Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini
Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini
Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane
(PROM) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Namun, apabila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu,
maka disebut sebagai ketuban pecah dini pada kehamilan premature atau
Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM). Pecahnya selaput
ketuban tersebut diduga berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi
yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion dan
apoptosis membrane janin.1,2
Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran
hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena
berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena
infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup dan KPD merupakan
penyebab paling sering menimbulkan infeksi pada saat mendekati
persalinan. Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan.
Saat kehamilan aterm, 8-10% wanita mengalami KPD dan 30-40% dari
kasus KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh
kehamilan. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya. Hal ini
juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu maupun
janin.2,3
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan
yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung
pada selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu
fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan
letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor
golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial
ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm
sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau
BAB II
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat
Tanggal masuk
No. CM
: Ny. E
: 21 tahun
: Perempuan
: Islam
: Ibu rumah tangga
: SLTP
: Mambang RT 01/II getas sinrojo Kendal
: Selasa, 02 Desember 2014
: 46 26 56
Nama Suami
: Tn. T
Alamat
Agama
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Pendidikan Terakhir
: SLTP
ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis di ruang VK pada tanggal 02
Desember 2014 pukul 20.30.
keluar cairan ngrembes dari jalan lahir sejak pukul 16.00 Keluhan
kenceng-kenceng dirasakan sering sejak pukul 06.00, semakin lama
semakin sering, keluar darah dari jalan lahir (-), gerakan janin (+) masih
dirasakan.
Riwayat Haid :
Menarche
: 12 tahun
Haid
: Teratur
Siklus
: 28 hari
Lama Haid
: 7 hari
HPHT
Taksiran Persalinan
: 15 pebruari 2014
: 27 November 2014
Riwayat Nikah :
Menikah saat usia 19 tahun dan sudah menikah selama 2 tahun.
Merupakan pernikahan pertama bagi pasangan suami dan istri.
Riwayat obstetri : G1P0A0
1. Hamil ini
Riwayat ANC :
Pasien rutin melakukan pemeriksaan ANC di bidan. Pada trimester I
sebanyak 2x, timester II sebanyak 2x, dan trimester III tiap bulan.
Riwayat KB :
Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat HT
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Asma
Riwayat Tumor
: Disangkal
Riwayat Trauma
: Disangkal
Riwayat operasi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat HT
: Disangkal
Riwayat Asma
Riwayat Alergi
: Disangkal
III.
Riwayat Pribadi :
-
Merokok (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
Vital sign :
: composmentis
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Status gizi :
-
BB
: 60 kg
TB
: 156 cm
BMI
: 24,65 kg/m2
Status internus :
-
Thoraks : Normochest
Cor : dalam batas normal.
Pulmo : dalam batas normal.
Ekstremitas
Edema
Superior
-/-
Inferior
-/-
Akral dingin
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
-/-
-/-
Inspeksi :
Abdomen : membuncit, membujur dan striae gravidarum (+)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
LI
L II
L III
L IV
Pemeriksaan Dalam
VT: 2 3 cm, KK (-), eff 25 %
Bagian bawah janin : presentasi kepala turun di Hodge I
Ubun-ubun kecil sulit dinilai.
Ukuran panggul dalam :
PAP = Promontorium : tidak teraba
Linea inominata : < lingkaran
PTP = Kelengkungan sakrum : cukup
Dinding samping pelvis : sejajar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah
Rutin
(WB Nilai
Nilai normal
EDTA)
V.
Hemoglobin
11.7-15.5g/dL
Hematokrit
33.20 % (L)
80-100 %
Leukosit
3.6-11 x 103/uL
Trombosit
309 x 103/uL
150-440 x 103/uL
Eritrosit
3.8.5.2 x 106/uL
MCV
70.00 fL (L)
80 - 100
MCH
22.20 pg (L)
26 - 34
MCHC
32 36
DIAGNOSIS SEMENTARA
G1P0A0, 21 tahun, hamil 41 minggu
Janin I hidup intra uterine
Presentasi bokong u punggung kanan
Inpartu kala I
KPD 4 jam
Riwayat astma
VI.
