LP Stroke Hemoragic
LP Stroke Hemoragic
LP Stroke Hemoragic
Disusun oleh:
Wisnu Candra Firmansyah
SN172115
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA
ii
iii
STROKE HEMORAGIK
1
2. Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi menurut
Muttaqin (2016) yaitu :
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah
dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdaraha.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan
mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
2
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Ada dua bentuk CVA bleeding
3
didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering
pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.
Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme
diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari
darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan
didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 %
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2
melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak (Ariani, 2016).
4
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
5
4. Manifestasi Klinis
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
diantaranya sebagai berikut :
a. Daerah arteri serebri media
1) Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
2) Hemianopsi homonim kontralateral
3) Afasi bila mengenai hemisfer dominan
4) Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
b. Daerah arteri karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
c. Daerah arteri serebri anterior
1) Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
2) Incontinentia urinae
3) Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
d. Daerah arteri posterior
1) Hemianopsi homonim kontralateral ( gangguan lapang pandang)
2) Daerah makula karena daerah ini mendapat suplay darah dari
arteri serebri media.
3) Nyeri talamik atau CPSP ( Central Pain Post Stroke)
4) Hemibalisme
5) Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
e. Daerah vertebrobasiler
1) Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang
otak
2) Hemiplegi alternans atau tetraplegi
3) Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
6
5. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan bergagai komplikasi
menurut Muttaqin (2016):
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus
normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik menurut Ariani (2016),
antara lain:
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih
bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa
dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol/memperbaiki
disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1) Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
2) Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
3) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
7
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi
umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik
dapat dipertahankan.
e. Craniotomi
Operasi ini adalah sebuah operasi pada otak yang dilakukan dengan
cara mengangakat flap tengkorak untuk sementara, dan akan
langsung mengembalikannya pada saat operasi telah selesai
dilakukan. Hal, ini sangat berbeda dengan operasi kraniektomi yang
pernah kita bahas sebelumnya. Jika kraniotomi akan mengembalikan
flap tulang secara langsung namun, pada kranektomi justru flap
tulang tidak akan dikembalikan dengan secepatnya. Pasien akan
melakukan penantian untuk beberapa saat sebelum flap tersebut
dikembalikan. Perbedaan ini sendiri juga disebabkan karena
penyebab atau alasan kenapa operasi tersebut dilakukan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ariani (2016) pemeriksaan penunjang untuk klien
dengan stroke hemoragik yaitu :
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial.
c. CT scan
8
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif :
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralisis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data obyektif :
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia) , kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif :
1) Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung, endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif :
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
9
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subyektif :
1) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif :
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan,
kegembiraan
2) Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif :
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)
e. Makan/minum
Data Subyektif :
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea/vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif :
1) Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
2) Obesitas (faktor resiko)
f. Sensori neural
Data Subyektif :
1) Pusing/syncope (sebelum CVA/sementara selama TIA)
2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan
sub arachnoid.
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang
10
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif :
1) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan/paraliysis (kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflek tendon dalam (kontralateral)
3) Wajah : paralisis/parese (ipsilateral)
4) Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata-kata, reseptif/kesulitan berkata-kata
komprehensif, global/kombinasi dari keduanya.
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
g. Nyeri/kenyamanan
Data Subyektif :
1) Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
1) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
h. Respirasi
Data Subyektif :
1) Perokok (faktor resiko)
Data Obyektif :
1) Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas
2) Timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur
3) Suara nafas terdengar ronchi/aspirasi
11
i. Keamanan
Data Obyektif :
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
j. Interaksi sosial
Data Obyektif :
1) Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
k. Pengajaran/pembelajaran
Data Subjektif :
1) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
2) Penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
1) Menentukan regimen medikasi/penanganan terapi
2) Bantuan untuk transportasi, shoping, menyiapkan makanan,
perawatan diri dan pekerjaan rumah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kesadaran
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret
berlebih
d. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
12
e. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik
h. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak
13
3. Rencana Keperawatan
14
2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management
nafas b.d penurunan keperawatan selama 1 x 1. Buka jalan nafas,
kesadaran 24 jam ketidakefektifan gunakan teknik
pola nafas klien teratasi chin lift atau jaw
dengan KH: thrust
Respiratory 2. Posisikan pasien
Status: Airway untuk
Patency memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan 3. Identifikasi
suara nafas yang pasien perlunya
bersih, tidak ada pemasangan alat
sianosis dan jalan nafas buatan
dyspneu(mampu 4. Keluarkan sekret
mengeluarkan dengan batuk atau
sputum,bernafas suction
dengan mudah,tidak 5. Auskultasi suara
ada pursed lips). nafas
2. Menunjukkan jalan 6. Monitor respirasi
nafas yang paten dan status O2
(klien tidak merasa
tercekik,irama
nafas,frekuensi
dalam rentang yang
diharapkan, tidak
ada suara nafas
tambahan).
