Tinjauan Pustaka Kadar Abu
Tinjauan Pustaka Kadar Abu
Tinjauan Pustaka Kadar Abu
TINJAUAN PUSTAKA
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik, kadar
abu suatu bahan tergantung bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada
hubungannya dengan mineral yang dikandung oleh suatu bahan. Mineral tersebut
terdapat dalam bentuk garam organik, garam anorganik, atau sebagai bentuk
senyawa kompleks yang bersifat organis. Penentuan kadar abu seringkali
dilakukan untuk mengendalikan garam-garam anorganik seperti garam kalsium.
Prinsip kerja dari penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan
(pembakaran) semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600oC dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut (Sudarmadji, et al., 1996).
Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Penentuan
kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti,
2011).
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral
yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam berdasarkan
yaitu :
1. Garam-garam organik, misalnya garam dari asam malat, oxalate, asetat.,
pektat dan lain-lain.
2. Garam-garam anorganik, misalnya phospat, carbonat, chloride, sulfat nitrat
dan logam alkali (Winarno, 1991).
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600 oC dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Pengabuan
dilakukan melalui dua tahap yaitu :
a. Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat
melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga
kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
b. Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan
maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang
mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba (Sudarmadji, et al., 1996).
Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral,
kecuali merkuri dan arsen. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa
kandungan Ca, P, dan Fe akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang
digunakan terlalu tinggi. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut. Beberapa kelemahan maupun
kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan cara lansung. Beberapa
kelebihan dari cara langsung, antara lain :
a. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil
pertanian, serta digunakan untuk sample yang relatif banyak.
b. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta
abu yang tidak larut dalam asam.
c. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak
menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
Sedangkan kelemahan dari pengabuan cara langsung antara lain :
a.
b.
c.
d.
hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun, memerlukan
reagensia yang kadangkala berbahaya dan memerlukan koreksi terhadap regensia
yang digunakan. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan
yaitu:
1.
2.
3.