Jurnal Cedera Kepala PDF
Jurnal Cedera Kepala PDF
Jurnal Cedera Kepala PDF
UNIVERSITAS INDONESIA
Nama
NPM
: 0806334350
Tanda Tangan
Tanggal
: 08 Juli 2012
ii
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
NPM
: 0806334350
Program Studi
Judul Skripsi
DEWAN PENGUJI
Penguji
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 05 Juli 2013
iii
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia_Nya, terutama selama penulis mengerjakan skripsi ini.
Shalawat beserta salam penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW yang telah
menjadi teladan dalam segala hal.
iv
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
(7) Laskar bunga. Sekarang telah lima tahun ini kita menjalani hari-hari
bersama, dan terasa dinamikanya, ada suka dan duka yang kita lalui.
Semoga kita selalu saling menyemangati, dimanapun kita berada.
(8) Keluarga besar SALAM UI X3 dan SALAM 14. Terima kasih atas segala
motivasi, dukungan, pembelajaran selama tahun-tahun terakhir ini.
Semoga ukhuwah kita tetap terjaga sampai akhir.
(9) Kepada Happy Family. Terima kasih atas kebersamaannya, bahkan sampai
anak cucu nanti, semoga persaudaraan kita makin erat dan terjaga.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi penulis untuk
menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
v
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
vi
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
vii
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
vi
vii
vii
viii
x
xi
xii
1
1
3
4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
8
8
9
11
12
12
14
16
16
20
21
viii
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
25
25
26
27
28
32
32
5. PENUTUP ........................................................................................
5.1 Kesimpulan ................................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................
40
40
41
42
33
34
35
ix
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Anak-Anak .......................................................................
10
Tabel 2.3
12
Tabel 2.4
18
Tabel 2.5
Tabel 4.1
20
37
x
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
10
Gambar 2.2
17
Gambar 2.3
17
Gambar 2.4
18
Gambar 2.5
19
Gambar 3.1
Gambar 3.2
30
31
xi
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Pengkajian
Lampiran 3
Analisa Data
Lampiran 4
Lampiran 5
Catatan Perkembangan
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th,
95th, 97th Percentiles, 2 to 20 years: Boys Weight-for-Age
Lampiran 9
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 85th,
90th, 95th, 97th Percentiles, 2 to 20 Years: Boys Body Mass
Index-for-Age
Lampiran 10
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 85th,
90th, 95th, 97th Percentiles: Boys Weight-tor-Stature
Lampiran 11
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th,
95th, 97th Percentiles, 2 to 20 Years: Boys Stature-for-Age
xii
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
(n=459) pasien
Cedera kepala ini menimbulkan resiko yang tidak ringan. Resiko utama pasien
yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial akan
mempengaruhi perfusi serebral dan menimbulkan distorsi dan herniasi otak.
Manifestasi
abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, dan perubahan tandatanda vital. Gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensori, kejang
otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang dan banyak efek
lainnya juga mungkin terjadi pada pasien cedera kepala (Smeltzer & Bare,
2006).
Terdapat beberapa manifestasi yang timbul dari cedera kepala. Salah satunya
adalah edema atau hematoma yang menyebabkan peningkatan tekanan intra
kranial. Hal ini menimbulkan masalah gangguan perfusi jaringan serebral.
Selain itu, defisit neurologik mungkin saja terjadi sehingga mengganggu
refleks menelan yang berujung pada gangguan bersihan jalan napas. Defisit
neurologik tidak hanya mempengaruhi pernapasan, tetapi proses pikir dan
kognitif pasien sehingga muncul masalah gangguan proses pikir. Kejang, sakit
kepala dan vertigo juga menjadi salah satu risiko untuk terjadinya cedera dan
timbulnya rasa nyeri pada pasien cedera kepala. Mual, muntah serta
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
atau nyeri pada klien, sehingga dapat diterapkan salah satu intervensi dari
sebuah tesis untuk mempengaruhi respon nyeri klien.
1.3.2.2
1.3.2.3
1.3.2.4
1.3.2.5
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
1.4.2
1.4.3
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
a) Coup
Gerakan yang menyebabkan memar pada titik benturan (Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).
b) Countercouop
Benturan pada tempat yang jauh dari benturan/ ketika otak
membentur permukaan tengkorak yang tidak lentur (Satyanegara,
2010).
c) Hemato epidural
Hemato epidural adalah kondisi setelah cedera, dimana darah
terkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) di antara
tengkorak dan dura (Mallinckrodt Institute of Radiology, 2006).
d) Hemato subdural
Hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan
dasar otak (Mallinckrodt Health Central., 2013).
e) Hemato intraserebral
Perdarahan intraserebral hematoma adalah perdarahan yang
terdapat di dalam substansi otak (MedicineNet, 2013).
3) Cedera difus yang berupa konkusi ringan atau klasik atau berupa
cedera aksional difusa yang ringan, moderat hingga berat.
Cedera difus berkaitan dengan disfungsi otak yang luas, serta biasanya
tidak tampak secara makroskopis. Mengingat bahwa kerusakan yang
terjadi kebanyakan melibatkan akson-akson, maka cedera ini juga
dikenal dengan nama cedera aksonal difusa.
4) Trauma tembak
Merupakan cedera yang timbul karena tembakan/ peluru.
