Tugas Rekayasa Pondasi 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

TUGAS REKAYASA PONDASI

KELOMPOK 3 :

1. ABRAHAM BONGGATIBO (9312220113110)


2. BENNY HARMANTO (9312220113127)
3. LUSIANA SAMMA (9312220113130)

PENENTU KAPASITAS DUKUNG IZIN PADA PONDASI

Di dalam ilmu rekayasa sipil, seorang perencana berhadapan dengan


permasalahan stabilitas struktur akibat pembebanan. Baik berupa beban mati (dead
load), beban hidup (live load), beban gempa, beban dinamis, maupun beban-beban
yang timbul akibat struktur berinteraksi dengan kondisi lingkungan. Beban-beban
tersebut ditransfer melalui elemen-elemen utama struktur dan kemudian
didistribusikan ke tanah melalui luasan kontak pondasi (pondasi dangkal), juga sisi
friksi dan sisi ujung (pondasi dalam).
Pentingnya peran pondasi dalam menjaga kehandalan struktur dapat kita lihat
dari sisi psikologis perencana geoteknik. Faktor keamanan yang relatif lebih besar,
sejalan dengan karakteristik mekanis tanah yang memang tidak seragam ke semua
arah. Beberapa variabel yang menjadi pertimbangan perencana dalam mendesain
pondasi adalah sebagaimana bagan berikut ini :

Stabilitas Pondasi

Salah satu metode paling populer dalam penentuan variabel daya dukung tanah
adalah menggunakan angka SPT (Standard Penetration Test). Hal ini menjadi
sangat efektif karena angka SPT biasanya langsung diperoleh bersamaan dengan
uji pengeboran di lapangan. Persamaan yang umum digunakan dalam penentuan
kapasitas daya dukung tanah pertama kali dicetuskan oleh Meyerhoff, yang
didasarkan oleh settlement (penurunan tanah akibat beban) sedalam 1 inch (25,4
mm). Kemudian, Bowles merevisi persamaan Meyerhoff karena Bowless sendiri
percaya jika persamaan Meyerhoff terlalu konservatif untuk diaplikasikan.

PERSAMAAN MEYERHOFF :
Untuk lebar pondasi 4 ft : (dalam satuan SI, 4 ft = 1219 mm)
Qa = (N/4) / K

Untuk lebar pondasi > 4 ft :


Qa = (N/6)[(B+1)/B] / K

PERSAMAAN BOWLES :
Untuk lebar pondasi 4 ft : (dalam satuan SI, 4 ft = 1219 mm)
Qa = (N/2.5) / K

Untuk lebar pondasi > 4 ft :


Qa = (N/4)[B+1)/B] / K

Keterangan:
Qa
: Daya dukung ijin, dalam satuan kips/ft (faktor pengali 4,882 dalam satuan
ton/m)
N

: Angka SPT pada kedalaman permukaan pondasi.

: Lebar pondasi (ft)

: Kedalaman dari permukaan tanah ke permukaan kontak pondasi (ft)

K = 1 + 0,33(D/B) 1,33

Dari Schmertmann (1978) dan Awkati, mengusulkan untuk pondasi telapak


berbentuk bujur sangkar, dengan Kedalaman pondasi (D)/lebar pondasi (B) <= 1.5,
dan qc adalah nilai rata-rata nilai q pada kedalaman B/2 diatas design depth dan
1.1B dibawah design depth, maka daya dukung ultimate :
Pada tanah granular (berbutir/sand) : qu = 48 0,009 (300 qc)^1.5
Pada tanah lempung (clay) : qu = 5 + 0,34 . qc (disini bila qc = 0, tanah masih punya
daya dukungnya)
Untuk selanjutnya, dalam mencari qa (daya dukung izin atau gross allowable bearing
capacity), maka nilai qu harus dibagi dengan safety factor (SF) yang nilainya biasa
diambil 3.
Qa = qu/SF = qu/3

