Madura

pulau di Indonesia

Madura (Madura: Polo Madhurâ; Pèghu: ڤَولَو مادورۤا; Carakan: ꦥꦺꦴꦭꦺꦴꦩꦢꦸꦫ, pelafalan dalam bahasa Madura: [ˈpɔ.lɔ maˈt̪ʰu.rɤ]) adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa. Pulau ini memiliki luas wilayah sekitar 5.379,23 km²[1], yang mencakup empat kabupaten: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Madura
Nama lokal:
Polo Madhurâ

Julukan: Pulau Garam
Peta Topografi Madura
Madura di Indonesia
Madura
Madura
Lokasi Madura di Indonesia
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat07°03′36″S 113°24′00″E / 7.06000°S 113.40000°E / -7.06000; 113.40000
KepulauanKepulauan Sunda Besar
Luas5.379 km2
Peringkat luaske-111
Panjang180 km
Lebar40 km
Titik tertinggiTembuku (471 m)
Pemerintahan
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Kabupaten
Kota terbesarPamekasan
Kependudukan
Demonim- Maduraan (Indonesia)
- Madhurâ’ân (Madura)
Penduduk4,099,070 jiwa (2023)
Peringkatke-27
Kepadatan762 jiwa/km2
Bahasa
Kelompok etnikMadura (mayoritas),
Jawa, Tionghoa,
Arab, Lainnya
Info lainnya
Zona waktu
Kode pos69112 – 69493
Kode area telepon+62 31 (Bangkalan)
+62 323 (Sampang)
+62 324 (Pamekasan)
+62 328 (Sumenep)
Plat nomorM
Kode ISO 3166ID-JI
Peta

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, jumlah penduduk Madura pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 4 juta jiwa[2].

Pulau Madura dikenal sebagai penghasil utama minyak bumi dan gas alam di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, Madura juga merupakan produsen garam terbesar di Indonesia, sehingga dijuluki sebagai "Pulau Garam".

Saat ini, terdapat wacana pemekaran wilayah untuk menjadikan Madura sebagai provinsi tersendiri. Jika rencana ini terealisasi, Madura akan memiliki luas wilayah sekitar 5.408,45 km² dan jumlah penduduk sekitar 4,03 juta jiwa.[3]

Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju Pulau Madura. Selain jalur darat, pulau ini juga dapat dijangkau melalui jalur laut. Untuk jalur laut, perjalanan bisa dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Bangkalan. Alternatif lainnya, dapat ditempuh melalui Pelabuhan Jangkar di Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, yang terletak di ujung timur Pulau Madura. Terbaru, pintu masuk udara juga telah dibuka dengan diresmikannya Bandar Udara Trunojoyo (SUP) pada 20 April 2022 oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Sumenep.

Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Pulau ini memiliki sejarah yang panjang, yang tercermin dalam kesenian dan kebudayaan, khususnya kebudayaan Islam yang kuat. Sejak abad ke-15, Madura dikenal dengan pengaruh Islam yang mendalam, yang turut membentuk karakter masyarakatnya hingga kini. Selain itu, Pulau Madura juga dikenal dengan tradisi seni seperti Karapan Sapi dan Tari Topeng Madura yang menjadi bagian dari identitas budaya lokal.

Pulau Madura dihuni oleh mayoritas suku Madura, yang merupakan salah satu suku dengan populasi terbesar di Indonesia. Saat ini, jumlah populasi suku Madura diperkirakan mencapai lebih dari 12 juta[4] jiwa dan tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Meskipun Madura menjadi tempat asalnya, banyak orang Madura juga tinggal di wilayah-wilayah seperti Surabaya, Jakarta, dan Makassar, serta daerah lainnya, menjadikan suku Madura sebagai salah satu kelompok etnis yang memiliki distribusi yang luas di Indonesia.

Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh berbagai kelompok etnis pendatang, seperti suku Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab-Indonesia, Banjar, Sunda, Melayu, dan lainnya. Suku Madura sendiri berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Pulau Bawean, Mandangin, Gili Raja, Gili Genteng, Poteran, Raas, Sumenep, Gili Iyang, Pulau Sapudi, Kepulauan Masalembu, dan Kepulauan Kangean. Selain itu, banyak orang Madura yang migrasi dan menetap di kawasan Tapal Kuda di Jawa Timur, yang membentang dari Kabupaten Pasuruan bagian timur hingga utara Banyuwangi. Di wilayah Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Situbondo, dan Bondowoso, jumlah penduduk asli Madura cukup dominan, dan mereka menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa utama. Sementara itu, di wilayah Probolinggo, Malang bagian tenggara, Banyuwangi, Jember, Kota Surabaya, Lumajang, dan sebagian Gresik, orang Madura umumnya menguasai dua bahasa: bahasa Madura dan bahasa Jawa.

Suku Madura terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, namun dikenal pula sebagai masyarakat yang hemat, disiplin, dan pekerja keras. Peribahasa Madura "abhântal ombâ' asapo' angèn" (أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين) menggambarkan karakter ini, yang artinya lebih mengutamakan kerja keras dan penghematan dalam kehidupan sehari-hari.

Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, yang tercermin dalam falsafah mereka: "ango'an potè tolang etembheng pote mata" (أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ). Falsafah ini berarti "lebih baik mati daripada harus menanggung malu." Sifat harga diri yang sangat dihargai dalam masyarakat Madura sering kali melahirkan tradisi carok, yaitu sebuah tradisi yang berkaitan dengan penyelesaian masalah secara kekerasan sebagai bentuk pembelaan harga diri.

Abad Madura

sunting

Dari sumber-sumber babad tanah Madura, dikisahkan bahwa pada zaman dahulu, pulau Madura hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi bagi para pengarung lautan. Puncak-puncak ini kini menjadi bukit-bukit, dan sebagian dataran yang hanya tampak saat air laut surut. Ketika laut pasang, dataran tersebut tenggelam dan tidak terlihat di permukaan. Beberapa puncak yang terlihat tersebut kini dikenal dengan nama Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di Sumenep.

Sejarah tanah Madura tidak dapat dipisahkan dari sejarah yang terjadi di tanah Jawa. Dalam cerita yang berkembang, diceritakan bahwa pada suatu masa di Pulau Jawa, berdiri sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan. Di dalam kerajaan ini terdapat sebuah keraton yang bernama Keraton Giling Wesi, yang dipimpin oleh Raja Sang Hyang Tunggal. Kerajaan Medang Kamulan ini terletak di muara Sungai Brantas, dengan ibu kotanya yang bernama Watan Mas.

Sejarah

sunting
 
Litografi oleh Auguste van Pers yang menggambarkan seorang pangeran dari Madura dan pelayannya pada masa Hindia Belanda

Perjalanan sejarah Madura dimulai dengan pengangkatan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad ke-13. Berdasarkan Kitab Naskah Ngarakertagama, terutama pada tembang 15, disebutkan bahwa pada waktu itu Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, yang menggambarkan bahwa pada abad ke-14, sekitar tahun 1365, orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara kedua wilayah tersebut dalam aspek budaya dan politik pada masa itu.

Pada sekitar tahun 900 hingga 1500, Pulau Madura berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa Timur, seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Keberadaan kerajaan-kerajaan besar ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Madura, baik dalam hal pemerintahan, budaya, maupun sistem kepercayaan. Namun, setelah berakhirnya kejayaan Majapahit, pengaruh kerajaan Hindu tersebut mulai merosot, dan Madura beralih ke pengaruh kerajaan-kerajaan Islam yang mulai berkembang di pesisir utara Jawa.

Pada periode antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura sebagian besar bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam yang ada di pantai utara Jawa, seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Ini menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kerajaan Islam di Jawa dalam mengatur pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat Madura. Namun, pada tahun 1624, Madura akhirnya ditaklukkan oleh Mataram, yang saat itu berada di puncak kejayaannya. Penaklukan Madura oleh Mataram menandai dimulainya perubahan signifikan dalam sejarah pulau ini, dengan masuknya pengaruh kerajaan Islam yang lebih besar.