3. TTV dalam rentang
normal
3. Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
tidak Efektif Respiratory status : Airway suction
Ventilation 4. Pastikan kebutuhan
Definisi : Respiratory status : oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning
membersihkan sekresi Aspiration Control 5. Auskultasi suara nafas
atau obstruksi dari sebelum dan sesudah
saluran pernafasan untuk Kriteria Hasil : suctioning.
mempertahankan 1. Mendemonstrasikan 6. Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. batuk efektif dan suara klien dan keluarga
nafas yang bersih, tidak tentang suctioning
Batasan Karakteristik : ada sianosis dan 7. Minta klien nafas
- Dispneu, Penurunan dyspneu (mampu dalam sebelum suction
suara nafas mengeluarkan sputum, dilakukan.
- Orthopneu mampu bernafas dengan 8. Berikan O2 dengan
- Cyanosis mudah, tidak ada pursed menggunakan nasal
- Kelainan suara lips) untuk memfasilitasi
nafas (rales, 2. Menunjukkan jalan suksion nasotrakeal
wheezing) nafas yang paten (klien 9. Gunakan alat yang
15
- Kesulitan berbicara tidak merasa tercekik, steril sitiap melakukan
- Batuk, tidak irama nafas, frekuensi tindakan
efekotif atau tidak pernafasan dalam 10. Anjurkan pasien untuk
ada rentang normal, tidak istirahat dan napas
- Mata melebar ada suara nafas dalam setelah kateter
- Produksi sputum abnormal) dikeluarkan dari
- Gelisah 3. Mampu nasotrakeal
- Perubahan mengidentifikasikan dan 11. Monitor status oksigen
frekuensi dan irama mencegah factor yang pasien
nafas dapat menghambat jalan 12. Ajarkan keluarga
nafas bagaimana cara
Faktor-faktor yang melakukan suksion
berhubungan: 13. Hentikan suksion dan
- Lingkungan : berikan oksigen
merokok, apabila pasien
menghirup asap menunjukkan
rokok, perokok bradikardi,
pasif-POK, infeksi peningkatan saturasi
- Fisiologis : O2, dll.
disfungsi
neuromuskular, Airway Management
hiperplasia dinding 1. Buka jalan nafas,
bronkus, alergi guanakan teknik chin
jalan nafas, asma. lift atau jaw thrust bila
- Obstruksi jalan perlu
nafas : spasme jalan 2. Posisikan pasien untuk
nafas, sekresi memaksimalkan
tertahan, banyaknya ventilasi
mukus, adanya 3. Identifikasi pasien
jalan nafas buatan, perlunya pemasangan
sekresi bronkus, alat jalan nafas buatan
adanya eksudat di 4. Pasang mayo bila perlu
alveolus, adanya 5. Lakukan fisioterapi
benda asing di jalan dada jika perlu
nafas. 6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan.
