Dielektrik
Dielektrik
Dielektrik
PENDAHULUAN
Konsep penting dalam permasalahan dielektrIk adalah momen dipol listrik yang merupakan ukuran pengaruh
medan listrik pada sepasang muatan listrik yang besarnya sam tapi berlawanan tanda. Ketika medan listrik
diberikan pada material dielektrik maka fenomena polarisasi muncul. Bahan dielektrik dipergunakan terutama
Dalam kaitan ini diperkenalkan beberapa kontanta material dielektrik berkaitan dengan interaksinya dengan
medan listrik diantaranya adalah permitifitas dan susceptibilitas untuk besaran makro dan konstanta polarisasi
untuk skala mikro. Di pihak lain material dielektrik juga sangat luas dipakai sebagi isolasi tegangan / medan
tinggi. Dalam keadaan demikian maka fungsi utama material adalah untuk menahan medan listrik. Sebagai
isolasi dikenal kekuatan dielektrik / isolasi dan suatu konstanta penting yaitu rugi-rugi dielektrik.
Baik fungsinya sebagai dielektrik maupun sebagai isolasi, material dielektrk, memegang peranan sangat
penting dalam elektroteknik. Komponen-komponen seperti kapasitor, hingga isolasi pada peralatan listrik,
generaor, peralatan listrik rumah tangga adalah beberapa contoh peran material dalam kehidupan sehari-hari.
II. ISI
Bila suatu material ditempatkan pada medan listrik, maka terjadilah momen dipol dalam material. Peristiwa ini
dapat diilustrasikan dengan penempatan material diantara dua pelat kapasitor yang diberi medan listrik E
seperti pada gambar 6.1. pada gambar a material terpolarisasidan pada pelat terinduksi muatan yang
berlawanan tanda. Gambar b menunjukan bagian material saja dimana dalam material terdapat untaian
muatan positif. Namun demikian pada permukaan perbatasan dengan pelet terdapat muatan terikat masing-
masing –Qp dan +Qp. Dua muatan itulah yang m,ewakili peristiwa polarisasi bertahap yang dialami oleh
(a) (b)
(c)
Polarisasi didalam material direpresentasikan dengan besaran polarisasi P yang menyatakan momen dipol per
satuan volume. Bila momen dipol perdipol p=q.d, dan kerapatan dipol N per meter kubik maka polarisasi dapat
dinyatakan sebagai:
P=Np
Polarisasi tergantung dari besarnya medan listrik yang diberiakn. Untuk material yang bersifat homogen maka:
dimana = pemitivitas ruang hampa dan E=kuat medan listrik, adlah susceptibilitas listrik material. Dengan
demikian maka:
atau
Bila dibandinkan dengan sebelum ditempatkanya metrial dielektrik diantara dua pelat maka pada saat tidak
Pad saat ruang hampa diganti dengan bahan dielektrik maka hubungan menjadi
Perubahan D dengan kehadiran dielektrik disebabkan oleh munculnya polarisasi di dalam dielektrik:
Polarisasi dibedakan atas polarisasi elektronik, polarisasi atomik/ionik, polarisasi dipolar dan polarisasi
Teori atom menyatakan bahwa suatu atom tersusun atas inti ataom bermuatan positif dan elektron yang
mengitari inti bermuatan negatif. Muatan neto dalam atom adalah netral. Dalam keadaan tidak ada pengaruh
medan luar maka pusat muatan positif inti atom berimpit dengan pusat muatan negatif elektron. Dengan
demikian tidak ada momen dipol dalam atom. Namun bila atom berada pad daerah dengan medn listrik maka
muatan akan berinteraksi dengan medan dan terjadilah pergeseran pusat muatan baik positif maupun negatif.
