Dokumentasi Lansia FIKS
Dokumentasi Lansia FIKS
Dokumentasi Lansia FIKS
KEPERAWATAN LANSIA
OLEH :
KELOMPOK 15
TINGKAT DIV.Tk 2
I Gusti Ngurah Agung Kusuma Sedana
(P07120213015)
(P07120213038)
I.
PENDAHULUAN
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial
yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio
berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga
masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar
kehidupan masyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara
pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. Kehidupan keluarga pun banyak mengalami
perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa
kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa
kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga
(Setiawati, 2009).
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari
keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu
kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
Tugas kita sebagai perawat harus melaksanakan tiga level pencegahan primer, sekunder
dan tersier dalam masyarakat yang dimulai dari keluarga. Sudah tentu kita harus mengetahui halhal yang berkaitan dengan keluarga sebelum terjun langsung ke lapangan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut dan untuk memenuhi panggilan tugas
dari mata kuliah yang bersangkutan, maka kami tertarik untuk membuat dan menyusun makalah
Keperawatan Keluarga dengan judul Konsep Keperawatan Keluarga.
Kegiatan Belajar 1
KONSEP DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
D. Uraian Materi
1.
Pengertian Dokumentasi Keperawatan
2.
Dokumentasi Pengkajian Pada Lansia
3.
Dokumentasi Diagnosa Keperawatan Pada Lansia
4.
Dokumentasi Rencama Keperawatan
5.
Dokumentasi Implementasi Pada Lansia
6.
Dokumentasi Evaluasi
RANGKUMAN
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang
dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hokum, Dokumentasi keperawatan
mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan baik actual maupun potensial.
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
masalah. Selain itu, untuk memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga, serta
orang terdekat dalam merumuskan rencana tindakan.Perencanaan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan
pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah
pasien. Tujuan rencana keperawatan :
a. Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi
b. Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien
c. Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan
d. Langkah dari proses keperawatan ( pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi ) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh
perawat.Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan
kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif. Tindakan
keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan perawat tanpa pesanan
dokter.Tindakan ini telah ditetapkan oleh standar praktik keperawatan.Intervensi
keperawatan mencakup mengkaji klien, mencatat respons klien terhadap tindakan,
melaporkan status klien kepetugas jaga berikutnya, dan mencatat respons klien terhadap
asuhan keperawatan.Selain itu perawat mengajarkan klien untuk mengubah posisi tidur,
melakukan rentang gerak, mengkaji status fisik klien, dan mengkaji aktivitas hisup seharihari.
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap
tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk
mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan
informasi, sehingga memungkinkan revisi perawatan. Evaluasi adalah tahapan akhir dari
proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.Pernyataan evaluasi terdiri dari dua
komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan sekarang dan
pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada pasien.
1) Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien antara
lain, kecuali :
a. Sebagai alat komunikasi
b. Sebagai mekanisme peratanggunggugatan
c. Metode pengumpulan data
d. Sarana evaluasi
e. Sarana pendidikan
2) merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan
informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang
respon kesehatan klien, adalah pengertian dari...
a. dokumen
b. dokumentasi
c. dokumentasi keperawatan
d. dokumentasi keperawatan lansia
e. dokumen pengkajian
3) Tujuan dokumentasi pengkajian adalah, kecuali:
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah
yang dapat mempengaruhi perawatan
SOAL SUMATIF
1) Seorang lansia umur 70th tinggal pada sebuah keluarga, lnsia memiliki riwayat penyakit
hipertensi, pasien mengaku TD terahir : 160/100, pada tahap pengkajian, yang dilakukan
oleh seorang perawat adalah:
a. Memeriksa kembali tekanan darah pasien
b. Meberikan timun sebagagi alternatif penurun TD
c. Memberikan SAP tentang Hipertensi
d. Menganjurkan keluarga untuk mengajak pasien ke Puskesmas atau pelayanan
terdekat
e. Mengajaknya ke pos pelayanan kesehatan.
