Paper Farmako Semester 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amuba (amoeba), sebuah organisme uniseluler mikroskopis,
ditemukan tahun 1757 oleh Agust Johann Rosel von Rosenhof dari
Jerman.Dulunya, amuba diberi nama proteus merujuk pada dewa Yunani
yang mampu mengubah bentuk.Kata amibe yang berarti berubah dalam
bahasa Yunani digunakan untuk menamakan organisme ini oleh Bory de
Saint-Vincent.Amuba bisa hidup di berbagai lokasi baik di tanah, air,
bahkan menumpang di tubuh organisme lain.Amuba tidak memiliki
bentuk tubuh tetap dan tampak seperti gumpalan jelly.Dengan terusmenerus mengubah bentuk tubuhnya, amuba menciptakan ekstensi sel
yang

dikenal

sebagai

pseudopods

yang

membantunya

dalam

bergerak.Pseudopods juga menjadi cara amuba dalam mencari makan.


Proses

saat

amuba

memakan

makanan

disebut

sebagai

fagositosis.Komponen penting dari tubuh organisme uniseluler termasuk


amuba adalah inti, sitoplasma, dan vakuola.
Amuba dapat menyebabkan penyakit, dimana salah satunya adalah
penyakit amubiasis yang menyebabkan peradangan pada usus besar
hewan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari paper ini yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu penyakit amubiasis?


Bagaimana bentuk amuba dan cara penularaanya?
Bagaimana penggolongan obat anti amuba?
Bagaiman masalah control amubiasis?
Bagaimana kemoterapi untuk amubiasis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit amubiasis.
1

2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui bentuk dan cara penularan amuba


Untuk mengetahui penggolongan obat anti amuba
Untuk mengetahui masalah control amubiasis
Untuk mengetahui bagaimana kemoterapi untuk amubiasis.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas
Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih
mengenai anti amuba.
2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk
mengerjakan tugas yang

berhubungan dengan anti amuba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Amubiasis
Amoebiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh amuba,
yaitu Entamoebahistolitica, namun juga amoebiasis merujuk kepada
infeksi dengan amuba lainnya. Amoebiasis dapat dilakukan oleh amuba
yang parasit maupun amuba yang hidup secara bebas.
Amoebiasis mengacu pada salah satu spesies protozoa parasit
yaitu Entamoeba histolytica, tapi tak hanya itu, protozoa parasit lain yang
menjadi sumber penyebabnya yaitu; Dientamoeba fragilis, Entamoeba
dispar, Entamoeba hartmanni, Entamoeba coli, Entamoeba moshkovskii,
Acanthamoeba, Balamuthia mandrillaris, Sappinia diploidea, Naegleria
fowleri, Endolimax nana dan Iodamoeba butschlii(Anonim, 2011). Selain
amuba parasit, spesies amuba yang hidup bebas juga dapat menjadi
sumber penyakit.
2.2 Bentuk Dan Cara Penularan
a. Bentuk kista
merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang
memeliki membran pelindung yang ulet dan tahan getah lambung.
b. Bentuk minuta(kecil)
bila makanan yang terinfeksi oleh kista amuba masuk ke
usus hewan, kista akanpecah dan berkembang menjadi bentuk aktif
yang protozoit, memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup
dari bakteri-bakteri yang ada di usus, akibatnya terjadi luka-luka
kecil pada mukosa usus sehingga menimbulkan kejang perut, diare
berlendir, dan berdarah.
c. Bentuk histolitika

pada kasus tertentu tropozoit melewati diding usus,


berkembang menjadi dua kali lebih besar lalu menerobos ke organorgan lain ( jantung, paru-paru, otak khususnya hati ) di sini
tropozoit-tropozoit ini hidup dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang
dilarutkan olehnya dengan jalan fagositosis sehingga jaringan yang
ditempatinya akan mati (nekrosis).
Sebagian tropozit ada yang menjadi kista, akan keluar tinja hewan
terinfeksi, dengan perantara lalat.
2.3 Penggolongan Obat Anti Amuba
Dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1) Obat amubiasid kontak
Obat ini meliputi meliputi senyawa-senyawa metronidazole
dan tinidazole, antibiotika antara lain tetrasiklin dan golongan
aminoglikosida.
2) Obat amubiasid jaringan
Meliputi senyawa nitro imidazole (metronidazole tinidasol)
yang berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan
ajringan-jaringan lain. Oabat golongan ini merupakan obat pilihan
dalam kasus amubiasis. Bila metrinidazole dan tinidazol tidak
efektif dapat digunakan dihidroemetin.
Berdasarkan tempat kerjanya, anti amuba yang dipasarkan di
indonesia adalah anti amuba yang bekerja pada lumen usus dan jaringan
yaitu mentronidazole dan turunannya seperti tinidazole, nimorazol dan
ornidazole.

