Askep Striktur Uretra

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

STRIKTUR URETRA
KONSEP DASAR
Striktur uretra :
Berkurangnya diameter uretra atau elastisitas uretra dengan jaringan ikat yang
kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil.
Striktur uretra :
Penyempitan lumen uretra karena Fibrosis pada dindingnya.
ETIOLOGI
Infeksi

: Gonococcus (uretritis)

Trauma uretra

: Trauma tumpul pada inguinal (stiaddle Injury, fraktur


tulang pelvis, instrumentasi pada uretra yang kurang hatihati.

Kelainan bawaan
PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma / infeksi pada uretra
Jaringan cicatrik dinding uretra (striktur uretra)
Hambatan aliran urine
Mengumpul di suatu tempat di luar uretra (peri uretra)
Jika terinfeksi timbul abses peri uretra yang kemudian pecah
Fistula uretra kutan
Fistula multipe memberi gambaran seperti suling (uretra seruling)

MANIFESTASI KLINIS
1. Miksi harus mengedan.
2. Imbibisi urin keluar kandung kemih.
3. Pencairan miksi kecil dan deras, bercabang / kadang-kadang menyebar
(spraying).
4. Dysuria.
5. Retensi Urine.
6. Frekuensi.
7. Kadang-kadang ada abses diskrotum / timbul fistal uretrakutan.
8. Pemeriksaan penis dan uretra.
9. Meatus uretra sempit, teraba fibrosa pada corpus spengosium (Spongio Fibrosa)
terlihat adanya abses preuretra / fistel uretra uretrokutan yang mengeluarkan
urine.
10. Buli-Buli teraba penuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Uroflowmetri.
Pria normal : 20 ml / dt, < 10 ml / dtk : obstruksi.
Uretrografi.
Adanya penyempitan atau pembunuhan uretra.
Uretraskopy.
Pembunuhan lumen / pembunuhan uretra.
PENATALAKSANAAN
Retensi urina ; sistostomy susprapubik.
Abses Purulenta : insisi dan antibiotika.

TINDAKAN KHUSUS
Businasi (dilatasi) : Busi Logam hati-hati.
Uretratomy interna :
Memotong jaringan straktrik uretra dengan pisau otis dengan pisau sache.
Uretratomy eksternal :
Operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis anastomosis diantara
jaringan yang paling baik.
Jika panjang striktur uretra lebih dari 2 cm / terdapat uretra kutan atau residif
dilakukan uretroplasty.
Jika panjang striktur < dari 2 cm dan tidak ada fistel dilakukan bedah endokopy
dengan alat sache.
Untuk striktur anterior dilakukan otis uretrotomie.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penyempitan pada lumen
uretra.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih, infeksi urinaria, infeksi
mukosa uretra.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan stastis urine, refluks urine ke dalam
saluran kemih.
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan I
1. Kaji ulang keluhan miksi, produksi urine / 24 jam.
2. Anjurkan klien minum banyak 2-3 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.

3. Bantu klien memilih posisi normal waktu miksi (senyaman mungkin) mendorong
pasase urine.
4. Anjurkan klien kontrol rutin untuk menentukan terapi selanjutnya, dikata-kan
sembuh jika observasi 1 th tidak ada kekambuhan.
5. Kolaborasi :
Jika retensi urine ; lakukan persiapan sistostomy suprapubik.
Abses periuretra ; insisi dan antibiotika.
Businasi (dilatasi) ; dengan busi logam yang dilakukan hati !!
Jika salah cedera uretra bahkan False Route.
Diagnosa Keperawatan II
1. Kaji tingkatan nyeri.
2. Observasi aliran dan karakteristik urine ; menunjukkan adanya infeksi.
3. Observasi adanya tanda-tanda radang.
4. Monitor tanda-tanda vital.
5. Diskusikan penggunaan tehnik distraksi dan relaksasi.
6. Kolaborasi :
Analgetika.
Diagnosa Keperawatan III
1. Anjurkan klien untuk minum 2-3 liter/hari.
2. Lakukan kateterisasi dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
3. Observasi tanda-tanda radang.
4. Monitor suhu tubuh.
5. Observasi karakteristik urine.
6. Diskusikan untuk menjaga kebersihan diri terutama di daerah urogenital.
7. Kolaborasi : Antibiotika.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BPH


KONSEP DASAR
Definisi Benigna Prostat Hiperplasi
BPH (Benigna Prostat Hiperplasi) merupakan pembesaran anak kelenjar
prostat disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat,
meliputi antara lain :
Jaringan kelenjar ataupun fibro muskular yang menyebabkan sumbatan pada uretra
pars prostatika.
Etiologi
Belum diketahui, tetapi terdapat hipotesa penyebab BPH, antara lain :
a.

Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada


usia lanjut, dimana produksi testosteron menurun dan terjadi kon-versi
testosteron menjadi estrogen pada jaringan adposa ke perifer.

b.

Peranan dari GH (Growth Hormon) sebagai pemacu pertumbuhan stoma kelenjar


prostat.

c.

Teori sel stem, terjadi proliferasi abnormal sel dimana produksi sel stroma dan
epital kelenjar prostat menjadi berlebihan.

Gambaran Klinik
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri dari :
Gejala obstruksi & iritasi
OBSTRUKSI

IRITASI

Hesistansi

Frekuensi

Pencaran miksi melemah

Nokturia

Intermitensi

Urgency

Miksi tidak puas

Dysuria

Menetes setelah miksi


Tingkat keparahan LUTS IPSS WHO
Keluhan miksi

: 7 pertanyaan nilai 0 5

Kualitas hidup pasien

: 1 pertanyaan nilai 1 7

Kelompok gejala LUTS 3 derajat


Ringan

: Skor 0 7

Sedang

: Skor 8 19

Berat

: Skor 20 35

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas


Obstruksi :
Nyeri pinggang
Benjolan di pinggang
Demam Infeksi / urosepsis
3. Gejala di luar saluran kemih
Hernia, haemorhoid
Derajat berat BPH berdasarkan gambaran klinik
DERAJAT

COLOK DUBUR

SISA VOLUME URINE

Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba

< 50 ml

II

Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat


dicapai

III

Batas atas prostat tidak dapat diraba

IV

50 100 ml
> 100 ml
retensi urine total

Timbulnya LUTS Manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk mengeluar-kan


urine.
Otot buli-buli fatique Fase dekompensasi
Kompensasi

faktor pencetus

Dekompensasi
Retensio urine
Inkontinensia paradoksa

Faktor pencetus :

Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan

kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan / minuman yang mengandung


diuretik (alkohol, kopi) dan intake cairan berlebihan.
Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau
adanya infeksi prostat akut.
Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi muskulus
detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli, antara lain : Golongan
antikoligernik / adregernik.
SKOR INTERNASIONAL GEJALA PROSTAT (I-PSS)
Untuk pertanyaan no. 1-6, jawaban dapat diberikan skor sebagai berikut :
0 : Tidak pernah
1 : Kurang dari sekali dari 5 kejadian
2 : Kurang dari separuh kejadian
3 : Kurang lebih separuh dari kejadian
4 : Lebih dari separuh kejadian
5 : Hampir selalu
Dalam 1 bulan terakhir berapa seringkah Anda :
1. Merasa masih terdapat sisa urine sehabis kencing ?
2. Harus kencing lagi padahal belum ada jam yang lalu Anda baru saja

kencing ?
3. Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai lagi dan dalam keadaan ini
dilakukan berkali-kali ?
4. Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing ?
5. Merasakan pancaran urine yang lemah ?
6. Harus mengedan dalam memulai kencing ?
Pertanyaan no. 7, jawablah dengan skor seperti di bawah ini :
0 : Tidak pernah
3 : Tiga kali
1 : Satu kali
4 : Empat kali
2 : Dua kali
5 : Lima kali
7. Dalam 1 bulan terakhir berapa kali Anda terbangun dari tidur malam untuk
kencing ?
Total skor (S)
Pertanyaan no. 8 adalah mengenai kualitas
Jawablah dengan :
1 : Sangat senang
5
2 : Senang
6
3 : Puas
7
4 : Campuran antara puas dan tidak puas

hidup sehubungan dengan gejala di atas :


: Sangat tidak puas
: Tidak bahagia
: Buruk sekali

8. Dengan keluhan seperti ini, bagaimanakah Anda menikmati hidup ini ?


Kesimpulan : S : _____ , L : _____ , Q : _____ , R : _____ , V : _____
(S:Skor I-PSS, L:Kualitas hidup, Q:Pancaran urine dalam ml/dtk, R:Sisa urine, V:Volume
prostat)
TERAPI
1. Tanpa keluhan progresif : Konservatif
2. Operatif :
TURP (Tranvisection Uretral Resection of the Prostate)
Pembedahan terbuka : Prostatectomy terbuka.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Sirkulasi

