Disaster Plan Tanah Longsor Pekalongan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

TUGAS DISASTER PLAN

TANAH LONGSOR DI KABUPATEN PEKALONGAN

DISUSUN OLEH :
Tarash Burhanuddin
030. 10. 265
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEMARANG
PERIODE 30 NOVEMBER 2015- 30 JANUARI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

I. Tempat : Kabupaten Pekalongan


Letak Geografis
Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi
Jawa Tengah, yang berada di daerah Pantura bagian barat sepanjang pantai utara
Laut Jawa memanjang ke selatan dengan Kota Kajen sebagai Ibu Kota pusat
pemerintahan.
Secara geografis terletak diantara: 60 70 23 Lintang Selatan dan antara 1090
1090 78 Bujur Timur yang berbatasan dengan:
Sebelah Timur

: Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang

Sebelah Utara

: Laut Jawa, Kota Pekalongan

Sebelah Selatan

: Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Barat

: Kabupaten Pemalang

Iklim
Curah hujan pada tahun 2006 rata-rata per tahun 2.954 mm dengan rata-rata hari
hujan 113 hari.

Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Lebakbarang rata-rata per tahun 5.945
mm, terendah Kecamatan Buaran rata-rata per tahun 1.283 mm dengan rata-rata
hari hujan 64 hari.
Kondisi tanah berdasarkan luas daerah Kabupaten Pekalongan 83.613,068 ha
yang terdiri atas tanah sawah 25.472,069 ha atau 30.46%, tanah kering 58.140,999
ha (69,54%).
Luas areal lahan sawah di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2006 seluruhnya
seluas 25.472,069 ha, yang terdiri dari:

Sawah berpengairan teknis seluas 14.941,340 ha.

Sawah berpengairan setengah teknis seluas 3.166,832 ha.

Sawah berpengairan sederhana seluas 2.033,563 ha

Sawah berpengairan desa seluas 1.613,903 ha

Sawah tadah hujan seluas 2.679,769 ha

Sawah yang tidak diusahakan seluas 1,160 ha

Luas dan Pembagian Wilayah


Luas Wilayah Kabupaten Pekalongan + 836,13 km2 atau 2,59% dari luas
Propinsi Jawa Tengah, secara geografis terbagi atas 19 Kecamatan yang terbagi
lagi dalam 13 Kelurahan, 270 Desa, 1.209 Dusun, 1.497 RW dan 4.289 RT yang
seluruhnya merupakan desa Swasembada.
Sedangkan menurut topografi terdapat 64 desa, 20% diantaranya merupakan desa
dataran tinggi atau pegunungan yang berada di wilayah bagian selatan ada 4
kecamatan yang merupakan daerah lereng pegunungan Dieng yaitu antara lain
Kecamatan Petungkriyono, Paninggaran, Lebakbarang dan Kandangserang.

Adapun jumlah desa yang berada di Kecamatan Petungkriyono sebanyak 19 desa,


Paninggaran sebanyak 15 desa, Lebakbarang sebanyak 11 desa Kandangserang
sebanyak 12 desa, Kecamatan Paninggaran sebanyak 15 desa dan ada di 4
kecamatan lainnya yang sebagian desanya merupakan pegunungan seperti
Kecamatan, Talun

sebanyak 4 desa, Kecamatan Doro sebanyak 6 desa,

Kecamatan Karanganyar sebanyak 2 desa dan Kecamatan Kajen sebanyak 5 desa


serta sebanyak 80% atau 219 desa/kelurahan yang berada di 11 kecamatan
merupakan wilayah dataran rendah atau perkotaan.
Untuk mengefektifkan dan pemerataan pembangunan, maka Kabupaten
Pekalongan dibagi menjadi tiga Sub Wilayah Pembangunan (SWP) yaitu:
SWP I dengan pusat Kota Kajen yang meliputi :Kecamatan Kajen, Karanganyar,
Kesesi, Lebakbarang,Kandangserang dan Paninggaran. Potensi yang perlu
dikembangkan adalah sektor pembangunan jasa, pertanian, pariwisata dan sosial
budaya (pendidikan).
SWP II dengan pusat Kota Kedungwuni meliputi Kecamatan Kedungwuni, Doro,
Buaran,

Petungkriyono,

Talun

dan

Wonopringgo.

