Budiyati Abiyoga (lahir 1 Desember 1944) adalah seorang produser dan penulis skenario film asal Indonesia. Ia dikenal sebagai tokoh perfilman Indonesia yang berperan besar dalam menunjang keberlanjutan industri sinematografi Indonesia dengan mendirikan perusahaan rumah produksi film PT Prasidi Teta Film pada tahun 1973.[1]

Budiyati Abiyoga
LahirBudiyati Abiyoga
1 Desember 1944 (umur 80)
Batang-Batang, Sumenep, Masa Pendudukan Jepang
AlmamaterInstitut Teknologi Bandung
PekerjaanProduser, penulis skenario
Tahun aktif1973–sekarang
Anak3
Orang tuaMohammad Djojosoemardjo
Maryatin

Sebagai produser melalui perusahaan produksi filmnya, PT Prasidi Teta Film, ia memproduseri sejumlah film seperti Hati Yang Perawan yang lolos seleksi Festival Film Indonesia 1985 serta mendapat penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Kejarlah Daku Kau Kutangkap yang meraih 2 nominasi Festival Film Indonesia 1986 (satu piala Citra dan piala Bing Slamet untuk komedi terbaik), Nagabonar yang berhasil meraih tujuh Piala Citra termasuk sebagai Film Terbaik serta film Cas Cis Cus yang masuk nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1990. Film-film bermutu lainnya yang lahir dari tangannya diantaranya Gema Kampus 66 (1988), Noesa Penida (1988), Cinta dalam Sepotong Roti (1990), Oeroeg (1992), Badut-badut Kota (1993) dan lain sebagainya. Ia sering menjadi anggota Dewan Juri dalam Festival Film Indonesia.[2]

Kehidupan awal

sunting

Budiyati Abiyoga lahir di Batang-Batang, Sumenep, Madura pada 1 Desember 1944. Ia merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara pasangan Mohammad Djojosoemardjo dan Maryatin. Ayahnya pernah menjadi Bupati Jember masa jabatan 1959-1961 dan sekretaris Karesidenan Malang, serta seorang violis dan dirigen pada zaman Belanda, sementara Ibunya adalah seorang seniman batik.

Semasa duduk di bangku sekolah dasar di SD Sriwedari Malang pada usia 10 tahun, ia telah mampu membuat skenario dan menyutradarai sendiri sandiwara-sandiwara sekolah. Kesukaannya menulis dan menyutradarai berlanjut. Karya-karyanya yang telah terbit, antara lain Ujung Wajah Masa lalu dan Konglomerat. Dia juga aktif membuat cerita pendek. Salah satu cerita pendeknya, Ibuku dan Wanita itu pernah mendapat hadiah sayembara mengarang di majalah Femina. Abiyoga lulus dari program sarjana jurusan Teknik Penyehatan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1969.

Karier

sunting

Awal karier

sunting

Selepas meraih gelar sarjana, kariernya dimulai di Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Teknik Penyehatan (1968-1974), menjadi Kepala Proyek Pusat Informasi Teknik Departemen Pekerjaan Umum (1974-1976). Ketika kariernya di Departemen PU menanjak, ia mengundurkan diri. Kemudian dia mendirikan sebuah perusahaan konsultan pada tahun 1976 bernama PT Bumi Prasidi Bi-Epsi. Sebuah perusahaan yang memberi pelayanan jasa di berbagai bidang. Sejak 1982, PT Bumi Prasidi memasuki kawasan baru yakni agro industri dan kelautan.[3]

Karier dalam perfilman

sunting

Pada tahun 1973, Abiyoga mulai memasuki bidang film dengan mendirikan perusahaan PT Prasidi Teta Film, semula sebagai Komisaris Utama dan Direktur sejak 1993. Sejak 1989 ia memimpin PT Mutiara Eranusa Film. Dikenal sebagai insan film yang gigih mengartikulasikan segala hal yang dapat menunjang keberlanjutan industri sinematografi Indonesia. Salah satu pokok pikiran sekaligus obsesi yang dengan konsisten dijalankannya adalah "membuat film murah yang tidak murahan". Produksi pertama PT Prasidi Teta Film adalah film Hati Yang Perawan pada tahun 1984, yang dibuat berdasar cerita pendek karangannya dan disutradarai oleh Chaerul Umam.

Film ketiganya Naga Bonar (1986) terpilih sebagai film Terbaik pada Festival Film Indonesia 1987. Film Ayahku (1987), diunggulkan sebagai film Terbaik, skenario, pemain utama pria dan pemain pembantu pada Festival Film Indonesia 1988 dan juga dipilih oleh Festival Film International untuk dipertunjukkan di Tokyo, Jepang, sebagai salah satu dari 15 film terbaik di Asia tahun 1989. Film ketiganya Noesa Penida (1988) mendapatkan penghargaan untuk peran pembantu, fotografi dan ilustrasi musiknya. Filmnya Cas Cis Cus (1989) mendapat penghargaan untuk pemain anak-anak.