Metronidazole sebagai anti amuba efektif umtuk amubiasis intestinal dan


ektraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan sebab sebagian
besar metronidazole mengalami penyerapan di usus halus.
Tini dazole

memperlihatkan spectrum anti amuba yang sama dengan

metronidazole. Perbedaannya dengan metronidazole adalah pada waktu


paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis
tunggal per hari.
2.4 Masalah Kontrol Amoebiasis
Pengendalian dari amoebiasis dapat dicapai dengan penyediaan
sarana yang bersih serta layak dan menghindari kontak secara fecal-oral.
Pemeriksaan secara teratur dan pemeriksaan terhadap pasien yang sering
menderita diare mungkin dapat menemukan sumber infeksi pada beberapa
komunitas. Tidak ada obat profilaksis atau pun vaksin yang tersedia untuk
pencegahan amoebiasis ini.
Identifikasi tropozoit Entamoeba histolytica memerlukan tenaga
yang berpengalaman, karena tropozoit kadang-kadang tidak ditemukan
dalam feses. Leukosit dan makrofag yang telah memfagosit eritrosit dapat
dikelirukan dengan trop ozoit. Kontrol amoebiasis ini dilakukan dengan
upaya pemberian obat pada penderita, namun beberapa obat dan zat
kontras dapat mengaburkan gambaran tropozoit dan kista dalam feses.
Obat tersebut ialah antimikroba, antiprotozoa, antihelmintiasis, bismth,
barium, kaolin, magnesium hidroksida, sabun dan cairan garam hipertonis.
Zat ini dapat mengaburkan gambaran tropozoit dan kista dalam feses
dalam beberapa minggu (Aghata, 2009).
Uji serologik akhir-akhir ini memegang peran penting dalam
menegakkan diagnosis amoebiasis. Uji serologik terutama dilakukan pada
5

kasus abses hati amuba dan amoebiasis ekstraintestinal lain, oleh karena
tidak didapatkan tropozoit dan kista dalam feses. Beberapa uji serologik
yaitu indirect

hemaglutination (IHA), indiret

immunofluorence, countercurrent

immunoelectrophoresis, complement

fixation danagar gel diffusion. IHA merupakan uji serologik yang paling
sensitive (Lorrington, 1998).
Pada kasus abses amuba hati didapatkan 90-100% mempunyai titer
1:128 atau lebih. Uji serologik juga digunakan untuk diagnosis banding
antara inflammatory bowel disease dengan amoebiasis usus. Pada kolitis
ulseratif dan enteritis regional hanya 1% yang mempunyai titer IHA 1:128
atau lebih. Titer antibodi biasanya kembali normal dalam 12 bulan (6
bulan-3tahun) sejak ditegakkan diagnosis dan pengobatan. Hasil serologis
ditemukan positif dalam 95% dari pasien dengan gejala nyata dari
penyakit yang telah berlangsung dalam 7 hari atau lebih dan pada
kebanyakan karier asimptomatik dari strain patogen Entamoeba. E.
dispar tidak menimbulkan respon humoral. Test serologis yang paling
sensitif, indiret hemagglutination, memunculkan hasil yang positif bahkan
setelah bertahun-tahun infeksi invasif terjadi.
Complement-fixation (CF) test positif pada 85% kasus amoebiasis
berat,

56%

kasus

amoebiasis

simtomatik,

dan

58%

kasus

asimptomatik. Agar gel diffusion (AGD) test positif pada 86% amoebiasis
berat,

54%

pada

kasus

simptomatik,

dan

52%

pada

kasus

asimptomatik. Latex agglutination (LA) test sedikit kurang sensitif


daripada IHA.Indiret fluorecent antibody (IFA) test mengukur antibodi
yang berbeda dari yang diukur oleh IHA dan positif hanya 2-6 bulan
sesudah menderita penyakit. IFA tampaknya pengukur yang sensitif untuk
penyakit aktif, sedangkan IHA merupakan uji yang sensitif untuk
penelitian epidemiologi (Lorrington, 1998).
6

Pada tahun 1974 counterimmunoelectrophoresis (CIE) dievaluasi, dan


sensitif seperti IHA, lebih simpel, dan lebih cepat, tetapi terbatas pada
laboratorium yang lengkap. Deteksi antigen dalam tinja atau serum dapat
menegakkan sebuah diagnosis sementara juga dapat membedakan E.
dispar dari E. histolytica. Test deteksi antigen tidak secara rutin tersedia
untuk pemeriksaan. Bila timbul gejala obstruksi dapat dilakukan barium
enema untuk menentukan striktur atau ameboma. Barium enema tidak
dapat dilakukan secara rutin, oleh karena pernah dilaporkan terjadi
perforasi. Pada abses amuba hati, jumlah leukosit dapat meninggi
(>15.000/mm3), LED meningkat SGOT dan SGPT sedikit meningkat.
Tindak pencegahan guna mengontrol tersebarnya amoebiasis dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menjaga kebersihan
lingkungan

serta

kebersihan

diri

sendiri

sering

gunting

kuku,

membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan
tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar
tidak mencemari sumber air. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar
harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin
menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat
cacing. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan
berobat ke rumah sakit.
Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala
sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain,
dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja,
hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara
teratur memeriksa dan mengobatinya (Naval, 2008).

