersedia fasilitas transportasi
5. Lokasi usaha yang tingkat kompetisinya rendah
Selain itu tata letak yang tidak baik digunakan akan berpengaruh tentunya
terhadap proses produksi. Secara umum industri banyak mengalami kendala
dalam hal jarak pemindahan bahan baku (material handling) yang kurang efisien,
seperti pada proses produksi yang terdapat aliran pemindahan bahan yang
berpotongan (cross movement) dikarenakan tata letak mesin yang kurang teratur.
29
Tata letak mesin yang tidak teratur dan jarak antar ruangan produksi yang cukup
jauh
dapat
mengakibatkan
proses
produksi
terganggu
sehingga
dapat
proses
produksi,
pengurangan
proses
produksi,
tingkat
perputaran barang setengah jadi yang tinggi, terdapat keamanan kerja dan
kepuasan karyawan, pengeluaran investasi yang tidak penting dapat dihindari,
produktivitas kerja para karyawan bertambah.
Menurut Sofjan Assauri (2008:88) dalam tata letak harus memperhatikan
indikator-indikator sebagai berikut :
1. Jenis Produk (Product)
2. Urutan proses produksi (Sequence)
3. Peralatan atau Mesin yang digunakan
4. Minimum movement
5. Aliran Material (Flow Material)
Sistem pemindahan bahan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam
kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan tata letak. Jenis tata letak yang
digunakan perusahaan akan menentukan jalannya produksi, karena aliran bahan
material akan mengalir sesuai rute dari jenis tata letak yang digunakan.
30
31
Lokasi
Tata Letak
Gambar 2.3
Model Penelitian
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat ditarik suatu hipotesis penelitian sebagai berikut : Terdapat Pengaruh
Strategi Lokasi dan Tata Letak baik Secara Parsial maupun Secara Simultan
Terhadap Kelancaran Proses Produksi pada Perusahaan Krupuk Si Geboy
Tea Tasikmalaya
32
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
tahun 1963. Perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga yang sudah turuntemurun hingga sekarang, sudah mencapai 3 generasi. Awal mula pembentukan
perusahaan Krupuk ini adalah ide dari Buyut dari Bapak Dani, selaku pewaris
perusahaan krupuk Si Geboy Tea. Ide itu terbentuk karena pada zaman buyut
Bapak Dani masih jarang krupuk di daerah sawah lempay, yaitu Jalan Sukalaya
yang sekarang jadi tempat beroperasi nya perusahaan ini.
Nama Krupuk Si Geboy tea berasal dari ikan peliharaan buyut Bapak
Dani. Pada suatu hari, buyut Bapak Dani kehabisan pakan ikan dan belum sempat
untuk membelinya lagi karena ada hal penting dirumahnya. Kebetulan, banyak
bubuk dari krupuk sisa hasil produksi yang tidak terpakai. Lalu, buyut dari Bapak
Dani mencoba untuk memberi makan ikan-ikannya tersebut dengan bubuk
kerupuk tadi , disaat sedang memberi makan ikan-ikan, ada satu ikan kesayangan
buyut Bapak Dani yang selalu menggeboy dan hanya saat diberikan krupuk,
sedangkan saat diberikan pakan ikan dia tidak menggeboy. Dari situlah
32
33
terbentuk nya nama krupuk Geboy, Si Geboy Tea, dan logo perusahaannya ikan
yang seperti sedang menggeboy.
Perusahaan Krupuk Si Geboy Tea Tasikmalaya ini sudah berdiri 53 tahun
lamanya. Perusahaan ini pula sudah menjadi kepercayaan perusahaan-perusahaan
makanan yang berdomisili di Kota Tasikmalaya. Dengan bumbu yang khas dan
gurih, rasa krupuk ini memang berbeda dari rasa krupuk di kota lain.
3.1.2
oleh Bapak Dani selaku penerus perusahaan. Karyawan sudah memiliki tugasnya
masing-masing, ada yang bertugas mengangkut barang, mencetak krupuk,
menjemur krupuk dan ada juga yang bertugas untuk mengemas krupuk.
Perusahaan Krupuk Si Geboy Tea beroperasi mulai dari jam 06.00-23.00 WIB.
Struktur Organisasi Si Geboy Tea Tasikmalaya :
Owner/ Manajer
Distribusi
Produksi
Pengemasan
Pemasaran
Gambar 3.1
Struktur Organisasi
Sumber : Perusahaan Krupuk Si Geboy Tea Tasikmalaya
34
Pemegang
Modal
atau
Owner
adalah
Bertanggungjawab
untuk
menjalankan
masing-masing,
Dalam
operasional
toko
Bertanggung
pengkoordinasian,
jawab
pengarahan,
dan
atas
perencanaan,
pengawasan
atas
pelaksanaan produksi.