Universitas Indonesia
deficit disorder,
Universitas Indonesia
di sekolah dan
Cedera ringan
Tanda-tanda
progestivitas
Cedera berat
Tanda-tanda yang
menyertai
Universitas Indonesia
10
Pada saat merawat pasien dengan cedera kepala, perawat harus mampu
memantau tanda peningkatan TIK. Manifestasi peningkatan TIK dapat dilihat
di tabel berikut:
Tabel 2.2 Manifestasi Klinis Peningkatan TIK pada Bayi dan Anak-Anak
USIA
Bayi
Anak-anak
Kepribadian
dan tanda-tanda
perilaku
Tanda-tanda
lanjut
MANIFESTASI KLINIS
Fontanela tegang dan menonjol, kurangnya pulsasi yang normal
Sutura kranial terpisah
Tanda macewen (suara seperti pot pecah saat di perkusi)
Iritabilitas (anak menjadi rewel)
Tangisan dengan nada tinggi (high-ptched cry)
Peningkatan lingkaran oksipital
Distensi vena-vena di kulit kepala
Perubahan pola pemberian makan
Menangis ketika digendong atau digoyang
Setting-sun sign (deviasi mata kebawah sehingga masing-masing iris
tanpak tenggelam dibalik kelopak mata bawah, dengan sklera
putih terbuka diantara iris dan kelopak mata atas)
Sakit kepala
Mual
Muntah-sering tanpa rasa mual
Dipoplia, penglihatan kabur
Kejang
Iritabilitas (toddler), gelisah
Anak tampak tidak peduli, mengantuk atau tidak memiliki
ketertarikan
Kinerja di sekolah menurun
Aktivitas fisik dan kinerja motorik menurun
Peningkatan keluhan keletihan, kelelahan, waktu tidur bertambah
Penurunan berat badan yang signifikan, kemungkinan disebabkan
oleh anoreksia dan vomittus
Kehilangan ingatan jika tekanan semakin meningkat
Ketidakmampuan untuk mengikuti perintah sederhana
Berkembang menjadi letargi dan keadaan mengantuk
Penurunan tingkat kesadaran
Berkurangnya respon motorik terhadap perintah
Berkurangnya respon sensorik terhadap rangsangan nyeri
Perubahan ukuran dan reaktivitas pupil
Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
Pernapasan Cheyne-Stokes
Papiledema
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
2.3.1 Pengkajian
Hal-hal yang harus dikaji pada pasien cedera kepala, adalah:
1. Tingkat Kesadaran dan Responsivitas
Tingkat kesadaran dan responsivitas dikaji secara teratur dengan
Glaslow Coma Scale (GCS):
EYE
OPENING
Membuka
mata
MOTOR
RESPONSE
Respon
motorik
VERBAL
RESPONSE
Respon
verbal
SCORE
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
DESKRIPSI
Spontan
Mengikuti perintah
Rangsang nyeri
Tidak ada respon
Sesuai perintah
Melokalisir nyeri
Fleksi normal
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak ada respon
Terdapat kesadaran dan orientasi
Disorientasi
Berkata tanpa arti
Hanya suara (mengerang)
Tidak ada respon
Pada saat menilai respon pasien untuk membuka mata, nilai 4 dapat
ditentukan jika pasien membuka mata dengan spontan. Nilai 3
ditentukan
dengan
menstimulus
klien
dengan
suara,
seperti
Universitas Indonesia
13
Services, 2003).
Cedera Kepala
Universitas Indonesia
14
3. Fungsi Motorik
Fungsi motorik sering dikaji melalui gerakan spontan, memerintahkan
pasien meninggikan dan menurunkan ekstremitas, dan membandingkan
kekuatan dan kualitas genggaman tangan dalam periodik waktu yang
teratur. Jika pasien tidak menunjukkan gerakan spontan, maka respon
stimulus nyeri dikaji. Kemampuan pasien berbicara dan kualitas bicara
juga dikaji. Kapasitas untuk bicara merupakan indikasi tingkat fungsi
otak yang tinggi. Pembukaan mata secara spontan pada pasien perlu
dievaluasi. Selain itu juga perlu diperhatikan ukuran dan kualitas pupil
dan reaksinya terhadap cahaya (Smeltzer & Bare, 2006).
Universitas Indonesia
15
kepala
menyebabkan
perubahan
metabolisme
yang
Intervensi
keperawatan
yang
dilakukan
adalah
d. Mencegah cedera
Pasien setelah koma sering mengalami periode letargi dan stupor
diikuti dengan periode agitasi. Kegelisahan dapat disebabkan adanya
hipoksia, demam, nyeri atau kandung kemih penuh. Ini dikatakan
sebagai indikasi cedera otak , tetapi juga menjadi tanda pemulihan
kesadaran. Pencegahan cedera dapat dilakukan dengan memasang bed
rail, memantau dan mempertahankan posisi pasien tetap aman, dan
memasang gelang resiko jatuh.
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Tidak
nyeri
Sedikit
nyeri
Nyeri
sedang
Sangat
nyeri
Paling
nyeri
Instrumen pengkajian pada anak berbeda sesuai tingkat usianya. Hal tersebut
disebabkan karena tidak semua instrumen dapat digunakan pada anak yang
berbeda usianya. Sejauh ini telah diketahui terdapat delapan jenis alat atau
instrumen pengkajian nyeri. Instrumen pengkajian nyeri tersebut adalah skala
nyeri wajah, Oucher, skala numerik, poker chip tool, word graphic scale, color
tool, Liverpool Infant Distress Score dan Pain Assessment Tool for Children
(Moules & Ramsay, 2004)
Tabel 2.4 Jenis-Jenis Instrumen Pengkajian Nyeri
Rating Skala
Skala nyeri wajah
Oucher
Skala numerik
Poker chip tool
Word graphic
scale
Color tool
Liverpool Infant
Distress Score
(LIDS)
Pain Assessment
Tool for Children
(PATCh)
Prinsip
Ekspresi wajah untuk menunjukkan
derajat nyeri
Foto wajah anak yang menunjukkan
skala nyeri
Garis lurus dengan skala 0 (tidak
nyeri) dan 10 (sangat nyeri)
Empat keping yang diberikan kepada
anak untuk merepresentasikan "piece
of hurt"
Garis melintang dengan interval yang
mendeskripsikan intensitas nyeri
Anak menentukan warna tersendiri
dengan memilih warna yang
menunjukkan derajat nyeri
Delapan kategori perilaku dengan
skor 0-5 yang mampu menjumlahkan
skor nyeri
Mengkombinasikan skala wajah,
garis, skala numerik dengan deskripsi
nyeri dan perubahan tingkah laku.
Kalangan Umur
3 tahun +
3 - 13 tahun
5 tahun +
4 tahun +
8 tahun +
4 tahun +
Neonatus
Segala umur
Universitas Indonesia
19
Skala nyeri Oucher merupakan skala nyeri yang ditentukan dari ekspresi
wajah. Skala ini telah ditentukan berdasarkan ekspresi dari beberapa ras
yang ada di dunia. Skala ini terlihat pada gambar di atas dimana skala
nyeri oucher menurut ras kaukasian (Caucasian Oucher), ras afro
amerika (African American Oucher), ras hispanik (Hispanic Oucher),
First Nations Boy Oucher, First Nation Girl Oucher, dan ras asia (Asian
Boy Oucher dan Asian Girl Oucher).