3 Resiko aspirasi b.d Setelah dilakukan tindakan Aspiration Precaution
16
penurunan kesadaran keperawatan selama 1 x 1. Monitor tingkat
24 jam resiko aspirasi kesadaran, reflek
klien teratasi dengan KH: batuk dan
Respiratory kemampuan
Status: menelan
Ventilation 2. Lakukan suction
1. Klien dapat bila perlu
bernafas dengan 3. Cek nasogastrik
mudah, sebelum makan
irama,frekuensi 4. Posisikan tegak 90
pernafasan normal derajat
2. Pasien mampu 5. Hindari makan jika
menelan,mengunya residu masih banyak
h tanpa terjadi
aspirasi dan
mampu melakukan
oral hygiene
3. Jalan nafas
paten,mudah
bernafas,tidak
merasa tercekik
dan tidak ada suara
nafas abnormal
3 Resiko injuri b.d Setelah dilakuakan Environment
penurunan kesadaran tindakan keperawatan Management
selama 1 x 24 jam resiko 1. Sediakan
injuri klien tertasi dengan lingkungan yang
KH: aman untuk pasien
Risk Control 2. Identifikasi
1. Klien terbebas dari kebutuhan
cedera keamanan
2. Klien mampu pasien,sesuai
menjelaskan cara dengan kondisi fisik
untuk mencegah dan fungsi kognitif
cidera pasien dan riwayat
3. Klien mampu terdahulu pasien
menjelaskan factor 3. Menghindarkan
resiko dari lingkungan yang
lingkungan berbahaya
personal 4. Berikan penjelasan
4. Mempu pada pasien dan
memodifikasi gaya keluarga adanya
hidup untuk perubahan status
mencegah cidera kesehatan dan
5. Mampu mengenali penyebab penyakit
perubahan status
17
kesehatan
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise Therapy:
fisik b.d kerusakan keperawatn selama 1 x 24 Ambulation
neurovaskuler jam kerusakan mobilitas 1. Monitor TTV
fisik klien teratasi dengan sebelum / sesudah
KH: latihan dan lihat
Self Care: ADLs respon pasien saat
1. Klien meningkat latihan
dalam aktivitas 2. Konsultasikan
fisik dengan terapi fisik
2. Mengerti tujuan tentang rencana
dari peningkatan ambulasi sesuai
mobilitas dengan kebutuhan
3. Memverbalisasikan 3. Kaji kemampuan
perasaan dalam pasien dalam
meningkatkan mobilisasi
kekuatan dan 4. Latih pasien dalam
kemampuan pemenuhan
berpindah kebutuhan ADLs
4. Memperagakan secara mandiri
penggunaan alat sesuai kemampuan
bantu mobilisasi 5. Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
integritas kulit b.d keperawatan selama 1 x 1. Anjurkan pasien
immobilitas fisik 24 jam resiko integritas untuk menggunakan
kulit klien teratasi dengan pakaian yang
KH: longgar
Tissue Integrity: 2. Jaga kebersihan
Skin and Mucous kulit agar tetap
Membranes bersih dan kering
1. Integritas kulit yang 3. Monitor aktivitas
baik bisa dan mobilisasi klien
dipertahankan 4. Monitor tanda dan
(sensasi,elastis,temp gejala infeksi pada
eratur,hidrasi,pigme area insisi
ntasi)
2. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbakan
kulit dan mencegah
terjadinya secara
18
berulang
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempetahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
6 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Communication
verbal b.d penurunan keperawatan selama 1 x Enhancement: Speech
sirkulasi ke otak 24 jam kerusakan Deficit
komunikasi verbal klien 1. Dorong pasien
teratasi dengan KH: untuk
Sensory berkomunikasi
Function: secara perlahan dan
Hearing & Vision untuk mengulangi
1. Komunikasi : permintaan
penerimaan, 2. Beri satu kalimat
interpretasi dan simple setiap
ekspresi pesan, lisan, bertemu
tulisan, dan non 3. Dengarkan dengan
verbal meningkat penuh perhatian
2. Komunikasi ekspresif 4. Anjurkan
(kesulitan berbicara): kunjungan keluarga
ekspresi pesan verbal secara teratur untuk
atau non verbal yang memberikan
bermakna stimulus
3. Komunikasi reseptif komunikasi
(kesulitan
mendengar):
penerimaan
komunikasi dan
interpretasi pesan
verbal atau non verbal
4. Gerakan terkoordinasi
:mampu
mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan
informasi: klien
mampu untuk
memperoleh,mengatu
r,dan menggunakan
informasi.
19
DAFTAR PUSTAKA