Papers by Anindya Kenyo Larasti
Code River is one of the rivers that have an important drainage system for Yogyakarta City. Howev... more Code River is one of the rivers that have an important drainage system for Yogyakarta City. However, its residency density causes river ecosystem decline. It also decreased the number of open green spaces. One of the solutions is to develop it as a tourist destination based on riverwalk concept. That concept was chosen because riverwalk is identical to pedestrian path and open green space. It is also in accordance with the RTRW of Yogyakarta City 2010 - 2029. The purpose of this study to find out what are the tourism potentials of Code river using 6A components of tourist destination and to find out the physical condition of pedestrian area using the 5C principles. Through qualitative methods, this research is presented descriptively to obtain the results. Benchmarking method is also used to considerate the tourism planning. The result is that Code riverside has amazing natural and cultural attractions. There are many activities that can be done. However, its physical condition is e...
Tourisma: Jurnal Pariwisata
The sustainability of music festivals is an urgent issue that must be discussed. Without careful ... more The sustainability of music festivals is an urgent issue that must be discussed. Without careful consideration of environmental impacts, the short-term economic gain becomes a long-term fiasco. Coachella, the second-largest music festival in the US and the highest-grossing festival in the world, is possible to harm the environment. It provides pressure by bringing a hundred thousands of people at the same time and place. If the festival damages the environment, it will be costly and taking a long time to preserve the ecosystem. Therefore, it is crucial to assess the management of environmental impacts to recognise how a music festival could increase its environmental sustainability. The analysis ascertained qualitatively by using an approach of energy usage, waste generated, and transport emission produced (Fredline et al., 2005).The result shows that much work has been done by Coachella organisers to reduce the environmental impact of the music festival they organised. First, the e...
TOURISMA, 2017
Code River is one of the rivers that have an important drainage system for Yogyakarta City. Howev... more Code River is one of the rivers that have an important drainage system for Yogyakarta City. However, its residency density causes river ecosystem decline. It also decreased the number of open green spaces. One of the solutions is to develop it as a tourist destination based on riverwalk concept. That concept was chosen because riverwalk is identical to pedestrian path and open green space. It is also in accordance with the RTRW of Yogyakarta City 2010-2029. The purpose of this study to find out what are the tourism potentials of Code river using 6A components of tourist destination and to find out the physical condition of pedestrian area using the 5C principles. Through qualitative methods, this research is presented descriptively to obtain the results. Benchmarking method is also used to considerate the tourism planning. The result is that Code riverside has amazing natural and cultural attractions. There are many activities that can be done. However, its physical condition is enough to be developed as a riverwalk destination. Thus, the planning of Code riverside as a tourist destination based on riverwalk includes: designing main gate, arranging activities that can be done, preparing tour packages, designing signage and map, organizing parking areas and guards, establishing public hygiene facilities and designing promotion strategy.
Pura Mangkunegaran dan Sangiran, 2013
2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan r... more 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan "Pura Mangkunegaran dan Sangiran" dangan sebaik mungkin. Tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai aplikasi pembelajaran dari kegiatan yang telah penulis lakukan. Selama penyusunan makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada yth: 1. Prof. Dr. Marsono, S.U.; selaku ketua program studi Pariwisata, 2. Fahmi Prihantoro, S.S., S.H., M.M. dan Popi Irawan, S.S., M.Sc.; selaku dosen pendamping kuliah lapangan, dan 3. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami sadar bahwasannya masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan sangat membantu kami untuk mengevaluasi dan memberbaiki penyusunan makalah berikutnya.
The House of Raminten merupakan salah satu dari tempat wisata kuliner di Yogyakarta yang memenuhi... more The House of Raminten merupakan salah satu dari tempat wisata kuliner di Yogyakarta yang memenuhi kriteria tempat makan yang unik, murah, enak, dan menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia, tepatnya kebudayaan Jawa (Kejawen). Dimulai dari arsitektur, menu, piranti penyajian (gerabah), hingga para pelayannya memiliki daya tarik yang khas dan sangat jarang ditemui di tempat makan lainnya. Sehingga dipandang penting dan menarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai The House of Raminten, dengan tujuan mengetahui sejarah, konsep, dan perkembangan usahanya; serta sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Indonesia. Sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pariwisata yang berkaitan dengan studi sejarah dalam bidang kuliner dan memberikan sumbangan pemikiran mengenai dunia bisnis kuliner. Dengan narasumber Tofan Subiyanto, yang berjabatan Pengageng Angka Loro SASANA HANDRAWINA, penelitian ini dilakukan di The House of Raminten itu sendiri dengan tehnik observasi dan wawancara secara mendalam. Hasil dari penelitian ini berupa diskripsi kualitatif yang berisikan sejarah: berdirinya tempat kuliner tersebut pada mulanya hanya karena sang perintis merasakan kesepian di rumahnya setelah pensiun, konsep: keseluruhan isi dari The House of Raminten mengambil konsep Jawa (kejawen), dan perkembangan usaha: pada setiap tahunnya The House of Raminten selalu berkembang secara signifikan baik dari segi omset, jumlah pengunjung, menu, serta fasilitas-fasilitas untuk para pengunjung.