Universitas Indonesia
20
Metode Psikologi
Distraksi
Imaginasi
Relaksasi
Terapi musik
Hipnosis
Terapi kognitif-perilaku
Panas
Dingin
Kimia
Masase
Akupuntur
Vibrasi
Sumber: Twycross, Moriarty & Betts (1998)
teknik
imaginasi
untuk
memodifikasi
respon
nyeri.
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
yang berasal dari sumber yang suci, dan dapat mencegah sejumlah besar
masalah fisik dan mental (Abdullahzadeh & Abdullahzadeh, n.d.).
Menurut Sodikin (2012) , terdapat perbedaan skala nyeri pada pasien post
operasi hernia sebelum dan setelah dilakukan Terapi Bacaan Al-Quran
(TBA). Al-Tharshi (1992) meneliti tentang hubungan antara ibadah dan
penyembuhan dengan metode empiris. Dia menemukan bahwa orang yang
beribadah, termasuk sholat, doa, membaca Al-Qur'an, zikir memiliki
keuntungan dalam fisik psikologis dan spiritual. Pada penelitian lain juga
menemukan bahwa ibadah memiliki peran yang signifikan dalam pemulihan
atau koping terhadap penyakit. Hasil menunjukkan bahwa orang Islam yang
beribadah bisa menurunkan stres dan tekanan darah, memberikan
kenyamanan spiritual pada klien dan meningkatkan kemampuan emosional
untuk berdamai dengan penyakit mereka (Ycel, 2009).
Universitas Indonesia
23
Untuk mencegah terjadinya bias dalam intervensi dengan TBA, perlu adanya
pengecekan jadwal pemberian analgetik. Pada penelitian sebelumnya, klien
diintervensi setelah 6 jam post pemberian analgetik. Pada An. P, diberikan
Ketorolac 2 x 10 mg pada jam 06.00 dan 18.00 WIB.
Ketorolac
bekerja
dengan menghambat
sintesis prostaglandin
yang
Universitas Indonesia
24
Terapi
Bacaan
AL-Quran
dengan
media
audio
dimulai
dengan
Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Klien mengatakan bahwa telah jatuh dari sepeda namun tidak ingat
bagaimana kejadian persisnya dan tidak ada saksi mata. Keesokan harinya,
klien dibawa ke dokter spresialis karena merasa pusing dan muntah-muntah.
Setelah sehari di rumah, klien tidak mengalami perbaikan sehingga dibawa ke
RSUP Fatmawati. Klien masuk ke IGD mulai di rawat di ruang rawat inap
anak pada tanggal 19 Juni 2013.
An. P memiliki tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi 112 x/menit, Suhu: 36,5C,
frekuensi penafasan: 20x /menit. Klien terlihat gelisah, sering memejamkan
mata dan belum mampu berbicara dengan jelas. Tidak tampak luka atau
cedera lain di tubuh klien. An. P selalu tidur dan memejamkan mata dengan
alasan merasa pusing jika membuka mata. An. P juga terlihat somnolen dan
selalu mengeluh pusing. Saat pusing, klien biasanya menangis atau
mengerang. Selain itu, An. P tidak mau berinteraksi dengan siapapun dan
jarang bicara, termasuk dengan ibunya.
Klien sering terlihat mual dan muntah. Dalam sehari, klien bisa muntah 3 - 4
kali, terutama setelah makan maupun minum. Selain keluhan pusing juga
terdapat nyeri di ulu hati. An. P mengalami konstipasi selama di RS, namun
abdomen terlihat cekung dan lemas.
25
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
26
Masalah gangguan pola eliminasi urine terjadi pada saat klien masuk di ruang
rawat inap anak. An P mengeluhkan sakit pada kandung kemih, ingin
berkemih namun tidak bisa mengeluarkan urine. Saat dilakukan palpasi di
area kandung kemih, teraba distensi dan nyeri tekan. Tidak ada peningkatan
produksi urine dari jam 08.00 sampai jam 14.30 WIB. Oleh sebab itu masalah
ini diangkat menjadi gangguan pola eliminasi urine.
Selain itu klien juga mengeluh nyeri sehingga bisa diangkat masalah nyeri
akut. Klien berespon terhadap nyeri dengan menangis dan mengerang. Selain
itu klien juga sering memegang dan melindungi kepalanya. Pada saat nyeri
semakin hebat, klien terkadang pernah memukul-mukul atau membenturkan
kepalanya. Masalah ini dapat diangkat menjadi nyeri akut.
Universitas Indonesia
27
Masalah terakhir adalah risiko infeksi pada an. P. Risiko infeksi dapat
ditegakkan karena klien mendapatkan tindakan invasif, yaitu pemasangan
infus dan penggunaan kateter. Selama pengkajian ini tidak terlihat adanya
perubahan suhu pada an. P, timbulnya pus pada area insersi dan tidak terdapat
tanda kemerahan atau reaksi radang lainnya pada an P.
Universitas Indonesia
28
dengan kondisi anak yang mual dan muntah. Setelah dua hari di rawat,
frekuensi mual dan muntah sudah berkurang. Walaupun sesekali klien masih
memuntahkan makanan, di hari ketiga di rawat, klien sudah mampu menelan
1-2 sendok jus dan kentang dan apel tanpa muntah.
Respon nyeri klien juga terlihat berkurang. Keluhan pusing dan sakit kepala
sudah mulai menurun frekuensinya. Selain itu saat terjadi sakit kepala, klien
sudah tidak menangis atau memukul-mukulkan kepala, tetapi hanya
mengeluh sakit. Jika sebelumnya klien tidak mau membuka mata karena
merasa pusing, klien sekarang telah mampu membuka mata dan menatap
lawan bicara. Interaksi klien dengan orang lain juga lebih baik. Klien sudah
mau menjawab pertanyaan, walaupun terbatas anggukan dan gelengan. Klien
sudah mau diajak berkomunikasi dengan keluarga dan perawat.
Pada pasien cedera kepala, penggunaan obat-obatan dengan dosis dan waktu
yang tepat sangat penting untuk kesembuhan klien. Perawat bertugas
memberikan dan memastikan pemberian obat dengan benar agar mengurangi
peningkatan TIK dan mengurangi efek-efek dari cedera kepala yang dialami
klien. Pemberian obat-obatan seperti diuretic osmotic, analgetik dan
antibiotik perlu diawasi dengan tepat agar tercapainya kesembuhan yang
optimal.
Universitas Indonesia
29
terhadap
keadaan
umum
anaknya.