Dlam penentuan qc ada beberapa metode, seperti dengan mengambil langsung dari
qc sondir pada kedalaman rencana dasar pondasi, misalnya direncanakan
kedalaman pondasi 4 meter, maka langsung diambil qc hasil pada kedalaman 4
meter, dan ada yang mengambil secara rata-rata qc (qc average), dengan jarak
beberapa meter di atas design depth. Jarak ini bervariasi, tergantung keyakinan
engineer dan disetujui oleh klien ataupun konsultan.
Untuk penentuan daya dukung tanah (berang capacity atau bearing pressure),
disarankan untuk banyak membaca berbagai referensi, dan mengambil referensi
yang tentu saja memuaskan dari sisi ekonomis dan waktu dan dapat meyakinkan
klien, karena penetuan daya dukung CPT ini masih dianggap semacam ilmu hitam,
tidak mnegherankan kalau saja di Amerika masih jarang memakai data hasil CPT
dan lebih cenderung menggunakan data SPT, namun penggunaan untuk
konstruksi2 tertentu masih diijinkan disana seiring dengan berkembangnya metode
ini.
Dari grafik sondir bila terdapat suatu lapisan pada kedalaman tertentu yang daya
dukungnya membesar tiba-tiba/ekstrim (ataupun menurun), biasanya diabaikan
dalam mengambil nilai qc pada kedalam tersebut, dan dianggap bahwa hanya
terdapat lapisan tipis saja yang mempunyai daya dukung dengan nilai istimewa
tersebut. Maka nilai qc mengikuti nilai qc yang cenderung mirip dengan lapisan
diatas dan dibawahnya, misalnya qc (kg/cm) pada 2,2 m = 30, kemudian 2,4 m =
90, dan 2,6 m = 40, maka dianggap qc pada 2,4 m dianggap rata2 qc pada 2,2, dan
2,6 m saja yaitu (30+40)/2 = 35.
Bila dari hasil grafik sondir, dimana lapisan tanah keras atau tanah yang
mempunyai lapisan pendukung cukup besar terletak pada kedalaman lebih dari
design depth untuk pondasi dangkal (lebih dari 4 m) dan katakanlah lebih dari 10 m,
maka perhitungan daya dukung pondasi menggunakan perhitungan daya dukung

pondasi dalam (pile foundation). Pile yang dipergunakan adalah tiang pancang
dengan permukaan berbentuk lingkaran baik driven ataupun tipe bored. Kedalaman
pemancangan diambil pada kedalaman yang cukup sampai ujung tiang berada kirakira 1 D dibawah lapisan tanah keras, hal ini dianggap pancang mengandalkan
tahanan ujung (end bearing capacity), jika lapisan tanah keras sangat dalam sekali
sehingga ujung tiang tidak mencapai lapisan tanah keras yang memadai, maka
pancang bekerja berdasarkan tahanan geser (side friction), namun pada prakteknya
seringkali kedua tahanan tersebut itu digabungkan untuk mencari daya dukung
pondasi dalam.
Formulasi yang banyak dipakai dalam penentuan daya dukung pancang tunggal
(single) adalah :
qa = qc.Ap/SF1 + JHP. /SF2, dimana :
qc = nilai konus, qc rata-rata yang diambil berdasarkan saran ahli tanah, antara lain
(pilih salah satu)
Mayerhoff: nilai qc diantar rentang 4D diatas sampai 4D dibawah dari ujung tiang,
dan D adalah diameter tiang pancang;
Van der Vee : nilai qc diantara rentang 3.75 D diatas sampai dengan D dibawah
ujung tiang.
Ap = luas penampang tiang = 1/4 D
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat
= keliling tiang = D

SF1 = angka keamanan daya dukung ujung tiang, nilai yang disarankan adalah 3;
dan
SF2 = angka keamanan daya dukung geser tiang, nilai yang disarankan adalah 5.
Walaupun dalam konstruksi kenyataannya bahwa pancang selalu dalam keadaan
berkelompok (pile group/kelompok tiang), namun perhitungan daya dukung yang
diperlukan adalah daya dukung pancang yang berdiri sendiri/tunggal (single).

KEDALAMAN PONDASI

1. Pondasi Dangkal
Pondasi ini memiliki kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya
beberapa meter masuknya ke dalam tanah (maksimal 3 meter). Salah satu tipe
yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,
dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom
bangunan ke tanah keras. Di dalamnya terdiri dari:
Pondasi setempat
Pondasi penerus
Pondasi pelat
Pada pondasi tipe ini beban diteruskan oleh kolom/tiang, selanjutnya diterima
pondasi dan disebarluaskan ke tanah. Dasar tanah yang menerima beban tidak lebih
dari 1 sampai 2 meter dari permukaan tanah. Di sini tembok-tembok, kolom, maupun
tiang bangunan berdiri dengan pelebaran kaki di atas tanah dasar yang keras dan
padat. Dan Pondasi dangkal biasanya digunakan untuk konstruksi beban ringan dan
kondisi lapisan permukaan yang cukup baik, biasanya jenis pondasi dangkal sudah
cukup memadai untuk menopang bangunan. Beberapa pondasi dangkal yang sering
digunakan:
1. Pondasi Tapak/Telapak
Pondasi jenis ini mirip seperti kolom, namun ukurannya lebih besar dari pada
kolom. Pada bagian paling bawah terdapat semacam pelebaran kaki berbentuk
trapesium ataupun pelat beton. Pondasi tapak biasanya digunakan pada bangunan
residensial atau gedung berlantai dua dengan kondisi tanah yang baik. Berikut
contoh gambar pondasi tapak:

Pondasi Tapak

2. Pondasi Batu Kali


Pondasi batu kali sering kita temui pada bangunan-bangunan rumah tinggal.
Pondasi ini masih digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk
murah. Bentuknya yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 - 80 Cm, lebar pondasi
bawah 60 - 80 Cm dan lebar pondasi atas 20 - 30 Cm. Bahan lain yang murah
sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan bongkaran
bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran jalan. Bekas
bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang
digunakan ialah K-250 s/d K-300. Permukaannya yang tajam dan kasar mampu
mengikat adukan semen dan pasir. Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata,
tentu bongkaran bekas beton jauh lebih kuat. Ukurannya rata-rata 30 x 30 Cm.
Pondasi batu kali juga dapat dirangkaikan denganpondasi menerus yang juga
menggunakan batu kali sebagai bahan utamanya. Berikut contoh gambar pondasi
batu kali:

Pondasi Batu Kali

3. Pondasi Umpak
Sering ditemui pada konstruksi tradisional dari batu masif yang ditarah
(dibentuk dan diratakan), atau bisa juga dari beton bertulang pre fabrikasi (dibuat
melalui pabrik) dan tinggal menaruh di atas permukaan tanah yang diratakan.
Berikut contoh gambar pondasi umpak:

Pondasi Umpak Setelah Dicetak

4. Pondasi Cakar Ayam


Untuk tipe pondasi ini telah dibahas sebelumnya di sini
Masih ada beberapa contoh pondasi dangkal lainnya seperti: pondasi sarang labalaba, pondasi gasing, pondasi grid dan pondasi hypaar (pondasi berbentuk parabola
hyperbola)

B. Pondasi Dalam
Digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan tanah yang
lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Pondasi dalam digunakan
ketika lapisan atas tanah tidak memiliki daya dukung (load-bearing capacity) dan
ketika penggunaan pondasi dangkal hanya akan menyebabkan kerusakan struktur
dan/atau ketidakstabilan. Dan digunakan dengan kedalaman lebih dari 3 meter dan
biasa digunakan pada bangunan bertingkat lebih dari dua atau karena lapisan tanah
keras terlalu dalam.
Beberapa contoh pondasi dalam :
1. Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas
ketanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih
dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, diboratau di dongkrak ke dalam tanah
dan dihubungkan dengan Pile cap (pier). Tergantung juga pada tipe tanah, material
dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang diklasifikasikan berbeda-beda.
Berikut contoh gambar tiang pancang:

Pondasi Tiang Pancang

2. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi
tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif
dalam, dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar
4 sedangkan pondasi dangkal Df/B 1. Berikut adalah contoh gambar pondasi
sumuran:

Pondasi Sumuran

3. Bore Pile
Bore pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 3 meter. Digunakan
untuk pondasi bangunan-bangunan tinggi. Sebelum memasang bore pile,
permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor. Hingga
menemukan daya dukung tanah yang sangat kuat untuk menopang pondasi.
Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah dibor,
kemudian dicor dengan beton. Pondasi ini berdiameter lebih besar dari 20 cm.
Biasanya pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih yang di atasnya terdapat pile cap.
Berikut adalah contoh gambar bore pile:

Pemasangan Tulangan Untuk Bore Pile

HUNGAN KOLOM DENGAN PONDASI

Kolom merupakan elemen vertical struktur kerangka yang berfungsi


meneruskan beban beban seluruh elemen bangunan ke pondasi
Konsep pembebanan

Beban : atap, lantai, tingkat dan beban berguna

Kolom

pondasi

jenis jenis gaya yang membebani sebuah kolom :

gaya normal / vertical

gaya lateral / horizontal

momen ( akibat eksentris gaya )

puntir

catatan
A. Kerja sama dengan pondasi yang paling ideal adalah bila kolom hanya
meneruskan beban yang tegak lurus dengan titik pusat bumi (sesuai dengan
gravitasi bumi)

B. Bahaya tekuk dapat tejadi akibat ukuran kolom terlalu langsing / kecil bila
dibandingkan dengan tinggi kolom
C. Ada sebutan kolom non structural karena dianggap tidak memikul, tapi hanya
berfungsi menjadi pengaku / pengikat dinding atau elemen pengisi lainnya
contoh kolom praktis pada beton bertulang
Biasanya, ukurannya kecil saja ( beton bertulang : 12/12) sedangkan pada kolom,
(structural),

Hubungan dengan Pondasi


A. Kolom Bahan Beton / bertulang

Hubungan rijid ( dicor / dibuat sekaligus)

Hubungan tidak rijid ( sebagai elemen pracetak)

B. Kolom bahan baja

Rijid ( hubungan dilas atau baut)

Tidak rijid ( hubungan dibaut)

C. Kolom bahan kayu

Tidak rijid ( hubungan dipaku, baut dan dipasak)

Hubungan kolom dengan pondasi dinding


berat atap diterima secara merata oleh ring balok dan beban
disalurkan ke pondasi melalui media kolom. Selain menerima limpahan
beban dari kolom, pondasi juga menahan berat dinding yang ada
diatasnya sehingga secara keseluruhan menahan beban bangunan.

Gambar sketsa hubungan kolom dan sloof (tidak terskala)


sketsa oleh Probo Hindarto

Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi

Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok


menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolomkolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu
suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal
dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian
pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan


meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang
diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban
dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi,
karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi
rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila
tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Anda mungkin juga menyukai