Pada paruh pertama abad ke-18, Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Sejak 1882, Madura menjadi bagian dari wilayah yang dikuasai oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC), dan kemudian diperintah langsung oleh pemerintah Hindia Belanda. Dalam periode ini, kontrol Belanda semakin kuat, meskipun masyarakat Madura tetap mempertahankan identitas dan budaya mereka. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura resmi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur.

Sejarah juga mencatat bahwa Arya Wiraraja adalah Adipati pertama di Madura yang diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari pada tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahan Arya Wiraraja berpusat di Batuputih, Sumenep, yang menjadi keraton pertama di Madura. Pengangkatan Arya Wiraraja sebagai Adipati Madura diyakini diiringi dengan upacara kebesaran yang diadopsi dari tradisi kerajaan Singasari. Batuputih, yang kini menjadi salah satu kecamatan di Sumenep, menyimpan banyak peninggalan sejarah, termasuk tarian rakyat seperti Tari Gambuh dan Tari Satria yang masih dilestarikan hingga kini.

Keraton Batuputih dan peninggalan lainnya menjadi bukti penting mengenai sejarah awal peradaban Madura dan pengaruh kerajaan Singasari di pulau ini. Tarian Gambuh dan Satria yang berasal dari masa tersebut masih menjadi bagian dari warisan budaya Madura yang dihargai oleh masyarakat setempat. Melalui cerita sejarah yang berkembang, dapat dilihat betapa Madura bukan hanya memiliki hubungan erat dengan tanah Jawa, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan-kerajaan besar di Indonesia pada masa itu.

Geografi, Administratif dan Populasi

sunting

Geografi Pulau Madura menunjukkan kondisi yang cukup khas, dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan, sementara bagian utara tidak menunjukkan perbedaan elevasi ketinggian yang mencolok. Pulau Madura lebih dominan dengan dataran tinggi, meskipun tidak memiliki gunung berapi. Tanahnya lebih banyak berupa lahan pertanian kering, yang membuat Madura menghadapi tantangan dalam hal kesuburan tanah. Komposisi tanah yang bervariasi dan curah hujan yang tidak merata, terutama di lereng-lereng yang lebih tinggi, berkontribusi pada ketidaksuburan tanah di beberapa bagian pulau. Sebaliknya, di lereng-lereng yang lebih rendah, tanah sering kali kekurangan kelembaban, yang menyebabkan Madura kurang memiliki tanah yang sangat subur.

Secara geologis, Madura merupakan kelanjutan dari bagian utara Pulau Jawa, terutama dari rangkaian pegunungan kapur yang terletak di sebelah utara Madura, serta lembah Solo di sebelah selatan. Bukit-bukit kapur yang ada di Madura lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat dibandingkan dengan bukit-bukit serupa yang ada di Pulau Jawa, dan letaknya lebih tersebar dan bergabung di beberapa titik. Kondisi geologis ini memberikan karakter tersendiri pada bentang alam Madura yang berbeda dengan wilayah lainnya.

Luas keseluruhan Pulau Madura mencapai sekitar 5.379 km², yang mencakup sekitar 11 persen dari luas daratan Provinsi Jawa Timur. Panjang daratan Pulau Madura membentang sekitar 160 kilometer dari ujung barat di Kamal hingga ujung timur di Dungkek, sementara lebar maksimal pulau ini mencapai sekitar 40 kilometer. Pulau Madura terbagi menjadi empat kabupaten, yakni Kabupaten Bangkalan dengan luas 1.144,75 km² yang terbagi menjadi 8 kecamatan, Kabupaten Sampang dengan luas 1.321,86 km² yang terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas 844,19 km² yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan Kabupaten Sumenep dengan luas wilayah 1.857,530 km² yang terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan.[5]

Administrasi dan Jumlah Penduduk

Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:

Kabupaten Ibu Kota Luas Area Populasi 2023
Kabupaten Bangkalan Bangkalan 1,260 1,101,556
Kabupaten Sampang Sampang 1,152 992,210
Kabupaten Pamekasan Kota Pamekasan 733 862,009
Kabupaten Sumenep Kota Sumenep 1,147 1,143,295

Kota-Kota Eks Karesidenan Madura

Ekonomi

sunting

Madura memiliki perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri kecil, serta sumber daya alam yang melimpah. Meskipun tanah di Madura cenderung kurang subur dibandingkan daerah lain di Jawa Timur, masyarakatnya tetap mampu memanfaatkan lahan secara optimal dengan berbagai jenis tanaman dan usaha lainnya.

