0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
280 tayangan11 halaman

LP DHF

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 11

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


Format Laporan Pendahuluan

Nama mahasiswa

: Florensia Simamora

Ruangan

: Lantai 4 Siloam Kebun Jeruk

A. Tinjauan Teoritis Medis


Judul
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Definisi
DHF atau dengue hemorrage fever merupakan penyakit infeksius yang disebabkan
oleh virus dengue, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (shepherd, 2009).
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
epidemic (Hendarwanto, 1996).
Etiologi
Demam dengue dapat disebabkan satu dari empat jenis virus dengue, yaitu : DEN-1,
DEN-2, DEN-3, and DEN-4. Semua orang dapat terinfeksi minimal dua jenis dari 4
macam virus dengue yang berbeda selama masa hidupnya, tetapi hanya sekali dari
tipe yang sama.
Virus dengue, yang termasuk dalam genus flavirus, keluarga flaviviridae. Penyebaran
virus ini melalui nyamuk Aedes (terutama A. aegypty dan A.albopictus). Virus dengue
tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe
yang paling banyak beredar.
Faktor resiko dari penyakit dengue adalah lingkungan yang kotor, banyak genangan
air, rumah kosong disekitar tempat tinggal, dan lainnya.

Manifestasi klinis

Berdasarkan WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah ini
dipenuhi
- Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari
- Terdapat minimal satu dari manifestasi pendarahan sebagai berikut :
i. Uji tourniquete positif, ada tanda perdarahan seperti > 20 petekie per
area 2.5cm2
ii. Petekie, purpura
iii. Perdarahan mukosa, pendarahan gusi, hidung atau tempat lain.
iv. Hematemesis atau melena
v. Pembesaran hati
vi. Syok
- Trombositepenia jumlah trombosit <100.000/ul
- Terdapat tanda-tanda kebocoran plasma sebagi berikut:
i. Peningkatan / Penurunan hematokrit
ii. Tanda bocoran plasma seperti efusi pleura, atau hipoprotenimia
Selain itu, pasien akan menggeluhkan nyeri pada retro orbital, sakit kepala, nyeri pada
sendi, mual dan muntah, nyeri pada abdominal, kelelahan, lemah, batuk, dan sakit
tenggorokan.
Anatomi dan Fisiologi
Dalam penyakit dengue, bagian tubuh yang paling berperan adalah darah. Darah
terdiri dari beberapa komponen yaitu :
- Sel darah merah (eritrosit) :
jumlah normal (5 juta sel)
tugasnya : membawa oksigen dalam sel hemoglobin, dans ebagai penentu
-

jenis golongan darah.


Sel darah putih (leokusit) :
Jumlah normal : 4500 - 10.000 sel
Tugasnya untuk melawan infeksi, alergi, dan bekerja spesifik sesuai jenisnya.
Jenisnya :
a. Neutrofil : sumber tebesar untuk pertahanan terhadap bakteri (50
70%).
b. Eosinofil : respon terhadap reaksi alergi, untuk melawan proses
inflamasi. Melawan reaksi infeksi parasit (1-3%).
c. Basofil : melepaskan heparin, histamin, bradikinin. Bekerja untuk
membuang (remove) lemak setelah makan makanan berlemak (0.4
1%).
d. Monosit : membuang debris, virus, bakteri, dengan cara makrofag.
Merupakan bagian penting dalam infeksi kronis (4-6%).
e. Limfosit : formasi dari antibodi, produksi immunitas, memiliki 2 jenis
sel T-sel dan B-sel. Meningkat ketika ada penyakit virus.

Lymphocytes
Trombosit

Jumlah normal : diatas 150.000 450.000 sel


Tugasnya untuk pembekuan darah.
Pada penyakit dengue, akan terlihat perubahan pada komponen-komponen darah yang
ada, seperti penurunan trombosit (trombositopenia), hemoglobin yang meningkat, dan

leukosit yang meningkat.