Tanda

: Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)

Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan aliran urine : menetes
Keragu-raguan mengawali berkemih
Ketidakmampuan untuk mengosongkan buli-buli dengan
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
Nokturia, dysuria, hematuria
ISK berulang, riwayat batu (statis urine)
Tanda

: Massa padat di bawah abdomen (distensi kandung kemih),


nyeri kandung kemih
Hernia inguinalis, hemorhoid

Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah
Penurunan BB
Nyeri / Keamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri
punggung bawah
Keamanan
Gejala : Demam
Sexualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual
Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
Tanda

: Pembesaran, nyeri tekan perut

Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisa
Warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang (berdarah), penampilan keruh,
pH 7 / lebih (infeksi), bakteria, SDP, SDM mungkin ada secara mikroskopis.

Kultur Urine
Dapat menunjukkan Staphilococcus aureus, Proteus, Klebseilla, Pseudo-monas / E.
Coli.
Sitologi Urine
Mengesampingkan Ca Buli-buli
BUN / Kreatinin
Meningkat bila fungsi ginjal dipengaruhi
Penentuan kecepatan aliran urine
Mengkaji derajat obstruksi kandung kemih
IVP dengan film-pasca berkemih
Menunjukkan pelambatan pengosongan buli-buli, membedakan derajat obstruksi
buli-buli dan adanya pembesaran prstat, penebalan abnormal muskulus detrusor
Sistouretroskopy
Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dna perubahan dinding bulibuli (KI : ISK akut)
Sistometri
Mengevaluasi fungsi muskulus detrusor dan tonusnya
Ultrasound transrectal
Mengukur ukuran prostat, jumlah residu urine, melokalisasi lesi yang tidak
berhubungan dengan BPH
Prioritas Keperawatan
1) Menghilangkan retensi urine akut.
2) Meningkatkan kenyamanan.
3) Mencegah komplikasi.
4) Membantu pasien untuk menerima masalah psikososial.
5) Memberikan informasi tentang penyakit / prognosis dan pengobatan.
Diagnosa Keperawatan

10

1. Retensi urine (akut / kronik) berhubungan dengan


Obstruksi mekanik ; pembesaran prostat.
Ketidakmampuan buli-buli untuk berkontraksi dengan adekuat.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan
Iritasi mukosa, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria, terapi
radiasi.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca
obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis.
4. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan
Perubahan status kesehatan : kemungkinan prosedur bedah / malig-nansi.
Malu / hilang martabat sehubungan dengan pemajanan genital, se-belum,
selama dan sesudah tindakan, masalah tentang kemampuan seksualitas.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengo-batan.
INTERVENSI
Diagnosa I
Mandiri :
1) Anjurkan pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
2) Diskusikan dengan klien tentang inkontinensia stress.
3) Observsi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
4) Observasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
5) Perkusi / palpasi area suprapublik.
6) Anjurkan minum / intake cairan sampai dengan 3.000 ml/hari bila tidak ada KI.
7) Observasi tanda-tanda vital dengan ketat. Timbang BB tiap hari.
Pertahankan balans cairan.
8) Berikan / dorong kateter laain dan perawatan perineal.
9) Berikan rendam duduk sesuai indikasi.
Kolaborasi :

11

10) Berikan obat sesuai indikasi.


Antispamodik
Supositoria rectal
Antibiotika dan antibakteri
Fenoksibenzamin
Antagonis adrenergik, contoh Prazosin (Minipres), Terazosin (Hytrin).
11) Kateterisasi untuk residu urine dan kateter tidak menetap sesuai indikasi.
12) Irigasi kateter sesuai indikasi.
13) Monitor lab :
BUN, Kreatinin, elektrolit
Urinalisis dan kultur
14) Siapkan untuk drainage urine Sistostomy
15) Siapkan untuk prosedur pembedahan :
Hiperternia transuretral
Bedah beku
Balon uretroplasti / dilatasi transuretral prostat
Diagnosa II
Mandiri :
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (0-10), lamanya.
2) Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen (bila traksi tidak
diperlukan).
3) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
4) Berikan tindakan kenyamanan, contoh : Pijatan punggung, membantu pasien
melakukan posisi yang nyaman, anjurkan penggunaan relaksasi, latihan nafas
dalam.
5) Anjurkan untuk rendam duduk, sabun hangat untuk perineum.