Munculah polarisasi. Polarisasi demikian disebut dengan polarisasi elektonik seperti diilustrasikan seperti
gambar berikut:
Gambar 2 : Polarisasi elektronik
Pergeseran pusat muatan sejauh x akan oleh medan E menimbulkan gaya ataraksi antar pusat muatan yang
cenderung untuk mendekat.bila atom mempunyai nomor Z yang berarti mempunyai Z elektron maka gaya
yang mendorong elektron untuk mendekati inti adalah sebanding dengan pergeseran x yaitu Fr = - x. Di sini
adalah konstanta dan tanda negatif menunjukan bahwa gaya berarah ke inti atom. Dalam keadaan seimbang
maka berlaku:
Momen dipol ini akan tetap bila medan yang diberiakan adalah DC dan konstan. Bila tiba – tiba medan hilang
gaya atraksi berperan. Pergerakan pusat muatan negatif dapat dinyatakan dengan persamaan :
Penyelesaian dari persamaan differensial ani akan menghasilkan persamaan posisi yaitu:
dimana:
adlah frekuensi osilasi awan elektron di sekitar inti atom dan X merupakan jarak sebelum medan dihilangkan.
Yaitu polarisasi pada molekul/ion yang disusun beberapa atom dengan kehadiran medan listrik. Kristal ionik
seperti NaCl, KCl dan sebagainya mempunyai susunan rantai ion positif dan negatif. Sebagai contoh kita lihat
untuk NaCl. Pada saat tidak ada medan luar maka NaCl tidak terjadi polarisasi karena rantai tersusun oleh
momen dipol yang sama besar dan berlawanan arah seperti apda gambar a. Namun dengan kehadiran medan
luar maka posisi ion dan negatif sedikit bergeser dan terjadilah polarisasi neto seperti ditunjukan oleh gambar
b.
Sebgaimana pada polarisasi elektronik maka dikenal adanya konstanta polarisasi ionik/atomik:
Besarr konstanta poalarisasi ionik dapat dicari dengan persamaan Clausium Mossotti yang akan dibicarakan
kemudian.
Polarisasi ini terjadi di dalm materil dielektrik yang mempunyai dipol permanen (dipolar) seperti HCl. Pada saat
tidak ada medan luar maka dipol-dipol terorientasi secara acak dan tidak ada polarisasi netto. Gambar a dan
gambar b menunjukan momen dipol permanen HCl dan orientasi random dari dipol adad saat tidak ada medan.
Kehadiran medan membuat orientasi dipol-dipol mengarah pada medan dan munculah polarisasi netto seperti
Konstanta polarisasi orientasi tergantung dari temperatur dan dapat dihitung dengan mengguanakan statistik
dimana adalah dipol permanen, k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah temperatur.
yaitu polarissasi akibat terjadi penumukan muatan pada perbatasan bahan dielektrik yang tidak homogen.
Dengan mempertimbangkan tiga macam polarisasi yaitu elektronik, ionik dan orientasi maka polarisassi
diuraikan menjadi:
dengan:
dengan demikian .
Yaitu total koefisisen polarisasimerupakan penjumlahan dari komponen koefisien polarisasi. Koefisien polarisasi
total menjadi:
dan:
Tabel 1
Si Elektronik 11,9
PVC Orientasi/dipolar 7
Pada zat padat antar atom berinteraksi sehingga antar dipol juga berinteraksi. Dalam mengevaluasi koefisien
polarisasi maka pengaruh dipol disekitarnya perlu dipertimbangkan. Bila Medan E diberikan kedalam dielektrik
maka suatu titik didalam dielektrik akan mengalami medan tambahan akibat interaksi dipol seperti
digambarkan berikut:
Medan akibat dipol E dapat dihitung dengan penjumlahan seluruh pengaruh dipol dan akan menghasilkan:
Pada frekuensi optik maka yang ada hanyalah polarisasi elektronik maka persamaan dapat dituliskan menjadi:
Pada kondisi ini dipenuhi hubungan bahwa dimana n adalah indeks bias bahan dielektrik. Subtitusi n kedalam
Didefinisikan konstanta polarisasi molar yaitu besar polarisasi per satu molar dielektrik yaitu:
Konstanata dielektrik akibat polarisasi dalam keadaan DC. Bila signal/medan yang diberiakan adalah sinusoidal
maka konstanata dielektrik dalam keadaan sinusoidal ini akan berbeda dengan pada keadaan DC. Kehadiran
medan sinusoida akan membuat besar dan arah polarisasi berubah secara periodik mengikuti perubahan
medan. Jika momen dipol dapat mengikuti perubahan medan secara sempurna maka:
dengan konstanta polarisasi maksimum
kehadiran medan sinusoidalakan membawa kepada kondisi dimana tidak semua dipol dapat mengikuti
perubahan medan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama adalah agitasi thermal yang cenderung
membuat orientasi dipol menjadi random. Faktor kedua adalah friksi dengan atom/kisi/dipol disekitarnya yang
Bila medan berubah dengan cepat maka dipol tidak lagi mengikuti perubahan medan dan sebagai akibatnya
sebagian besar dipol tetap berada pada kondisi random. Pad a frekuensi yang sangat tinggi maka akan
cenderung menjadi nol. Dengan demikian maka maksimum pad kondisi DC juga mengecil dan dapat
dinyatakan sebagai:
diman adalah konstanta polarisasi pada frekuensi=0. dengan demikian momen dipol induksi per molekul akan
ke .