2.5 Kemoterapi
Organisme kuratif merupakan organisme yang mempunyai daya
untuk mengobati atau dapat menolong menyembuhkan penyakit. Pada
tahun 1928 Fleming mengamati bahwa organisme-organisme tertentu
menghentikan

pertumbuhan

jamur Penicillium yang

organisme

lain,

mencemari

yaitu

pada

suatu

koloni
kultur

bakteriStaphylococcus telah mampu mencegah pertumbuhan bakteri yang


berdekatan

dengannya.

Dapat

dilihat

bahwa

organisme

tersebut

mempunyai potensi untuk melawan infeksi. Penicillin menjadi tersedia


sebagai zat kemoterapis yang aman dan serbaguna untuk pemakaian pada
manusia (Muslimin, 2007).
Pada awal abad ke-16 dokter Swiss Aureolus Paracelsus
menggunakan unsur-unsur kimia logam untuk mengobati infeksi-infeksi
umum dan air raksa untuk sifilis. Dilanjutkan penelitian oleh Paul Ehrlich,
peneliti serius pertama dalam bidang kemoterapi menemukan bahwa zatzat pewarna tertentu mewarnai mikroorganisme tapi tidak mewarnai selsel hewan, disarankan zar pewarna itu atau zat-zat kimia lain bias secara
selektif membunuh sel-sel mikroba. Hal ini membawanya mencari peluru
ajaib, suatu zat kimia yang akan menghancurkan bakteri khusus tanpa
merusakkan jaringan-jaringan sekitarnya. Ehlrich menciptakan istilah
kemoterapi (Muslimin, 2007). Diikuti oleh sulfonamida ditemukan oleh
Gerhard Domagk dan penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming
(Anonim, 2011).
Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian senyawa kimia
(obat) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan
parasit atau mikroba di tubuh hospes (pasien) (Andy, 2010). Dalam

penggunaaan non-onkologisnya, istilah ini dapat juga menunjuk ke


antibiotik (kemoterapi antibakteri) (Maryani, 2003).
Kemoterapi dapat digolongkan sebagai berikut (Andy, 2010):
1. Kemoterapi untuk Kanker/ Obat Kanker
2. Kemoterapi Golongan Antiamuba
Berdasarkan tempat kerjanya, antiamuba yang sering ditemukan
adalah antiamuba yang bekerja pada lumen usus dan jaringan yaitu
metronidazol dan turunannya.
2.6 Pencarian Obat Baru Amoebicidal
Dalam situasi yang ideal, pengembangan amoebicides baru, atau
lebih tepatnya senyawa anti amuba yang senyawa dengan aktivitas
terhadap Entamoeba histolytica,awalnya harus melanjutkan dengan studi
khusus metabolisme jalur-parasit dan inhibisi, diikuti oleh seluruh
parasit in vitro, eksperimental dalam model vivo dan akhirnya klinis
pengadilan (Berger, 2006). Namun, ada kesenjangan yang cukup besar
dalam pengetahuan yang akan dibahas di bawah, dan akibatnya banyak
peneliti menganggap bahwa senyawa empiris yang dipilih harus diuji
secara eksperimental selain senyawa yang khusus dirancang. Sebelum uji
klinis dapat dimulai, pemeriksaan ekstensif dari amoebicide calon pada
hewan percobaan diperlukan dalam rangka untuk menyelidiki bahaya
toksikologi (Naval, 2008).
Selain menghambat parasit amuba, obat harus mencapai parasit di
lokasi berbeda dalam tubuh, sehingga ada juga masalah farmakokinetik
dan distribusi. Sebelum penemuan kelas nitroimidazole dari amoebicides,
serangan multi-situs diselesaikan dengan menggunakan beberapa obat,
9

kadang-kadang secara berurutan selama pengobatan kasus individu.


Penemuan kelas nitroimidazole senyawa situasi berubah secara dramatis
dan ini telah menunjukkan efek klinis dan parasitologis terhadap infeksi
ekstra-dinding usus dan usus. Pengaruh terhadap infeksi intralumenal
(yang sedikit gejala atau infeksi tanpa gejala) dari usus besar, tetapi
kurang tertentu.
Meskipun pengobatan amoebiasis tampaknya memuaskan pada
saat ini, sulit untuk memprediksi masalah-masalah yang mungkin timbul
di masa depan, dan oleh karena itu berharga untuk melanjutkan
pembangunan pra-klinis, terutama penyelidikan metabolisme parasit,
dalam rangka menetapkan jalur khusus parasit-serangan kemoterapi
(Lorrington, 1998).