Pertanian

Pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama bagi sebagian besar masyarakat Madura. Jenis tanaman budi daya yang dominan meliputi:

a. Jagung – sebagai bahan pangan utama di Madura, selain beras.

b. Padi – ditanam di beberapa daerah dengan pengairan yang cukup.

c. Kacang tanah dan kacang hijau – menjadi komoditas unggulan dalam sektor pertanian kering.

e. Cabe dan singkong – ditanam di berbagai lahan untuk konsumsi lokal dan perdagangan.

Selain tanaman tersebut, tembakau menjadi tanaman yang paling bernilai komersial. Tanah di Madura, terutama di Pamekasan dan Sumenep, sangat cocok untuk budi daya tembakau dengan kualitas tinggi. Madura merupakan salah satu penghasil tembakau utama untuk industri kretek domestik.

Sejak era kolonial Belanda, Madura juga menjadi produsen utama garam, dengan tambak garam yang tersebar di Sampang dan Sumenep. Tambak garam ini masih beroperasi hingga saat ini dan menjadi sumber pendapatan pentng bagi masyarakat setempat.[6]

Sejak tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mulai mengembangkan lahan di Madura untuk budi daya tebu, sebagai bagian dari ekspansi industri gula di Jawa Timur.

Peternakan

Peternakan, terutama sapi Madura, menjadi bagian penting dalam ekonomi masyarakat. Selain untuk daging dan tenaga kerja di lahan pertanian, sapi juga memiliki peran dalam budaya lokal, seperti karapan sapi yang menjadi tradisi tahunan. Peternakan sapi di Madura memiliki nilai ekonomi tinggi, baik untuk konsumsi domestik maupun perdagangan antarprovinsi.

Perikanan

Madura memiliki garis pantai yang panjang dan sektor perikanan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian, terutama di wilayah pesisir. Beberapa wilayah yang menjadi pusat perikanan meliputi:

a. Kabupaten Sumenep – penghasil ikan laut terbesar di Madura dan salah sat yang terbesar di Jawa Timur.[7]

b. Pelabuhan Kalianget – menjadi pusat perdagangan hasil laut, termasuk ekspor ikan dan hasil laut lainnya.

c. Kepulauan Masalembu dan Kangean – memiliki sektor perikanan tangkap yang berkembang pesat dengan hasil seperti tuna, cakalang, dan tongkol.

Selain perikanan tangkap, budidaya rumput laut juga berkembang di beberapa daerah pesisir, terutama di Sumenep dan Pamekasan.[8]

Industri dan Perdagangan

Meskipun mayoritas masyarakat Madura masih bergantung pada sektor pertanian dan perikanan, beberapa wilayah mulai mengalami industrialisasi, terutama di Bangkalan.

Bangkalan mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an karena lokasinya yang dekat dengan Surabaya.

Jembatan Nasional Suramadu yang beroperasi sejak Juni 2009 mempercepat pertumbuhan ekonomi Madura, terutama di sektor perdagangan dan industri kecil.

Bangkalan dan Kamal berkembang sebagai daerah suburban bagi masyarakat yang bekerja di Surabaya, dengan banyaknya pabrik dan sektor jasa yang berkembang di wilayah tersebut.

Sumber Daya Alam

Madura juga memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah, terutama di sektor minyak dan gas bumi. Wilayah yang memiliki potensi besar di antaranya:

a. Kabupaten Sumenep, terutama di wilayah perairan lepas pantai, memiliki sumur gas alam yang dieksplorasi oleh berbagai perusahaan energi nasional dan internasional

b. Pulau Pagerungan dan Kepulauan Kangean merupakan lokasi eksplorasi minyak dan gas terbesar di Madura.

Eksplorasi sumber daya alam ini menjadi salah satu penyokong industri di Jawa Timur, khususnya dalam memasok gas untuk industri di Surabaya dan sekitarnya.