Bila adalah waktu relaksasi rata-rata di antara dua tumbukan/gesekan selama proses relaksasi maka waktu
yang diperlukan sehingga dipol induksi menjadi random adalah p mak p- adalah momen dipol induksi sisa yang
harus menjadi random selama relaksasi untuk t mendekati tak hingga. Kecepatan perubahan momen dipol
didapat::
Solusi dari persamaan ini diperoleh momen dipol induksi sesaat sebagai:
dimana:
yang mneyatakan konstanata polarisasi pada keadaan AC. Konstanata polrisasi pada keadaan AC merupakan
bilangan kompleks yang menyatakan bahwa dalam keadaan AC antara p dan E berbeda phasa.
komponen imajiner untuk suatu harga komponen riil. Didefinisikan konstanta rugi-rugi dielektrik ( loss
tangent, loss factor, faktor rugi-rugi) sebagai tan yang tergantung dari frekuensi dan mencapai maksimum
disekitar .
Untuk medan sinusoidal maka rugi-rugi dielektrik per satuan volume adalah :
Dengan demikian rugi-rugi dielektrik per satuan volume ditentukan oleh tiga faktor:
- Konstanta rugi-rugi makin tinggi konstanta rugi-rugi makin tinggi pula rugi-rugi dielektrik
Sebagai contoh untuk bahan Cross-linked polyethylene (XLPE) yang banyak untuk kabel dan alumina yang
banyak digunakan untuk komponen elektrik frekuensi 60 Hz dean 1 MHz dan pada medan sebesar 100kV/cm
Material 60 Hz 1 MHz
W (W/cm3)
W (W/cm3)
Apabila kepada suatu kapasitor yang berisi dielektrk diberikan tegangan AC dengan frekuensi maka akan
C0 adalah kapasitansi kapasitor bila tidak diisi dengan bahan dielektrik (berisi ruang bebas).
(a) (b)
Gambar 7 : Dielektrik dengan arus AC (a) diagram phasor arus (b) grafik
Pada rangkaian ekivalen pararrel komponen permitivitas relatif kompleks terdiri dari:
selain rangakian pararel ini dapat juga dipergunakan rangkaian ekivalen seri seperti gambar (b). Hubungan-
Material butiran adalah bahan atau material yang terdiri dari butiran butiran bahan lain yang lebih kecil.
Contoh sederhana dari material butiran adalah pasir, kacang-kacangan (bijinya), biji-bijian, tepung, dan
kelereng. Material butiran ini termasuk penting karena dia menunjukkan sifat-sifat lain yang kadang dimiliki
Tidaklah berlebihan apabila bahkan sampai ada yang mengusulkan bahwa material butiran dapat dikatakan
sebagai suatu fase tersendiri dari wujud zat, seperti terlihat dalam gambar berikut ini (A: padat – memiliki
bentuk sendiri, B: cair – memiliki tinggi yang sama, C: gas – memenuhi wadahnya, dan D: butiran –
Perlu dicatat bahwa yang dimaksud dengan wujud adalah wujud atau sifat secara keseluruhan, karena
pembentuk material butiran tetap berwujud padat, akan tetapi wujud mereka secara kelompoklah yang dapat
Salah satu ciri utama dari media butiran adalah untuk bertahan dalam fasa gas atau cairan, perlu diasupkan
energi secara terus-menerus, atau dapat dikatakan bahwa material butiran bersifat amat disipatif. Apabila
tidak diasupkan energi, maka umumnya berada dalam fase padat atau kritis padat.