10

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan
Amoebiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh amuba,
yaitu Entamoebahistolitica, namun juga amoebiasis merujuk kepada
infeksi dengan amuba lainnya. Amoebiasis dapat dilakukan oleh amuba
yang parasit maupun amuba yang hidup secara bebas.
Amoebiasis mengacu pada salah satu spesies protozoa parasit
yaitu Entamoeba histolytica, tapi tak hanya itu, protozoa parasit lain yang
menjadi sumber penyebabnya yaitu; Dientamoeba fragilis, Entamoeba
dispar, Entamoeba hartmanni, Entamoeba coli, Entamoeba moshkovskii,
Acanthamoeba, Balamuthia mandrillaris, Sappinia diploidea, Naegleria
fowleri, Endolimax nana dan Iodamoeba butschlii(Anonim, 2011).
Obat anti amuba dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1) Obat amubiasid kontak
Obat ini meliputi meliputi senyawa-senyawa metronidazole
dan tinidazole, antibiotika antara lain tetrasiklin dan golongan
aminoglikosida.
2) Obat amubiasid jaringan
Meliputi senyawa nitro imidazole (metronidazole tinidasol)
yang berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan
ajringan-jaringan lain. Oabat golongan ini merupakan obat pilihan
dalam kasus amubiasis. Bila metrinidazole dan tinidazol tidak
efektif dapat digunakan dihidroemetin.

11

3.2 saran
Amubiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa
spesies amuba, dimana penyakit ini dapat menyerang usus besar hewan
yang menyebabkan diareoleh karena itu perlu diperhatikan kebersihan
dari pakan yang akan diberikan kepada hewan kita.

12

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://www.amazine.co/17817/apa-itu-amuba-15-faktatentang-amuba/. Diakses tanggal 10 desember 2013
Anonim. 2013. http://www.scribd.com/search?query=tentang+tinidazole.
Diakses tanggal 10 desember 2013
Anonim. 2012. http://cara-mengobati.com/search/artikel-obat-anti-amuba.
Diakses tanggal 10 desember 2013
Andy. 2010. Kemoterapi dan Antimikrobia. http://apotik.medicastore.com.
Diakses pada tanggal 10 desember 2013
Anonim.2009. Amoebiasis. http://kumpulanartikelkesehatan.wordpress.co
m. Diakses pada tanggal 10 desember 2013
Anonim. 2011. Kemoterapi. http://creativecommons.org. Diakses pada
tanggal 10 desember 2013
Beckenham, Kent. 1982. Experimental Amoebiasis and The Development
of Anti-amoebic Compounds. http://journals.cambridge.org. Diakses
pada 10 desember 2013
Dinar, Aghata. 2009. Diagnosis dan Patofisiologi Doare Akut terkait
dengan Infeksi.http://agathariyadi.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 10 desember 2013
Ditto.

2009. Entamoeba

histolytica. http://ditochan.wordpress.com.

Diakses pada tanggal 10 desember 2013

13

Espinosa,

Avelina.

2004. Entamoeba

histolytica Alkohol

Dehidrogenase2 (EhADH2) Sebagai Target untuk Agen Antiamuba. http://translate.googleusercontent.com.

Diakses

pada

tanggal 10 desember 2013


Ghosh, Sudip K. 2009. Molecular Characterization of Entamoeba
invadens

chitinases:

an

encystation

specific

protein. http://subscribd.com. Diakses pada 10 desember 2013.


Hemma,

Yulfi.

2006. Protozoa

Intestinalis. http://library.usu.ac.id .

Diakses pada 10 desember 2013.


Lane, Peter A., Rachelle Nuss dan Daniel R. Ambrusso. 2003. Liver
& Pancreas in Lange Medical Book: Current Paediatric Diagnosis
& Treatment. Diakses pada tanggal 7 desember 2013
Opperdoes,

Fred.

R.

1998. Kemoterapi

amuba. http://www.icp.ucl.ac..html.

Diakses

pada

Antitanggal

desember 2013.
Sutadi, S. Maryani. 2003. Diare Kronik. http://Doctorgaul.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 7 desember 2013
Thatha, Ira. 2009. Entamoeba histolytica. http://iranthatha.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 7 desember 2013.
Tona, Lorrington. 1998. Antiamoebic and Phytochemical Screening of
Some Congolese Medicinal Plants. http://linkinghub.elsevier.com.
Diakses pada tanggal 7 desember 2013.

14

15

Anda mungkin juga menyukai