Potensi

yang

perlu

dikembangkan adalah sektor pengembangan pertanian, industri dan sosial budaya


(pendidikan).
SWP III dengan pusat Kota Wiradesa meliputi Kecamatan Wiradesa, Tirto, Sragi
dan Bojong. Potensi yang perlu dikembangkan adalah sektor perdagangan,
industri dan perikanan.
Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 mencapai 891.442 jiwa
yang terdiri dari:
Laki-laki

: 448.327 jiwa

Perempuan : 443.115 jiwa


Ekonomi Regional
Potensi perikanan Kabupaten Pekalongan adalah 62,008 ton, yang merupakan
potensi perikanan terbesar di sepanjang pantai utara propinsi Jawa Tengah. Nilai
penduduk domestic bruto (PDRB) Kabupaten Pekalongan pada tahun 2003
berdasarkan harga konstan tahun 1993 adalah sebesar Rp.962.635.164.000,00
sedangkan berdasarkan harga baku sebasar Rp.3.647.861.539.000,00. pendapatan
regional tahun 2003 secara umum dapat digambarkan dari PDRB per kapita tahun
2003 sebesar Rp. 3.545.356,00. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013
terjadi kenaikan dari sebesar 3,3 % menjadi 3,57 %, sedangkan angka inflasi turun
dari 10,23 % menjadi 3,32 %. Sebagian besar penduduk Kabupaten Pekalongan
bekerja di sektor pertanian, namun demikian kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 19,01 %, sedangkan sektor industri
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 31,55 %. Sektor
lain yang berperan cukup baik dalam kontribusi PDRB antara lain sektor
perdagangan sebesar 20,70 % dan sektor jasa sebasar 13,98 %.
Infrasturktur
A. Telekomunikasi
Fasilitas telekomunikasi yang telah di bangun untuk memperlancar di bidang
pemerintahan adalah berupa telepon sistem SNAO pada 4 kecamatan, yaitu
Kecamatan
Lebakbarang.

Kandangserang,

Paninggaran,

Petungkriono,

dan

Kecamatan

B. Air Baku
Kondisi prasarana air bersih di Kabupaten Pekalongan antara lain adalah sumur
gali, sumur pompa, sumur artetis, air bersih perpipaan dan pelanggan PDAM.
C. Listrik
Program listrik masuk desa telah berhasil menambah fasilitas jaringan tegangan
menengah ( TM ) dari 563.656 KMS di tahun 2013 meningkat menjadi 906.600
KMS di tahun 2014 dan tegangan rendah ( TR ) dari 896.855 KMS pada tahun
2003 menurun menjadi 896.650 KMS di tahun 2014. adapun jumlah desa di
Kabupaten Pekalongan pada tahun 2014 yang belum berlistrik sebanyak 18 desa
dari 283 desa / kelurahan.

II. Hazard
Pekalongan selatan terletak di daerah dataran tinggi, jalan utama pun banyak
melewati lereng gunung, serta penduduk banyak yang tinggal di kaki gunung.
Pohon-pohon yang memegang tanah secara kuat (contoh, pohon bambu) tidak
banyak tertanam. Selain itu, pengamanan tambahan seperti pembuatan pagar
penahan tanah belum semua terpasang.
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar.
Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke
bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal
musim hujan, intesitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada
awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air
akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor dapat dicegah

karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi
mengikat tanah.
2. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanh liat dengan
ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memilki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah
ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air
dan pecah ketika hawa terlau panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terjadi pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsor lama.

6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran
mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi lonsoran dan penuruna
tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan dan
retakan yang arahnya kea rah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah tebing, selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah
tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada dibawahnya.