Cinta Dalam Sepotong Roti (1990) meraih penghargaan sebagai film terbaik pada Festival Film Indonesia 1991, Piala Antemas sebagai film terlaris pada 1991-1992 serta penghargaan FFAP 1992 untuk sutradara pendatang baru. Plong (1991) menjadi unggulan film terbaik Festival Film Indonesia 1992. Surat untuk Bidadari mendapat penghargaan di Festival Film Internasional Berlin, sebagai terbaik pada Festival Taomina XXIV 1994 dan pemenang Young Cinema pada Festival Film Internasional Tokyo 1994. Badut-badut Kota (1993), sutradaranya mendapatkan penghargaan dari FFAP 1994. Meski hampir sebagian besar produksinya mendapat penghargaan, tapi hampir seluruhnya kurang sukses secara komersial.

Abiyoga dikenal pula sebagai produser yang rajin mengemukakan pikirannya bagi pengembangan perfilman nasional, baik melalui seminar maupun melalui tulisan-tulisan yang dipublikasikan. Sejak tahun 1995 ia juga mulai menulis skenario untuk sinetron film penyuluhan Tanah Kita yang dinominasikan menang pada Festival Sinetron Indonesia 1996, sinetron Tembang Jatidiri yang bercerita tentang Serangan Umum 1 Maret 1949, sinetron Hati Yang Perawan (1995) dan sinetron Nurlela (1995).

Tahun 1995, Abiyoga diangkat menjadi anggota dan ketua komisi A Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) untuk masa jabatan hingga 1998. Untuk prestasinya sebagai produser, ia mendapatkan penghargaan Hadiah Djamaluddin Malik pada tahun 1997 dari BP2N. Sebagai penulis cerita, Abiyoga sudah menerbitkan 4 novel dan satu kumpulan cerita pendek, serta memenangkan hadiah dari perlombaan yang diselenggarakan oleh majalah Femina untuk karya novel dan cerita pendeknya.

Pada tahun 2010, Abiyoga memproduseri film Bahwa Cinta Itu Ada, yang disutradarai oleh Sujiwo Tedjo. Film ini dibintangi antara lain oleh Ariyo Wahab dan Eva Asmarani. Film ini bercerita tentang perjalanan hidup beberapa mahasiswa di sebuah kampus di Bandung.[4]

Pada tahun 2017, Abiyoga memproduseri film Iqro: Petualangan Meraih Bintang yang diproduksi oleh Salman Film Academy, sebuah rumah produksi film di bawah manajemen Masjid Salman Institut Teknologi Bandung.[5] Pada tahun yang sama ia menerima penghargaan Pencapaian Seumur Hidup (Lifetime Achievement Awards) dalam ajang Festival Film Indonesia 2017 di Manado, Sulawesi Utara.[6] Penghargaan tersebut diserahkan oleh produser dan sutradara Mira Lesmana.[7]

Filmografi

sunting
Tahun Judul Dikreditkan sebagai Keterangan
Produser
1987 Ayahku Produser pendamping
1988 Noesa Penida Ya
Gema Kampus 66 Ya
1989 Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) Ya
1990 Jawara Sok Kota (Jawara-Jawara) Ya
Cinta dalam Sepotong Roti Ya
1991 Plong (Naik Daun) Ya
1992 Oeroeg Ya
Surat untuk Bidadari Ya
1993 Badut-Badut Kota Ya
2002 Satu Nyawa dalam Denting Lonceng Kecil Ya
2003 Singa Karawang Bekasi Ya
2007 Nagabonar Jadi 2 Ya
2010 Bahwa Cinta Itu Ada Ya
2014 Malam Minggu Miko Movie Produser eksekutif
2017 Iqro: Petualangan Meraih Bintang Ya
2019 Iqro: My Universe Ya Juga sebagai penulis cerita

Penghargaan

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Setiawan, Tri Susanto (12 November 2017). "Budiyati Abiyoga Dapatkan Penghargaan Lifetime Achievement FFI 2017". Kompas.com. Diakses tanggal 13 November 2017. 
  2. ^ van Heeren, Katinka (2012). Contemporary Indonesian Film: Spirits of Reform and Ghosts from the Past. Leiden: KITLV Press. hlm. 140. ISBN 9004253475. 
  3. ^ "Ensiklopedi Jakarta: Budiati Abiyoga". Jakarta.go.id. 1 Januari 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-10. Diakses tanggal 10 April 2018. 
  4. ^ "'BAHWA CINTA ITU ADA', Kisah Dua Era Dengan Cita Rasa Pewayangan". Kapanlagi.com. 4 Maret 2010. Diakses tanggal 4 Maret 2010. 
  5. ^ Asrianti, Shelbi (16 Desember 2016). Andi Nur Aminah, ed. "Neno Warisman Terpikat Iqra Setelah 15 Tahun Absen di Film". Republika. Diakses tanggal 17 Desember 2016. 
  6. ^ Noor, Ryo (12 November 2017). Aldi Ponge, ed. "FFI 2017 - Penerima Life Achievement Award Terkesan Keramahan Manado". Tribunnews.com. Diakses tanggal 13 November 2017. 
  7. ^ Fauzia, Irma (13 November 2017). "Mengenal Budiyati Abiyoga, Penerima Lifetime Achivement FFI 2017". Akurat.co. Diakses tanggal 13 November 2017.  [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Juniman, Puput Tripeni (12 November 2017). "Budiyati Abiyoga Penerima Lifetime Achievement Award FFI 2017". CNN Indonesia. Diakses tanggal 13 November 2017. 

Pranala luar

sunting