Makalah Pati
Makalah Pati
Makalah Pati
BIOKIMIA PATI
Kelompok 2
NURSYAHLIDA
RAHMI EL HUSNA
RAHMI SITRA GUSTIYA
RICKY M ARNIS
VENI SOFIANI
2014
Polisakarida adalah polimer hasil kondensasi monosakarida dan tersusun dari banyak
molekul monosakarida
molekul air untuk setiap ikatan yang terbentuk. Senyawa ini mempunyai rumus umum
(C6H10O5)n, dimana n adalah bilangan yang besar. Polisakarida terpenting sebagai
sumber karbohidrat yang tersebar luas di alam dan banyak terdapat pada tanaman adalah
pati. Pati penting dalam industri-industri pangan, tekstil, lem, kertas, permen, dan lain-lain.
A. Pengertian Pati
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka
panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi
yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin tidak bereaksi
1. Amilosa
Amilosa merupakan homogililikan D-glukosa dengan ikatan -(1,4) dari
struktur cincin piranca, yang membentuk rantai lurus umumnya dikatakan sebagai
linier dari pati. Meskipun sebenarnya amilase dihidrolisa dengan amilase pada
beberapa jenis pati tidak diperoleh hasil hidrolisis yang sempurna (Bank, 1973), amilase menghidrolisis amilosa menjadi unit-unit residu glukosa dengan memutus
ikatan -(1,4) dari ujung non pereduksi rantai amilosa menghasilkan maltosa.
Banyak satuan glukosa dalam setiap rantai tergantung pada sumbernya.
Biasanya setiap rantai mengandung 850 atau lebih unit glukosa dan dari setiap rantai
lurus tersebut terdapat satu titik cabang ikatan -(1,6) glikosida. Berat molekul
amilosa beragam tergantung pada sumber dan metoda ekstraksi yang digunakan.
Suatu karakteristik dari amilosa dalam suatu larutan adalah kecendrungan membentuk
koil yang sangat panjang dan fleksibel yang selalu bergerak melingkar. Struktur ini
mendasari terjadinya inte raksi iodamilosa membentuk warna biru (Rundle dan
Foster,1944). Berikut adalah struktur primer dan sekunder (heliks dengan satu lilitan
terdiri dari 6 glukosa) dari amilosa
(primer)
kompleks pati-iodin
didasarkan pada penemuan aktivitas enzim -amilase dengan metoda Fuwa. Uji positif
ditandai dengan terbentuknya daerah terang dengan latar biru/ ungu disekitar kultur (pada
media pertumbuhan yang mengandung pati) setelah penambahan larutan KI/ I 1. Warna biru/
ungu tersebut merupakan warna dari kompleks pati-iodin. Iodin dan pati akan saling
berinteraksi, iodin tersebut terperangkap dalam struktur pati. Pada akhirnya terjadi komplek
pati-iodin tersebut yang berwarna.
Reaksi tersebut merupakan reaksi yang bersifat spesifik terhadap pati. Dengan
demikian, uji tersebut dapat digunakan sebagai analisis pati dalam sampel baik kualitatif
maupun kuantitatif. Keberadaan -amilase akan mendegradasi pati menjadi glukosa,
sehingga warna biru/ungu yang terbentuk semakin hilang (muncul di daerah terang).
Aktivitas -amilase dapat diperiksa dengan hilangnya warna biru/ungu (muncul di daerah
terang) pada medium pertumbuhan setelah penambahan iodin.
2. Amilopektin
Amilopektin seperti amilosa juga mempunyai ikatan -(1,4) pada rantai lurusnya,
serta ikatan -(1,6) pada titik percabangannya. Ikatan percabangan tersebut berjumlah
sekiar 4 5 % da ri seluruh lkatan yang ada pada amilopektin (Hodge dan Osman, 1976 ;
Fennema, 1976). Biasanya amilopektin mengandung 1000 atau lebih unit molekul
glukosa untuk setiap rantai. Berat molekul amilopektin glukosa untuk setiap rantai. Berat
molekul amilopektin bervariasi tergantung pada sumbernya. Amilopektin pada pati umbiumbian mengandung sejumlah kecil ester fosfat yang terikat pada atom karbon ke 6 dari
cincin glukosa (G reenwood dan Munro, 1976).