III.Vulnerability
A. Fisik
Bagian utara Kabupaten Pekalongan merupakan dataran rendah; sedangkan di
bagian selatan berupa pegunungan, bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng.
Sungai-sungai besar yang mengalir diantaranya adalah Kali Sragi dan Kali
Sengkarang beserta anak-anak sungainya, yang kesemuanya bermuara ke Laut

Jawa. Kajen, ibukota Kabupaten Pekalongan, berada di bagian tengah-tengah


wilayah kabupaten, sekitar 25 km sebelah selatan Kota Pekalongan.
Secara Topografis, Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah
datar di wilayah bagian utara dan sebagian merupakan wilayah dataran
tinggi/pegunungan diwilayah bagian selatan yaitu diantaranya

Kecamatan

Petungkriyono dengan ketinggian 1.294 meter diatas permukaan laut dan


merupakan wilayah perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan
Lebakbarang, Paninggaran, Kandangserang, Talun, Doro, dan sebagaian diwilayah
Kecamatan Karanganyar serta Kajen.
B.

Sosio, Ekonomi dan Pendidikan


Permasalahan

atau

issue

utama

kependudukan

Pekalongan

adalah

penyebarannya belum merata. Bagian pedalaman merupakan kelompok-kelompok


kecil dan terpencar.
Selain itu tingkat pendidikan penduduknya umumnya masih rendah sehingga
mempengaruhi kualitas tenaga kerja. Jumlah penduduk yang lulus SD tetap tinggi,
yaitu berkisar 30-35% dengan tingkat kecendrungan perkembangan merata.
Penduduk yang dengan tingkat pendidikan tamat SMP dan SMA juga
menunjukkan jumlah yang tetap dan merata tidak terlihat adanya tingkat
perkembangan yang signifikan.
IV. CAPACITY
Kapasitas yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Pekalongan adalah
tingkat gotongroyong masyarakat tinggi dalam menghadapi bencana dan telah
dilakukan penerapan atau memperkuat dinding saluran cabang irigasi. Serta
pemahaman masyarakat tentang bagaimana mengatasi suatu bencana yang umum
terjadi di daerahnya yaitu banjir dan tanah longsor.
Aspek Fasilitas Kesehatan
Berikut merupakan daftar rumah sakit yang terdapat di Kabupaten
Pekalongan

Rekapitulasi Rumah Sakit Kabupaten Kabupaten Pekalongan


No.
1

NAMA RS
RSUD Kraton

JENIS
RSUD

RSUD Bendan

RSUD

RS Budi Rahayu

RS Siti Khodijah

RS Islam Karomah
Holistic
RSU H.Ahmad
Djunaid
RS BEDAH ARO

RS
Swasta
RS
Swasta
RS
Swasta
RSUD

RSK THT Puri Usada

RS

RS Anugerah

RSIA

10

RS Bhakti Waluyo

11

RS Islam PKU
Muhammadiyah
Pekajangan

RS
Swasta
RS
Swasta

RS

ALAMAT
Jl. Veteran No. 31Pekalongan
Utara
Jl. Sriwijaya No.2, Bendan,
Pekalongan Barat
Jl. Barito No. 5 Pekalongan
Jl. Bandung No.3947,Pekalongan
Jl. Gajah Mada Barat
No.124,Pekalongan
Jl.Pelita II Kel. Buaran
Pekalongan Selatan
Jl. dr. Soetomo Gamer
Pekalongan
Jl. Patriot No.5, Dukuh,
Pekalongan Utara
Jl. Perintis Kemerdekaan No.
3, Kramat Sari, Pekalongan
Barat
Jl. Dr. Soetomo no. 32, Desa
Sokorejo
Jl. Raya Ambokembang No.
42-44, Pekajangan

Berikut merupakan daftar puskesmas yang terdapat di Kabupaten Pekalongan


Rekapitulasi Puskesmas Kabupaten Kabupaten Pekalongan
No.

Puskesmas

1 KANDANG
SERANG

Kode
Puskesmas
P332601010
1

2 PANINGGARAN

P332602010
1

3 LEBAK BARANG

P332603020
1

4 PATUNG
KRIONO

P332604010
1

Alamat
Jl. Raya Kandang
Serang,
Kec.Kandang
Serang
Jl. Raya .
Paninggaran,
Kec.
Paninggaran
Jl. Raya Lebak
Barang, Kec.
Lebak Barang
Jl. Raya
Petungkrino,