5. Pengemasan
pencemaran
serta
gangguan
fisik
(gesekan,
35
untuk
menempatkan
suatu
mempunyai
dalam
penyimpanan,
yang
pengangkutan
dan distribusi.
6. Pemasaran :
aktivitas
dan
proses
menciptakan,
dibidang
pemasaran
disebut pemasar.
Pemasar
dipahami sebagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah
36
Strategi
Lokasi
(X1)
Operasional
Variabel
Indikator
(2)
(3)
Lokasi
yang
strategis
adalah
wilayah penempatan
operasi
produksi
sebuah perusahaan
yang
dapat
memberikan
keuntungan
maksimal terhadap
perusahaan tersebut,
karena
tujuan
strategi
lokasi
adalah
untuk
memaksimalkan
manfaat lokasi pada
perusahaan Krupuk
Si Geboy Tea.
1. Lingkungan
Masyarakat
Ukuran
Skala
(4)
(5)
Lingkun Ordinal
gan
Sekitar
Lokasi
Pangsa
Pasar
Dapat
Dilalui
kendaraa
n umum
Mudah
Dijangk
au
2. Letak Pasar
3. Tersedia
Fasilitas
Transportas
i
4. Tingkat
Kompetisin
ya rendah
Strategis
37
(1)
(2)
Tata Letak
(X2)
(3)
(4)
1. Je
ni
s
Pr
o
d
u
k
2. U
ru
ta
n
Pr
os
es
Pr
o
d
u
ks
i
3. P
er
al
at
an
at
au
m
es
in
ya
n
g
di
g
u
na
ka
besar
produk
berat
produk
sifat
produk
Penyusu
nan
Perawat
an
Kemuda
han
Aman
Fleksibil
itas
Jarak
perpinda
han yang
minimu
m
Gerak
yang
sedikit
Lancar
cepat
(5)
Ordinal
38
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
4. M
in
i
m
u
m
m
o
v
e
m
e
nt
Kelancaran
Proses
Produksi
(Y)
proses
produksi
krupuk perusahaan
Krupuk Si Geboy
Tea tidak terhambat
oleh hal apapun.
5. A
lir
an
M
at
er
ia
l
(
F
lo
w
M
at
er
ia
l)
6. K
et
ep
at
an
w
Cepat
Tekstur
Rasa
Ordinal
39
(1)
(2)
(3)
(4)
ak
tu
pr
o
d
u
ks
i
7. M
ut
u
8. P
en
ge
n
da
li
an
pe
rs
ed
ia
an
9. T
en
ag
a
K
er
ja
3.2.2
Bentuk
Bahan
Baku
Keahlian
Ketelitia
n
(5)
40
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara). Data ini dapat berupa opini subyek
(orang) secara individual/kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kegiatan atau kejadian dan hasil pengujian. Data ini diperlukan untuk
mengetahui tanggapan responden terhadap kelancaran produksi Krupuk Si
Geboy Tea. Untuk mendapatkan data tersebut, akan dibagikan kuesioner
kepada para responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka,
baik berupa buku, jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang ada hubungannya
dengan materi kajian.
3.2.2.2 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2003:55) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang
diterapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
41
akan diambil agar mewakili seluruh populasi digunakan rumus yang dikemukakan
oleh Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2002:141) sebagai berikut :
n=
N
2
1+ N ( e)
. (3.1)
Dimana :
N = Jumlah Populasi
n = Ukuran Sampel
e2 = Standar Error (e = 10%)
Jadi untuk populasi (N) sebanyak 40 karyawan, dengan nilai kritis yang
diinginkan (e) sebesar 10% maka ukuran sampel yang digunakan ialah sebagai
berikut :
n=
40
1+ 40 ( 0,1 )2
= 28.57 30
42
Gambar 3.2
Model Penelitian
43
3.4.1
44
3.4.2
Predikat
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Tabel 3.3
Formasi Nilai, Notasi & Predikat Masing-masing
Pilihan Jawaban untuk Pertanyaan Negatif
Nilai
1
2
3
Keterangan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Tidak Ada Pendapat
Notasi
STS
TS
TAP
Predikat
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
45
4
Setuju
5
Sangat Setuju
Sumber : Sugiyono (2009: 133)
S
SS
Rendah
Sangat Rendah
F
N
x 100%. (3.2)
(Sudjana, 2000:76)
Dimana :
X = Jumlah persentase jawaban
F = Jumlah jawaban/frekuensi
N = Jumlah responden
Setelah diketahui jumlah nilai dari keseluruhan subvariabel maka dapat
ditentukan intervalnya, yaitu sebagai berikut :
NJI =
Nilai TertinggiNilaiTerendah
(3.3)
Jumlah Kriteria Pernyataan
(Sudjana, 2000:79)
3.4.3
46
.(3.6)
Nilai untuk density diperoleh dari tabel ordinal distribusi normal baku
6. SV (scala value) yang nilainya terkecil (hingga negatif terbesar) diubah
menjadi sama dengan satu (= 1).