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Selain sektor utama seperti pertanian dan perikanan, Madura juga memiliki potensi dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Setiap kabupaten di Madura memiliki destinasi wisata unggulan yang mencerminkan kekayaan budaya dan keindahan alamnya:

  1. Bangkalan: Bukit Jaddih, Pantai Rongkang, Mercusuar Sembilangan
  2. Sampang: Air Terjun Toroan, Pantai Nepa, Hutan Kera Nepa
  3. Pamekasan: Pantai Talang Siring, Api Tak Kunjung Padam, Batik Pamekasan
  4. Sumenep: Keraton Sumenep, Masjid Agung Sumenep, Pantai Lombang dan Slopeng, serta Pulau Gili Iyang yang dikenal memiliki kadar oksigen tinggi


Selain itu, sektor ekonomi kreatif juga berkembang, terutama dalam industri kerajinan seperti batik Madura yang terkenal dengan warna-warna cerah dan motif khasnya. Seni ukir khas Madura dan berbagai produk kuliner tradisional juga berkontribusi terhadap perekonomian lokal.

Transportasi

sunting
  • Transportasi Darat, ada cukup banyak pilihan yaitu Bus PO Akas, PO Harianto, PO Karina, PO Pahala Kencana, PO Gunung Harta , PO Sinar Jaya Dan lainnya, bus-bus ini melayani antar kota dalam provinsi dan antar provinsi. Kalau dari surabaya (Terminal Purabaya Surabaya) bisa langsung naik bus PO AKAS jurusan Pulau Madura, bus ini melayani pemberangkatan selama 24 jam untuk rute Surabaya-Madura dan sebaliknya. Di masing-masing kota kabupaten bus ini biasanya akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang di terminal kota yang dilewati, pemberhentian bus paling terakhir yaitu di terminal Arya Wiraraja di Kota Sumenep.
  • Transportasi Udara, untuk menikmati layanan transportasi ini, para penumpang akan diterbangkan dari Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep dengan tujuan Surabaya dan sebaliknya.
  • Transportasi Laut, Kapal laut/kapal feri bisa dinikmati dengan layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal. Ada juga kapal tradisional yang bisa dinaiki diantaranya adalah golekan, leti leti, janggolan, dan lis-alis.

Budada tradisi Menjadi keunikan

sunting
 
Kerapan Sapi di Sumenep

Seni Tari

Seni Musik

Seni Kriya

  • Batik Tulis Madura
  • Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
  • Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,
  • Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
  • Sentra Pembuatan Topeng Madura
  • Sentra Pembuatan Clurit

Pariwisata

sunting
 
Lomba Karapan Sapi, ikon pariwisata Madura

Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu ikon wisata Madura adalah lomba Karapan Sapi. Setiap tahun Karapan Sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain lomba Karapan Sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Karapan Kerbau. Selain Karapan Sapi, yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten.

Tokoh Madura

sunting

Tokoh Kerajaan

Madura Barat

  • Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
  • Pangeran Mas 1621-1624
  • Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I / Pangeran Cakraningrat I 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
  • Pangeran Tjokro Diningrat II / Pangeran Cakraningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
  • Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III 1707-1718. Saudara dari:
  • Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV / Pangeran Cakraningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
  • Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V / Pangeran Cakraningrat V 1736-1769. Kakek dari:
  • Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI / Pangeran Cakraningrat VI 1769-1779
  • Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII / Pangeran Cakraningrat VII 1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
  • Tjokro Diningrat VIII / Pangeran Cakraningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Saudara dari:
  • Panembahan Tjokro Diningrat IX / Pangeran Cakraningrat / Sultan Bangkalan 1847-1862. Ayah dari:
  • Panembahan Tjokro Diningrat X/ Pangeran Cakraningrat X / Sultan Bangkalan 1862-1882.
  • Pangeran Trunojoyo, Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura

Madura Timur

  • Prabu Arya Wiraraja, Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri Kerajaan Majapahit bersama Raden Wijaya.
  • Pangeran Secadiningrat I
  • Pangeran Secadiningrat II
  • Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
  • Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
  • Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
  • Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
  • Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati Sumenep 1562 - 1567
  • Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
  • Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I menjadi Adipati Sumenep 1589 - 1626
  • Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa Adipati Sumenep 1626 - 1644
  • Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih Adipati Sumenep 1644 - 1648
  • Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro Adipati Sumenep 1648 - 1672
  • Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo Adipati Sumenep 1672 - 1678
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II Adipati Sumenep 1678 - 1709
  • Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro III Adipati Sumenep 1721 - 1744
  • Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV Adipati Sumenep 1744 - 1749
  • Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
  • Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
  • Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
  • Sultan Abdurrahman Paku Nataningrat I (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
  • Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
  • Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat Adipati Sumenep 1879 - 1901
  • Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma Adipati Sumenep 1901 - 1926
  • Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata Adipati Sumenep 1926 - 1929

Lihat pula

sunting

Ragam Hal

sunting

Media

Referensi

sunting
  1. ^ Redaksi (2021-05-21). "Luas Pulau Madura yang Perlu Diketahui". Madurapers. Diakses tanggal 2025-02-17. 
  2. ^ Sary, Vannia Aprillia. "Jumlah Penduduknya Capai 4,06 Juta Jiwa, Mahfud MD Sebut Madura Layak Dimekarkan dari Provinsi Jawa Timur - Ayo Bandung". Jumlah Penduduknya Capai 4,06 Juta Jiwa, Mahfud MD Sebut Madura Layak Dimekarkan dari Provinsi Jawa Timur - Ayo Bandung. Diakses tanggal 2025-02-17. 
  3. ^ Sary, Vannia Aprillia. "Jumlah Penduduknya Capai 4,06 Juta Jiwa, Mahfud MD Sebut Madura Layak Dimekarkan dari Provinsi Jawa Timur - Ayo Bandung". Jumlah Penduduknya Capai 4,06 Juta Jiwa, Mahfud MD Sebut Madura Layak Dimekarkan dari Provinsi Jawa Timur - Ayo Bandung. Diakses tanggal 2025-02-17. 
  4. ^ Media, Kompas Cyber (2022-01-05). "10 Suku dengan Populasi Terbanyak di Indonesia, Minangkabau dan Batak Masuk Daftar Halaman all - Kompas.com". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-02-17. 
  5. ^ Redaksi (2021-05-21). "Luas Pulau Madura yang Perlu Diketahui — Laman 2 dari 2". Madurapers. Diakses tanggal 2025-02-17. 
  6. ^ Rahmawati, Erni. "6 Daerah Penghasil Garam di Indonesia: Punya Potensi dan Peran Penting dalam Perekonomian Nasional - Timenews". 6 Daerah Penghasil Garam di Indonesia: Punya Potensi dan Peran Penting dalam Perekonomian Nasional - Timenews. Diakses tanggal 2025-02-17. 
  7. ^ News, Dapur Rakyat (2024-11-13). "Sumenep Raih Penghargaan Sebagai Daerah Penghasil Ikan Terbesar di Jawa Timur". Diakses tanggal 2025-02-17. 
  8. ^ ID, Agroindustri (2017-09-23). "Rumput Laut Dari Madura (Mini Infografis)". Agroindustri (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-17. 

A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966

  • Bouvier, Hélène (1994) La matière des émotions. Les arts du temps et du spectacle dans la société madouraise (Indonésie). Publications de l'École Française d'Extrême-Orient, vol. 172. Paris: EFEO. ISBN 2-85539-772-3.
  • Farjon, I.(1980) Madura and surrounding islands: an annotated bibliography, 1860-1942 The Hague: M. Nijhoff. Bibliographical series (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands)) ; 9.
  • Kees van Dijk, Huub de Jonge, and Elly Touwen-Bouswsma, eds. (1995). Across Madura Strait: the dynamics of an insular society. Leiden: KITLV Press. ISBN 90-6718-091-2.
  • Smith, Glenn (1995) Time Allocation Among the Madurese of Gedang-Gedang. Cross-Cultural Studies in Time Allocation, Volume XIII. New Haven, Connecticut: Human Relations Area Files Press.
  • Smith, Glenn (2002) Bibliography of Madura (including Bawean, Sapudi and Kangean). [1] Diarsipkan 2012-02-02 di Wayback Machine.

[1]

Pranala luar

sunting
  1. ^ Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. "Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2023". https://jatim.bps.go.id/