Patofisiologi
Virus dengue
masuk ke tubuh
Gangguan Homeostasis
Tubuh
(Viremia)

Reaksi antigen dan


antibody
Peningkatan
permeability dari
kapiler
Kebocoran plasma
darah

Defisit
elektrolit
mual,
muntah,
sulit

Trombositopenia,
hemokonsentrasi, dan
hypoalbumin
perdarahan di saluran
cerna, petekie,
purpura, etc
Resiko Pendarahan
hipovolemia

demam

Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh.

Penumpuka
n asam
laktat
Organ
tertentu

Peningk
atan
suhu

sakit kepala,
nyeri otot,
nyeri pada
sendi dan
retroorbital
Nyeri

Pemeriksaan Penunjang
pucat, nadi
Defisit volume
Lemah,
Uji torniquet
: adanya tanda perdarahan
di bawah kulit seperti petekie, dan
cepat dan lemah,

cairan tubuh

purpura.
Cek darah lengkap (H2TL) : Hb meningkat 20 %, trombosit menurun (dibawah
150.000 sel/L), hematokrit meningkat atau menurun sejumlah 20%, peningkatan

sel darah putih.


SGOT/SGPT (meningkat)
Cek Albumin (penurunan level albumin)
Cek elektrolit (Na, Cl, Ca)
Tes serologis HI (Haemoglutination Inhibition) lebih dari 1280, dan ELISA
(IgM/IgG), hasil positif dari tes antibodi IgM pada fase serum atau late acute dan
positif pada IgG.

Terapi medik
-

Tirah baring atau istirahat baring.

Diet makan lunak.

Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.

Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.

Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda


vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 30
ml/kg BB.

Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48


jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas,
amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang


hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan
yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb
yang mencolok.

Komplikasi
1. Perdarahan pada semua organ tubuh
2. Encephalopathy
3. Gangguan kesadaran disertai kejang
4. Disorientasi prognosis buruk
Prognosis

DHF dapat disembuhkan dalam waktu 7 hari dengan perawatan dan pengobatan yang
baik. Sebaliknya apabila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan
kematian.
B. Tindakan Teoritis Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas Pasien : DHF dapat menyerang orang dewasa, remaja maupun anak

anak.
Keluhan Utama : Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual

dan nafsu makan menurun.


Riwayat penyakit sekarang : Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala,
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual,

dan nafsu makan menurun.


Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga
yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa

ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigypty.


Riwayat Kesehatan Lingkungan : Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak
genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung

yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.


Tanda dan gejala spesifik seperti :
a) Demam tinggi 2-7 hari
b) Adanya kemerahan pada kulit : petekie, dan purpura.
c) Pembengkakan kelenjar limpa dan liver (hepatomegali)
d) Adanya tanda perdarahan : di gusi, melena, hematemesis, dsb.
e) Pasien menggeluhkan nyeri pada retro orbital, sakit kepala, nyeri
pada sendi, mual dan muntah, nyeri pada abdominal, kelelahan,
f)
g)
h)
i)

lemah, batuk, dan sakit tenggorokan


Nadi yang cepat dan lemah
Tekanan darah yang rendah (hypotension)
Kulit teraba dingin dan terlihat pucat
Tanda kebocoran plasma seperti muncul : effusi pleura, acites,

hypoalbumin.
Hasil lab : hemoglobin meningkat 20 %, hematokrit yang menurun/ meningkat
sejumlah 20 %, peningkatan leukosit, trombosit yang menurun <100.000 ml.
Hasil lab :positif pada serologi IgG dan IgM, serologi HI lebih dari 1280.
Pengkajian persistem :
1. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan
dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

2. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade
IV dapat trjadi DSS
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6.

Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan, Rencana dan Rasional

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan dan
No
Kriteria
Intervensi
Rasional
Evaluasi
1 Peningkatan suhu Setelah
Kaji saat timbulnya
untuk
1 tubuh
dilakukan
demam.
mengidentifikasi
. berhubungan
intervensi
pola demam pasien.
selama 3 hari,
dengan respon
diharapkan Suhu Observasi tanda vital
tanda vital
tubuh terhadap
tubuh kembali
(suhu, nadi, tensi,
merupakan acuan
infeksi, ditandai
normal
pernafasan) setiap 6-8
untuk mengetahui
dengan warna
jam.
keadaan umum
Dengan kriteria :
pasien.
kulit kemerahan,
Suhu
tubuh
(36akral hangat, suhu
37C).
Beri kompres air kran
Kompres dingin
Dx.
Keperawatan

