Askep Striktur Uretra
Askep Striktur Uretra
Askep Striktur Uretra
STRIKTUR URETRA
KONSEP DASAR
Striktur uretra :
Berkurangnya diameter uretra atau elastisitas uretra dengan jaringan ikat yang
kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil.
Striktur uretra :
Penyempitan lumen uretra karena Fibrosis pada dindingnya.
ETIOLOGI
Infeksi
: Gonococcus (uretritis)
Trauma uretra
Kelainan bawaan
PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma / infeksi pada uretra
Jaringan cicatrik dinding uretra (striktur uretra)
Hambatan aliran urine
Mengumpul di suatu tempat di luar uretra (peri uretra)
Jika terinfeksi timbul abses peri uretra yang kemudian pecah
Fistula uretra kutan
Fistula multipe memberi gambaran seperti suling (uretra seruling)
MANIFESTASI KLINIS
1. Miksi harus mengedan.
2. Imbibisi urin keluar kandung kemih.
3. Pencairan miksi kecil dan deras, bercabang / kadang-kadang menyebar
(spraying).
4. Dysuria.
5. Retensi Urine.
6. Frekuensi.
7. Kadang-kadang ada abses diskrotum / timbul fistal uretrakutan.
8. Pemeriksaan penis dan uretra.
9. Meatus uretra sempit, teraba fibrosa pada corpus spengosium (Spongio Fibrosa)
terlihat adanya abses preuretra / fistel uretra uretrokutan yang mengeluarkan
urine.
10. Buli-Buli teraba penuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Uroflowmetri.
Pria normal : 20 ml / dt, < 10 ml / dtk : obstruksi.
Uretrografi.
Adanya penyempitan atau pembunuhan uretra.
Uretraskopy.
Pembunuhan lumen / pembunuhan uretra.
PENATALAKSANAAN
Retensi urina ; sistostomy susprapubik.
Abses Purulenta : insisi dan antibiotika.
TINDAKAN KHUSUS
Businasi (dilatasi) : Busi Logam hati-hati.
Uretratomy interna :
Memotong jaringan straktrik uretra dengan pisau otis dengan pisau sache.
Uretratomy eksternal :
Operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis anastomosis diantara
jaringan yang paling baik.
Jika panjang striktur uretra lebih dari 2 cm / terdapat uretra kutan atau residif
dilakukan uretroplasty.
Jika panjang striktur < dari 2 cm dan tidak ada fistel dilakukan bedah endokopy
dengan alat sache.
Untuk striktur anterior dilakukan otis uretrotomie.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penyempitan pada lumen
uretra.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih, infeksi urinaria, infeksi
mukosa uretra.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan stastis urine, refluks urine ke dalam
saluran kemih.
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan I
1. Kaji ulang keluhan miksi, produksi urine / 24 jam.
2. Anjurkan klien minum banyak 2-3 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.
3. Bantu klien memilih posisi normal waktu miksi (senyaman mungkin) mendorong
pasase urine.
4. Anjurkan klien kontrol rutin untuk menentukan terapi selanjutnya, dikata-kan
sembuh jika observasi 1 th tidak ada kekambuhan.
5. Kolaborasi :
Jika retensi urine ; lakukan persiapan sistostomy suprapubik.
Abses periuretra ; insisi dan antibiotika.
Businasi (dilatasi) ; dengan busi logam yang dilakukan hati !!
Jika salah cedera uretra bahkan False Route.
Diagnosa Keperawatan II
1. Kaji tingkatan nyeri.
2. Observasi aliran dan karakteristik urine ; menunjukkan adanya infeksi.
3. Observasi adanya tanda-tanda radang.
4. Monitor tanda-tanda vital.
5. Diskusikan penggunaan tehnik distraksi dan relaksasi.
6. Kolaborasi :
Analgetika.
Diagnosa Keperawatan III
1. Anjurkan klien untuk minum 2-3 liter/hari.
2. Lakukan kateterisasi dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
3. Observasi tanda-tanda radang.
4. Monitor suhu tubuh.
5. Observasi karakteristik urine.
6. Diskusikan untuk menjaga kebersihan diri terutama di daerah urogenital.
7. Kolaborasi : Antibiotika.
b.
c.