Berdasarkan paparan dalam bab-bab sebelumnya yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia N... more Berdasarkan paparan dalam bab-bab sebelumnya yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, khususnya pasal 20 (huruf a, b, c, d); 21; dan 23 (huruf c), dapat disimpulkan bahwa masih banyak hak wisatawan di kawasan Malioboro yang belum sepenuhnya terpenuhi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak pula kewajiban pemerintah yang belum dilaksanakan dengan maksimal.
Banyak pihak dari pedagang lama Pasar Ngasem merasa dirugikan dengan pemindahan pasar hewan saat ... more Banyak pihak dari pedagang lama Pasar Ngasem merasa dirugikan dengan pemindahan pasar hewan saat ini. Mulai dari pendapatan yang menurun hingga jumlah kunjungan yang tak seramai dulu lagi. Tetapi juga ada pihak lain yang mempercayai bahwa Pasar Ngasem akan kembali seperti sedikia kala, memiliki banyak pengunjung dengan adanya pemugaran kompleks Tamansari yang dilakukan oleh pemerintah DIY.
Adanya pasar hewan yang baru (PASTY) merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh pemnerintah. Lokasi yang baru memiliki area yang lebih luas, tempat bersih, teratur dan akses menuju pasar yang mudah dijangkau menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dibutuhkan waktu sekitar 1,5-2 tahun untuk menjadikan PASTY seramai pasar hewan yang dulu dan mengembalikan para pelanggan lama. Jenis dagangan dan penjual juga lebih banyak dibandingkan dengan waktu di pasar hewan yang lama. Para pedagang di PASTY berdagang dengan melihat dan mengikuti arus pasar. Dengan mengikuti perkembangan permintaan barang yang ada di pasar, akan memberikan keuntungan yang lebih untuk para pedagang.
Yogyakarta dikenal sebagai daerah tujuan wisata favorit di Indonesia, selain Bali, Lombok, dan Nu... more Yogyakarta dikenal sebagai daerah tujuan wisata favorit di Indonesia, selain Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya destinasi wisata potensial yang berada di Yogyakarta, meliputi wisata alam, budaya, maupun minat khusus. Salah satu di antara destinasi yang sangat potensial adalah Malioboro. Malioboro merupakan sebuah kawasan yang sudah lama menjadi ikon pariwisata di Yogyakarta. Hal ini menjadikan Malioboro memiliki angka kunjungan wisata yang sangat tinggi, bahkan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan ke Malioboro berdampak pada peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Yogyakarta, khususnya dalam sektor pariwisata. Sebagai destinasi, sudah pasti Malioboro harus memperhatikan empat aspek yang mendasar di dalam sebuah destinasi wisata, yaitu attraction (atraksi wisata), accesibility (aksesibilitas), amenity (fasilitas pendukung), dan ancillary (kelembagaan). Namun kepadatan yang terjadi di Malioboro, baik karena tingginya tingkat kunjungan wisatawan maupun karena banyaknya kendaraan yang melintas, menyebabkan aspek accesibility di kawasan tersebut belum terpenuhi dengan baik. Selain itu, kantong parkir yang sangat terbatas menjadikan accesibility di kawasan Malioboro semakin urgent untuk segera ditangani secara serius. Penelitian terkait accesibility dan connectivity di Malioboro dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta pemaparan secara deskriptif dan visualitatif, yang akan menghasilkan luaran berupa saran penataan. Saran penataan tersebut meliputi penataan akses jalan, penataan pedagang kaki lima, dan pengadaan lahan parkir. Dalam penyusunan saran penataan Malioboro dipertimbangkan pula beberapa bidang ilmu terkait, seperti lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan arsitektural, yang dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi para stakeholder, terutama pemangku kepentingan dalam penataan kawasan Malioboro yang berkelanjutan.
