LP Post Partum
LP Post Partum
LP Post Partum
LATAR BELAKANG
Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar
yang berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima
kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham
1998:388).
Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan
penting yang digunakan dalam membangun
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)
A. DEFINISI
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung
selama 6-8 minggu (Mochtar_Rustam, 1998 : 115).
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. Kejadian
yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba, 1998: 190).
Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1 jam
setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari
(Manuaba, 2001).
Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kirakira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali seperti
sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 2007).
B. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8
jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh
putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di
bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah
kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti
dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, factor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28
minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya (Oxorn, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas
adalah keadaan kelahiran atau partus Pada primipara robekan Perineum
hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan
dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa
dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO,
2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko
trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu
seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang
janin
dengan
sumbu
memanjang
panggul
ibu
(Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya
adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi
bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.
Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan
bregma dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah
adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm merupakan diameter
antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas.
Panggul
janin
merupakan
kutub
bawah
dengan
3) Embriotomi
Adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi
dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas
kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,
atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya
rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya
proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005)
C. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada
di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Selsel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
esterogen
dan
progesteron
bertabggung
jawab
untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
diberikan
segera
setelah
plasenta
lahir.
Ibu
yang
E. Pathway
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan
dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam
setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus
lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah :
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999)
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan
bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis
superficial terjadi 1 kasus dari 500 750 kelahiran pada 3 hari pertama post
partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan
kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri
kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex,
kehilanagan semangat (Novak, 1999)
G. Tanda Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum
antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina
H. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap
I. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
Diagnosa
Noc
Nic
akut NOC:
Nyeri
berhubungan dengan
trauma
mekanis,
edema
atau
pembesaran jaringan
NIC:
Pain Mangement:
1. Lakukan pengkajian
1. Pain Level
2. Pain Control
3. Comfort level
Kriteria Hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu
efek hormonal.
nyeri,mampu menggunakan
penyebab
teknik
untuk
non
farmakologi
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporakn
bahwa
nyeri
dengan
manajemen
mengenali
nyeri
(Farmakologi
non
Analgesic Administration
1. Tentukan PQRST
sebelum
pemberian obat
pilihan
analgesic
(PQRST)
4. Merasakan
rasa
nyaman
2. Tentukan
nyeri
3. Mampu
berkurang
menggunaka
nyeri
Ketidakefektifan
NOC
NIC
1. Breastfeding ineffective
Breastfeding Assistence
pemberian
ASI
2. Bretahing
pattern
1. Evaluasi pola menghisap/
berhubungan dengan
ineffective
menelan bayi
tingkat pengetahuan,
3. Breasfeeding interrupted
2. Tentukan keinginan dan
pengalaman
sebelumnya, tingkat
Kriteria hasil:
motivasi
1. Kementapan
pemberian
dukungan,
karakteristik
payudara.
proses
menghisap
dari
ibu
untuk
mrnyusui
3. Kaji kemampuan bayi untuk
latch on dan menghisap
secara efektif
4. Pantau
integritas
kulit
payudara
ibu
untuk
memperoleh
nutrisi
putting ibu
5. Pantau berat badan dan pola
eliminasi bayi
Breast
examination
pemberian ASI
2. Kemantapan pemberian suppression
ASI:IBU: kemantapan ibu
untuk
membuat
bayi
Lactation
dan
teknik
memompa
ibu
elektrik)
cara
mengumpulkan
dan
menyimpan ASI
2. Ajarkan
orang
tua
untuk
memperoleh
keberlangsungan
pemberian
ASI
untuk
pemberian
Diskontinuitas
dan
pemberian
bayi
melalui
mengindikasikan
terhadap
pemberian ASI
8. Ibu tidak mengalami nyeri
tekan pada putting
9. Mengenali
tanda-tanda
(secara
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan
kemungkinan
laktasi
ASI
dan
pemberian
latihan
pemberian
tempat
tidur
Risiko
tinggi NOC
1. Immune Status
terhadap
infeksi
2. Knowledge:
berhubungan dengan
control
trauma
jaringan,
3. Risk control
penurunan
Hb,
prosedur
infasive,
pecah
ketuban,
malnutrisi.
perubahan
dan
status
penyebab
penyakit.
NIC
Infection control (control infeksi)
Infection
1. Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Gunakan
baju,
sarung
tangan sebagai lat pelindung
4. Pertahankan
lingkungan
aseptic selama pemsangan
alat
5. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
6. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
7. Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang berisiko
8. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
5
ditandai
dengan
distensi
kantong
kemih,
perubahanperubahan
jumlah/
>100-200 cc
3. Intake
cairan
rentang normal
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang
dan
masalah
kencing
raeksisten)
2. Merangsang reflex kandung
kemih
kemih
dengan
frekuensi berkemih.
pengosongan
kemih
dengan
Risiko
kekurangan NOC:
volume
cairan
berhubunag dengan
penurunan masukan
atau
penggantian
tidak
kehil;angan
adekuat,
cairan
berlebih ( muntah,
1. Fluid Balance
2. Hydration
3. Nutrisional Status: Food
and Fluid intake
NIC
Fluid management
1. Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
2. Monitor
status
hidrasi
(kelembaban
membrane
mukosa,
nadi
adekuat,
tekanan
darah
ortostatik)
jika diperlukan
hemoragik,
peningkatan
pengeluaran urin).
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ, urine normal,
HT normal.
terhadap penambahan
cairan.
2. Monitor BB
3. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Konstipasi
NOC
NIC
1. Bowel Elimination
Constipation/Impaction
behubungan dengan
2. Hydration
Management
penurunan
tonus
Kriteria Hasil:
1. Monitor tanda dan gejala
otot,
efek
1. Mempertahankan bentuk
konstipasi
progesterone,
2. Monitor bising usus
feses lunak setiap 1-3 hari
3. Monitor feses : frekuensi,
dehidrasi,
nyeri
2. Bebas
dari
konsistensi dan volume
perineal
ditandai
ketidaknyamanan
dan
4. Identifikasi factor penyebab
dengan perubahan
konstipasi
dan knstribusi konstipasi
3. Mengidentifikasi indicator
bising usus, veses
5. Dukung intake cairan
untuk
mencegah
6. Kolaborasi
pemberian
kurang
dari
konstipasi
laksatif
biasanya.
4. Feses lunak dan berbentuk
7. Pantau tanda-tanda dan
gejala konstipasi
8. Anjurkan pasien/keluarga
mencatat warna, volume,
ferkuensi, dan konstipasi
tinja
9. Ajarkan pasien/ keluarga
tentang
kerangka
waktu
Defisiensi
NOC
1. Knowledge:
pengetahuan
(kebutuhan belajar)
mengenai perawatan
diri
dan
bayi
berhubungan dengan
kurang pemahaman,
salah
interpretasi
NIC
disease Teaching: Disease Process
1. Berikan penilaian tentang
process
2. Konowledge:
health
behavior
tentang
Kriteria hasil:
1. Pasien
dan
menyatakan
keluarga
pemahaman
keluarga
menjelaskan
keluarga
menjelaskan
apa
yang
proses
penyakit
yang spesifik
2. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul dengan
cara tepat
3. Hindari
jaminan
yang
kosong
4. Sediakan bagi keluarga atau
SO
informasi
tentang
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second
kesehatan lainnya.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yan ada berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat ( Doenges, 2001)
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dsan sumatif:
1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap
tidakakan yang dilakukan.
2. Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilakukan dengan mengetahui secara
keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA