Makalah ini membahas tentang jangkrik (Gryllus sp) dengan 3 kalimat:
Makalah ini menjelaskan tentang morfologi, fisiologi, dan peranan jangkrik dalam kehidupan. Jangkrik termasuk ke dalam ordo Othoptera yang memiliki ciri khas sayap lurus dan berjalan dengan meloncat. Makalah ini berisi tentang bagian tubuh, sistem tubuh, dan siklus hidup jangkrik.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
394 tayangan18 halaman
Makalah ini membahas tentang jangkrik (Gryllus sp) dengan 3 kalimat:
Makalah ini menjelaskan tentang morfologi, fisiologi, dan peranan jangkrik dalam kehidupan. Jangkrik termasuk ke dalam ordo Othoptera yang memiliki ciri khas sayap lurus dan berjalan dengan meloncat. Makalah ini berisi tentang bagian tubuh, sistem tubuh, dan siklus hidup jangkrik.
Makalah ini membahas tentang jangkrik (Gryllus sp) dengan 3 kalimat:
Makalah ini menjelaskan tentang morfologi, fisiologi, dan peranan jangkrik dalam kehidupan. Jangkrik termasuk ke dalam ordo Othoptera yang memiliki ciri khas sayap lurus dan berjalan dengan meloncat. Makalah ini berisi tentang bagian tubuh, sistem tubuh, dan siklus hidup jangkrik.
Makalah ini membahas tentang jangkrik (Gryllus sp) dengan 3 kalimat:
Makalah ini menjelaskan tentang morfologi, fisiologi, dan peranan jangkrik dalam kehidupan. Jangkrik termasuk ke dalam ordo Othoptera yang memiliki ciri khas sayap lurus dan berjalan dengan meloncat. Makalah ini berisi tentang bagian tubuh, sistem tubuh, dan siklus hidup jangkrik.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18
MAKALAH ENTOMOLOGI
JANGKRIK (Gryllus sp)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Entomologi
Disusun Oleh : Ikhsan Pratama (061111019)
Dosen : Dra. Moerfiah, M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2013 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa pula penulis haturkan kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini penulis banyak menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dosen, orang tua, serta ridho Allah SWT. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah turut memberikan andil dan membantu penulis hingga selesainya penyusunan dan penulisan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Tiada gading yang tak retak, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk makalah ini. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang membangun. Akhir kata ucapkan terima kasih.
Bogor, 10 Desember 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................... 1 1.3 Manfaat ................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Serangga (insecta) ................................................................... 2 2.2 Ordo Othoptera......................................................................... 2
BAB III JANGKRIK (Gryllus sp) 3.1 Deskripsi ................................................................................. 5 3.2 Bentuk Morfologi .................................................................... 5 3.3 Bentuk Fisiologi ...................................................................... 6 3.3.1 Otot dan Pergerakan ................................................. 6 3.3.2 Sistem Pernafasan ..................................................... 7 3.3.3 Sistem Pencernaaan .................................................. 8 3.3.4 Sistem Reproduksi .................................................... 8 3.4 Metamorfosis ......................................................................... 9 3.5 Penghasilan Bunyi ................................................................... 10 3.6 Keanekaragaman ..................................................................... 10 3.7 Peranan Jangkrik Dalam Kehidupan ....................................... 11
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ............................................................................. 13 4.2 Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14 iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Morfologi Jangkrik .......................................................................... 6 Gambar 2. Otot Kaki Pada Serangga ................................................................. 7 Gambar 3. Mekanisme Pernafasan Pada Serangga ............................................ 8 Gambar 4. Perbedaan Jantan betina serta jangkrik yang sedang berkopulasi .... 9 Gambar 5. Siklus Hidup Jangkrik ...................................................................... 9
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Serangga adalah kelompok terbesar dari hewan beruas (Arthropoda) yang berkaki enam. Karena itulah mereka disebut pula Hexapoda. Arthropoda merupakan filum dengan jumlah anggota terbesar dibandingkan dengan filum lainnya. Filum ini mencapai sekitar 85% dari seluruh jumlah anggota kingdom Animalia yang ada. Sedangkan serangga merupakan hewan dengan jumlah anggota terbesar diantara kelas lainnya dalam filum arthropoda dan hewan lainnya di dunia (Brotowidjoyo 1994). Menurut Borror (2005) saat ini telah dideskripsikan lebih dari 1,5 x 10 6
total organisme yang lebih, 50%-nya adalah serangga. Banyaknya jumlah organisme terungkap dari perbandingan jumlah spesies serangga dengan vertebrata, sebagian besar vertebrata telah diketahui. Sementara itu spesies serangga masih sedikit yang telah diketahui. Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 species dari ordo Odonata, 20.000 species dari ordo Orthoptera, 170.000 species dari ordo Lepidoptera, 120.000 species dari ordo Diptera, 82.000 species dari ordo Hemiptera, 360.000 species dari ordo Coleoptera dan 110.000 species dari ordo Hymenoptera. . 1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai serangga jangkrik (Gryllus sp). b. Untuk mengetahui bagian morfologi, fisiologi, dan keanekaragaman jangkrik (Gryllus sp). c. Untuk mengetahui peranan jangkrik (Gryllus sp) dalam kehidupan.