12

Kolaborasi :
6) Pasang kateter.
7) Lakukan masase prostat.
8) Berikan obat sesuai indikasi :
Narkotik, contoh epedrin (Demerol)
Antibakteri
Antispasmodik dan sedatif kandung kemih, contoh flavoksat (Urispas);
Oksibutinin (Ditropan).
Diagnosa III
Mandiri :
1) Observsi produk urine, tiap jam bila diindikasikan.
Perhatikan produksi urine 100 200 ml/jam.
2) Anjurkan peningkatan intake oral berdasarkan kebutuhan individu.
3) Observasi TD, nadi dengan sering. Evaluasi pengisian kapiler dna mem-bran
mukosa oral.
4) Tingkatkan tirah b aring dengan meninggikan kepala.
Kolaborasi :
5) Observasi / periksa elektrolit, khususnya Natrium.
6) Berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan.
Diagnosa IV :
Mandiri :
1) Ciptakan hubungan saling percaya dengan pasien & orang terdekat.
2) Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi,
contoh : kateter, urine berdarah, iritasikandung kemih. Kaji se-berapa banyak
informasi yang diinginkan klien.
3) Pertahankan dan lindungi privacy pasien dalam melakukan prosedur.
4) Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya.
Diagnosa V
Mandiri :

13

1) Kaji ulang proses penyakit, pengalaman pasien.


2) Dorong untuk mengungkapkan rasa takut / perasaan dan perhatian.
3) Berikna informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara seksual.
4) Anjurkan menghindari makanan berbumbu, kopi, alkohol, mengemudi-kan mobil
dalam waktu lama, pemasukan cairan cepat (terutama alkohol).
5) Bicarakan masalah seksual, contoh : Bahwa selama episode akut prosta-titis,
coltus dihindari tetapi mungkin membantu dalam terapi kondisi kronis.
6) Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh : Urine keruh,
berbau.
7) Diskusikan perlunya pemberitahuan pada perawat kesehatan tentang diagnosa.
8) Beri penguatan pentingnya kontrol 6 bulan 1 tahun, termasuk pemerik-saan
rektal, urinalisis.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN PROSTATECTOMY
Prostatectomy :
Reseksi bedah bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran
urine dan menghilangkan retensi urien akut.
Trans Uretral Resection of The Prostate (TURP)
Jaringan prostat obstruktif dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengan
sistoskop / resektoskop dimasukkan melalui uretra.
Suprapubic / Open Prostatectomy
Diindikasikan untuk massa lebih dari 60 gr / 60 cc. Penghambat jaringan prostat
diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kan-dung kemih
lebih ditujukan bila ada baru kandung kemih.

14

Retropubic Prostatectomy
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi di bagian pelvis) diangkat melalui
insisi di antara abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih
Perineal Prostatectomy
Massa prostat besar di bawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum
dan rectum. Prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat
mengakibatkan impotensi.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mempertahankan homeostasis / stabilitas hemodinamik.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memberikan informasi tentang prosedur bedah / prognosis, pengobatan dan
kebutuhan rehabilitasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan eleminasi urine berhubungan dengan
Obstruksi mekanikal : Bekuan darah, edema, trauma, prosedur bedah.
Tekanan dan iritasi kateter atau balon.
Hilang tonus kandung kemih sehubungan dengan distensi berlebihan pra
operasi atau dekompresi kontinyu.
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan ...
Area bedah vaskuler ; kesulitan mengontrol perdarahan.
Pembatasan pemasukan pra operasi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
Prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, seringnya irigasi kandung
kemih.
Trauma jaringan, insisi bedah (contoh : perineal).