Hal yang menarik dari material jenis ini, selain fasanya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
lingkungannya (perubahan fasa ini tidak merubah fasa butiran), adalah munculnya banyak fenomena yang
belum dapat dirumuskan oleh ilmu fisika yang ada, misalnya saja dengan Efek Kacang Brasil (Brazil Nut Effect)
dan Kebalikan Efek Kacang Brasil (Reverse Brazil Nut Effect), osilasi, avalansi, segregasi dan turbulensi.
Gambar 10 : Keadaan sebelum butiran digetarkan secara vertikal
• Efek Kacang Brasil: campuran dua buah butiran berbeda ukuran yang diasup energi dari luar berupa vibrasi
akan membuat terjadinya pemisahan antara kedua butiran, butiran besar di atas dan butiran besar di bawah,
dan hal ini tidak tergantung dari massa satuan kedua butiran tersebut.
• Kebalikan Efek Kacang Brasil: kebalikan dari Efek Kacang Brasil, di mana butiran yang lebih kecil akan
• Avalansi: dalam suatu tumpukan material butiran yang berfase padat, ia akan dapat stabil, tetapi apabila
tumpukan tersebut terus dipertinggi, suatu saat ia akan meluruh dan kembali stabil. Model ini dapat dikaitkan
• Segregasi: baik dengan memberikan asupan energi berupa vibrasi atau rotasi, campuran butiran-butiran
yang berbeda ukuran dapat terpisahkan dan membentuk pola-pola tertentu. Bahkan telah diamati terdapat
soliton.
• Osilasi: pertukaran antara keadaan segregasi dan tercampur. Salah satu fenomena osilasi diperoleh dengan
• Turbulensi: dalam aliran material butiran yang memiliki Bilangan Reynolds yang berbeda dengan fluida,
• Difusi terbalik: umumnya gas atau cairan akan mengalir dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah, akan tetapi hal ini selain dapat pula terjadi pada material butiran, dapat juga
berlaku kebalikannya, yaitu butiran dapat memiliki kecenderungan untuk berkumpul atau dari konsentrasi
Material dielektrik dipakai sebagai isolasi tegangan tinggi. Sebagai isolasi maka kekutan menahan medan listrik
yang besar merupakan syarat. Suatu bahan dielektrik mempunyai kekuatan menahan medan listrik tertentu.
Kekuatan menahan medan listrik disebut dengan kekuatan isolasi ( satuan kV/cm dll ). Setiap bahan isolasi
mempunyai harga kekuatan isolasi masing-masing. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan isolasi
seperti struktur molekul, kehadiran ketidakmurnian, tempertur dan kelembaban. Secara umum material isolasi
padat mempunyai kekuatan isolasi paling tinggi dan isolasi gas mempunyai harga paling rendah.