Hasil
pengukuran
Intervensi I :
Hari
: Jumat
Tanggal
: 21 Juni 2013
Waktu
: 13.15 13.55
Penulis dilaporkan oleh orang tua klien tentang kondisi anaknya yang
mengeluh nyeri kepala sampai memegang erat (melindungi) kepala nya dan
mengerang kesakitan. Penulis melakukan kontrak intervensi dengan ibu klien
dan melakukan intervensi seperti yang telah disampaikan sebelumnya.
: 150/110
Nadi
: 60 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
: 36,0o C
: 140/100
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 26 x/menit
Suhu
: 36,0o C
Universitas Indonesia
30
Selain itu, penulis mengobservasi keadaan umum klien, dimana klien terlihat
lebih tenang dan tertidur pulas setelah 10 menit diberi TBA. Orang tua klien
juga menyampaikan bahwa anaknya terlihat tenang dan mengatakan efeknya
langsung terlihat.
Penulis juga memperhatikan ekspresi anak saat sebelum dan sesudah TBA.
Penulis menggunakan skala Oucher dengan gambar anak laki-laki dengan ras
asia.
Intervensi II :
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 22 Juni 2013
Waktu
: 14.05 14.35
Penulis mendatangi klien sesuai kontrak pada hari sebelumnya. Ibu klien
melaorkan anaknya mengeluh sakit kepala lagi dan bergerak dengan gelisah di
tempat tidur. Klien berpindah posisi dan berguling sambil mengeluh nyeri.
Penulis melakukan intervensi dengan metode sebelumnya.
Tanda-tanda vital sebelum TBA:
Tekanan darah
: 140/100
Nadi
: 69 x/menit
Pernapasan
: 25 x/menit
Suhu
: 36,1o C
Universitas Indonesia
31
: 130/100
Nadi
: 86 x/menit
Pernapasan
: 26 x/menit
Suhu
: 36,1o C
Penulis mencataan keadaan klien. Seperti hari sebelumnya, klien terlihat tidur
dengan tenang setelah diberikan TBA. Klien tidur dengan posisi terlentang
dan dengan ekspresi datar (tidak ada seringai atau menyeringitkan wajah
sebagai salah satu tanda nyeri).
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Lantai III utara terdiri dari 12 ruang rawat, dimana 4 kamar ruang kelas III
bedah, 1 kamar ruang combustio, 4 kamar ruang kelas I dan 4 kamar ruang
kelas II. Selain itu, terdapat ruang tindakan, ruang obat, dapur (ruang gizi),
nurse station, spoelhoek, gudang, ruang penyimpanan laken dan ruang ganti
perawat. Ruang kelas I terdiri dari 2 bed, ruang kelas II terdapat 4 bed setiap
kamar dan kelas III memiliki 6 bed perkamar, sehingga total bed keseluruhan
adalah 54 buah tempat tidur.
Total jumlah perawat di lantai III utara adalah 23 orang, ditambah dengan 1
orang kepala ruangan dan 1 wakil kepala ruangan. Metode perawatan yang
dilakukan adalah metode tim, dimana setiap 2 orang ketua tim membawahi 24 perawat pelaksana setiap shift nya.
.
32
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
33
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa penyebab cedera kepala pada anak lebih
sering akibat kecelakaan, lebih khususnya kecelakaan akibat terjatuh,
bermotor dan cedera sepeda. All-terrain vehicle (ATV) atau segala jenis motor
yang berukuran kecil yang populer di kalangan anak-anak dibawah usia 16
tahun, adalah kendaraan yang sulit dikendalikan, tidak stabil dan berperan
meningkatkan jumlah kejadian cedera pada anak (Wong, Hockenberry,
Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Hal ini juga didukung dengan
masalah kesehatan di perkotaan, dimana tingginya angka pembangunan fisik
dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang berada di jalan, sehingga
rentan menimbulkan kecelakaan akibat kondisi jalan yang padat.
Universitas Indonesia
34
Kondisi ini tentu menjadi penyebab terbesar cedera kepala pada anak. Cedera
yang terjadi sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan
mengemudi yang aman, penggunaan peralatan pendukung dalam bersepada
dan peningkatan pengawasan orang tua terhadap keamanan kegiatan bermain
anak (Villalpando,2012).
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Intervensi yang diterapkan dalam kasus cedera kepala adalah aplikasi dari
Pengaruh Terapi Bacaan Al-Qur'an Melalui Media Audio terhadap Respon
Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RS Cilacap. Intervensi ini telah di
ujicobakan pada pasien yang mengalami operasi hernia melalui pembedahan
insisi kulit abdomen. Penulis ingin mengetahui keefektifan intervensi ini pada
anak yang cedera kepala.
Salah satu manifestasi dari cedera kepala adalah pusing atau vertigo atau nyeri
kepala hebat. Seringkali anak yang telah diberi analgetik masih merasakan
nyeri di kepala, terutama jika efek obat yang diberikan telah habis. Kondisi ini
akan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada anak, dan juga meningkatkan
kecemasan pada orang tua. Kondisi tersebut tentu menimbulkan stres
hospitalisasi pada anak sehingga penulis tertarik mengaplikasikan penelitian
ini untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh anak.
Universitas Indonesia
35
Selama melakukan TBA pada anak cedera kepala, terlihat perubahan tandatanda vital dan skala nyeri anak. Tanda-tanda vital klien pada awalnya tidak
stabil, namun setelah diberikan TBA selama 15 menit, tanda-tanda vital
kembali ke batas normal. Kondisi umum klien juga terlihat mengalami
perubahan, dimana anak yang sebelumnya mengerang dan menyeringai,
terlihat tertidur pulas dengan ekspresi tenang.
Penelitian ini juga dapat melibatkan orang tua dalam pemberian terapi. Hal ini
didukung dengan konsep Family Centered Care (FCC) atau asuhan berpusatkeluarga. FCC menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran khusus dalam
merawat anak. Dalam FCC, terlihat pentingnya peran orang tua dan
keterlibatan mereka dalam meningkatkan kualitas perawatan anak (Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009; Bowden & Greenberg,
2012). Pemberian TBA dengan melibatkan keluarga dalam proses terapi
bertujuan untuk menyediakan bentuk terapi nonfarmakologis yang mudah
dilakukan keluarga dan untuk meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan
anak dalam proses perawatan.
adalah kecelakaan sepeda motor, baik sebagai pejalan kaki atau penumpang.