15

4) Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih ; refleks spasme
otot sehubungan dengan prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung
kemih (traksi).
5) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan
Situasi krisis (inkontinensia, kebocoran urine setelah pengangkatan kateter,
keterlibatan area genital).
Ancaman konsep diri / perubahan status kesehatan.
6) Kurang pengetahuan ktentang kondisi, prognosis dan kebutuhan peng-obatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
INTERVENSI
Diagnosa I
1) Kaji produksi urine dan sistem kateter / drainase, khususnya selama irigasi
kandung kemih.
2) Bantu pasien untuk memilih posisi normal untuk berkemih, contoh : Berdiri,
berjalan ke KM dengan frekuensi sering setelah kateter dilepas.
3) Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran setelah kateter dilepas.
Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih.
4) Anjurkan pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2 4
jam perprotokol.
5) Ukur volume residu bila ada kateter suprapubik.
6) Anjurkan intake cairan 3000 ml/hr sesuai toleransi. Batasi cairan pada malam
hari setelah kateter dilepas.
7) Instruksikan pasien untuk latihan perineal, contoh : Mengencangkan bokong,
menghentikan dan memulai aliran urine.
8) Anjurkan pasien bahwa penetesan diharapkan setelah kateter dilepas dan harus
teratasi sesuai kemajuan.
Kolaborasi :

16

9) Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu [Continous Bladder Iriga-tion


(CBI)] sesuai indikasi pada periode pasca operasi dini.
Diagnosa II
Mandiri :
1) Fiksasi kateter dengan tepat, hindari manipulasi berlebihan.
2) Observasi intake dan output.
3) Observasi drainase kateter, perhatikan perdarahan.
4) Evaluasi warna, konsistensi urine, contoh :
Merah terang dengan bekuan darah.
Peningkatan viskositas, warna keruh gelap dengan bekuan darah.
Perdarahan dengan tidak ada bekuan.
5) Observasi balutan / luka drain dan adanya pembentukan hematoma.
6) Observasi monitor / adanya kegelisahan, kacau mental, perubahan peri-laku.
7) Berikan intake 3000 ml/hr bila tidak ada kontra indikasi.
8) Hindari pengukuran suhu rektal dan penggunaan selang rektal.
Perdarahan dengan tidak ada bekuan.
Kolaborasi :
9) Lakukan pemeriksaan dan observasi pemeriksaan Lab. sesuai indikasi :
Hb / Ht, jumlah SDM
Pemeriksaan koagulasi dan jumlah trombosit.
10) Pertahankan traksi kateter menetap ; plester kateter di bagian dalam paha.
11) Kendorkan traksi dalam 4 5 jam. Catat periode pemasangan dan pe-ngendoran
traksi, bila digunakan.
12) Berikan pelunak feses, laksatif sesuai indikasi.
Diagnosa III
Mandiri :
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 10).

17

2) Pertahankan fiksasi kateter dan sistem drainase. Pertahankan selang bebas dari
bekuan dan lekukan.
3) Tingkatkan intake sampai 3000 ml/hr sesuai toleransi.
4) Berikan pasien informasi akurat tentang kateter, drainage dan spasme kandung
kemih.
5) Berikan tindakan kenyamanan (sentuhan terapiutik, pengubahan posisi, pijatan
punggung) dan aktivitas terapiutik. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi,
termasuk latihannafas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
6) Berikan rendam duduk bila diindikasikan.
Kolaborasi :
7) Berikan antispasmodik, contoh :
Oksibutinin Klorida (Ditropan).
Propantelin Bromida (Pro-Bantamin).
Diagnosa IV
Mandiri :
1) Lakukan pembicaraan secara terbuka dengan pasien / orang terdekat tentang
masalah inkontinensia dan fungsi seksual.
2) Berikan informasi akurat tentang harapan kembalinya fungsi seksual.
3) Diskusikan tentang anatomi dan jujur dalam menjawab pertanyaan.
4) Diskusikan ejakulasi retrograde bila pendekatan transuretral / suprapubik
digunakan.
5) Latih untuk latihan perineal dan observasi aliran urine.
Kolaborasi :
6) Rujuk ke penasehat seksual.
Diagnosa V
Mandiri :
1) Kaji tentang prosedur dan harapan pengobatan.
2) Tekankan perlunya nutrisi yang baik; dorong konsumsi buah, diet tinggi serat.

18

3) Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh : menghindari mengangkat berat,


latihan berat, duduk / mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih dari 2
tingkat tangga sekaligus.
4) Anjurkan untuk latihan perineal secara berkesinambungan.
5) Demonstrasikan perawatan kateter bila ada. Identifikasi sumber alat / dukungan.
6) Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medi, contoh : Eri-tema,
drainage purulen dari luka; perubahan dari kateter / jumlah urine, adanya
dorongan / frekuensi; perdarahan berat, demam / menggigil.

19

Anda mungkin juga menyukai