Bila kepada bahan dielektrik tersebut diberikan medan listrik melebihi kemampuanya maka isolasi akan
mengalami kegagalan beruapa tembus ( breakdown ). Tembus pada zat padat bersifat permanen sedangakan
tembus pada isolasi cair dan terutama gas pada umumnya bersifat sementara. Kejadian tembus isolasi diikuti
oleh kenaikan arus yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat pada diagaram karakteristik arus-tegangan ditandai
Dielektrik gas mempunyai susunan molekul/ atom yang relatif jarang dibandingkan dengan dielektrik cair atau
padat. Untuk terjadinya tembus perlu ada elektron awal. Elektron awal dapat muncul dalam gas melalui
berbagai cara seperti akibat radiasi kosmik,eksitasi thermal atau elektron dari permukaan katoda akibat
Bila suatau elektron awal telah tersedia di dalam gas maka bila medan listrik dalam gas cukup besar maka
elektron akan bergerak dipercepat dan akan memperoleh energi kinetik yang besar pula. Energi kinetik yang
besar yang dimiliki elktron memungkinkan mengionisasi molekul/atom gas bila bertumbukan. Dengan adanya
ionisasi gas ini maka muncul elektron kedua. Kedua elektron akan memulai proses serupa untuk
menghasilakan dua elektron bru dan seterusnya. Sehingga di dalam gas akan terjadi multiplikasi elektron
secara eksponensial. Peristiwa ini disebut avalanche.bila kenaikan elektron berjalan terus maka suatau ketika
Tembus gas dipengaruhi oleh tekanan gas. Maikin tinggi tekanan gas maka kerapatan juga makin tinggi. Hal
ini mengakibatkan jarak rata-rata antar molekul atau atom semakian kecil dan sebagai akibatnya energi
kinetik elektron lebih kecil dan ionisasi moekul atau atom gas semakin sulit. Dengan demikian secara umum
Tembus gas juga dipengaruhi oleh tinkat kemurnian gas tersebut. Kandungan zat pengotor dan kelembaban
dapat menurunkan keuatan dielektrik. Temperatur juga dapat mempengaruhi kekutan dielektrik cair namun
Pada tekanan 1 atm dan frekuensi 60 Hz maka kekuatan tembus udara adalah 31 kV/cm. Pada saat ini telah
ditemukan dielektrik gas dengan kekuatan isolasi tinggi misalnaya SF6 yang mempunyai kekuatan pada 1 atm
79,3 kV/cm, CHCl3 dengan kekuatan sekitar 150 kV/cm dan CCl4 dengan kekuatan yang lebih tinggi yaitu
Khadiran gelembung gas (buble) dan partike konduktif di dalam dielektrik cair dianggap sebagai bertanggung
jawab atas terjadinya tembus pada dielektrik cair. Gelembung gas akan tembus walaupun dielektrik cair masih
sehat karena kekuatan tembus dielektrik cair lebih tinggi dari gas. Tembus dalam gelembung gas akan
menghasilkan gas baru yang akan memperbanyak jumlah gelembung atau memperbesar ukuran gelembung
gas. Juga dapat timbul partikel konduktif akibat oksidasi selama tembus gas dalam gelembung berlangsung.
Emisi elektron dari permukaan elektroda juga mungkin terjadi. Bila kejadian ini terus menerus maka suatu
saat dapat menjembatani kedua elektroda dan terjadialah tembus dielektrik cair.
Tabel 2
( kV/cm )
Hexana 130
Benzen 110
Askarel 200
Secara umum kekuatan dielektrik padat lebih besar dari dielektrik gas dan cair. Tembus dielektrik padat
dibagai atas:
bila kedalam dielektrik diberiakan tegangan tinggi maka munculah medan tinggi. Bila di dalam bahan dielektrik
terdapat elekton konduksi maka elektron akan dipercepat. Percepatan elektron berbanding lurus dengan kuat
medan listrik. Elektron yang dipercepat akan mendapatkan energi kinetik dalam perjalananya karena
kecepatan makin bertambah. Elektron ini bergerak diantara atom-atom dielektrik. Bila selama tumbukan
dengan atom semua energi elektron tidak dapat diserap oleh atom maka elektron akan mengionisasi atom dan
munculah elektron baru yang siap mengalami proses yang sama. Dengan demikian sepanjang perjalanan
muncul elektron makin banyak. Terjadilah konduksi elektron yang sangat besar yang disebut dengan elektron
avalanche. Tembus intrinsik sering disebut juga denga tembus elektronik. Hal ini karena proses terjadinya
Kekuatan tembus intrinsik bahan isolasi berharga sangat tinggi dan biasanya diperoleh dengan pemberian
tegangan yang aswangat cepat ( impuls ). Polyethylene mempunyai harga mencapai 500 Mega Volt per Meter.
tembus jenis ini muncul bila isolasi beroperasi pada kondisi yang memanaskan kisi-kisi bahan. Pemanasan bisa
terjadi karena dielectric losses. Sebagian panas dapat disalurkan ke lingkungan, sebagian lagi akan
Bila kalor yang dihasilkan oleh pemanasan listrik sedikit dan dapat diatasi denga didipasi kelingkungan maka
temperatur material akan tetap stabil. Akan tetapi bila pemanasan listrik membesar maka sutau saat kalor
tidak lagi dapat dibuang ke lingkungan dan sebagi akibatnya temperatur kisi-kisi material akan naik dan
mencapai harga kritis Tc. Bila pemanasan lebih hebat lagi maka temperature akan lebih tinggi lagi. Akibat
pemanasan ini maka atom akan lebih mudah terionisasi oleh tumbukan elektron. Dengan demikian dapat
diperkirakan tegangan tembus jenis ini akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tembus intrinsik.