1.3 Manfaat a. Dapat mengetahui lebih jauh mengenai serangga jangkrik (Gryllus sp). b. Dapat mengetahui bagian morfologi, fisiologi, dan keanekaragaman jangkrik (Gryllus sp). c. Dapat mengetahui peranan jangkrik (Gryllus sp) dalam kehidupan. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serangga (I nsecta) Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Serangga mempunyai warna tubuh yang menarik dan bervariasi atau tidak menarik sama sekali. Mereka merupakan hewan berdarah dingin. Beberapa serangga dapat bertahan hidup dengan periode pendek dengan suhu beku. Tetapi ada yang dapat bertahan hidup dalam periode panjang (Odum, 1993). Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut Entomologi (Campbell, 2003). Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, thoraks dan abdomen. Kutikula dibangun oleh lapisan epikutikula, eksokutila dan endokutikula. Kepala dibangun oleh cranium di mana terletak mulut, antena dan mata. Thoraks terdiri dari tiga segmen prothoraks; mesothoraks, dan metathoraks. Pasangan struktur organ reproduksi terdapat pada bagian abdomen. Serta untuk mendukung proses kehidupannya, serangga memerlukan kesetimbangan dalam makan dan pencernaan, pernafasan, peredaran, ekskresi, syaraf dan reproduksi. Saluran makanan serangga terdiri dari foregut, midgut dan hindgut. Zat makanan yang diperlukan serangga adalah karbohidrat, asam amino, lemak, vitamin, air dan mineral. Organ ekskresi serangga yang penting adalah tubulus Malpighi dan rektum. Serangga mempunyai sistem peredaran darah terbuka, darah mengalir, dalam homosol. Untuk berespirasi, serangga menggunakan sistem trakea yang berhubungandengan spirakel.
2.2 Ordo Othoptera Othoptera berarti bersayap lurus, serangga yang tergolong dalam ordo ini melipatkan sayapnya pada saat istirahat secara lurus di atas tubuhnya. Ukuran tubuh sedang sampai besar. Banyak diantaranya yang menjadi hama tanaman pertanian, ada pula yang bersifat sebagai predator. Rahayu (2004), menyatakan bahwa ortoptera berasal dari kata Orto = lurus dan ptera = sayap. Ordo ini membawahi kelompok insekta yang mempunyai sayap 3
lurus. Habitat hidup di rerumputan dan tempat kering misalnya, batu-batuan, tanah kering dll.mata majemuk atau sederhana, antena cukup panjang. Femur kaki belakang besar bertipe mulut menggigit dan mengunyah. Sayap depan lurus dan kuat biasanya untuk melindungi pasangan sayap yang lebih besar dan tipis seperti membran. Pasangan sayap belakang ini saat istirahat dilipat dibawah sayap depan dan ketika terbang berkembang seperti membran. Hewan ini mempunyai tipe pertumbuhan metabolisme tidak sempurna. Cara jalan dengan meloncat dan dibantu dengan terbang pendek (jaraknya). Contoh Disostura atau belalang, Gryllus sp atau jangkrik. Bentuk tubuh bulat panjang dengan kepala hypognathus. Mata majemuk jelas dan besar dengan dua atau tiga mata tunggal (ocelli) atau juga tanpa mata tunggal. Antena relatif panjang dan banyak spesies yang antenanya melebihi panjang tubuhnya dengan ruas yang banyak. Mulut bertipe penggigit pengunyah. Dada mengalami pengerasan yang kuat. Pada Orthoptera, serangganya ada yang bersayap ada juga yang tidak bersayap. Serangga yang bersayap terdiri dua pasang sayap. Sayap depan memanjang