LBM 2
LBM 2
LBM 2
Pemeriksaan reflek
Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok
otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung
dengan palu reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang
ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini memungkinkan orang yang menguji dapat
mengkaji lengkung reflek yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian
aferen, sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang
bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya reflek yang dapat diuji mencakup reflek
bideps, brakhioradialis triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles).
B. Tehnik reflek
Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda (RTP). Batang palu
dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan
pergerakan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan
sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang lokasi otot, dan
tendong yang melengkapinya. Tendon yang bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek
dibandingkan dengam sisi yang berlawanan.
C. Derajat reflek
Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun sentakanpergelangan kaki (reflek
Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai
4.
4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus
3+-hiperaktif
2+-normal
1+-hipoaktif
0+-tidak ada reflek
A. Jenis-jenis reflek
1. Reflek biseps
Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku pada keadaan fleksi.
Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari
telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi
binseps.
2. Reflek triseps
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan
depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengindetifikasi tendon triseps dengan
mempalpasi 2,5 sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya
menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.
Reflek brakhioradialis
Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan lengan pasien di atas meja
laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas
siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi.
Reflek patella
Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella.
Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong
kaki untuk memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respon
normal.
Reflek ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada
pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Reflek normal yang muncul
adalah fleksi pada bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek pergelangan kaki
dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau
tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi fleksi dan
kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles digores menurun dan terjadi fleksi
plantar.
Klonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di sebut klonus. Jika kaki dibuat
dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum selesai
pada posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat aktivitas ini dan kaki tidak
mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas menjadi berulang-ulang. Tidak
terus-menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi reflek hiperaktif tidak
dipertimbangkan sebagai keadaan patologis. Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit
SSP dan membutuhkan evaluasi dokter.
Reflek kontraksi abdominal
Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada
sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot abdomen
dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
Respons babinsky
Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi
traktus kortikospinal, disebut respon babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan
SSP utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersama-sama. Pada pasien yang
mengalami penyakit SSP pada sistem motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini
normal pada bayi tetapi bila ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal. Beberapa variasi
refleks-refleks lain memberi informasi. Dan yang lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak
memberi informasi yang teliti
GEJAL
A
LESI L.M.N.
LESI U.M.N.
1.
Tenaga
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
3.
Trofik
Normal
Atrofi
Normal
Normal
4.
Refleks
Fisiologik
Patologik
++ / +++
+
5.
Fasikulasi
6.
Klonus
2. Tonus
/
/+
bertemu di tempat tersebut. Memang, permukaan neuron motorik dan dendritnya rata-rata
menampung sekitar 10.000 simpul sinaps. Sedikitnya terdapat lima masukan dari segmen spinal
yang sama untuk neuron motorik spinal tertentu. Di samping yang umumnya dipancarkan
melalui interneuron, dari berbagai bagian medulla spinalis lain dan traktus descendens yang
panjang dan multipel dari otak. Seluruh jaras ini berkumpul dan menentukan aktivitas jalur
bersama akhir. [1]
3. Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk
menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan
pengaruh inhibisi atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral kuat, impuls eksitasi tidak saja
menyebar ke berbagai daerah somatic medulla spinalis melainkan juga ke daerah otonom. Pada
orang yang mengalami paraplegia kronis, misalnya, rangsangan noksius yang lemah dapat
menimbulkan refleks kencing, defekasi, berkeringat, dan tekanan darah yang fluktuatif. [1]
1.
Refleks Fisiologis
1. a.
Refleks Somatik.
Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps tunggal diantara neuron aferen dan
eferen. Hanya ada satu sinaps yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik.
Bila otot rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan berkontraksi.
Respons seperti ini disebut refleks renggang. Rangsangan yang menimbulkan efek regang
adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan tersebut. Alat
indranya adalah kumparan otot. Impuls yang tercetus di kumparan otot dihantarkan ke SSP
(Sistem Saraf Pusat) melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara
langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang.
Neurotransmitter di sinaps adalah glutamate. Reflex regang merupakan reflex monosinaptik di
dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Contoh klinis:
Refleks Patella (knee jerk)
Ketukan pada tendon patella akan membangkitkan reflex patella, karena ketukan pada tendon
akan meregangkan otot kuadriceps femoris.
Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan bergerak ke depan seakan menendang.
Perubahan postur/gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur atau gerak
pada kaki tersebut.