Sebagai contoh untuk polyethylene tegangan tembus dapat turun menjadi hanya 5 Mega Volt per Meter pada
ketika dielektrik padat dikenai medan listrik tinggi mak akan muncul gaya kompresi yang menekan dielektrik
tersebut. Bila tebal spesimen adalah d0 dan terkompresi manjadi d akibat medan oleh sutau tegangan V maka
berlaku hubungan:
dimana Y adalah modulus Young dari dielektrik.
dari eksperimen mekanik di dapatkan bahwa secara empirik instabilitas mekanik akan terjadi bila telah
menyebabkan d/d0=0,6. dengan memasukan kriteria instabilitas ini sebagai awal terjadinya tembus
elektromekanik sebagai:
Stark dan Garton mengamatti peristiwa tembus elektromekanik ini pada dielektrik polyethylene.
Bahan-bahan seperti mika atau keramik atau bahan pada lainya sering kali ditemukan gas yang terperangkap
didalamnya. Gas mempunyai kekuatan isolasi yang lebih kecil dari isolasi paadat. Secara umum gas
mempunyai konstanta dielektrik kecil (mendekati 1) sedangkan isolasi padat mempunyai konstanta dielektrik
2-6. dengan demikian gas yang berada di dalam isolasi padat akan mendapatkan kuat medan yang lebih besar
dari isolasi padat. Padahal kekuatanya lebih rendah. Dengan demikian gas akan tembus sebagian (partial
discharge).
Pada isolasi polimer sering kali ditemukan tembus sebagian inti. Dari tembus sebagian di dalam void dapat
tumbuh kanal bercabang-cabang membentuk suatu struktur menyerupai pahoa yang disebut dengan
pemohonan listrik (electrical treeing). Pemohonan listrik makin lama akan makin panjang dan jumlah cabang
akan semakin banyak. Bila pemohonan listrik ini telah menjembatani kedua elektroda maka biasanya isolasi
padat sudah tidak dapat lagi berfungsi untuk menahan medan normal. Terjadilah kegagalan isolasi.
Pemohonan listrik juga dapat bermula dari medan yang sangat tinggi di dalam isolasi padat karena adanya
permukaan konduktor yang tajam atau ada kontaminan konduktif. Medan lokal sebesar lebih dari 1 MV/m
dapat muncul di daerah seperti ini. Degradasi lokal akibat stress medan listrik seperti ini akan menginisiasi
munculnya pemohonan listrik. Daerah dengan medan sangat tinggi ini bisa menyebabkan kegagalan lokal
Teknik pembuatan material dasar, pemasangan dan pengoperasian merupakan faktor-faktor penting yang
dapat mempengaruhi pemunculan titik-titik lemah isolasi yang menyebabkan bermulanya kegagalan isolasi.
Tabel 3
relatif Kekuatan
dielektrik (kV/cm)
KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa dan pembahasan tentang material dielektrik dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Konsep penting dalam permasalahan dielektrIk adalah momen dipol listrik yang merupakan ukuran
pengaruh medan listrik pada sepasang muatan listrik yang besarnya sam tapi berlawanan tanda
2. Bila suatu material ditempatkan pada medan listrik, maka terjadilah momen dipol dalam material
3. Polarisasi dibedakan atas polarisasi elektronik, polarisasi atomik/ionik, polarisasi dipolar dan polarisasi
interfacial
4. Pada zat padat antar atom berinteraksi sehingga antar dipol juga berinteraksi
5. Bila signal/medan yang diberiakan adalah sinusoidal maka konstanata dielektrik dalam keadaan sinusoidal
6. Material butiran adalah bahan atau material yang terdiri dari butiran butiran bahan lain yang lebih kecil
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Material_butiran