mempunyai jejari (vena) sayap yang banyak dan teksturnya menebal agak kaku disebut tegmina. Tekstur sayap belakang seperti selaput dan lebar dengan banyak jejari. Tungkai belakang lebih besar dan panjang daripada kedua tungkai yang depan. Tungkai tersebut dengan femur yang besar untuk meloncat (tipe saltatorial). Terdapat pula dengan jenis dengan tungkai besar dan lebar berfungsi untuk menggali (tipe fossorial) pada Gryllotalpidae. Abdomen umumnya terdiri atas banyak ruas. Pada Orthoptera yang menghasailkan suara biasanya terdapat timpana pada ruas abdomen pertama (misal belakang). Ovipositor pada beberapa jenis bentuknya panjang seperti jarum, tetapi pada beberapa jenis yang lain pendek dan tersembunyi. Ada pula yang bentuknya seperti pedang. Perkembangbiakannya secara perkawinan dan mengalami metamorfosis sederhana. Serangga muda dan dewasa mempunyai habitat dan makanan yang sama. Umumnya fitofag dan beberapa zoofag dan bahkan ada yang bersifat kanibal. (Sukmanyakub 2011). Ordo Orthoptera dibagi menjadi 6 subordo yaitu subordo Caelifera, Ensifera, Mantodae, Phasmatodae, Blattodae dan Grylloblattodae. Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya 4
yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian- bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
5
BAB III JANGKRIK (Gryllus sp)
3.1 Deskripsi Jangkrik berasal dari familia Gryllidae yang merupakan serangga liar yang banyak hidup dihutan, diarea persawahan dan ditanah-tanah lapang yang ditumbuhi banyak rerumputan. Memiliki keterkaitan dekat dengan belalang dan di dunia ada sekitar 900 spesies jangkrik yang diketahui. Jangkrik termasuk ke dalam golongan herbivora, namun dalam kondisi tertentu bisa menjadi omnivora bahkan bisa memakan sesama. Mereka memiliki tubuh agak pipih dengan panjang antenna, mereka cenderung beraktivitas di malam hari dan memiliki struktur tubuh dengan tipe kaki melompat.
3.2 Bentuk Morfologi Jangkrik adalah salah satu serangga bermata tiga. Dua matanya adalah majemuk, sedangkan mata yang paling kecil digunakan untuk mendeteksi cahaya. Sepasang cerci di perut bawah (abdomen) dipergunakan sebagai peraba gerak. Dengan adanya alat ini, jangkrik dapat mendeteksi gerakan dari jarak jauh. Bersifat hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna), mulutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap. Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,dan abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan tungkai 3 pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran timpanum, spirakel, dan alat kelamin Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata tunggal (ocelli), postgena, dan antena. Sedangkan toraks terdiri dari protoraks, mesotoraks, dan metatoraks beserta embelan- embelannya. Dibagian ini ditemukan letak tungkai dengan ruas- ruasnya seperti 6
coxa, throchanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus. Sayap dengan letak pembuluh membujur dan melintang, notum pleuron,sternum, pescutum, scutum, dan postscutellum. Abdomen serangga jangkrik berruas-ruas dengan embelan- embelan, serta alat kelamin. Letak tergum, pleural membran, sternum, spirakel, epiproct, cercus, paraproct, valvula 1,2,3 dan valviler 1 & 2 dan ovipositor.