2) Seorang lansia umur 70th tinggal pada sebuah keluarga, lnsia memiliki riwayat penyakit
hipertensi, pasien mengaku TD terahir : 160/100, pada tahap analisis data, etiologi yang
mungkin dari maslah tersebut adalah, kecuali....
a. Kebisaan pasien dirumah
b. Tingkat stress yang dialami pasien
c. Lingkungan rumah psien
d. Konflik antar keluarga sehingga mengakibatkan stres
e. Ketidak adekuatan penggunaan pelayanan kesehatan
3) Seorang lansia umur 70th tinggal pada sebuah keluarga, saat pengkajian pasien mengaku
sering merasa nyeri sendi pada lututnya setelah melakukan aktifitas, masalah
keperawatan yang timbul dari lansia tersebut adalah....
a. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sedang sakit.
c. Nyeri kronis berhubungan dengan destruksi sendi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan ketidak mampuan anggota keluarga mengenal
masalah anggota keluarga yang sakit.
e. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak adekuatan pengguanaan pelayanan
kesehatan.
4) Perubahan fisik yang terjadi pada tulang, sendi, dan otot lansia yang benar adalah, Kecuali:
a. Tulang Keropos
b. Cairan sinovial >
c. Massa otot <
d. Tulang rawan >
5) Tanda fisik pada fase menopuse adalah:
a. Siklus Menstruasi teratur setiap bulan
b. Badan menjadi gemuk
c. Perubahan kulit yang normal
d. Kualitas Tidur semakin baik
6) Hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya depresi pada lansia adalah:
keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam
melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim
kesehatan dalam memeberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat
dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.
Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah
kepuasan maupun ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan. Dokumentasi
keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :
i. Sebagai alat komunikasi
Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan
baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga akan
berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu,
komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
j. Sebagai mekanisme peratanggunggugatan
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan
pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar pendokumentasian akan
mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan sebagai perlindungan atas gugatan
karena sudah memilki standar hukum.
k. Metode pengumpulan data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data data pasien tentang kemajuan
atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecendrungan yang
mungkinterjadi.Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data datanya
otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya.Selain itu, dokumentasi dapat digunakan
sebagai data statistic.
l. Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
m. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi
tentang hal hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
n. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga kesehatan,
akan saling kerja sama dalam memberi tindakan yang berhubungan dengan klien. Karena
hanya lewat bukti bukti otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan, kegiatan tersebut
akan berjalan secara professional.
o. Sarana pendidikan lanjutan
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan
terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga perawat, bukti
tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan lanjutan tentang
layanan keperawatan
p. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang telah
diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi Pengkajian Pada Lansia
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan
membuat catatan tentang respon kesehatan klien.Pengkajian adalah awal dari tahapan proses
keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang
didapat dari klien ( sumber data primer ), data yang didapat dari orang lain ( data sekunder ),
catatan kesehatan klien informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan
orang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar. Pengumpulan
data menggunakan berbagai metode seperti observasi ( data yang dikumpulkan berasal dari
pengamatan ), wawancara ( bertujuan mendapatkan respons dari klien dengan cara tatap
muka ), konsultasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ataupun pemeriksaan
tambahan. Manusia mempunyai respons terhadap masalah kesehatan yang berbeda sehingga
perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah secara individual.Tujuan
dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah yang
dapat mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan diidentifikasi
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan
kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan respons
yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap respons
pasien.
f. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
Jenis-jenis dokumentsi pengkajian yaitu :
a. Pengkajian Awal ( Initial Assesment )
Pengkajian awal ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk kerumah
sakit. Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan.Selama
pengkajian umum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien,
dengan mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan
perencanaan perawat klien.
b. Pengkajian kontinu ( Ongoing Assesment )
Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang
diperoleh dari pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan ( berupa tes
diagnostic dan sumber lain ) diperlukan untuk menegakkan data.
c. Pengkajian ulang ( Reassesment )
Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari masalah
pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.
Adapun kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual pada pasien lansia yaitu :
a. Kesehatan.
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada
usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada usia
ini. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada
usia lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan
hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini semakin besar.
Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping faktor
keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai peran yang
cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauhjauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku individu, dilandasi
oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan.Menjadi tua secara sehat (normal ageing,
healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa diusahakan dan
diperjuangkan.Seyogyanya dianut paradigma, mencegah dan mengendalikan faktorfaktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
b. Sosial
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami perubahanperubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau
pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini
didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang
tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar lingkungan
pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana
hatinya dan kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anakanaksudah jadi orang, mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya
mungkinjauh.Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
Adapun teori kejiwaan social yaitu :
1) Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )
a) Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social
b) Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
c) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan kelanjut usia
2) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992)
menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan
dimensi agama.Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
a. Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia
Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah
upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres
emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan
manusia. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan
ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian.Dimensi
spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia
(Kozier, 2004).Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.Spirituailitas sebagai konsep dua
dimensi.Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi
yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah
hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).
b. Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.Perkembangan filosofis agama yang
lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006),perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara
lain.
1) Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70
tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat
ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
dan keadilan.
3. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan Pada Lansia
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan
potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnose keperawatan adalah bagaimana
diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi,
dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Disamping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai
factor yang menjadi kendala atau penyebab. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan
memperkuat masalah yang ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang
penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan baik actual maupun potensial.
a. Kategori Diagnosa Keperawatan
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus
diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan meliputi tipe
actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma.
1) Diagnose keperawatan actual
Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan
keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang
diidentifikasi. Diagnose keperawatan actual memiliki empat komponen
diantaranya : label, definisi, batasan karakterstik, dan factor yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan batasan
karakterstik ( Gordon, 1990 ), Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang
Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan terakhir
: SKKP/ SMP
Golda
:O
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Janda
Alamat
: JL.NakulaNo 10sukaraja
: Ny. D
Alamat
: JL.NakulaNo 10sukaraja
No. telp
Jenis kelamin
: perempuan
: anak
2. Riwayat pekerjaan
Saat ini Ny.S tidak bekerja, sebelumnya Ny.S bekerja sebagai penjahit. Sumber
pendapatan Ny.S yang di dapat dari hasil kebun miliknya dan uang pensiunan suaminya
masih dapat mencukupi kebutuhan Ny.S sehari-hari.
3. Aktivitas rekreasi
Di rumah Ny.S suka masak-masak, Ny.S juga sering memasak untuk cucu-cucunya
yang tinggal dengan klien. Ny.S jarang pergi berwisata. Ny.S sering mengikuti
pengajian yang diadakan di masjid,biasanya diadakan seminggu 2 kali.
4. Riwayat keluarga
Nama
keterangan
Tn. I
Sehat
Tinggal serumah
Ny. D
Sehat
Tinggal serumah
Tn. E
Sehat
Ny. R
Sehat
Ny. N
Sehat
Ny. Y
Sehat
Tinggal serumah
Ny. R
Sehat
Ny. A
Sehat
Ny.S mengatakan makan 3x sehari 1 centong, makannya selalu habis. Setiap hari klien
makan dengan nasi, sayur dan lauk dengan menu yang berbeda. Ny.S lebih suka makan
menggunakan tangan, klien selalu mencuci tangannya sebelum makan. Ny.S
mengatakan tidak suka makan mie instan. Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi,
pantangan ataupun keluhan yang berhubungan dengan makan.
2. Eliminasi
a) BAK dan BAB
Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening,bau khas.
Klien BAB 1x/ 2 hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau
khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan mengenai
BAK ataupun BAB.
3. Personal hygiene
a. Mandi
Ny.S mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.
b. Oral hygiene
Ny.S tidak menggosok gigi karena Ny.S sudah tidak mempunyai gigi.
c. Cuci rambut
Biasanya Ny.S membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari 1x.
d. Kuku dan tangan
Ny.S mengatakan memotong kukunya setiap hari jumat, Ny.S juga sering mencuci
tangannya dengan sabun.
4. Istirahat dan tidur
Ny.S mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny.S sering terbangun di tengah
malam, merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga Ny.S (anak
klien) mengatakan Ny.S sering nglindur saat tidur. Ny.S mengatakan biasa nonton tv
sebelum tidur dan biasanya Ny.S tidur malam jam 21.00-02.00dan tidur siang jam
13.10-15.30
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Ny.S suka jalan-jalan ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny.S menggunakan waktu
luangnya untuk nonton tv, memasak ataupun berkebun.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Ny.S tidak pernah melakukan kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya seperti
merokok, minum-minuman keras, Ny.S juga tidak ada ketergantunag terhadap obatobatan.