Perubahan postur atau gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur yang
terdiri dari rangkaian nukleus dan berbagai struktur seperti medulla spinalis, batang otak dan
korteks serebrum. Sistem ini tidak saja berperan dalam postur statik tetapi juga bersama sistem
kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetusan dan pengendalian gerakan.
Penyesuaian postur dan gerakan volunter tidak mungkin di pisahkan secara tegas, tetapi dapat di
ketahui serangkaian refleks postur yang tidak saja mempertahankan posisi tubuh tetapi tegak dan
seimbang tapi juga penyesuaian untuk mempertahankan latar belakang postur yang stabil untuk
aktivitas volunter. Penyesuaian ini mencakup 2 refleks yaitu :
1. 2.
Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan eferen
dan jumlah sarafnya beragam antara dua sampai beberapa ratus.
Refleks menarik diri merupakan jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya rangsangan
nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respon yang timbul adalah kontraksi otot flexor
dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang terangsang mengalami fleksi dan
menarik diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan yang kuat pada ekstremitas,
respon yang timbul bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri pada ekstremitas tersebut,
melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respon ekstensor silang ini merupakan
refleks menarik diri. Pada dasarnya adalah refleks potensi untuk menjauhi rangsangan yang
membahayakan artinya refleks untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan atau
membahayakan.
Gb. 3 Diagram hubungan polisinaps antara neuron aferen dan eferen di medulla spinalis
Refleks Otonomik
Contoh Klinis
1. Refleks batuk
Refleks batuk penting sekali bagi kehidupan, karena batuk merupakan cara dengan mana saluran
udara paru-paru dipertahankan bebas dari benda asing.
Bronkus dan trakea sedemikian peka sehingga benda asing apapun atau sebab iritasi lain
menimbulkan refleks batuk. Larink dan karina sangat peka, dan bronkiolus terminalis serta
alveolus terutama peka terhadap rangsnag kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan klor.
Impuls aferen dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke medulla
oblongata. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medulla
oblongata, sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 L udara
dihirup. Kedua, epiglottis menutup, dan pita suara menutup erat untuk menjerat udara di dalam
paru-paru. Ketiga, otot peut berkontraksi dengan kuat. Sebagai akibatnya tekanan di dalam paruparu meningkat menjadi 100 mmHg atau lebih. Keempat, pita suara dan epiglottis tiba-tiba
terbuka lebar sehingga udara bertekanan tinggi di dalam paru-paru meletus keluar. [3]
1. Refleks bersin
Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya
berjalan di dalam saraf kelima ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada refleks batuk, tetapi uvula tertekan
sehingga sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung, dan juga melalui mulut
sehingga membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. [3]
2.2.2
Refleks Patologis
Refleks patologis adalah refleks refleks yang tidak dapat di bangkitkan pada orang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks refleks patologis sebagian besar bersifat refleks
dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh refleks
patologis sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam macam karena di
bangkitkan dengan cara yang berbeda beda. Contoh klinis:
Refleks Babinski
Lakukan goresan di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada tumit
menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, setelah sampai pada pangkal
kelingking, goresan di belokan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks
babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari jari yang lain.
tiba nyeri ke pala yang sangat, tanpa diketahui sebab, dan (7) tiba-tiba terjadi penurunan
kesadaran atau tidak sadar (koma).
Gejala-gejala klinis tersebut sangat tergantung dari jenis patologis stroke, sisi otak dan
bagian otak yang terganggu, dan bagaimana severitas dari gangguan otak tersebut.
Pola gangguan neurlogis pada penderita stroke akut, sesuai dengan letak lesinya, adalah sebagai
berikut;
1. Lesi di hemisfer kiri (dominan), dengan gejala-gejala; afasi, hemiparesis kanan,
hemiastesia kanan, hemianopsia homonymous kanan,dan gangguan gerakan bola mata
kanan
2. Lesi di hemisfer kanan (nondominan), dengan gejala-gejala; hemiparesis kiri, hemiastesia
kiri, hemianopsia homonymous kiri, dan gangguan gerakan bola mata kiri
3. Lesi di subkortikal atau batang otak, dengan gejala-gejala; hemiplegia berat dan
hemiastesis berat, disartria, termasuk dysarhtria-clumsy hand, hemiparesis-ataksia, dan
tidak ada gangguan kognisi, bahasa dan penglihatan
4. Lesi di batang otak, dengan gejala-gejala; tetrapelgia dan tetraastesia total, crossed signs
(signs on same side of face and other side of body), dysconjugate gaze, nygstagmus,