Transformed SV Y = SV + SVmin (3.7)
3.4.4
digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang
tepat. Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap
data yang meliputi : uji multikolinieritas dengan menarik korelasi antara variabelvariabel bebas, uji heterokedastis dengan menggunakan graifik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZFRED) dengan residualnya (SRESID), uji normalitas
47
menggunakan uji kolmogorovsmirnov, dan uji auto korelasi melalui uji Durbin
Watson (DW test) (Suliyanto, 2009:74)
3.4.4.1 Uji Multikolinieritas
Menurut Suliyanto (2009:75) uji ini bertujuan menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi
yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam moderl regresi dapat dilihat dari
tolarance value atau variance inflation factor (VIF).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model ini
adalah sebagai berikut :
1
Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi antar
variabel bebas yang cukup tinggi (>0,9), hal ini meerupakan indikasi adanya
multikolinieritas
Dilihat dari nilai VIF dan tolerance, nilai cut off tolerance <0,10 dan VIF > 10,
berarti terdapat multikolinieritas.
Jika terjadi gejala multikolinieritas yang tinggi, standard error koefisien
regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk
pendugaan parameter semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan
terjadinya kekeliruan itu menerima hipotesis yang salah. Uji multikolinieritas
dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji
korelasi antar variabel independen dengan menggunakan variance inflation factor
48
(VIF). Batas VIF adalah 10, apabila nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
mulitikolinieritas (Suliyanto, 2009:76). Uji multikolinieritas dalam penelitian inin
dibantu dengan aplikasi SPSS 16.0.
3.4.4.2 Uji Heterokedastis
Uji heterokedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain.
Model regresi yang baik adlah yang terjadi homokedastis atau tidak terjadi
heterokedastis.
Bila terjadi gejala heterokedastis akan menimbulkan akibat varians
koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga uji
signifikan statistik tidak valid lagi. Heterokedastisitas dapat di deteksi dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi varibel terikat (ZFRED) dengan
residulnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya heterookedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot
antara SRESID dan ZFRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diperdiksi dan
sumbu X adalah residulnya (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di
studentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Apabila pola tidak jelas, serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas (Suliyanto, 2009:76). Uji Heterokedastis dalam penelitian ini
dibantu dengan SPSS 16.0.
49
50
Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji DurbinWatson (DW test) (Suliyanto, 2009:76). Dasar pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi.
1.12 < DW < 1.65 atau 2.35 <DW <2.79 maka tidak dapat disimpulkan.
DW < 1.21 atau DW >2.79 maka terjadi auto korelasi.
3.4.5
Regresi Berganda
Digunakan apabila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) variabel dependent (kriterium), bila dua atau lebih variabel independent
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) menurut
Sugiyono (2012:275) teknik statistik yang digunakan adalah regresi berganda
dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 (3.8)
Dimana :
Y
= Kelancaran Produksi
X1 = Strategi Lokasi
X2 = Tata Letak
a
= Konstanta
51
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r2
diluar variabel yang diteliti dapat digunakan koefisien non determinasi yang dapat
dicari dengan menggunakan rumus :
KND = (1-r2) x 100% (3.10)
Sugiyono (2003:216)
3.4.6
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui tingkat signifikan secara bersama-sama pengaruh
52
Kriteria :
Ha = Diterima apabila Fhitung > Ftabel
Ha = Ditolak apabila Fhitung Ftabel
Untuk menguji tingkat signifikan secara parsial apakah masing-masing
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen digunakan uji t.
dengan tingkat keyakinan 95% derajat kebebasan (n-k) maka :
Ho1 : j = 0 Tidak ada pengaruh antara strategi lokasi terhadap kelancaran proses
produksi
Ha1 : j 0 Terdapat pengaruh antara strategi lokasi terhadap kelancaran proses
produksi
Ho2 : j = 0 Tidak ada pengaruh antara tata letak terhadap kelancaran proses
produksi
Ha2 : j 0 Terdapat pengaruh antara tata letak terhadap kelancaran proses
produksi
Uji Signifikan :
Untuk menguji signifikansi dilakukan dua pengujian yaitu :
1
Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel dan terima Ho jika F hitung F tabel.
53