Uraian kronologis sehari-hari
Jenis kegiatan
Sholat tahajud
02.10 04.00
Sholat subuh
04.30 05.00
05.00 06.00
06.00 08.00
Belanja
08.00 09.00
Nonton tv
09.00 11.00
11.00 12.00
Sholat duhur
12.00 12.30
Makan siang
12.30 13.00
Tidur siang
13.10 15.30
Mandi
15.30 15.45
Sholat asar
16.00 16.20
Nonton tv
16.30 17.20
17.20 19.30
Makan malam
19.30 20.00
Nonton tv
20.00 21.00
Tidur
21.0 02.00
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama 1 tahun terakhir
Ny.S mengatakan timbul pegal setelah beraktifitas berat dan merasa tambah pegal lagi
setelah itu, biasanya di rasakan pada sore/ malam hari. Ny.S mengatakan terkadang tidak
bisa tidur karena nyeri.
6. Upaya mengatasi
Ny.S mengatakan biasanya kalau asam uratnya kambuh Ny.S memanggil tukang pijat,
Mengkonsumsi obat-obatan tradisional, Pergi ke klinik pengobatan atau dokter praktik.
7. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah di derita
Ny.S mengatakan tidak pernah punya penyakit yang serius.
b. Riwayat alergi
Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi.
c. Riwayat kecelakaan
Ny.S mengatakan dulu Ny.S pernah mengalami kecelakaan motor, tapi lukanya tidak
serius, hanya lecet-lecet saja.
d. Riwayat di rawat di rumah sakit
Ny.S mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit.
e. Riwayat pemakaian obat
Ny.S mengatakan tidak ketergantungan dengan obat, bila sakit, Ny.S mengkonsumsi
jamu atau membeli obat yang di beli di warung.
8. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) :TD 110/70 mmHg, N : 90 x / menit, RR : 20 x / menit,
S : 36,5 C
b. BB/TB
c. Mata
:40 Kg / 143 cm
: bentuk simetris, konjungtiva ananemis, sclera
Palpasi
Perkusi
: pekak
Auskultasi
2) Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Auskultasi
: Vasikuler
3) Abdomen
Inspeksi
:Simetris
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
9. Fungsi reproduksi
10. Kulit
11. Ekstrimitas atas
12. Ekstrimitas bawah
Lampiran :
1.
fungsi
A.
Fungsi Penglihatan
B.
Serin
Jarang
pernah
(3)
g (2)
(1)
(0)
Penglihatan kabur
1.
Mata berair
Fungsi pendengaran
Pendengaran
berkurang
1.
Telinga berdenging
V
V
Fungsi paru-paru
1.
D.
Selalu
1.
1.
C.
Tidak
1.
Sesak nafas
1.
Berdahak/sputum
Fungsi jantung
1.
Jantung berdebardebar
E.
1.
Cepat lelah
1.
Nyeri dada
V
V
V
Fungsi pencernaan
1.
Mual/ muntah
1.
1.
1.
Perubahan kebiasaan
BAK (mencret/sembelit)
F.
Fungsi pergerakan
1.
1.
1.
G.
Fungsi persyarafan
1.
Lumpuh/kelemahan
pada kaki atau tangan
1.
Kehilangan rasa
1.
Gemetar/tremor
1.
Fungsi saluran
H.
perkemihan
1.
BAK banyak
1.
1.
Tidak mampu
mengontrol pengeluaran
air kemih (ngompol)
Jumlah
13
19
Analisa hasil :
Skor 25
: tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan
Fungsi kognitif
No
1.
Pertanyaan
Tanggal berapa hari ini?
Jawaban
20
Senin,07-
2.
3.
4.
V
V
4a.
5.
10- 2013
Rumah
JL.Flores
no 28 tegal
76
10 Agustus
6.
7.
1946
SBY
8.
Megawati
9.
Ami
30.0005.000=
25.000
35.00020.000 =
5000
10.
5000-3000
= 2000
Analisa hasil
Kesalahan 0-2
Kesalahan 3-4
Kesalahan 5-7
Kesalahan 8-10
1.
Status fungsional
No
Aktifitas
Mandiri
Tergantung
(nilai 1)
(nilai 0)
mengenakannya
3.
mengeringkan bokong)
6.