ataxia, disartria, dan disphagia
5. Lesi di serebelum, dengan gejala-gejala ataksia tungkai ipsilateral dan ataksia gait.
Pemeriksaan Radiologi yang Digunakan
1. CT Scan
Untuk membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau infark), dapat dilakukan
segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai pemeriksaan baku emas). Apabila
pemeriksaan CT-Scan tidak memungkin dengan berbagai alasan, dapat dipakai Algoritma Stroke
Gadjah Mada (ASGM) yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya (grade I).[5] ASGM terdiri
dari 3 variabel, yaitu, nyeri kepala pada waktu saat serangan, penurunan kesadaran pada waktu
saat serangan dan refelks Babinski. Apabila ada tiga atau dua variable tersebut, maka jenis
patologis stroke adalah stroke perdarahan. Apabila ada ada nyeri kepala atau penurunan
kesadaran pada saat serangan, maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan. Stroke
iskemik atau infark, apabila tidak ada ketiga variable tersebut pada saat serangan.
BAB III
PENUTUP
Refleks adalah respon motorik sederhana, involunter, stereotipik, terpogram, terhadap stimuli
sensorik spesifik. Refleks dioperasikan melalui arkus (lengkung) refleks. Sebuah lengkung
refleks terdiri atas (1) reseptor sensori yang menterjemahkan stimuli, (2) serabut sensori aferen,
yang masuk medulla spinalis melalui akar dorsal, membawa sinya ke SSP, (3) pusat integrasi
(sinap dan interneuron), yang menganalisis masukan sensori, membawa sinyal ke neuron
motorik. Serabut neuron motorik terdiri atas jaras eferen dari lengkung tersebut mmedula
spinalis melalui (akar ventral), menginervasi otot skelet (5) (efektor).
Gerak refleks dibedakan menjadi dua, yaitu refleks fisiologi dan refleks patologis. Refleks
fisiologis dibagi menjadi refleks somatis dan otonom. Berdasarkan jumlah neuronnya refleks
somatis dibedakan menjadi refleks monosinaptik dan polisinaptik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fife TD, Tusa RJ, Furman JM, et al. Assessment, vestibular testing techniques in adults
and children: report of the Therapeutics and Technology Assessment Subcommittee of
the Ameircan Academic of Neurology. Neurology 2000;55:1431-1441
impuls dapat dikatakan sebagai aliran listrik yang merambat pada serabut saraf.
Jika sebuah serabut saraf tidak menghantarkan impuls, dikatakan bahwa serabut saraf
tersebut dalam keadaan istirahat. Impuls dapat dihantarkan melalui sel saraf dan sinapsis.
a. Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial listrik
antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat sel saraf istirahat, sebelah
dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira 60 mV, sedangkan di sebelah luar
serabut saraf bermuatan positif. Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial
istirahat, sedangkan membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah
impuls merambat melalui sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam
menjadi positif, kira-kira +60 mV, dan muatan di sebelah luar menjadi negatif. Perubahan
tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan impuls disebut potensial kerja. Pada
saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson. Proses depolarisasi merambat
sepanjang serabut saraf bersamaan dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan
negatif di sebelah luar membran merambat sepanjang serabut saraf.
Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tidak dapat dilalui
oleh impuls karena terjadi perubahan dari potensial kerja menjadi potensial istirahat. Agar
dapat berfungsi kembali, diperlukan waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik untuk
pemulihan.
Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter per
detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira hanya 0,5 meter per detik.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf, yaitu selaput
myelin dan diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang bermyelin, depolarisasi hanya
terjadi pada nodus ranvier sehingga terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya implus
saraf lebih cepat merambat. Semakin besar diameter serabut saraf semakin cepat
rambatan impuls sarafnya.
b. Impuls Melalui Sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu neruron dengan ujung
dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit membengkak membentuk bonggol yang
disebut bonggol sinapsis. Pada bonggol sinapsis tersebut terdapat mitokondria dan
gelembung-gelembung sinapsis. Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia
neurotransmitter yang berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf
lain. Ada berbagai macam neurotransmitter, antara lain asetilkolin yang terdapat pada
sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalin yang terdapat di sistem saraf simpatik, dan
dopamin serta serotonin yang terdapat di otak.
Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutnya terdapat celah
sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan membran postsinapsis dari sel saraf
berikutnya atau membran efektor. Apabila impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis,
Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya kondisi demikian karena peran pompa Na K
dan sifat membran akson yang lebih permeabel terhadap K+ dan kurang permeabel terhadap Na+.
Na+ dipompa ke luar. K+ dipompa ke dalam karena sifat membran akson yang permeabel
terhadap K, maka K + dapat keluar lagi.
Jika terjadi rangsang kuat, permeabilitas membran akan berubah. Akibatnya polarisasi membran
juga berubah. Polarisasi mengalami pembalikan pada lokasi tertentu yang disebut depolarisasi.
Selanjutnya proses pembalikan polarisasi diulang hingga menyebabkan rantai reaksi. Dengan
demikian, impuls berjalan sepanjang akson. Setelah impuls berlalu, membran neuron
memulihkan keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak bisa melewati
neuron tersebut. Waktu ini disebut waktu refraktori.
Proses penghantaran impuls yang kedua adalah penghantaran impuls antarsel saraf. Perhatikan
gambar 9.6 berikut.
Titik - titik (celah) pertemuan antara neuron satu dengan neuron lain disebut sinapsis. Akson
pada setiap neuron berakhir membentuk tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan
tombol sinapsis disebut membran pre-sinapsis. Membran pre-sinapsis berfungsi meneruskan
rangsang.
Membran pre-sinapsis akson neuron satu akan bertemu dengan dendrit neuron yang lain.
Permukaan dendrit neuron itu disebut membran post-sinapsis. Fungsi membran post-sinapsis
sebagai penerima rangsang. Di antara kedua membran tersebut terdapat suatu celah yang disebut
celah sinapsis.
Bila impuls telah berada di ujung akson, ujung akson akan mengeluarkan neuro hormon yang
disebut juga neurotransmiter. Zat ini bersifat memacu dan menghantarkan impuls ke ujung
dendrit neuron yang lain. Ada beberapa neurotransmiter yang dikenal yaitu asetilkolin,
serotonin, dan dopamin. Keduanya merupakan neurotransmiter yang terdapat di seluruh sistem
saraf.
Jika impuls tiba di tombol membran pre-sinapsis, akan terjadi peningkatan permeabilitas
membran pre-sinapsis terhadap ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk dan gelembung sinapsis
GERAK REFLEKS
Mungkin Anda pernah memeriksakan kesehatan Anda di rumah sakit. Salah satu hal yang
dilakukan dokter adalah menyuruh duduk dengan posisi kaki dapat bergerak bebas di atas tanah,
dokter juga menyuruh menutup mata. Tiba-tiba tanpa sepengetahuan Anda, dokter memukul lutut
Anda menggunakan martil. Apa yang terjadi? Ya, tungkai kaki bawah Anda bergerak ke depan.
Itu adalah salah satu contoh gerakan refleks.
Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan
tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian tiba-tiba misalnya menarik kaki
dengan segera setelah menginjak puntung rokok yang masih menyala. Jalur perjalanan gerak
refleks sebagai berikut.
Berdasarkan tempat konektornya, refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks spinalis dan
refleks kranialis.
a. Refleks tulang belakang (refleks spinalis) yaitu jika konektor terdapat di sumsum tulang
belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat menyentuh benda panas atau kaki terkena
duri. Perhatikan Gambar 9.7.
b.
Refleks otak (refleks kranialis) yaitu jika konektornya terdapat di otak. Contoh: gerakan mata
terpejam karena kilat.
D.
dilepaskan ke dalam celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah sinapsis, neurotransmiter ini
berdifusi menuju membran pascasinapsis. Setelah impuls dikirim, membran pascasinapsis
akan mengeluarkan enzim untuk menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya
senzim asetilkolineterase yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam etanoat. Oleh
vesikula sinapsis, hasil hidrolisis (kolin dan asam etanoat) akan disimpan sehingga sewaktuwaktu bisa digunakan kembali.
