Hasan al-Bashri

Ulama
(Dialihkan dari Hasan Al Bashri)


Al-Hasan Al-Bashri (bahasa Arab:الحسن بن أبي الحسن البصري ; Abu Sa'id al-Hasan ibn Abil-Hasan Yasar al-Bashri) (Madinah, 642 - 10 Oktober 728) adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah.

Infobox orangHasan al-Bashri

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran642 (Kalender Masehi Gregorius) Edit nilai pada Wikidata
Madinah Edit nilai pada Wikidata
Kematian15 Oktober 728 Edit nilai pada Wikidata (85/86 tahun)
Basra Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam dan Islam Sunni Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
SpesialisasiUlum hadis dan Qira'at al-Qur'an Edit nilai pada Wikidata
Pekerjaanmuhaddith (en) Terjemahkan, Qadi, Qari' Edit nilai pada Wikidata
Murid dariAnas bin Malik Edit nilai pada Wikidata
MuridQatadah bin Da'amah, Wasil bin Atha', Ayyub as-Sikhtiyani dan Q12246896 Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Biografi

sunting

Al-Hasan adalah Maula Al-Anshari. Ibunya bernama Khairah, budak Ummu Salamah yang dimerdekakan, dikatakan Ibnu Sa’ad dalam kitab tabaqat Hasan adalah seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, tepercaya, seorang hamba yang ahli ibadah dan fasih bicaranya. Bapaknya bernama Pirouz (kemudian dikenal sebagai Abul Hasan), yang menjadi budak pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khattab. Dari kampungnya Pirouz kemudian dibawa ke Madinah sebagai seorang tawanan. Pirouz dan seorang perempuan dari kampungnya, diberikan kepada Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah memberikan mereka berdua kepada saudara terdekat dia dan keduanya lantas menikah dengan tuan mereka dan dibebaskan.

Hasan al-Basri dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi). Dia pernah menyusu dengan Ummu Salamah, isteri Rasulullah S.A.W. Pada usia 14 bulan, Al-Hasan pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri. Hasan kemudian dikategorikan sebagai seorang Tabi'in (generasi setelah sahabat). Hasan al-Basri juga pernah berguru kepada beberapa orang sahabat Rasulullah S.A.W. sehingga dia muncul sebagai Ulama terkemuka dalam peradaban Islam.

Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi, antara lain: Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar. Al-Hasan menjadi guru di Basrah, (Iraq) dan mendirikan madrasah di sana. Di antara para pengikutnya yang terkenal adalah Amr ibn Ubaid dan Wasil ibn Atha. Dia salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran di hadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah. Dia menerima hadits dari Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, Al Bajali, Muawiyah, Anas, Jabir dan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat diantaranya ‘Ubay bin Ka’ab, Saad bin Ubadah, Umar bin Khattab walaupun tidak bertemu dengan mereka atau tidak mendengar langsung dari mereka. Dan kemudian hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib, Hisyam bin Hasan dan lain-lain.

Hasan al-Basri meninggal dunia di Basrah, Iraq, pada hari jum'at 5 Rajab 110 Hijrah (728 Masehi), pada umur 89 tahun.

Hasan adalah pendukung kuat nilai tradisional dan cara hidup zuhud, kehidupan dunia hanyalah perjalanan untuk ke akhirat, dan kesenangan dinafikan untuk mengendalikan nafsu. Khutbah-khutbah dia dianggap sebagi contoh terbaik dan terawal sastra Arab.[1]

Rujukan

sunting
  1. ^ John Esposito, The Oxford Dictionary of Islam, 2003

Bacaan Lanjutan

sunting
  • Reinhart Dozy, Essai sur l'histoire de l'islamisme, m.s. 201 sqq. (Leiden dan Paris, 1879)
  • Alfred von Kremer, Culturgeschichtliche Streifzüge auf dem Gebiete des Islams, m.s. 5 seq.
  • Reynold Alleyne Nicholson, Sejarah kesusasteraan orang-orang Arab, m.s. 225-227 (London, 1907).
  • Riwayat hidup Hasan al-Bashri ditemukan dalam Kamus Biografi Imam Nawawi (ed. F. Wüstenfeld, Göttingen, 1842-1847).
  • Siyar al-A'lam an-Nubala karya ad-Dzahabi
  • az-Zuhd karya Ahmad bin Hambal

Pranala luar

sunting