Jenis
Puskesmas
Perawatan

Perawatan

Non
Perawatan
Perawatan

5 TALUN
6 DORO I
7 DORO II
8 KARANG ANYAR

P332605020
1
P332606010
1
P332606020
2
P332607020
1

9 KAJEN I

P332608020
1

10 KAJEN II

P332608020
2
P332609010
1

11 KESESI I
12 KESESI II
13 SRAGI I
14 SRAGI II

P332609020
2
P332610010
1
P332610020
2

15 SIWALAN

P332610120
1

16 BOJONG I

P332611020
1

17 BOJONG II

P332611020
2

18 WONOPRINGG
O

P332612020
1

19 KEDUNG WUNI
I

P332613020
1

20 KEDUNG WUNI
II

P332613020
2

21 KARANG
DADAP

P332613110
1

22 BUARAN

P332614020

Kec. Patung
Kriono
Jl. Raya Kalirejo,
Kec. Talun
Jl. Jend. A Yani,
Kec. Doro
Jl. Raya Larikan,
Kec. Doro
Jl. Raya
Kebonsari, Kec.
Karanganyar
Jl. Raya
Diponegoro 773,
Kec.Kajen
Ds. Sokoyoso,
Kec.Kajen
Jl. Raya
Kaibahan, Kec.
Kesesi
Jl. Raya Jagung,
Kec. Kesesi
Jl. Raya Sragi,
Kec. Sragi
Jl. Raya
Kalijambe No
728, Kec. Sragi
Jl. Raya Pait
Sragi, Kec.
Siwalan
Jl. Raya Bojong
No.191, Kec.
Bojong
Jl. Raya
Kalipancur, Kec.
Bojong
Jl. Raya Pegaden
No. 112, Kec.
Wonopringgo
Jl. Raya
Capgawen No.
104, Kec.
Kedung Wuni
Ds Tangkil Kulon,
Kec. Kedung
Wuni
Jl. Raya Pegadon
No. 14, Kec.
Karangdadap
Jl. Raya

Non
Perawatan
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Perawatan
Non
Perawatan
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Perawatan
Non

1
23 TIRTO I
24 TIRTO II
25 WIRADESA
26 WONOKERTO

P332615020
1
P332615020
2
P332616020
1
P332616020
2

Wonoyoso No.
73, Kec. Buaran
Jl. Raya Pacar
Tirto, Kec. Tirto
Jl. Tegaldowo,
Kec. Tirto
Jl. Raya A Yani,
Kec. Wiradesa
Wonokerto, Kec.
Wiradesa

Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan
Non
Perawatan

Untuk Logistik makanan dan dapur umum saat menangani bencana


nantinya akan berkoordinasi dengan ranting BNPB melalui petugas rt rw dan
kelurahan serta dibantu organisasi kemasyarakatan.

V. Disaster Risk Management Cycle

Tanah longsor merupakan proses penurunan muka tanah yg terjadi secara


alamiah karena konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak

maupun karena penurunan tekanan air tanah pada sistem aquifer di bawahnya
akibat pengaruh kegiatan manusia di atas permukaan tanah dan pengambilan air
tanah. Masalahnya jika ada orang atau pemukiman di atas tanah yang longsor atau
di bawah tanah yang jatuh maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah saja yang
longsor karena batu, pohon, pasir, dan lain sebagainya bisa ikut longsor
menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.

Manajemen Penanganan Bencana


Pra Bencana
Untuk Penduduk:

Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan


terkini cuaca setempat (curah hujan).
Waspadalah terhadap perubahan cuaca
Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut :
o Langit gelap pertanda hujan akan datang
o Reruntuhan batu (rock fall) dan tanah (debris) pada jalan.
o Retakan baru pada lereng,jalan atau dinding penahan tanah.
o Material berupa tanah, batuan, pohon berjatuhan dari lereng..
o Air mengalir dari lereng atau saluran air konstruksi penahan tanah
o

berubah warnanyadari bening menjadi coklat.


Air terkonsentrasi dan alirannya memotong badan jalan atau

menuju wilayah yang lebih rendah.


o Konstruksi penahan tanah merusak akibat erosi.
o Saluran air rusak akibat derasnya saluran air.
o Air dibagian puncak tidak tertampung lagi dan mengalir deras
kebadan jalan.
o Rembesan air semakin banyak dan terjadi tibatibai pada lereng atau

konstruksi penahan air.