No

Dx.
Keperawatan
tubuh <37C.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan dan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Evaluasi
Mukosa lembab
akan terjadi
Nyeri otot
pemindahan panas
hilang
secara konduksi
TTV kembali
normal (TD :
Berikan / anjurkan pasien Peningkatan suhu
120/80 mmHg,
untuk banyak minum
tubuh
N : 80 x/min,
1500-2000 cc/hari
mengakibatkan
RR : 20 x /min) ( sesuai toleransi )
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan
Anjurkan untuk tidak
cairan yang banyak.
memakai selimut dan
pakaian yang tebal.
pakaian tipis
membantu
mengurangi
Tindakan kolaborasi
penguapan tubuh.
dengan memberikan
terapi cairan intravena.
pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu
Tindakan kolaborasi
tinggi.
dengan pemberian obatobatan diuretik sesuai
program dokter.

2.

Nyeri
berhubungan
dengan
peningkatan asam
laktat, ditandai
dengan pasien
menggeluhkan
nyeri pada kepala,
atau anggota
tubuh lain, dan
pasien lemas

Pemberian terapi
obat dapat
membantu
menurunkan suhu
tubuh

Setelah
dilakukan
intervensi
selama 2 hari,
diharapkan
Nyeri berkurang
atau hilang.

Kaji tingkat nyeri yang


dialami pasien

untuk mengetahui
berapa berat nyeri
yang dialami pasien.

Berikan posisi yang


nyaman, usahakan situasi
ruangan yang tenang.

Untuk mengurangi
rasa nyeri.

Kriteria hasil :
Pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
atau hilang
Skala nyeri
berkurang

Alihkan perhatian pasien


dari rasa nyeri, dengan
mengajarkan teknik
relaksasi dan distraksi.

Dengan melakukan
aktivitas lain pasien
dapat melupakan
perhatiannya
terhadap nyeri yang
dialami.
Analgetik dapat
menekan atau
mengurangi nyeri

Tindakan kolaborasi
dengan pemberian obatobat analgetik

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Dx.
Tujuan dan
No
Keperawatan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Evaluasi
(1-10)
pasien.
TTV kembali
normal (TD :
120/80
mmHg, N :
80 x/min, RR
: 20 x /min,
SH : 36-37
C)
3. Gangguan
Setelah
Kaji keluhan mual, sakit
Untuk menetapkan
pemenuhan
dilakukan
menelan, dan muntah
cara mengatasinya.
kebutuhan
intervensi
yang dialami pasien.
nutrisi : kurang
selama 3 hari,
Kaji cara/bagaimana
Cara menghidangkan
dari kebutuhan
diharapkan
makanan dihidangkan.
makanan dapat
tubuh
Kebutuhan
mempengaruhi nafsu
berhubungan
nutrisi pasien
makan pasien.
intake nutrisi
terpenuhi.
yang tidak
Berikan dan Bantu oral Meningkatkan nafsu
adekuat ditandai
Kriteria hasil :
hygiene.
makan dan masukan
dengan mual,
peroral
Pasien dapat
muntah, dan tidak
menghabiska
nafsu makan,
Hindari makanan yang Menurunkan distensi
n
anorexia.
dan dan iritasi gaster.
makanannya merangsang
mengandung
gas.
sesuai porsi
yang
Berikan makanan yang
Membantu
diberikan
mudah ditelan seperti
mengurangi
Tidak
bubur.
kelelahan pasien dan
ditemukan
meningkatkan
tanda
asupan makanan .
malnutrisi
pada pasien.
Berikan makanan dalam
Untuk menghindari
porsi kecil dan frekuensi
mual dan
sering.
meningkatkan
asupan makanan.
Catat jumlah / porsi
makanan yang dihabiskan
oleh pasien setiap hari.

Untuk mengetahui
pemenuhan
kebutuhan nutrisi.

Ukur berat badan pasien


setiap minggu.