Amilopektin dan amilosa mempunyai sifat fisik yang berbeda. Amilosa lebih mudah
larut dalam air dibandingkan amilopektin. Bila amilosa direaksikan dengan larutan iod akan
membentuk warna biru tua, sedangkan amilopektin akan membentuk warna merah. Dalam
produk makanan amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana
produk makan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat
ringan, porus, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi,
cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi secara
terbatas. Kadar amilosa dan amilopektin pada pati dapat dilihat pada table berikut ini
Granula Pati
Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk granula (butiran) yang berbedabeda. Penampakan mikroskopik dari granula pati seperti bentuk, ukuran, keseragaman, letak
hilum bersifat khas untuk setiap jenis pati, oleh karena itu dapat digunakan untuk identifikasi
dan demikian juga dengan sifat birefringen dari masing- masing pati berbeda.
Bentuk butiran pati secara fisik berupa semikristalin yang terdiri dari unit kristal dan
unit amorf (Bank dan Greenwood, 1975). Unit kristal lebih tahan terhadap perlakuan asam
kuat dan enzim. Bagian amorf dapat menyerap air dingin sampai 30% tanpa merusak
struktur pati secara keseluruhan (Hodge dan Osman, 1976). Sampai saat ini diduga bahwa
amilopektin merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap sifat-sifat kristal dari
granula pati (Bank, 1973).
Menurut
Kulp (1975) pati yang berasal dari biji-bijian tertentu hanya mengandung
amilopektin saja yang dikenal dengan istilah waxy atau lilin. Spesies yang penting adalah
sorgum lilin, jagung lilin dan berat lilin.
B. Sumber-Sumber Pati
1. Beras
Bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras
juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron),
mineral, danair. Pati beras dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
amilosa pati dengan struktur tidak bercabang dan amilopektin dengan
struktur bercabang. Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini
sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket,
lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh
amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki
kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya
terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras.
Karbohidrat merupakan penyusun utama beras dan sebagian besar
dari karbohidrat ini adalah pati. Sedang karbohidat lain seperti pentosa dan
selulosa, hemiselulosa dan gula hanya terdapat dalam jumlah yang lebih
sedikit. Oleh karena itu pati merupakan fraksi terbesar dalam beras, maka
sifat fisikokimia pati mempunyai peranan penting dalam penentuan sifat
fisikokimia beras. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibagi
maka
pati
cenderung
menyerap
air
lebih
banyak
telur
pada
granulanya,
berukuran
15-100
mikron,
dan
suhu
gelatinisasinya 58-66 o C.
6. Sagu
Pati sagu merupakan hasil ekstraksi empulur pohon sagu (Metroxylon sp) yang
sudah tua (berumur 8-16) tahun. Komponen terbesar yang terkandung dalam sagu
adalah pati. Pati sagu tersusun atas dua fraksi penting yaitu amilosa yang merupakan
fraksi linier dan amilopektin yang merupakan fraksi cabang. Kandungan amilopektin
pati sagu adalah 73% 3. Pati sagu memiliki karakteristik yaitu memiliki ukuran
granula rata-rata 30, kadar amilosa 27% 3, suhu gelatinisasi pati 700C, entalpy
gelatinisasi 15-17 J/g, dan termasuk tipe C pada pola X-ray difraction. Sifat pati sagu
berbeda dengan pati gandum.