Fisiologi penjalaran impuls pada saraf
*iseng-iseng review blok saraf
Blok sistem saraf dan muskuloskeletal merupakan blok yang sangat panjang dan berat. Namun,
Alhamdulillah semua telah berhasil dilewati dengan sangat baik. Oleh karena itu, untuk
mengingat-ingat dan kebetulan juga saat ini saya sedang tidak ada kerjaan maka saya ingin
mencoba menjelaskan kembali bagaimana Allah menciptakan suatu sistem yang rumit tanpa
cacat bagi manusia sehingga sekarang ini manusia bisa bergerak dan merasakan sensasi-sensasi
dalam kehidupan.
sel saraf itu terdiri dari 3 bagian pada umumnya, 1. Dendrit :juluran badan sel; 2. Badan sel; 3.
akson (juluran panjang tempat terjadi potensial aksi).Sebenarnya suatu gerakan dan sensasi itu
dapat kita rasakan karena adanya proses potensial aksi di sel saraf/neuron. Suatu sistem saraf ini
pada dasarnya merupakan kerjasama antara sel-sel saraf yang ada dalam tubuh manusia. Oleh
karena itu, dapat diketahui bahwa saraf atau unit fungsional penjuluran informasi/impuls ini
dilakukan oleh SEL/Neuron. Contohnya, ketika kita disentuh maka kita dapat merasakan
sentuhan tersebut dan dipersepsikan oleh otak sebagai suatu sentuhan biasa misalnya. Proses
tersebut diawali oleh suatu stimulus adekuat,kalau tidak cukup kuat menimbulkan potensial
aksi(penjalaran impuls sepanjang akson) maka bukan stimulus adekuat namanya. Stimulus
adekuat disini adalah berupa sentuhan, lalu stimulus ini menyebabkan membran plasma neuron
yg terdapat pintu Na+ terbuka dan Na+ masuk. Dengan masuknya Na+ ini maka terjadilah
depolarisasi atau penjalaran impuls listrik sepanjang neuron. Panjang neuron bermacam-macam
hingga 1 meter bahkan.Perlu ditekankan dengan masuknya Na+ ke dalam Neuron atau Cairan
intrasel neuron maka pola muatan di dlm membran tersebut berubah menjadi lebih positif. Itulah
yang menyebabkan penjalaran informasi yg pd dasarnya adalah sebuah penjalaran impuls listrik
itu terjadi.
Yang terjadi setelah depolarisasi atau masuknya Na+ itu adalah keluarnya K+. Lho kok keluar?
maksudnya opo to? keluarnya K+ itu disebut repolarisasi (kembali dalam keadaan polar). harus
diketahui bahwa pada keadaan normal(tidak ada stimulus) atau polarisasi keadaan luar
membran plasma adalah positif & bnyak terdapat ion Na+ sedangkan keadaan di dalam
membran adalah negatif & banyak terdapat K+. Dengan masuknya Na+ itu maka muatan
membran itu berubah sehingga keadaan di dalam membran itu yang jadi lebih positif, nah setelah
Na+ masuk dan di dalam lebih positif seketika K+ yang ada didalam membran itu keluar melalui
pintu bervoltase K+ sehingga seketika pula keadaan menjadi kembali polar(repolarisasi) karena
muatan membran kembali normal, yaitu diluar membran bermuatan positif dan dalam membran
bermuatan negatif kembali. kejadian itu terus terjadi menjalar sepanjang akson dari neuron.
Ketika sampai di ujung saraf atau yang disebut terminal akson, maka penjalaran informasi
berupa listrik tadi itu berubah energi nya menjadi proses yang berkaitan dengan kimiawi.
Mengapa? karena ujung saraf ini berhubungan dengan saraf lainnya melalui sebuah celah dan
yang kita ketahui itu bahwa impuls listrik tidak bisa melewati sebuah celah, oleh karena itu
penjalaran informasi ditransmisi melalui suatu substansi kimia yang disebut neurotransmiter. jadi
setelah ada penjalaran impuls listrik di akson neuron maka selanjutnya neurotransmiter akan
dikeluarkan . Neurotransmiter itu nanti akan menempel di reseptor membran neuron yang
selanjutnya. dengan menempelnya neuron di reseptor membran tersebut maka kanal Na+ terbuka
dan Na+ masuk ke dalam membran sehingga muatan di dalam membran menjadi lebih positif
dan terjadi depolarisasi. Jika muatan ini cukup kuat maka akan diteruskan menjadi potensial aksi
di sepanjang akson dan selanjutnya akan dipersepsi informasinya di otak sebagai suatu sentuhan.