Gambar 1. Morfologi Jangkrik
3.3 Bentuk Fisiologi 3.3.1 Otot dan Pergerakan Kekuatan untuk pergerakan berasal dari otot, yang bekerja dengan cara bertumpu pada sistem skeleton baik berupa eksoskeleton yang kokoh maupun skeleton hidrostatik. Gerakan meloncat dimungkinkan karena adanya kaki belakang yang termodifikasi (femur) dengan otot-otot. Cara pergerakan diawali dari distorsi atau sendi femoro-tibial yang berbentuk pegas dengan jaringan panjang pengikat pada metatibia. Kemudian tekanan pada elastik resilin pada coxa menyebakan bisa melompat. Dibanding crustacea dan myriapoda, serangga mempunyai lebih sedikit kaki yang terletak lebih ke ventral dan berdekatan satu sama lain pada dada memungkinkan konsentrasi otot-otot pergerakan baik untuk berjalan maupun terbang. Hal ini menghasilkan pergerakan yang lebih efisien dan lebih mudah terkontrol. Ketika serangga berjalan, pergantian pertumpuan tripod dari kaki 7
depan dan kaki belakang pada satu sisi dan kaki tengah pada sisi yang lain mendorong ke belakang sedangkan kaki-kaki yang lain diangkat ke depan sehingga menghasilkan gerakan maju. Dengan tripod, pergerakan menjadi stabil karena titik berat tubuh berada di antara tiga kaki.
Gambar 2. Otot Kaki Pada Serangga
3.3.2 Sistem Pernafasan Serangga bernafas dengan trakea. Trakea adalah suatu sistem alat pernafasan yang terdiri atas pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang-cabang ini bermuara di stigma (spirakel). Stigma merupakan lubang keluar masuknya udara. Pada trakea terdapat kantong udara kantong hawa, yang berfungsi menyimpan udara yang masuk untuk sementara waktu. Mekanisme Pernafasan Mekanisme respirasi diawali ketika pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada dikerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, yang terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai tutup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan menutup saat beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dan spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea 8
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus, sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, terisi cairan dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel sel tubuh.
Gambar 3. Mekanisme Pernafasan Pada Serangga
3.3.3 Sistem Pencernaan Proses pencernaan makanan terutama terjadi di dalam abdomen di mana sel-sel epitelium menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan juga menyerap makanan yang sudah dicerna. Pada serangga juga memiliki adanya fat body yang mempunyai berbagai fungsi metabolik yaitu untuk metabolisme karbohidrat, lipid dan senyawa-senyawa N. Selain itu, fat body juga berfungsi sebagai tempat penimbunan glikogen, lipid dan protein, serta sintesis pengaturan gula darah dan haemolymph protein (haemoglobins, vitellogenins). Fat body mampu merubah aktivitasnya sebagai response terhadap isyarat yang bersifat nutrisional dan hormonal dalam mencakup kebutuhan pertumbuhan, metarmorfosis dan reproduksi. Sel-sel di dalam fat body mempunyai tipe yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya: tropocytes untuk penimbunan zat dan metabolisme. urocytes untuk menyimpan sementara dan mendaur-ulang asam urat. mycetocytes mengandung bakteria simbiotik.
3.3.4 Sistem Reproduksi Perkawinan akan berlangsung, ketika jangkrik jantan merayap dari belakang ke bawah jangkrik betina, kemudian meletakkan kantong berisi sperma. 9
Ketika mereka sudah tepat untuk berkopulasi, sperma tersebut akan masuk dan disimpan di bawah andomen jangkrik betina untuk bertemu dengan sel telur yang akan membuahi telurnya (Hasegawa dan Kubo. 1996). Setelah terjadi pembuahan, jangkrik betina akan hamil dan bertelur secara bertahap. Jumlah tersebut mungkin lebih banyak lagi tergantung spesiesnya (Sridadi dan Rahmanto. 1999).
Gambar 4. Perbedaan Jantan betina serta jangkrik yang sedang berkopulasi
3.4 Metamorfosis Jangkrik adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda. Siklus hidup jangkrik dari Telur sampai Imago membutuhkan waktu sekitar 41-60 hari, biasanya jangkrik meletakkan telurnya di tanah. Kemudian setelah bertelur ia mati (Siregar 2007).