8.
membersihkan ruangan
kebutuhan keluarga
bepergian
tepat)
17.
17
Analisa hasil :
Skor 13 17 : mandiri
Skor 0 12
1.
: ketergantungan
A : Kemandirian dalam hal makan,kontinen, berpindah, ke ka,ar kecil, berpakaian dan mandi
1.
Status psikologis
terakhir
Merasa puas dengan hidup yang di jalani?
Jawaban
Ya
Ya
aktivitas anda?
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
waktu?
Di ganggu oleh pikirang-pikiran yang tidak
dapat di ungkapkan?
Tidak
Tidak
Tidak
10
Tidak
Tidak
11
Tidak
Tidak
12
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
depan?
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
15
menyenangkan sekarang?
Ya
Ya
16
Tidak
Tidak
17
Tidak
Tidak
18
Tidak
Tidak
menggairahkan?
Ya
Ya
baru?
21
Tidak
Ya
Tidak
Ya
harapan?
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
daripada anda?
Seringkali menjadi kesal dengan hal yang
24
sepele?
Tidak
Tidak
25
Tidak
Tidak
26
Tidak
Tidak
27
Menikmati tidur?
28
29
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
30
Ya
Jumlah
Ya
2
Analisa hasil :
= terganggu
nilai 1
= normal
nilai 0
Status sosal lansia dapat di ukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian : bila
pertanyaan-pertanyaan yang di jawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak
pernah (poin 0)
APGAR Keluarga
No
Fungsi
Uraian
Skore
Adaptasi
Hubungan
Pertumbuhan
Afeksi
Pemecahan
Data
Etiologi
Masalah
destruksi sendi
Nyeri akut
Ds :
Ny.S mengatakan
malam hari.
bergerak.
skala 4.
skala 4.
Ds :
bisa nyenyak.
sebelum tidur.
cepat lelah.
Do :
2.
pergeseran
kemerahan.
Diagnosa Keperawatan
1.
tahap tidur
terkait dengan
proses
penuaan
Deprivasi
tidur
2.
Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses
penuaan.
Intervensi
No
1.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Rasional
Nyeri akut
Setelah
berhubung
dilakukan
nyeri, catat
an dengan
tindakan
lokasi dan
lembut/empuk, bantal ya
destruksi
keperawatan
intensitas
sendi.
selama 324
(skala 0-
pemeliharaan kesejajaran
jam
10). Catat
diharapkan :
faktor-
faktor yang
Menunjukkan
mempercep
nyeri hilang/
at dan
terkontrol.
tanda-tanda
rasa sakit
terinflamasi/nyeri.
Terlihat
rileks, dapat
Kaji
non verbal.
1.
2.
tidur/beristirah
at dan
Matras yang
Memfokuskan kemb
perhatian, memberikan
1.
Berikan
stimulasi, dan
berpartisipasi
matras/kasu
dalam aktivitas
r keras,
sesuai
bantal kecil.
kemampuan.
Tinggikan
3.
linen
dalam mengurangi
Mengikuti
tempat tidur
kekakuan dan
program
sesuai
meningkatkan mobilitas.
farmakologis
kebutuhan.
4.
yang
diresepkan.
akut.
Menggabungk
5.
an
mengurangi gejala
keterampilan
relaksasi dan
aktivitas
hiburan ke
dalam program
kontrol nyeri.
1.
Libatka
n dalam
aktivitas
hiburan
yang sesuai
untuk
situasi
individu.
1.
Kolabor
asi: Berikan
obat-obatan
sesuai
petunjuk.
1.
Berikan
es kompres
dingin jika
dibutuhkan.
1.
Anjurka
n pasien
untuk terapi
herbal
dengan
menggunak
an jahe
A.
M
embantu
dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen
nyeri dan
keefektifan
program.
2.
Deprivasi
Setelah
1.
Ciptaka
tidur
dilakukan
berhubung
tindakan
lingkungan
an dengan
keperawatanse
rasa
pergeseran
nyaman dan
nyenyak.
tahap tidur
diharapkan :
rileks untuk
terkait
klien.
dengan
Menunjukkanti
proses
dur yang
penuaan.
dibuktikan
n pasien
dengan
untuk
perasaan segar
minum obat
berlebihan dapat
setelah tidur
analgesik
menyebabkan kelelahan.
sebelum
Penurunan
tidur.