3. Mielin
- komplek protein lemak berwarna putih yg menutupi tonjolan saraf (neuron)
- menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural.
- daerah yg tidak bermielin disebut nodus ranvier
- transmisi impuls pd saraf bermelin lebih cepat dari pada yg tak bermelin, karena adanya
loncatan impuls dari satu nodus kenodus lainnya (konduksi saltatorik)
Pembagian sistem saraf secara anatomi :
1.SSP (Sistem Saraf Pusat)
2. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3
lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang
disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai
endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala.
Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di
dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang
mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan
untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan
permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem
saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk
kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon),
otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area
motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area
asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area
tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan
emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas
(dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:
Telensefalon (end brain)
Diensefalon (inter brain)
Mesensefalon (mid brain)
Metensefalon (after brain)
Mielensefalon (marrow brain)
Telensefalon(end brain) terdiri dari:
Hemisfer serebri
kortek serebri
sistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala)
Diensefalon (inter brain) terdiri dari:
Epitalamus
Talamus
Subtalamus
Hipotalamus
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan
organ tubuh.
Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan
terhadap racun dan luka mekanis.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom).
Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom
mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum
tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur
dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ
yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Parasimpatik
mengecilkan pupil
membesarkan bronkus
Simpatik
memperbesar pupil
mengecilkan bronkus
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Sel
Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain sehingga
bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi
terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom
(viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan
mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang memanjang dari
medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis
sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang
saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua
pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan
beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura
matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto.
2005, Guyton. 1997)
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang memungkinkan
difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya. Dalam keadaan
istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan
jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar
daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih
besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan potensial
tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma karena bagian dalam
membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat
(resting potential). (Snell. 2007)
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang cepat pada
permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran plasma dari
jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi.
Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya
sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec.
Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan diikuti oleh
peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai mengalir dari sitoplasma sel
dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke potensial istirahat. Potensial aksi akan
menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma
membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak
dapat dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek
dengan menyebabkan influks ion Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga
menimbulkan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)
1. Fungsi otak yang mengalami gangguan yaitu pada lobus frontalis tepatnya pada bagian gyrus
precentralis yang mengendalikan gerakan tubuh (tempat korteks motorik) .
Area Brodmann
1, 2, dan 3 - Korteks Somatosensorik (sering disebut area 3, 1, 2).
4 - Korteks Motorik Primer
5 - Korteks Asosiasi Somatosensorik
6 - Korteks Pra-motorik dan Motorik Suplementaris
7 - Korteks Asosiasi Somatosensorik
35 - Korteks Perirhinalis
36 - Korteks Parahippocampalis (di gyrus parahippocampal)
37 - Gyrus Fusiformis
38 - Area Temporopolar
39 - Gyrus Angularis (bagian dari Area Wernicke)
40 - Gyrus Supramarginalis (bagian dari Area Wernicke)
41, 42 - Korteks Asosiasi Primer dan Auditorius
43 - Area subcentral
44 - Pars Triangularis dari Area Broca
45 - Pars Opercularis dari Area Broca
46 - Korteks Prefrontalis Dorsolateral
47 - Gyrus Prefrontalis Inferior
48 - Area Retrosubicularis
52 - Area Parainsularis
(Paulsen & Waschke.2002.Sobotta Atlas Anatomi Manusia.Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Jakarta.)
(Eroschenko,Victor.2002.Atlas Histologi Difiore.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.)
No.
1
Area
Penamaan
Area 1, 2 dan 3 Somestetik Primer
Area 4
Korteks Frontalis
Area 8
Lapangan pandang
frontal
Area 6
Fungsi
Bagian ini akan menerima sensasi dari
semua bagian tubuh dan disinilah menggapai
kesaadaran. Sensasi umum ini mencakup
antara lain: nyeri, suhu, raba, tekan dan
proprioseptif.
Merupakan area motorik primer yang
bertanggungjawab untuk gerakan-gerakan
voluntar.
Area 6 dan 8 ini bertanggungjawab untuk
gerakan-gerakan menyidik voluntar dan
deviasi konjugat dari mata dan kepala.
Area 5 dan 7
Asosiasi Somestetik
Area 9,10,11,
dan 12
Korteks Prafrontalis
Area 17
Korteks Visual
Primer
Area 22
Korteks Asosiasi
Auditorik
10
Area 40
Korteks Parietalis
11
12