Gambar 5. Sikus Hidup Jangkrik Waktu Bertelur 1 - 3 Hari Telur menetas 13 - 14 Hari Nimfa 1 - 20 Hari Jangkrik Muda 21 - 40 Hari Jangkrik Dewasa 41 - 60 Hari Birahi 61 - 80 Hari Mulai Bertelur 81 - 83 Hari 10
3.5 Penghasilan Bunyi Jangkrik yang memiliki cricket kicau hanya jangkrik jantan. Vena besar di sepanjang bagian bawah setiap sayap memiliki "gigi," seperti sisir. Suara kicau dibuat dengan menjalankan bagian atas salah satu sayap sepanjang gigi di bagian bawah sayap yang lain. Ketika ia melakukan hal ini, jangkrik juga memegang sayap dan terbuka, sehingga selaput sayap dapat bertindak sebagai layar akustik. Ada empat jenis cricket lagu : 1. Lagu panggilan : menarik betina dan laki-laki lain, dan cukup keras. 2. Lagu pacaran : digunakan ketika seorang jangkrik wanita sudah dekat, dan merupakan lagu yang sangat sepi. 3. Lagu agresif : dipicu oleh chemoreceptors pada antena jangkrik yang mendeteksi kehadiran orang lain yang mendekat si jangkrik jantan. 4. Lagu senggama : dihasilkan untuk jangka waktu singkat setelah berhasil deposisi sperma pada telur betina. Jangkrik mengerik dengan kecepatan yang berbeda tergantung pada spesies dan suhu dari lingkungan. Kebanyakan spesies berkicau di tingkat yang lebih tinggi semakin tinggi suhu (kira-kira 62 celetuk satu menit pada 13 C dalam satu spesies umum; setiap spesies memiliki tingkat sendiri).Hubungan antara suhu dan tingkat kicau dikenal sebagai Hukum Dolbear. Dengan menggunakan hukum ini adalah mungkin untuk menghitung suhu dalam Fahrenheit dengan menambahkan 40 hingga jumlah celetuk diproduksi dalam 14 detik. Jangkrik, seperti semua serangga lain, adalah hewan berdarah dingin. Mereka mengambil suhu lingkungan mereka (Wigiman. 2003).
3.6 Keanekaragaman Gryllus rubens Dikenal sebagai jangkrik lapangan tenggara. Salah satu dari banyak spesies kriket dikenal sebagai kriket lapangan. Hal ini terjadi di sebagian besar Amerika Serikat Tenggara. Kisaran utaranya membentang dari Delaware selatan ke sudut tenggara ekstrim Kansas, dengan kisaran selatan membentang dari Florida ke Texas timur. G. rubens memiliki lagu panggilan lebih lambat dan memiliki venasi yang lebih pucat dari latar belakang bidang lateral. 11
Gryllus bimaculatus Gryllus bimaculatus adalah salah satu dari banyak spesies kriket dikenal sebagai kriket Field. Dikenal juga sebagai Afrika atau Mediterania kriket lapangan atau sebagai kriket dua tutul, dapat dibedakan dari spesies lain. Ini spesies kriket populer untuk digunakan sebagai sumber makanan bagi hewan pemakan serangga seperti laba-laba dan reptil. Mereka tidak memerlukan terlalu lama untuk menyelesaikan siklus hidup mereka. Gryllus bryanti Gryllus bryanti adalah salah satu spesies yang lebih besar dari jangkrik lapangan . Warna tubuh gelap coklat dengan coklat kemerahan di sekitar kepala, dada dan kaki. Khas dari banyak jangkrik lapangan, dapat ditemukan hidup di celah atau lubang di tanah di daerah yang terganggu (misalnya di dekat jalan) dan di sekitar tempat tinggal manusia . Gryllus campestris Gryllus campestris adalah salah satu dari banyak jangkrik yang dikenal sebagai kriket Field. Ini terbang serangga berwarna gelap yang relatif besar, sedangkan laki-laki berkisar 19-23 mm dan betina 17-22 mm. Gryllus campestris suka lokasi cerah kering dengan vegetasi pendek, seperti padang rumput kering dan dibatasi untuk padang rumput oligotrophik di tepi jangkauan utara. Mereka terbang dan tidak mampu bermigrasi jarak jauh. Gryllus pennsylvanicus Gryllus pennsylvanicus adalah salah satu dari banyak spesies kriket dikenal sebagai kriket lapangan. Hal ini terjadi di seluruh bagian timur Amerika Utara, termasuk Kanada bagian selatan. Pada saat dewasa mencapai 15-25 milimeter (0,6-1,0 in) dan rentang warna dari hitam gelap sampai coklat tua. Beberapa spesimen menunjukkan warna kemerahan sedikit, antena hitam cenderung lebih lama dari rentang tubuh spesies.