1.
2.
Pemberian analgesik
Kebiasaan sebelum
tidur yang baik dapat
membuat pkiran rileks.
1.
Anjurka
1.
2.
Memberikan informa
gejala
deprivasi tidur
tidur.
Kualitas
tidur
1.
Bantu
meningkat
kebiasaan
klien
Tidak
ada gangguan
sebelum
tidur.
tidur
misalnya
mendengar
kan musik,
membaca
dan berdoa.
2.
Hindari
latihan fisik
yang
berlebihan
sebelum
tidur
1.
Ajarkan
pada klien
dan
keluarga
tentang
faktor yang
dapat
menggangg
u tidur.
A.
L
ingkungan
yang tenang
dapat
meningkatk
an kualitas
tidur klien.
Implementasi
No.
Tanggl
1.
Senin,07-
Intervensi
1.
10-2013
Mengkaji dan
Respon
Ds: Ny.S mengatakan
intensitas
beraktifitas berat.
Q = Seperti di terjerat tali.
R = Pegal-pegal pada pundak,
pinggul dan lutut.
S = Skala nyeri berkurang menjadi
4
T = di rasakan pada sore/ malam
hari
Do: Ny.S tampak lebih rileks
Ds : Ny.S mengatakan terasa
1.
Catat faktor-faktor
kakinya.
non verbal.
Ds: Ny.S mengatakan nyaman
Do: Ny.S terlihat rileks
1.
Berikan
matras/kasur keras,
Ds:
bantal kecil.
1.
Libatkan dalam
aktivitas hiburan yang
sesuai untuk situasi
individu.
berkurang
Do:- Nyeri berkurang menjadi
1.
Berikan kompres
hangat jika dibutuhkan.
1.
menganjurkan
skala 4
pasien untuk
mengkonsumsi obat
herbal dengan
Do :
menggunakan jahe.
2.
Senin,07-
1.
10-2013
Mengatur posisi
Menganjurkan
nyenyak
analgesik yang di
makan 31 hari
tidur.
Ds : -Ny.S mengatakan suka nonton
tv sebelum tidur
1.
Membantu
kebiasaan klien
Ny.Smengatakan selalu
1.
menghindari latihan
fisik yang berlebihan
sebelum tidur
1.
memberikan
mengganggu
Evaluasi
No.
1.
Tanggal
Diagnosa kep.
Evaluasi
Senin,07-
Nyeri kronis
S:
10-2013
berhubungan dengan
destruksi sendi.
Ny.Smengatakan
beraktifitas berat.
Q = Seperti di terjerat tali.
R = Pegal-pegal pada pundak,
pinggul dan lutut.
S = Skala nyeri berkurang
menjadi 4
T = di rasakan pada sore/ malam
hari
Ny.Smengatakan terasa
Ny.Smengatakan nyaman
Ny.Smengatakan nyerinya
berkurang
Ny.S mengatakan
O:
Ny.Stampak memijat-
mijati kakinya.
Ny.Sterlihat rileks
menonton tv.
skala 4
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1.
Senin,07-
Deprivasi tidur
S:
10-2013
berhubungan dengan
penuaan.
tidur nyeyak.
Ny.Smengatakan lebih
Ny.S mengatakan bisa
Ny.Smengatakan suka
Ny.Smengatakan tidak
Keluarga Ny.S
sampaikan perawat.
O:
Ny.Sdiberi analsik 31
DAFTAR PUSTAKA
Ag Masykur & Fathani A.B. 2008.Mathematical Intellegince. Jogjakarta: Ar ruz Media Group.
Author.2001.Sympton of Dementia.American Family Physician.http://www.aafp.
org/afp/2001/0215/p717.html. (3 Mei 2011)
Budi Ana Keliat. 1996. Proses Keperawatan.jakarta,EGC
Griffit, JW and Christensen, PJ. 1948. Nursing Process Application ofTheories Frameworks and
Models. CV. Mosby Company.
Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta:
Grasindo.
Nugroho. 2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC
Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.
Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998. Behavioral symptom of dementia.