Teori sel stem, terjadi proliferasi abnormal sel dimana produksi sel stroma dan
epital kelenjar prostat menjadi berlebihan.
Gambaran Klinik
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri dari :
Gejala obstruksi & iritasi
OBSTRUKSI
IRITASI
Hesistansi
Frekuensi
Nokturia
Intermitensi
Urgency
Dysuria
: 7 pertanyaan nilai 0 5
: 1 pertanyaan nilai 1 7
: Skor 0 7
Sedang
: Skor 8 19
Berat
: Skor 20 35
COLOK DUBUR
< 50 ml
II
III
IV
50 100 ml
> 100 ml
retensi urine total
faktor pencetus
Dekompensasi
Retensio urine
Inkontinensia paradoksa
Faktor pencetus :
Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan
kencing ?
3. Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai lagi dan dalam keadaan ini
dilakukan berkali-kali ?
4. Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing ?
5. Merasakan pancaran urine yang lemah ?
6. Harus mengedan dalam memulai kencing ?
Pertanyaan no. 7, jawablah dengan skor seperti di bawah ini :
0 : Tidak pernah
3 : Tiga kali
1 : Satu kali
4 : Empat kali
2 : Dua kali
5 : Lima kali
7. Dalam 1 bulan terakhir berapa kali Anda terbangun dari tidur malam untuk
kencing ?
Total skor (S)
Pertanyaan no. 8 adalah mengenai kualitas
Jawablah dengan :
1 : Sangat senang
5
2 : Senang
6
3 : Puas
7
4 : Campuran antara puas dan tidak puas
Tanda
Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan aliran urine : menetes
Keragu-raguan mengawali berkemih
Ketidakmampuan untuk mengosongkan buli-buli dengan
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
Nokturia, dysuria, hematuria
ISK berulang, riwayat batu (statis urine)
Tanda
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah
Penurunan BB
Nyeri / Keamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri
punggung bawah
Keamanan
Gejala : Demam
Sexualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual
Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
Tanda
Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisa
Warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang (berdarah), penampilan keruh,
pH 7 / lebih (infeksi), bakteria, SDP, SDM mungkin ada secara mikroskopis.
Kultur Urine
Dapat menunjukkan Staphilococcus aureus, Proteus, Klebseilla, Pseudo-monas / E.
Coli.
Sitologi Urine
Mengesampingkan Ca Buli-buli
BUN / Kreatinin
Meningkat bila fungsi ginjal dipengaruhi
Penentuan kecepatan aliran urine
Mengkaji derajat obstruksi kandung kemih
IVP dengan film-pasca berkemih
Menunjukkan pelambatan pengosongan buli-buli, membedakan derajat obstruksi
buli-buli dan adanya pembesaran prstat, penebalan abnormal muskulus detrusor
Sistouretroskopy
Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dna perubahan dinding bulibuli (KI : ISK akut)
Sistometri
Mengevaluasi fungsi muskulus detrusor dan tonusnya
Ultrasound transrectal
Mengukur ukuran prostat, jumlah residu urine, melokalisasi lesi yang tidak
berhubungan dengan BPH
Prioritas Keperawatan
1) Menghilangkan retensi urine akut.
2) Meningkatkan kenyamanan.
3) Mencegah komplikasi.
4) Membantu pasien untuk menerima masalah psikososial.
5) Memberikan informasi tentang penyakit / prognosis dan pengobatan.
Diagnosa Keperawatan
10
11
12
Kolaborasi :
6) Pasang kateter.
7) Lakukan masase prostat.
8) Berikan obat sesuai indikasi :
Narkotik, contoh epedrin (Demerol)
Antibakteri
Antispasmodik dan sedatif kandung kemih, contoh flavoksat (Urispas);
Oksibutinin (Ditropan).
Diagnosa III
Mandiri :
1) Observsi produk urine, tiap jam bila diindikasikan.
Perhatikan produksi urine 100 200 ml/jam.
2) Anjurkan peningkatan intake oral berdasarkan kebutuhan individu.
3) Observasi TD, nadi dengan sering. Evaluasi pengisian kapiler dna mem-bran
mukosa oral.
4) Tingkatkan tirah b aring dengan meninggikan kepala.
Kolaborasi :
5) Observasi / periksa elektrolit, khususnya Natrium.
6) Berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan.
Diagnosa IV :
Mandiri :
1) Ciptakan hubungan saling percaya dengan pasien & orang terdekat.
2) Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi,
contoh : kateter, urine berdarah, iritasikandung kemih. Kaji se-berapa banyak
informasi yang diinginkan klien.
3) Pertahankan dan lindungi privacy pasien dalam melakukan prosedur.
4) Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya.
Diagnosa V
Mandiri :
13
14
Retropubic Prostatectomy
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi di bagian pelvis) diangkat melalui
insisi di antara abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih
Perineal Prostatectomy
Massa prostat besar di bawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum
dan rectum. Prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat
mengakibatkan impotensi.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mempertahankan homeostasis / stabilitas hemodinamik.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memberikan informasi tentang prosedur bedah / prognosis, pengobatan dan
kebutuhan rehabilitasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan eleminasi urine berhubungan dengan
Obstruksi mekanikal : Bekuan darah, edema, trauma, prosedur bedah.
Tekanan dan iritasi kateter atau balon.
Hilang tonus kandung kemih sehubungan dengan distensi berlebihan pra
operasi atau dekompresi kontinyu.
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan ...
Area bedah vaskuler ; kesulitan mengontrol perdarahan.
Pembatasan pemasukan pra operasi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
Prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, seringnya irigasi kandung
kemih.
Trauma jaringan, insisi bedah (contoh : perineal).
15
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih ; refleks spasme
otot sehubungan dengan prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung
kemih (traksi).
5) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan
Situasi krisis (inkontinensia, kebocoran urine setelah pengangkatan kateter,
keterlibatan area genital).
Ancaman konsep diri / perubahan status kesehatan.
6) Kurang pengetahuan ktentang kondisi, prognosis dan kebutuhan peng-obatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
INTERVENSI
Diagnosa I
1) Kaji produksi urine dan sistem kateter / drainase, khususnya selama irigasi
kandung kemih.
2) Bantu pasien untuk memilih posisi normal untuk berkemih, contoh : Berdiri,
berjalan ke KM dengan frekuensi sering setelah kateter dilepas.
3) Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran setelah kateter dilepas.
Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih.
4) Anjurkan pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2 4
jam perprotokol.
5) Ukur volume residu bila ada kateter suprapubik.
6) Anjurkan intake cairan 3000 ml/hr sesuai toleransi. Batasi cairan pada malam
hari setelah kateter dilepas.
7) Instruksikan pasien untuk latihan perineal, contoh : Mengencangkan bokong,
menghentikan dan memulai aliran urine.
8) Anjurkan pasien bahwa penetesan diharapkan setelah kateter dilepas dan harus
teratasi sesuai kemajuan.
Kolaborasi :
16
17
2) Pertahankan fiksasi kateter dan sistem drainase. Pertahankan selang bebas dari
bekuan dan lekukan.
3) Tingkatkan intake sampai 3000 ml/hr sesuai toleransi.
4) Berikan pasien informasi akurat tentang kateter, drainage dan spasme kandung
kemih.
5) Berikan tindakan kenyamanan (sentuhan terapiutik, pengubahan posisi, pijatan
punggung) dan aktivitas terapiutik. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi,
termasuk latihannafas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
6) Berikan rendam duduk bila diindikasikan.
Kolaborasi :
7) Berikan antispasmodik, contoh :
Oksibutinin Klorida (Ditropan).
Propantelin Bromida (Pro-Bantamin).
Diagnosa IV
Mandiri :
1) Lakukan pembicaraan secara terbuka dengan pasien / orang terdekat tentang
masalah inkontinensia dan fungsi seksual.
2) Berikan informasi akurat tentang harapan kembalinya fungsi seksual.
3) Diskusikan tentang anatomi dan jujur dalam menjawab pertanyaan.
4) Diskusikan ejakulasi retrograde bila pendekatan transuretral / suprapubik
digunakan.
5) Latih untuk latihan perineal dan observasi aliran urine.
Kolaborasi :
6) Rujuk ke penasehat seksual.
Diagnosa V
Mandiri :
1) Kaji tentang prosedur dan harapan pengobatan.
2) Tekankan perlunya nutrisi yang baik; dorong konsumsi buah, diet tinggi serat.
18
19