3.7 Peranan Jangkrik Dalam Kehidupan Jangkrik adalah serangga yang dapat menjaga kelangsungan hidup tanaman atau sebagai hama tanaman, rantai makanan yang sangat penting memberikan manfaat dari berbagai konsumen diantaranya adalah : 12
Bisa di gunakan sebagai bahan kuliner Jangkrik mempunyai rasa yang sangat lezat, biasanya binatang jangkrik di gunakan untuk makanan sejenis gorengan. Dapat membantu menghilangkan sakit akibat datang bulan Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jangkrik mengandung kadar protein 3 kali lebih banyak dari pada ayam yang dapat menghilangkan rasa sakit ketika datang bulan. Dapat di jual atau di panen Dengan menggunakan bibit jangkrik, harga jangkrik di jual per 1 kg 50 ribu. Sebagai penakluk tikus di rumah Konon suara nyaring yang dihasilkan jangkrik dapat mengusir tikus sebagai hewan jengkel dalam rumah anda. Sebagai Peluang Usaha Budidaya Jangkrik Usaha Meraup Rupiah dengan Budidaya Jangkrik cukup bagus, contohnya perkembangan budidaya jangkrik (Gryllus Bimaculatus) di berbagai wilayah di Indonesia dewasa ini skalanya cukup besar, Budidaya jangkrik banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan, untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu 2-4 minggu.
Dalam berbagai kasus jangkrik juga diketahui membawa sejumlah besar penyakit, di antaranya dapat menyebabkan luka pada kulit yang menyakitkan. Mereka tidak fatal bagi manusia, penyakit dapat ditularkan melalui kotoran mereka, menggigit, atau kontak fisik, tetapi sebenarnya jangkrik tidak agresif terhadap manusia dan jarang menyerang.
13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari pembahasan makalah yang berjudul Jangkrik (gryllus sp), dapat di peroleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Jangkrik terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,dan abdomen). Bersifat hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna), dengan mulut tipe pengunyah, dan tipe kaki meloncat. memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. 2. Kekuatan untuk pergerakan berasal dari otot, yang bekerja dengan cara bertumpu pada sistem skeleton baik berupa eksoskeleton yang kokoh maupun skeleton hidrostatik. Gerakan meloncat dimungkinkan karena adanya kaki belakang yang termodifikasi (femur) dengan otot-otot. Cara pergerakan diawali dari distorsi atau sendi femoro-tibial yang berbentuk pegas dengan jaringan panjang pengikat pada metatibia. Kemudian tekanan pada elastik resilin pada coxa menyebakan bisa melompat. 3. Ada empat jenis cricket lagu : Lagu panggilan : menarik betina dan laki-laki lain, dan cukup keras. Lagu pacaran : digunakan ketika seorang jangkrik wanita sudah dekat, dan merupakan lagu yang sangat sepi. Lagu agresif : dipicu oleh chemoreceptors pada antena jangkrik yang mendeteksi kehadiran orang lain yang mendekat si jangkrik jantan. Lagu senggama : dihasilkan untuk jangka waktu singkat setelah berhasil deposisi sperma pada telur betina.
4.2 Saran Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih disempurnakan dengan lebih baik lagi. 14
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga. Borror, et al. 2005. Study Of Insect. Ed-7. Amerika: Thomson Rook/Cole. Campbell N.A, J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid ke 2. Jakarta: Erlangga. Hasegawa dan Kubo. 1996. Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Odum, E., 1993. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan) Tjahyono Samingan Dari Fundamental Ecology. Gajah Mada University Press-Yogyakarta. Rahayu, Tuti. 2004. Sistematika Hewan Invertebrata. Surakarta: UMS Press. Siregar, Amelia, Zuliyanti. 2007. Hama-hama Tanaman Padi. Sumatra: USU Press. Sridadi dan Rahmanto. 1999. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kanisius. Sukmanyakub. 2011. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Palembang: Sriwijaya University. Wigiman. 2003. Hama Tanaman: Cermin Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan. Yogyakarta : Gajah Mada Press.