Selain itu tiga penyebab utama kerusakan otak pada masa kanak-kanak secara
berurutan adalah cedera terjatuh, cedera bermotor, dan cedera bersepeda.
Universitas Indonesia
36
anak untuk berputar. Ketika berdiri di atas sepeda, kaki anak harus dapat
menyentuh tanah dengan sepeda yang tidak menyentuh antara kedua kakinya.
Ketika duduk, anak harus dapat mengayuh sepeda dengan mudah. Berat
sepeda harus dipikirkan juga dalam memilih sepeda. Beberapa sepeda yang
murah dibuat dari besi dan sangat berat, sehingga sulit bagi anak untuk
berputar (Villalpando, 2012).
Selain itu, setiap bersepeda, sebaiknya harus dilengkapi dengan helm. Dalam
sebuah penelitian, helm dapat menurunkan angka kejadian cedera kepala
sekitar 85% dan cedera otak 88% (Rivara, & Thompson, 1990). Namun,
banyak anak yang tidak menggunakan helm saat mengendarai sepeda dan
orang dewasa pun juga jarang menggunakan, terlepas dari fakta bahwa helm
sebagai alat yang sangat efektif mencegah terjadinya cedera kepala (American
Academy of Pediatrics, 2001). Tampak bahwa betapa pentingnya penggunaan
helm dalam menjaga keselamatan anak saat bersepeda. Perhatian orang tua
dan kepatuhan anak akan penggunakan peralatan yang safety dapat menjadi
salah satu cara untuk mencegah cedera kepala pada anak. Asuhan
keperawatan keluarga di rumah juga dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
37
Gunakan selalu helm sepeda yang sesuai, yang telah disetujui Snell atau
ANS, ganti helm yang sudah rusak.
Mengendarai sepeda sesuai dengan rambu-rambu lalu lintas dan jauh
dari mobil yang diparkir.
Tuntun sepeda ketika melalui persimpangan jalan yang ramai hanya di
zebra cross.
Berikan tanda dengan tangan ketika akan berbelok atau berhenti.
Pertahankan posisi sepeda sedekat mungkin dengan tepi jalan.
Perhatikan jalan yang tidak rata, jalan yang berlubang, bahu jalan yang
lemah, dan adanya batu kerikil atau tanah.
Pegang stang sepeda dengan kedua tangan kecuali jiak ingin memberi
tanda dengan tangan.
Jangan mengendarai satu sepeda untuk dua orang.
Jangan membawa benda yang mengganggu penglihatan atau
pengendalian sepeda, jangan menarik benda di belakang sepeda.
Perhatikan dan dahulukan pejalan kaki.
Perhatikan mobil dari arah belakang atau hindari jalur kendaraan
bermotor, hati-hati terutama pada persimpangan jalan.
\Lihat ke kanan dan ke kiri sebelum belok ke jalur lalu lintas atau jalan
raya.
Jangan menghalangi jalan untuk mobil truk atau kendaraan lainnya
ketika mengendarai sepeda.
Pelajari peraturan di jalan dan hormati petrugas lalu lintas.
Patuhi semua peraturan yang berlaku.
Gunakan sepatu yang aman dan pas dipakai ketika mengendarai sepeda.
Gunakan pakaian berwarna terang saat malam hari dan tempelkan
benda-benda bercahaya pada pakaian dan sepeda.
Pastikan bahwa ukuran sepeda sesuai dengan pengendaranya.
Lengkapi sepeda dengan lampu dan benda yang mampu emmantulkan
cahaya.
Sepeda terlebih dahulu diperiksa untuk memastikan kondisi mekanik
yang baik.
Anak-anak yang dibonceng sepeda harus mengenakan helm berukuran
tepat pada tempat duduk yang telah dirancang khusus untuk
keamanan anak.
Sumber: American Academy Pediatrics, Committee of Injury and Poison Prenvention: Bicycle
helmets, Pediatrics (1995).
Universitas Indonesia
38
kejadian cedera kepala dan menurunkan angka kematian dan cedera yang fatal
pada anak. Namun, jika telah terjadi cedera kepala pada anak, tentu harus ada
jalan yang diupayakan dalam kesembuhan anak. Selain intervensi yang
menggunakan
farmakologis,
ada
juga
terapi
nonfarmakologis
dalam
Pada tahun 1977, pernah terjadi suatu kejadian yang membuah seorang psikolog
mengalami cedera kepala yang serius. Saat itu penelitian tentang cedera kepala
masih pada masa-masa awal dan belum ada dukungan dari organisasi atau sosial.
Dari segala keterbatasan dan kecacatan yang dialaminya, psikolog tersebut dapat
kembali menjadi praktisi profesional dan memperoleh kulitas hidup yang baik
dengan bantuan keluarganya. Artinya, keyakinan, harapan dan cinta merupakan
salah satu terapi dalam masa penyembuhan cedera kepala yang serius (Linge,
1990). Dapat disimpulkan bahwa peran keluarga, terutama orang tua menjadi
faktor yang sangat penting dalam peningkatan pemulihan anak dengan cedera
kepala.
Telah dikenal konsep Family Centered Care (FCC) atau asuhan berpusat-keluarga
dalam perawatan anak. FCC menunjukkan bahwa keluarga bersifat konstan dalam
hidup anak. Keluarga didukung dalam peran pemberian perawatan yang alami dan
peran pembuatan keputusan dengan membangun kekuatan unik mereka sebagai
individu dan keluarga (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz,
2009).
Universitas Indonesia
39
Proses pemberian terapi ini tidak sulit karena cukup dengan menyediakan media
audio dan murottal yang diinginkan. Orang tua juga dapat membacakan langsung
ayat-ayat Al-Quran pada anaknya. Oleh sebab itu, aplikasi intervensi ini juga
meningkatkan intensitas hubungan dan komunikasi orang tua dan anak. Dukungan
orang tua dan keluarga, teknik relaksasi nyeri yang tepat dan
proses
penatalaksanaan yang tepat dalam menangani cedera kepala dapat menjadi sebuah
asuhan yang meningkatkan kualitas hidup dan penyembuhan anak yang cedera
kepala (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009; Linge,
1990).
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gambaran umum anak yang mengalami cedera kepala memperlihatkan tandatanda gelisah, mual muntah, dan penurunan kesadaran. Anak yang mengalami
cedera kepala mengalami berbagai masalah keperawatan, seperti masalah
gangguan perfusi jaringan serebral, gangguan nutrisi, cairan ataupun memiliki
risiko cedera. Pemberian asuhan yang sesuai dengan prosedur, bertahap dan
berkelanjutan mampu menyebabkan peningkatan kondisi anak ke arah yang
lebih baik.