C. Biokonversi pati menjadi glukosa menjadi menjadi alkohol
Amilosa dihidrolis dengan alfa amilase
D. Enzim yang terlibat pada proses biokonversi pati menjadi glukosa dan alkohol
Tahap reaksi
Hidrolisis pati menjadi glukosa
Gikolisis (10 tahap)
Tahap 1
Glukokinase
Tahap 2
Fosfoglukoisomerase
Tahap 3
Fosfofruktokinase
Tahap 4
Aldolase
Tahap 5
Triosafosfat isomerase
Tahap 6
Tahap 7
Fosfogliserat kinase
Tahap 8
Fosfogliserat mutase
Tahap 9
Enolase
Tahap 10
Fermentasi alkohol
Piruvat kinase
Piruvat dekarboksilase
Alkohol dehidrogenase
Alfa-amilase
(bahasa Inggris: alpha-amylase, 1,4-alpha-D-glucan glucanohydrolase, pancreatic alphaamylase, -amilase, PA) adalah salah satu enzim yang berperan dalam proses degradasi pati,
sejenis makromolekul karbohidrat. Struktur molekuler dari enzim ini adalah -1,4glukanohidrolase. Bersama dengan enzim pendegradasi pati lain, pululanase, -amilase
termasuk ke dalam golongan enzim kelas 13 glikosil hidrolase (E.C.3.2.1.1). Alpha-amilase
ini memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus.
Amilase adalah kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk memutuskan ikatan
glikosida
yang
terdapat
pada
pemecahan
molekul amilum ini adalah molekul-molekul yang lebih kecil seperti maltosa, dekstrin dan
terutama molekul glukosa sebagai unit terkecil (Reddy et al., 2003).
Hidrolisis amilosa oleh -amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama
adalah degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak, sangat
cepat dan diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses degradasi
yang relatif lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir,
dimulai dari ujung pereduksi secara teratur (Winarno ,1983). Kerja - amilase pada
molekul amilopektin akan menghasilkan glukosa dan oligosakarida (Winarno, 1983).
Penggunaan
-amilase
dalam
proses
hidrolisa
pati
sering
juga
disebut
likuifikasi, karena adanya penurunan viskositas dengan cepat, dan kecepatannya dapat
bervariasi untuk berbagai substrat. Enzim -amilase dapat diisolasi dari berbagai sumber
mikroorganisme
seperti
Aspergilus
oryzae,
Aspergilus
niger, Bacillus
substilis,
protein
enzim
akan
aktivitas
maksimum.
pH
optimum
pada
tahap
gelatinisasi
dan
digunakan dalam berbagai keperluan, khusunya dalam industri pangan dan tekstil.
Amilase digunakan dalam industri gula cair, pembuatan pati
tekstil. Amilase terdapat pada tanaman, jaringan mamalia dan
termodifikasi,
berbagai mikroorganisme seperti bakteri dan jamur / kapang akan tetapi memproduksi
enzim dengan menggunakan mikroorganisme dari jamur lebih menguntungkan
dibandingkan dari sumber lainnya karena dapat menghasilkan enzim dengan cepat dan
biaya produksinya lebih murah serta isolasi enzimnya pun relatif lebih mudah. Selain itu
jamur mempunyai kelebihan diantaranya -amilase yang dihasilkan dari jamur lebih
stabil jika dibandingkan dengan -amilase yang dihasilkan dari bakteri sehingga lebih
menguntungkan jika digunakan untuk kepentingan industri. Jamur / kapang yang
mampu menghasilkan alpha amilase diantaranya adalah Aspergillus oryzae.
Dedak
Larutan Mineral
23 % (5 gr)
9 % (2 gr)
68 % (15 ml)
dihitung
dengan
menggunakan
Diagram Alir Produksi Enzim alpha Amylase dari Bakteri Aspergillus Oryzae
Aspergillus oryzae
Aspergillus oryzae termasuk kapang / jamur dari genus Aspergillus. Aspergillus
oryzae bersifat kosmopolit artinya dapat ditemukan pada aneka substrat terutama pada
makanan fermentasi serta pada lingkungan industri. Aspergillus oryzae digunakan dalam
fermentasi tahap pertama dalam pembuatan kecap dan tauco.
