Pengaruh Dalam Budaya
Pengaruh Dalam Budaya
Pengaruh Dalam Budaya
Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilainilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahabharata ini dianggap
suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini
kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu
pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.
Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata,
seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain,
diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10
Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri.
Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa.
Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam
bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang
terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa.
Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk
raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.
Karya sastra lain yang juga terkenal adalah Kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah
dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi
Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri)
tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis kakawin Hariwanga pada masa Jayabaya, dan
diperkirakan pula menggubah Gaotkacraya pada masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari Kediri.
Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya
adalah Kyana (karya mpu Triguna) dan Bhomntaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari
zaman kerajaan Kediri, dan Prthayaja (mpu Tanakung) di akhir zaman Majapahit. Salinan naskahnaskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontartersebut juga diketahui tersimpan di Bali.
Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi
berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari
seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan
seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha
telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada
sekitar abad ke-18.
Dalam dunia sastra populer Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan melalui bentuk komik yang
membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A.
Kosasih. Pada era budaya populer khususnya di bidang pertelevisian,
kisah Mahabharata ditayangkan oleh STAR Plus dan antv dengan judulMahabharat.
Nama kitab
Keterangan
menguji ketiga muridnya, kisah para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah
kelahiran Rsi Byasa, kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah
tewasnyarakshasa Hidimba di tangan Bhimasena, dan
kisah Arjuna mendapatkan Dropadi.
Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu
ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa
dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama
menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh
suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan
Striparwa
Santiparwa
wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia
dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya
sebagai Raja.
Janamejaya, kisah tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang berada di garis keturunan
Maharaja Yayati, Bharata, dan Kuru, yang tak lain merupakan kakek moyang MaharajaJanamejaya.
Kemudian Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama Mahabharata. Mereka
adalahSantanu, Chitrngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu, Yudistira, Parikesit dan Janamejaya.
Kemudian Batara Guru mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti shingga lahirlah
Harjuna, lalu Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, dan yang
terakhir, Batara Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa.
Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Gandari,
dan memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Korawa. Pandu
dan Dretarastra memiliki saudara bungsu bernama Widura. Widura memiliki seorang anak
bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan
masa depan.
Keluarga Dretarastra, Pandu, dan Widura membangun jalan cerita Mahabharata.
Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak
selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di
rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu
mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa
terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun
juga seorang wanita. Tak pelak lagi,Dropadi menikahi kelima Pandawa.