Terapi
ini
telah
diaplikasikan
pada
pasien
anak
cedera
kepala.
40
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
41
5.2 Saran
Intervensi keperawatan pada anak yang mengalami cedera kepala memiliki
sebuah tindakan khusus, yaitu mengobservasi status neurologisnya dalam
waktu yang berkala. Sebaiknya penilaian terhadap status neurologis dengan
menggunakan Glaslow Coma Scale, dilakukan secara kontiniu dan teratur dan
dicantumkan di dalam lembar evaluasi keperawatan sehingga dapat diniliai
kemajuan dan perkembangan kondisi pasien cedera kepala.
Sesuai dengan konsep Family Centered Care, anak perlu dukungan orang tua
dalam menghadapi cedera kepala. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua diberi
pendidikan dan akses dalam terlibat langsung dengan perawatan anak.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
42
Analisis praktik ..., Ria Rahmi, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
43
04,
2013.
Universitas Indonesia
44
Moules, T., & Ramsay, J. (2004). The textbook of children's nursing. Cheltenham:
Nelson Thomes Ltd.
Pain
Associates
in
Nursing.
http://http://www.oucher.org
(n.d).
Oucher!.
Juli
4,
2013.
Universitas Indonesia
45
Twycross, A., Moriarty, A., dan Betts, T. (1998). Paediatric pain management: a
multi-disciplinary approach. Abingdon: Radcliffe Medical Press Ltd.
Verive, M. J., Stock, A., Singh, J., Corden, T. E., Cantwell, G. P., Barry, E. J, &
Windle, M. L. (2013, Juni 10). Pediatric head trauma. 22 Juli 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/907273-overview#aw2aab6b2b4
Villalpando, N. (2012, Desember 07). Buying a bike this holiday? Know what to
buy and how to keep kids safe. McClatchy-Tribune Business News, A4.
Wade, S. L., Taylor, H. G., Walz, N. C., Salisbury, S., Stancin, T., Bernard, L. A.,
Oberjohn, K., & Yeates, K. O. (2008). Parent-child interaction during the
initial weeks following brain injury in young children. Journal of
Rehabilitation Psychology, 53, 180-190.
Wahyuni, S. (2002). Pengaruh terapi musik terhadap peningkatan relaksasi:
penurunan nyeri pada klien paska bedah apendiktomi di RS Haji Jakarta.
Karya Ilmiah Akhir UI. Tidak dipublikasikan.
Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2008). Prentice Hall nursing diagnosis
handbook with NIC interventions and NOC outcomes 9 th edition.
California: Pearson Prentice Hall.
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, L. M., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong (6th ed.). (E. K. Yudha,
D. Yulianti, N. B. Subekti, E. Wahyuningsih, M. Ester, Penyunt., & N. J.
Agus Sutarna, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Ycel, S. (2009). Concept of shifa, healing in the qur'an and sunnah. Akademik
Aratirmalar Dergisi, 40, 225-235.
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Nama
Alamat
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
1. Program Ners FIK UI Tahun 2012 2013
2. FIK UI Tahun 2008 2012
3. SMAN 5 Bukittinggi Tahun 2005 2008
4. SMPN 4 Bukittinggi Tahun 2002 2005
5. SDI Al-Azhar Bukittinggi Tahun 1996 2002
6. TKI Al-Azhar Bukittinggi Tahun 1995 1996
Universitas Indonesia
Lampiran 2
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. P
Tempat/tgl lahir
Usia
: 7 tahun 7 bulan
Nama Ayah/Ibu
: Bpk K/ Ibu S
Alamat
: Jakarta Selatan
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Betawi
Pendidikan Ayah
: SMA
Pendidikan Ibu
: SMA
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Klien di waktu kecil hanya mengalami demam, pilek, batuk atau diare.
Klien tidak mengalami penyakit kongenital atau penyakit berat lainnya.
2. Pernah dirawat di RS
Klien belum pernah di rawat di rumah sakit. Sat sehari setelah jatuh, klien
dirawat di puskesmas lalu dirujuk ke RSUP Fatmawati.
3. Obat-obatan yang digunakan
Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan khusus sebelum di rawat di RS.
4. Tindakan (operasi)
Klien belum pernah mengalami tindakan operasi.
5. Alergi
Klien tidak memiliki alergi.
6. Kecelakaan
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan.
7. Imunisasi
Klien mendapat imunisasi lengkat, yaitu BCG, DPT, polio dan campak.
Ny S
37 thn
Sehat
An A
12 thn
Sehat
Tn K
42 thn
Sehat
Ny N
39 thn
DM
An P
7 thn
CK
Universitas Indonesia
Lampiran 2
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh
Klien diasuh oleh orang tua. Klien lebih dekat dengan ibunya dan selama
di rumah sakit dirawat oleh ibunya.
5. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah sederhana, namun bersih. Ibu klien adalah ibu rumah
tangga dan bertanggung jawab dengan kebersihan rumah.
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Pola makan/jam
2. Pola tidur
Tidur siang
3. Mandi
4. Aktivitas bermain
Universitas Indonesia
Lampiran 2
ada
aktivitas
khusus
bermain
pencernaan
atau
klien
tidak
mengalami
2. Tindakan operasi
Klien masih dipertimbangkan menjalani operasi atau tidak dengan melihat
hasil CT scan sesudahnya.
3. Status nutrisi
TB
: 121 cm
: 7 tahun 7 bulan
BB
: 25 kg
IMT
: 17,12
Status gizi:
IMT
= persentil 2 SD sampai dengan1 SD = gizi baik
U
TB
= persentil 15th sampai dengan 50th = normal
U
BB
= persentil 25th sampai dengan 50th = normal
U
TB
= persentil 10th sampai dengan 25th = normal
U
BB
= persentil 75th sampai dengan 85th = normal
TB
Universitas Indonesia
Lampiran 2
4. Status cairan
Turgor kulit baik, mukosa lembab, kulit baik, tidak kering atau pecahpecah. CRT < 2 detik.