Aspergillus oryzae memerlukan nutrient untuk pertumbuhannya. Nutrient berupa
unsur-unsur atau senyawa kimia, dari lingkungan digunakan sel
kimia
karbon,
kalium,
magnesium,
yang
sebagai
diperlukan
natrium,
kalsium,
konstituen
dalam
bentuk
nutrient
mikro
(besi, mangan, zinc, kobalt, molybdenum) dan vitamin. Aspergillus oryzae dapat
o
tumbuh dengan baik pada suhu 35-37 C dan pada selang pH 2 - 8,5.
c. Pada isian search ketik kata alpha amylase. Lalu, baru klik search.
d. Kemudian, pada website tersebut akan muncul 252.220 jenis penghasil enzim
-amylase.
adalah bahwa Aspergillus Oryzae ini tergolong ke dalam jenis bakteri. Dan
juga kita dapatkan informasi bahwa residu asam amino yang terdapat pada
enzim -amylase yang dihasilkan oleh Aspergillus Oryzae adalah sebanyak
499 aa protein.
g. Untuk melihat residu asam amino yang terdapat dalam bakteri Aspergillus
Oryzae dapat dilihat dibagian bawah situs atau bisa juga dengan mengklik
FASTA maka akan terlihat residu asam aminonya.
h. Untuk melihat informasi yang lebih pada bakteri Aspergillus Oryzae, kita klik
EC number 3.2.1.1
j. Tetapi, kami memilih bagian EC2PDB maka akan muncul tampilan seperti
dibawah ini :
Enzyme
EC
GH
Hydrolases
-Amylase
Oligo-1,6-glucosidase
-Glucosidase
Pullulanase
Amylopullulanase
Cyclomaltodextrinase
Maltotetraohydrolase
Isoamylase
Dextran glucosidase
Trehalose-6-phosphate hydrolase
Maltohexaohydrolase
Maltotriohydrolase
Maltogenic -amylase
Maltogenic amylase
Neopullulanase
Maltooligosyltrehalose hydrolase
Maltopentaohydrolase
Sucrose hydrolase
3.2.1.1
3.2.1.10
3.2.1.20
3.2.1.41
3.2.1.1/41
3.2.1.54
3.2.1.60
3.2.1.68
3.2.1.70
3.2.1.93
3.2.1.98
3.2.1.116
3.2.1.133
3.2.1.133
3.2.1.135
3.2.1.141
3.2.1.3.2.1.-
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
Transferases
Amylosucrase
Glucansucrase
Sucrose phosphorylase
Glucan branching enzyme
Cyclodextrin glucanotransferase
2.4.1.4
2.4.1.5
2.4.1.7
2.4.1.18
2.4.1.19
13
70
13
13
13
Isomerases
HATs
4--Glucanotransferase (Amylomaltase)
Glucan debranching enzyme
Alternansucrase
Maltosyltransferase
2.4.1.25
2.4.1.25/3.2.1.33
2.4.1.140
2.4.1.-
13, 77
13
70
13
Isomaltulose synthase
Maltooligosyltrehalose synthase
Trehalose synthase
5.4.99.11
5.4.99.15
5.4.99.16
13
13
13
rBAT protein
4F2hc antigen
-----
13
13
a HATs means the heteromeric amino acid transporter proteins. Adapted from
JANECEK (2009).
pada
oksigen
dari
ikatan
glikosidik
sehingga
terbentuk
DAFTAR PUSTAKA
http://www.publish.csiro.au/paper/PP9800035.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Pyruvate_decarboxylase
http://aem.asm.org/cgi/content/full/65/2/523
http://www.interscience.wiley.com/journal/110547829/abstract
http://www.en.wikipedia.com/pyruvate decarboxylase
Janecek, Stefan.Amylolytic Enzymes-Fokus On The Alpha-Amylases From
Archaea And Plants.2009. Department of Biotechnology, University of
SS. Cyril and Methodius
Kimmerer, Thomas W., Alcohol Dehydrogenase and Pyruvate Decarboxylase
Activity in Leaves and Roots of Eastern Cottonwood (Populus deltoides
Bartr.) and Soybean (Glycine max L.) (1987). Plant Physiol 4:121-1213).
Neale, Alan. D., Scopes, Robert. K., Wettenhall, Richard E. H., Hoogenraad,
Nicholas J. (1986). Pyruvate Decarboxylase of Zymomonas mobilis:
Isolation, Properties, and Genetic Expression in Escherichia coli.
Journal of Bacteriology 169:1024-1028
Old.analytical.chem.itb.ac.id/.../Citra_Resdia_10505082_Makalah_.doc