Segera mengevakuasi atau memindahkan penduduk yang terancam tanah
longsor atau setelah diketahui tanda-tanda tebing akan longsor ke tempat
yang lebih aman
a. Pada saat ini kita sebagai tenaga kesehatan bisa berkoordinasi
dengan petugas masyarakat seperti ketua camat atau kelurahan

serta

jajaran

dibawahnya

(RT/RW)

untuk

memberikan

pengumuman terhadap masyarakat mengenai resiko yang akan


terjadi, pada ilustrasi kasus ini ialah tanah longsor.
b. Memastikan kepada pihak berwenang untuk menentukan dimana
tempat penampungan sementara untuk para masyarakat yang
terancam bencana tanah longor ( Sekolah, Balai desa atau tempat
peribadatan)
c. Segera menghubungi puskesmas yang ada di desa setempat

(Puskesmas Ciangsana)

memiliki 1 orang dokter umum dan 3

perawat , 2 petugas apotik memastikan peralatan dan obat-obatan


dapat dipergunakan) dalam peristiwa tanah longsor lebih disiapkan
alat-alat Hecting, Bidai maupun obat-obatan seperti analgetik.

Segera hubungi pihak yang memiliki wewenang untuk menangani tanah

longsor.
Dihimbau kepada masyarakat yang tinggal di lokasi rawan longsor agar
mencari tempat aman/mulai evakuasi diri dan begitu hujan deras dalam
jangka waktu lama turun.

Untuk Pemerintahan Daerah:


Tas Siaga dan Bunker Persediaan
Penting untuk selalu menyiapkan diri atas kemungkinan terburuk dari
suatu bencana. Tas siaga adalah teman yang akan meringankan beban pasca
bencana. Selain itu, mencontoh penduduk Jepang, mereka selalu menyiapkan
pasokan air dan makanan (cepat saji) untuk keadaan darurat.

Checklist

perlengkapan yang harus disiapkan dalam tas siaga dan bunker persediaan
dapat dilihat pada lampiran.

Penanggulangan Bencana Longsor


1. Mengubah Geometri Kelerengan

Perubahan geometri lereng ini pada prisnsipnya bertujuan untuk mengurangi gaya
pendorong dari masa tanah atau gaya-gaya yang menggerakan yang menyebabkan
gerakan lereng. Perbaikan dengan perubahan geometri lereng ini meliputi
pelandaian kemiringan lereng dan pembuatan trap-trap/bangku/teras (benching)
dengan perhitungan yang tepat.

2. Mengendalikan Aliran Air Permukaan


Air merupakan salah satu faktor penyumbang ketidakmantapan lereng, karena akn
meninggikan tekanan air pori. Pengendalian air ini dapat dilakukan dengan cara
sistem pengaturan drainase lereng baik dengan drainase permukaan maupun
bawah permukaan. Pemilihan metode ini cocok digunakan dalam upaya
pencegahan tetapi jika pada sebelumnya telah terjadi gerakantanah maka
diperlukan beberapa metode penanggulangan sebagai pendukung.
3. Penanaman Pohon Dilajur Rawan Longsor
Tumbuhan dapat digunakan untuk mengontrol erosi pada tanah yang tidak stabil.
Metode penanaman ini bertujuan untuk melindungi lereng, karena akar-akar
pohon akan menyerap air dan mencegah air berinfiltrasi ke dalam zona tanah tidak
stabil. Akar-akaran dalam kelompoknya membentuk rakit yang menahan partikel
tanah tetap di tempatnya. Dalam kondisi demikian umunua akar-akar tumbuhan
menambah kuat geser tanah.
4. Sementasi
Grouting merupakan metode untuk memperkuat tanah/batuan atau memperkecil
permeabilitas tanah/batuan dengan cara menyuntikkan pasta semen atau bahan
kimia ke dalam lapisan tanah/batuan.
Grouting merupakan suatu proses pemasukan suatu cairan dengan tekanan
kedalam rongga atau pori rekahan dan kekar pada batuan yang dalam waktu
tertentu cairan tersebut akan menjadi padat dan keras secara fisika maupun
kimiawi, dengan tujuan untuk menurunkan permeabilitas, meningkatkan kuat

geser, mengurangi kompresibilitas, mengurangi potensi erosi internal terutama


pada pondasi alluvial.
Grouting adalah penyuntikan bahan semi kental (slurry material) ke dalam
material tanah/batuan dengan bertekanan dan melalui lubang bor spesial, dengan
tujuan menutup diskontinuitas terbuka rongga-rongga dan lubang- lubang pada
lapisan/strata yang dituju.
5. Betonisasi
Ya cara ampuh cuman sedikit mahal dari Grouting yaitu dengan cara pembetonan
namun cara ini hanya bersifat sementara karena hanya menguatkan komposisi
tanah luarnya saja sedangkan dalamnya sama saja jadi bersifat sementara saja.
Saat Bencana

Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan yang

telah disiapkan.
Jika berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran,
sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar
langit, maka yang harus dilakukan adalah segera pergi ketempat
yang aman ( pengungsian ) dan lakukan pemindahan korban

dengan hati-hati.
Bila tidak memungkinkan untuk mencari tempat perlindungan,
maka lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi
kepala anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik
untuk badan anda.

Post Bencana

Hindari daerah longsor, karena tidak menutup kemungkinan

longsor susulan akan terjadi.


Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa

langsung memasuki daerah longsor.


Bantu arahkan SAR ke lokasi longsor.
Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor.

Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang

berwenang.
Periksa keadaan pondasi rumah dan tanah di sekitar lokasi longsor.
Rehabilitasi : membuat tempat pengungsian sementara selama

rumah penduduk belum aman dari tanah longsor.


Rekonstruksi : pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur
yang rusak akibat tanah longsor.

VI HEALTHCARE DISASTER PLAN


Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas pada tanah longsor:
-

Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca

bencana
Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa,

sekolah, masjid ( tempat ibadah ).


Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter

puskesmas.
Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.
Mengumpulkan obat - obatan dan alat-alat medis penunjang.
Meminta bantuan dinas kesehatan setempat bila ada obat - obatan atau alat
penunjang yang kurang.

Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang serta bahan


sandang dan pangan bagi warga pengungsian.

Meminta bantuan dari mantri - mantri desa dan bidan - bidan desa untuk

membantu puskesmas ataupun tempat pengungsian.


Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk

mengevakuasi korban - korban bencana.


Menentukan triase, memilah - milah korban berdasarkan tingkat keparahan

atau kegawatdaruratannya.
Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien berdasarkan
triase tersebut

Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang - ruang yang
sudah ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang
berbeda dengan pintu masuk awal.

Membangun WC umum bagi warga pengungsian dilengkapi dengan air


bersih guna mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi di tempat
pengungsian.

Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban


yang berada di puskesmas sebagai sumber informasi untuk keluarga /

masyarakat.
Membuat daftar RS yang dekat dengan lokasi bencana untuk merujuk
pasien yang tidak dapat ditangani di puskesmas.

Pengendalian penyakit pasca bencana


Biasanya dalam menangani kasus tanah longsor didapati korban yang
cedera mulai dari patah tulang, luka robek atau bisa juga terdapat penyakit lain
seperti gangguan saluran pernapasan (akibat tinggal di posko bencana) dan
bahkan beberapa bisa memiliki masalah psikis akibat harta bendanya yang rata
dengan tanah. Perlu ditinjau aspek-aspek berikut yang bisa dilakukan tenaga
medis dalam menangani kasus-kasus pasca bencana.
-

Konseling kejiwaan bisa dilakukan untuk anak-anak dan orang tua,


dilakukan oleh tenaga medis atau berkomunikasi dengan psikolog yang

bisa didatangkan dengan bekerjasama dengan BNPB.


Perawatan korban patah tulang dengan merujuk ke RS terdekat ( RSUD )

dan melakukan pendataan serta mengurus rujukan.


Pengobatan ISPA di pengungsian dengan sistematis dan memberikan
masker kepada penderita.

Perawatan Vulnus Laceratum setelah dilakukan penjahitan kita pantau


jahitan

dan

jaga

kebersihan

bekas

luka

serta

aff

hecting.

Identifikasi Kemungkinan Peristiwa dan Penyakit Setelah Longsor

Fraktur

Cedera Kepala

Diare

Tetanus

Trauma berat

Infeksi Saluran Pernafasan

Anda mungkin juga menyukai