5. Obat-obatan
Klien mendapatkan obat-obatan:
Manitol 3 x 100 ml
Ceftriaxone 1 x 1 gr
Ranitidin 3 x 1 gr
Ondansentron 3 x 4 mg
Ketorolac 2 x 10 mg
6. Aktivitas
Selama di rumah sakit klien hanaya beraktivitas di tempat tidur. Klien
terlihat selalu mengantuk dan tidur. Klien merasa pusing jika membuka
mata dan mengeluh atau mengerang jika sakit.
7. Tindakan Keperawatan
Universitas Indonesia
Lampiran 2
8. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah Trombosit
Jumlah Leukosit
HEMOSTASIS
PT
Kontrol PT
APTT
Kontrol APTT
KIMIA KLINIK
SGOT
SGPT
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Chlorida
Hasil lab
L
H
H
Nilai normal
12.2
33
430
12.3
g/ dL
%
10 ^ 3 /L
10 ^ 3 /L
12.6
13.7
26.2
34.2
detik
detik
detik
detik
7
13
U/L
U/L
132
4.73
101
12.0 14.0
37.0 43.0
150 400
5.00 10.00
9.8 12.6
31.0 17.0
< 27
< 34
132.0 147.0
3.30 5.40
94.0 111.0
mEq/L
mEq/L
mEq/L
Universitas Indonesia
Lampiran 2
TB/BB(Persentil)
: 121 cm / 25 kg
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Tengkuk
Dada
Jantung
Paru-paru
Perut
Punggung
Genitalia
Ekstrimitas
Kulit
Tanda-tanda vital
Universitas Indonesia
Lampiran 3
ANALISA DATA
DATA KLIEN
DS:
DO:
DS:
MASALAH KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
GCS E2M4V2
Tingkat kesadaran delirium
Sulit menelan
Perubahan respon motorik; fleksi normal
Perubahan perilaku; menarik diri, tidak
berinteraksi dengan orang lain
Gelisah
Tekanan darah 150/100 mmHg; Nadi 59
x/menit, Suhu 36,0o, Frekuensi pernapasan 29
x/menit
Diaforesis
Sering mual dan muntah
Nyeri akut.
DO:
Universitas Indonesia
Lampiran 3
DS:
DO:
TB : 121 cm
BB : 25 kg
IMT/U : 17,12 (gizi baik)
Nyeri tekan abdomen (ulu hati)
Abdomen cekung, lemas
Mual dan muntah
Membran mukosa pucat
Menolak makan
Indigesti
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2. Nyeri akut
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Universitas Indonesia
Lampiran 4
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
DS:
DO:
KRITERIA EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Mempertahankan sirkulasi
teroksigenasi yang adekuat
terhadap otak
2. Menurunkan tekanan vena
intrakranial
3. Menurunkan tekanan vena
intrakranial
4. Kerusakan otak dapat
menghasilkan disfungsi
hormonal dan metabolik.,
menunjukkan tanda klinis
dehidrasi dan kelebihan hidrasi.
5. Mengobservasi tanda-tanda
infeksi, dan keefektifan
penggunaan kateter.
6. Mencegah terjadinya
peningkatan suhu tubuh dan
penyakit sekunder
Universitas Indonesia
Lampiran 4
7. Observasi tanda-tanda
peningkatan intrakranial
Perubahan pupil
Tanda-tanda vital
Respon dan orientasi
8. Awasi kegelisahan klien
Universitas Indonesia
Lampiran 4
2.
Nyeri Akut
DS:
DO:
Universitas Indonesia
Lampiran 4
3.
DO:
TB : 121 cm
BB : 25 kg
IMT/U : 17,12 (gizi baik)
Sumber: Herdman, T. H. (2012). NANDA international nursing diagnoses; Definition and classification 2012 - 2014. Oxford: Wiley-Blackwell ; Smeltzer, S. C., dan
Bare, B. G. (2006). Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia : Lippincott.
Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2008). Prentice Hall nursing diagnosis handbook with NIC interventions and NOC outcomes 9 th edition. California: Pearson
Prentice Hall.
Universitas Indonesia
Lampiran 5
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/
tanggal
Kamis, 20
Juni 2013
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
DS:
Klien selalu
mengeluh pusing dan
nyeri pada kepala
DO:
GCS E2M4V2
Tingkat kesadaran
delirium
Sulit menelan
Perubahan respon
motorik; fleksi
normal
Perubahan perilaku;
menarik diri, tidak
berinteraksi dengan
orang lain
Gelisah
Jam 08.30
1. Mempertahankan fungsi
pernapasan; memantau RR dan
menyiapkan oksigen jika
dibutuhkan
2. Mempertahankan kepala tempat
tidur 30o
3. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
4. Mengobservasi status intrakranial
Perubahan pupil
Tanda-tanda vital
Respon dan orientasi
Jam 10.00
7 Mengawasi kegelisahan klien
8 Memberian obat untuk mengurangi
tekanan intra kranial;
menginjeksikan Manitol via infus
drip sebanyak 100 ml
Evaluasi (SOAP)
Subjektif :
RR 26 x/menit
Pupil isokhor
Kesadaran somnolen
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Hari/
tanggal
Jumat, 21
Juni 2013
Tekanan darah
150/100 mmHg;
Nadi 59 x/menit,
Suhu 36,0o,
Frekuensi
pernapasan 29
x/menit
Diaforesis
Sering mual dan
muntah
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
DS:
Klien selalu
mengeluh pusing dan
nyeri pada kepala
Jam 14.00
10 Memberikan pendidikan pada
pasien dan keluarga:
Dampak cedera kepala
terhadap respon anak
Efek yang muncul seperti
mual muntah
Hal-hal yang harus diawasi
oleh orang tua; resiko jatuh,
muntah proyektil
Analisis:
Implementasi
Jam 08.00
1. Mempertahankan fungsi
pernapasan; memantau RR dan
menyiapkan oksigen jika
dibutuhkan
Evaluasi (SOAP)
Subjektif :
Universitas Indonesia
Lampiran 5
DO:
GCS E2M4V2
Tingkat kesadaran
delirium
Sulit menelan
Perubahan respon
motorik; fleksi
normal
Perubahan perilaku;
menarik diri, tidak
berinteraksi dengan
orang lain
Gelisah
Tekanan darah
150/100 mmHg;
Nadi 59 x/menit,
Suhu 36,0o,
Frekuensi
pernapasan 29
x/menit
Diaforesis
Sering mual dan
muntah
Suhu afebris, tidak ada tanda kemerahan atau pus pada tempat
invasi kateter dan infus
Ibu klien mengatakan akan sabar dan ikut proses medis yang akan
diberikan
Analisis:
Monitor GCS
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Nyeri akut
DS:
Klien selalu
mengeluh pusing dan
nyeri pada kepala
Klien mengatakan
pusing jika membuka
mata
DO:
Klien awalnya
melindungi/
memegang bagian
kepala yang nyeri
Diaforesis
Perubahan Tekanan
darah 150/110
mmHg
Jam 10.00
1. Memberikan informasi tentang
nyeri, penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung atau aktivitas
yang dapat menimbulkan nyeri
Jam13.15
2. Mengajarkan dan mengaplikasikan
teknik nonfarmakologis: napas
dalam dan terapi audio bacaan AlQuran
3. Memantau pemberian analgesik
sesuai dosis (jam 06.00 WIB)
4. Mengajarkan cara membatasi jenis
aktivitas yang menimbulkan nyeri
Subjektif :
Ibu klien mengatakan memahami bahwa nyeri adalah proses yang
pasti terjadi
Ibu klien mengatakan memahami bahwa nyeri sudah dikontrol
dengan analgetik dan dapat dikurangi dengan terapi lain, seperti
napas dalam dan terapi bacaan Al-Quran
Tidak ada keluhan dari anak
Ibu klien dapat menyebutkan aktivitas yang menimbulkan nyeri
(akibat peningkatan TIK), yaitu, batuk, mengejan, posisi yang
terlalu tinggi dan rendah.