PENATALAKSANAAN AWAL
Konservatif
Ceftriaxon 1 x 1 gram
Pengawasan KU, TV, PPV, His, DJJ, tanda-tanda partus prematurus
Tgl
Vital sign
Senin
02/12/1
4
(22.45)
His
DJJ
Keterangan
T : 110/70 (+)
132x/meni
mmHg
HR :
gram
L I-IV : janin 1 intrauterine
Pres kepala u puka
sering
80
x/menit
RR : 40 x/
menit
T : 36,5o C
Diagnosis:
G1P0A0, 21 tahun, hamil 41
minggu
Janin I hidup intra uterine
Presentasi
kepala
punggung kanan
KPD 4 jam
Riwayat astma
Sikap :
Posisi
semiflower
Ceftriaxon 1 x 1 gram
O2 kanul
Nebulizer combivent 1:1
Pengawasan KU, TV, His,
DJJ,
tanda-tanda
partus
prematurus
Senin
T : 110/70
His
02/12/1
mmHg
HR :
sering
4
(03.00)
(+) 142x/meni
t
VT :
88
x/menit
RR : 40 x/
menit
T : 37o C
kepala
punggung kanan
Inpartu
KPD 9 jam
Riwayat Asthma
Sikap :
Pimpin mengejan
Senin
T : 110/70
(+)
142x/meni
02/12/1
mmHg
HR :
sering
4
03.45
88
x/menit
RR : 40 x/
menit
T : 37o C
KU :
Meneran
selama
30
kepala
punggung kanan
Inpartu
KPD 9 jam
Riwayat Asthma
Partus macet
Sikap :
Konsul dr. Sp.OG usul
peringan kala II dengan VE
Acc tindakan
Lahir VE bayi perempuan,
3340 gram, 48 cm, LK 33
cm, LD 32 cm, AS 7-8-9
VIII. FOLLOW UP
BAK : (+)
Diagnosis :
P1A0, 21 Tahun
Post Vacum Ekstraksi H2 a.i partus macet, KPD, riwayat Asthma
Terapi :
- Aff infus
- Cefadroxil tab 3 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Vit BC / C / SF 2 x 1 tab
- Usul pasien pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneus/early/premature rupture of
membrans (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan
pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan / inpartu (keadaan
inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan
nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau
bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara
klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravida dan
kurang dari 5 cm pada multigravida.3,4,5,6
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes
before the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai
amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan.
Sedangkan Mochtar (1998) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya
ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003) mendefinisikan
KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum
dimulainya persalinan.Sedangkan menurut Yulaikah (2009) ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah
ditunggu satu jam belum terdapat tanda persalinan. Waktu sejak ketuban
pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (periode
laten). Kondisi ini merupakan penyebab persalinan premature dengan segala
komplikasinya.2,3
infeksi
korioamnionitis
meningkat
baik
pada
0,5-1,5%
dari
seluruh
ibu
maupun
kehamilan,
bayi.
3-15%
Insiden
pada
KPD prolonged, 15-25% pada KPD preterm dan mencapai 40% pada
ketuban pecah dini dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu.
Sedangkan insiden sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPD
lebih daripada 24 jam.4,5
C. Etiologi
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada
amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah
lapisan retikuler atau trofoblas, dimana sebagaian besar jaringan kolagen
terdapat pada lapisan penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel
basal korion). Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi intrleukin-1 dan prostaglandin. Adanya infeksi
dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim
protease dan mediator inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator
ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi
kolagen pada selaput korion/amnion menyebabkan selaput ketuban tipis,
lemah dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator terebut membuat
uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat
uterus berkontraksi.4,5,8
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya
ketuban pecah dini, antara lain:
a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana
korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan
janin,
bahkan
dapat
berlanjut
menjadi
sepsis.1
Membrana
tersebut
dapat
melepaskan
mediator
inflamasi
yang
yang menandakan
infeksi.6,8
b. Infeksi genitalia
Meskipun chlamydia trachomatis adalah patogen bakteri paling
umum yang ditularkan lewat hubungan seksual, tetapi kemungkinan
pengaruh infeksi serviks oleh organisme ini pada ketuban pecah dini
dan kelahiran preterm belum jelas. Pada wanita yang mengalami
infeksi ini banyak mengalami keputihan saat hamil juga mengalami
ketuban pecah dini kurang dari satu jam sebelum persalinan dan
mengakibatkan berat badan lahir rendah.8 Seorang wanita lebih rentan
mengalami keputihan pada saat hamil karena pada saat hamil terjadi
perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah peningkatan
jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi
pula perubahan pada kondisi pencernaan. Keputihan dalam kehamilan
sering dianggap sebagai hal yang biasa dan sering luput dari perhatian
ibu maupun petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan
kehamilan. Meskipun tidak semua keputihan disebabkan oleh infeksi,
beberapa keputihan dalam kehamilan dapat berbahaya karena dapat
menyebabkan persalinan kurang bulan (prematuritas), ketuban pecah
sebelum waktunya atau bayi lahir dengan berat badan rendah (< 2500
gram).1,6
Sebagian wanita hamil tidak mengeluhkan keputihannya karena
tidak merasa terganggu padahal keputihanya dapat membahayakan
kehamilannya, sementara wanita hamil lain mengeluhkan gejala gatal
Keadaan ini telah lama dikaitkan dengan kejadian ketuban pecah dini,
kehamilan.