Untuk mengetahui
status gizi pasien

Tindakan kolaborasi
dengan pemberian obat-

Antiemetik
membantu pasien

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Dx.
Tujuan dan
No
Keperawatan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Evaluasi
obatan antiemetik sesuai
mengurangi rasa
program dokter.
mual dan muntah
dan diharapkan
intake nutrisi pasien
meningkat.
4. Defisit volume
Setelah
Kaji keadaan umum
Menetapkan data
cairan tubuh
dilakukan
pasien (lemah, pucat,
dasar pasien untuk
berhubungan
intervensi
takikardi) serta tandamengetahui
dengan
selama 5 hari,
tanda vital.
penyimpangan dari
peningkatan
diharapkan
keadaan normalnya.
permeabilitas
Volume cairan
dinding plasma,
terpenuhi.
Agar dapat segera
ditandai dengan
Observasi tanda-tanda
dilakukan tindakan
bibir pecahKriteria hasil :
syock.
untuk menangani
pecah, turgor kulit Vital sign
syok.
buruk dan
Asupan cairan
batas normal
Anjurkan
pasien
untuk
mukosa kering
sangat diperlukan
(TD : 120/80
banyak
minum.
untuk menambah
mmHg, N :
volume cairan
80 x/min, RR
tubuh.
: 20 x /min,
SH : 36-37
Catat intake dan output
Untuk mengetahui
C)
keseimbangan cairan
Input dan
output sama
Tindakan kolaborasi
Pemberian cairan IV
(-50 hingga
pemberian cairan
sangat penting bagi
+500)
intravena sesuai program pasien yang
dokter.
mengalami
Tidak ada
kekurangan cairan
tanda
tubuh dan membantu
presyok
memenuhi cairan
(akral
tubuh.
hangat, nadi
cepat, suhu
meningkat)
5.

Resiko
perdarahan lebih
lanjut
berhubungan
dengan
trombositopenia,
ditandai dengan
munculnya
petekie, purpura,
dan perdarahan

Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3 hari,
diharapkan
Tidak terjadi
perdarahan lebih
lanjut.
Kriteria hasil :

Monitor tanda penurunan


trombosit yang disertai
gejala klinis.

Penurunan trombosit
merupakan tanda
kebocoran pembuluh
darah.

Anjurkan pasien untuk


banyak istirahat

Aktivitas pasien
yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan
perdarahan.

No

Dx.
Keperawatan
mukosa mulut.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan dan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Evaluasi
Monitor trombosit setiap
Dengan trombosit
Trombosit
hari
yang dipantau setiap
meningkat
hari, dapat diketahui
Tidak
tingkat kebocoran
muncul
pembuluh darah dan
tanda-tanda
kemungkinan
perdarahan
perdarahan yang
lebih lanjut.
dialami pasien.
Tanda-tanda
vital normal.
Beri penjelasan untuk
Membantu pasien
segera melapor bila ada
mendapatkan
tanda perdarahan lebih
penanganan sedini
lanjut.
mungkin.
Jelaskan obat yang
diberikan dan
manfaatnya.

Antisipasi adanya
perdarahan : misalnya
gunakan sikat gigi yang
lunak, pelihara
kebersihan mulut (kumur
listerine), berikan tekanan
5-10 menit setiap selesai
ambil darah.

Memotivasi pasien
untuk mau minum
obat sesuai dosis
yang diberikan.
Mencegah terjadinya
perdarahan lebih
lanjut

Daftar Pustaka
Dengue fever, diakses tanggal 18 April 2010, dari :
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview
Doenges, Marilynn, E, dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, C. (1995). Perawatan Pasien DHF. EGC : Jakarta.
Hendarwanto. (1996). Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga. FKUI : Jakarta.
Hurst, M. (2008). Hurst Reviews: Pathophysiology Review. The McGraw-Hill Companies :
USA.
Noer,Sjaifoellah. (1995). Ilmu Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta.

Salmiyatun, S. Kp (2004). Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah.


EGC: Jakarta.
Shepherd, S.M, Hinfey, P.B, Shoff, W.H. (2009). Dengue Fever. Diakses tanggal 18 April
2010, dari : http://www.umm.edu/ency/article/001373.htm

Anda mungkin juga menyukai