Objektif :
Keadaan umum anak lebih tenang
Gelisah anak berkurang setelah didengarkan bacaan Al-quran
(TBA) lewat media audio selama 15 menit
Tanda vital awal: TD 150/110, N 60 x/menit, RR 28 x/menit, S
36,0oC
Tanda vital setelah diberikan TBA: TD 140/100, N 88 x/menit, RR
26 x/menit, S 36,0 oC
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Hari/
tanggal
Sabtu, 22
Juni 2013
Frekuensi
pernapasan 29
x/menit
Gangguan tidur
(klien sering
terbangun karena
nyeri)
Menarik diri
Klien memukulmukulkan kepala jika
terjadi nyeri kepala
Klien mengerang
atau menangis jika
nyeri kepala muncul
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
DS:
Klien selalu
mengeluh pusing dan
nyeri pada kepala
Implementasi
Jam 09.00
1. Mempertahankan fungsi
pernapasan; memantau RR dan
menyiapkan oksigen jika
dibutuhkan
Evaluasi (SOAP)
Subjektif :
RR 25 x/menit
Universitas Indonesia
Lampiran 5
DO:
GCS E2M4V2
Tingkat kesadaran
delirium
Sulit menelan
Perubahan respon
motorik; fleksi
normal
Perubahan perilaku;
menarik diri, tidak
berinteraksi dengan
orang lain
Gelisah
Tekanan darah
150/100 mmHg;
Nadi 59 x/menit,
Suhu 36,0o,
Frekuensi
pernapasan 29
x/menit
Diaforesis
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Nyeri akut
DS:
Klien selalu
mengeluh pusing dan
nyeri pada kepala
Klien mengatakan
pusing jika membuka
mata
DO:
Klien awalnya
melindungi/
memegang bagian
kepala yang nyeri
Diaforesis
Perubahan Tekanan
darah 150/110
mmHg
Jam 14.05
1. Mengajarkan dan
mengaplikasikan teknik
nonfarmakologis: napas dalam
dan terapi audio bacaan AlQuran
2. Mengecek pemberian analgesik
sesuai dosis (Ketorolac 10 mg
jam 06.00 WIB)
3. Membatasi aktivitas yang
menimbulkan nyeri
Subjektif :
Tidak ada keluhan
Objektif :
Keadaan umum anak lebih tenang dan tertidur setelah
diperdengarkan TBA selama 15 menit
Gelisah anak berkurang setelah didengarkan bacaan Al-quran
(TBA) lewat media audio selama 15 menit
Tanda vital awal: TD 140/100, RR 25 x/mnt, N 69 x/mnt, S 36,1 oC
Tanda vital setelah diberikan TBA: TD 130/100, N 86 x/menit, RR
26 x/menit, S 36,1 oC
Klien telah diberikan analgesik sesuai program
Klien tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan nyeri atau
meningkatkan TIK di atas tempat tidur.
Analisis :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan TBA jika terjadi nyeri
TBA dapat diaplikasikan oleh orang tua sesuai yuang telah
diajarkan.
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Ketidakseimbangan nutrisi:
Kurang dari kebutuhan.
DS:
Frekuensi
pernapasan 29
x/menit
Gangguan tidur
(klien sering
terbangun karena
nyeri)
Menarik diri
Klien memukulmukulkan kepala jika
terjadi nyeri kepala
Klien mengerang
atau menangis jika
nyeri kepala muncul
Jam 10.00
1. Kaji makanan kesukaan
2. Menentukan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Mengajarkan cara makan yang
benar; posisi kecil, sedikit tapi
sering
Subjektif:
Klien mengatakan malas makan
Objektif:
Klien masih sering memuntahkan makanan dan minuman
Klien sudah mau makan makanan buah dan kentang dg prosi kecil
Orang tua sudah paham dg bentuk dan jumlah asupan
Analisis:
Masalah teratasi sebagian
Universitas Indonesia
Lampiran 5
DO:
TB : 121 cm
BB : 25 kg
IMT/U : 17,12 (gizi
baik)
Nyeri tekan abdomen
(ulu hati)
Abdomen cekung,
lemas
Mual dan muntah
Membran mukosa
pucat
Menolak makan
Indigesti
Planning:
Pantau mual muntah
Universitas Indonesia
Lampiran
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Sumber: Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Chart height-for-age boys percentile 5 to 19 years. Juli 23, 2013.
http://www.cdc.gov/growthcharts/who_charts.htm
Universitas Indonesia
Lampiran 8
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, 95th, 97th
Percentiles, 2 to 20 years: Boys Weight-for-Age
Universitas Indonesia
Lampiran 8
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 85th, 90th, 95th,
Universitas Indonesia
Lampiran 10
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 85th, 90th, 95th,
97th Percentiles: Boys Weight-tor-Stature
Universitas Indonesia
Lampiran 10
Individual Growth Chart 3rd, 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, 95th, 97th
Percentiles, 2 to 20 Years: Boys Stature-for-Age
Universitas Indonesia