Inkompetensi
serviks
sering
trimester
tanpa
disertai
awitan
persalinan
dan
pelahiran.1,5,10
Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat keguguran
pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya riwayat laserasi
serviks menyusul pelahiran pervaginam atau melalui operasi sesar,
adanya pembukaan serviks berlebihan disertai kala dua yang
memanjang pada kehamilan sebelumnya,
seperti vagina
dan
atau
menjelang
persalinan
maka
pada
kehamilan
propiltiourasil).
Kelainan
kongenital
yang
sering
komplikasi
yang
dihubungakan
dengan
kehamilan,
preeklamsi,
malpresentasi
dan
persalinan
dengan
juga
akan mempengaruhi
selaput
ketuban
saat
persalinan
disebabkan
oleh
Gambar 2.1
menyebabkan
terjadinya
degradasi
membrane
dan
akhirnya
fosfolipid.
menyebabkan
produksi
Respon
imunologis
prostaglandin
E2
terhadap
oleh
sel
infeksi
korion
juga
akibat
Gambar 2.2
infeksi.9,10
Hormon
Progesteron dan estradiol menekan proses remodeling matriks
ekstraseluler pada jaringan reproduktif. Kedua hormone ini didapatkan
menurunkan konsentrasi MMP-1 dan MMP-3 serta meningkatkan
konsentrasi TIMP pada fibroblast serviks dari kelinci percobaan. Tingginya
konsentrasi
progesterone
akan
menyebabkan
penurunan
produksi
kolagenase pada babi walaupun kadar yang lebih rendah dapat menstimulasi
produksi kolagen. Ada juga protein hormone relaxin yang berfungsi
mengatur pembentukan jaringan ikat diproduksi secara local oleh sel
desidua dan plasenta. Hormon ini mempunyai aktivitas yang berlawanan
dengan efek inhibisi oleh progesterone dan estradiol dengan meningkatkan
aktivitas MMP-3 dan MMP-9 dalam membrane janin. Aktivitas hormone ini
Gambar 2.3
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, disertai dengan demam/menggigil, juga nyeri pada
perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami amnionitis.6 Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.5,7
Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada (kadang-kadang)
timbul pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba,
kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam.
Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat
serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu dialami ibu dengan kasus
ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai untuk mengurangi
terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin.6,8
F. Diagnosis
ketuban yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus. Bila menjadi biru
(basa) adalah air ketuban, bila merah adalah urin. Karena cairan alkali
amnion mengubah pH asam normal vagina. Kertas nitrazine menjadi
biru bila terdapat cairan alkali amnion. Bila diagnosa tidak pasti,
adanya lanugo atau bentuk kristal daun pakis cairan amnion kering
(ferning) dapat membantu. Bila kehamilan belum cukup bulan
penentuan rasio lesitin-sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu
dalam evaluasi kematangan paru janin. Bila kecurigaan infeksi,
apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur
serviks terhadap Streptokokus beta group B, Clamidia trachomatis dan
Neisseriagonorea.1,2
c. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan
dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan bagian
presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.
Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada
dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk melahirkan.6,7
d. Pemeriksaan penunjang10
- Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas
-
ketuban.
Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan
janin secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada
infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin
akan meningkat.
Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin sfingomielin
dan
fosfatidilsterol
yang
berguna
untuk
persalinan.
Semakin panjang fase laten, semakin besar kemungkinan
terjadinya infeksi.
- Mata rantai infeksi merupakan ascendens infeksi, antara lain ;
Korioamnionitis:
o Abdomen terasa tegang.
o Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.
o Protein c reaktif meningkat.
o Kultur cairan amnion positif.
Desiduitis : infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.
b. Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang
mempunyai program untuk mengukur BB janin. Semakin BB janin
semakin besar kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga
tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga.
c. Presentasi janin intrauteri
Presentasi janin merupakan penunjukuntuk melakukan terminasi
kehamilan.Pada letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan
jalan seksio sesarea.Pertimbangan komplikasi dan resiko yang akan
dihadapi janin dan maternal terhadap tindakan terminasi.
d. Usia kehamilan
Makin muda kehamilan antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan janin hingga lebih matur.
Penisilin
Gentamisin
Metronidazo
l
37 MINGGU
INFEKSI
NON-
INFEKSI
Amoksili
n
Eritromisi
n untuk 7
Penisilin
Gentamisin
Metronidazo
l
INFEKSI
Lahirka
n bayi
Berikan
penisilin
Lahirkan
bayi
hari
Steroid
Lahirkan
atau
bayi
ampisili
untuk
pematang
PROFILAKSIS
Stop antibiotik
an paru
Antibiotik setelah persalinan
INFEKSI
NON-
INFEKSI
Tidak
perlu
antibiotic
Tabel 2.1
c. Agen Tokolitik
Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang
periode latensi namun tidak memperbaiki luaran neonatal.Tidak
banyak data yang tersedia mengenai pemakaian agen tokolitik untuk
ketuban pecah dini. Pemberian agen tokolitik jangka panjang tidak
diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih
jauh.10
Tatalaksana Ketuban Pecah Dini
Kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan pada ketuban pecah dini :
a. Konservatif
Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga
masa kehamilan dapat diperpanjang. Tirah baring ini juga dapat
dikombinasikan dengan pemberian antibiotik sebagai profilaksis
(mencegah infeksi). Antibiotik yang dianjurkan :
- Ampicillin (untuk infeksi Streptococcus ) : 4 x 500 mg atau
eritromicin bila tidak tahan ampicillin dan metronidazol 2 x 500
-
mg selama 7 hari.
Eritrosin dosis tinggi (untuk infeksi Clamydia trachomatis,
ureoplasma, dan lainnya) .
Bahaya menunggu terlalu lama adalah kemungkinan infeksi
b.
Tatalaksana aktif
Dilakukan untuk memperpanjang usia kehamilan dengan
pemberian kombinasi :
Kortikosteroid untuk pematangan paru (Betametazon IM 12 mg
-
Sympathomimetic : Ritodrine
Magnesium sulfat
Indometacin
Nifedipine : Epilate
Atosiban : Tractocile
Antibiotik untuk profilaksis infeksi (mengurangi peranan infeksi
sebagai pemicu terjadinya proses persalinan)
Tindakan
tatalaksana
aktif
juga
tidak
terlalu
banyak
Pemilihan ketiga sikap diatas sangat sulit bila pada ketuban pecah
dini, janin masih premature. Keadaan janin yang premature akan
menghadapi
berbagai
kendala
umum
akibat
ketidakmampuannya
Skema 2.1
Skema 2.2
H. Komplikasi
Komplikasi timbul pada Ketuban Pecah Dini ini tergantung pada usia
kehamilan. Ia dapat terjadi infeksi maternal ataupon neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal.1,3
a. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan.
- Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
-
pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam
1 minggu.7
b. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah
Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septicemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis
sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi
lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder
pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya
periode laten.
- Komplikasi Ibu:
Endometritis.
Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia).
Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki
Gambar 2.4
Bentuk
Keterangan
*Antepartum
i
Maternal
-Korioamnionitis 30-60%
karena pemberian
-Solusio plasenta
*Intrapartum
-Trauma persalinan akibat
induksi/operatif.
*Kemungkinan retensio dari plasenta
*Postpartum
-Trauma tindakan operatif
*Trauma tindakan
operasi
-Trias komplikasi :
^ Infeksi
^ Trauma tindakan
^ Perdarahan
-Perdarahan postpartum.
Neonatus
*Kejadian komplikasi
terminasi kehamilan;
-Prolaps tali pusat
-Infeksi intrauteri
-Solusio plasenta
*Untuk membuktikan
terjadi infeksi intrauteri
dapat dilakukan
menyebabkan kematian.
amniosentesis dengan
tujuan untuk;
*Komplikasi postpartum;
-Penyakit Respiratory Distress
-alfa fetoprotein
membrane
-fibronektin
oligohidramnion;
antibiotic dapat
memperpanjang usia
kehamilan supaya berat
asfiksia.
I. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan
bagi ibu hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua
dan awal trimester ke tiga, serta tidak melakukan kegiatan yang
membahayakan kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus
dinasihati supaya berhenti merokok dan mengambil alkohol. Berat
badan ibu sebelum kehamilan juga harus cukup mengikut Indeks
Massa Tubuh (IMT) supaya tidak berlaku mana-mana komplikasi.
Selain itu, pasangan juga dinasihati supaya menghentikan koitus pada
trimester akhir kehamilan bila ada faktor predisposisi.10
b. Pencegahan sekunder
Mencegah infeksi intrapartum dengan;
- Antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin
iv 4 x 1 mg, amoxicillin iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta
-
J. Prognosis
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
- Usia kehamilan.
- Adanya infeksi / sepsis.
- Faktor resiko / penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H., Saifuddin
A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-682.
2. Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal : 218-220.
3. Saifudin A.B. 2002. Ketuban Pecah Dini. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal : 112-115.
4. Mochtar, Rustam. 1998. Ketuban Pecah Dini. Sinopsis Obstetri Jilid 1.
Jakarta : EGC. Hal : 255-258.
5. Mansjoer, Arif dkk. 2001. Ketuban Pecah Dini. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal :
310- 313.
6. Mirazanie, H. Desy Kurniawati. 2010. Ketuban Pecah Dini. Obgynacea,
Obstretri dan Ginekologi. Yogyakarta : Tosca enterprise. Hal : VI.16-18.
7. Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of
Membranes. Acta Medica Iranica. [Online] 2003. Vol 41. No.3. Diambil dari
http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf. Diakses pada tanggal 14
Agustus 2014.