Candi Prambanan, yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 1991, merupakan icon heritage di Yogyak... more Candi Prambanan, yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 1991, merupakan icon heritage di Yogyakarta. Hal tersebut terlihat dari tingginya jumlah kunjungan wisatawan di Candi Prambanan. Diantara para wisatawan tersebut terdapat wisatawan penyandang difabel, yang mana seharusnya mendapatkan fasilitas khusus, seperti yang tercantum pada Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Namun, sebagai destinasi wisata yang telah diakui secara internasional, Candi Prambanan justru banyak diberitakan belum ramah bagi penyandang difabel. Oleh sebab itu penelitian terkait aksesibilitas bagi penyandang difabel di Candi Prambnan urgent untuk dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di Candi Prambanan, mengetahui kelayakan aksesibilitas di Candi Prambanan bagi penyandang difabel, dan memberikan alternatif pengembangan dalam mewujudkan Candi Prambanan sebagai destinasi wisata yang aksesibel bagi penyandang difabel. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif-deskriptif, dengan menggunakan data berupa kondisi 3A secara keseluruhan dan kondisi aksesibilitas bagi penyandang difabel. Pengolahan data dilakukan dengan teori standar aksesibilitas (UNWTO: 2013), sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan benchmarking (Steven: 2003). Hasil penelitian ini berupa desain pengembangan Candi Prambanan yang ramah bagi penyandang difabel, yang dimuat dalam artikel ilmiah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa Candi Prambanan telah memenuhi sebagai sebuah destinasi wisata dengan terpenuhinya aspek 3A bagi wisatawan normal. Akan tetapi, aspek aksesibilitas Candi Prambanan tidak ramah bagi penyandang difabel. Oleh sebab itu perlu adanya perencanaan Candi Prambanan yang mengacu pada 5 standar aksesibilitas destinasi wisata yaitu parking areas, signage, horizontal movement, vertical movement, dan public hygiene facilities, supaya ramah bagi penyandang difabel.
Thesis Chapters by Anindya Kenyo Larasti
Code River is one of rivers that become source of livelihood for Yogyakarta people, when the wate... more Code River is one of rivers that become source of livelihood for Yogyakarta people, when the water was still clean and the surrounding area still magnificent. That condition changed since Code Riverbank used for slum area. That slum area causing decline in water quality by wastes that thrown into the river, also leads to reduce the open green space. Thanks to Romo Mangun (deceased) and Pemerti Code, now the wastes are decreasing. Activities related to Code river preservation were begun to do, which was promoted by the government of Yogyakarta. In 2014, master plan of Code River was published, but unfortunately, until now it hasn’t been realized. Researches that have been done in here mostly just end up on the result. Therefore, planning with a high possibility of realization is needed. River walk is the base that was chosen because it’s identical with pedestrian pathways and open green space, which in accordance with the RTRW Yogyakarta.
The purpose of this study is to determine the condition of the asset of tourist destination in Code Riverbank using the tourist destination components and to know the physical condition using the 5C’s principles. Through qualitative methods, this study will be presented to obtain the results that will be used as planning materials.
The results are Code Riverbank has amazing natural and cultural attractions, so there are many activities that can be done. However, the physical condition isn’t sufficient for river walk concept. Thus,the planning of Code riverbanks as a tourism destination based on river walk was made, which can be realized soon.
Sungai Code merupakan salah satu sungai yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Yogyakart... more Sungai Code merupakan salah satu sungai yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Yogyakarta, di saat airnya masih jernih dan area sekitarnya masih asri. Kondisi tersebut berubah sejak bantaran sungai digunakan sebagai area pemukiman. Padatnya pemukiman tersebut menyebabkan menurunnya kualitas air akibat banyaknya limbah yang dibuang ke sungai, serta menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau. Berkat (alm.) Romo Mangun dan Pemerti Code, kini limbah yang dibuang ke sungai sudah berkurang. Kegiatan-kegiatan terkait pelestarian Sungai Code pun mulai banyak dilakukan, yang mana didukung oleh Pemda Yogyakarta. Pada tahun 2014, tersusunlah masterplan penataan kawasan Sungai Code oleh Pemda Yogyakarta. Sayangnya, hingga saat ini masterplan tersebut belum terealisasi. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan di sini pun sebagian besar hanya berakhir pada hasil penelitian. Maka perencanaan dengan tingkat realisasi yang tinggi sangatlah diperlukan. Perencanaan dengan basis river walk dipilih karena river walk identik dengan jalur pedestrian dan ruang terbuka hijau, sesuai dengan RTRW Yogyakarta tahun 2010 – 2029, yang mana bantaran sungai seharusnya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi aset destinasi wisata di bantaran Sungai Code menggunakan komponen destinasi wisata, serta mengetahui kondisi fisiknya menggunakan prinsip 5C. Melalui metode kualitatif, penelitian ini dipaparkan hingga memperoleh hasil analisis yang akan digunakan sebagai bahan perencanaan.
Hasil yang didapatkan adalah bantaran Sungai Code memiliki atraksi wisata alam dan budaya yang kuat, sehingga terdapat banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sini. Namun, kondisi fisiknya memang belum memadai jika akan dijadikan destinasi wisata berbasis river walk. Maka, dibuatlah perencanaan bantaran Sungai Code sebagai destinasi wisata berbasis river walk, yang dapat segera direalisasi.
Uploads
Papers by Anindya Kenyo Larasti
Adanya pasar hewan yang baru (PASTY) merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh pemnerintah. Lokasi yang baru memiliki area yang lebih luas, tempat bersih, teratur dan akses menuju pasar yang mudah dijangkau menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dibutuhkan waktu sekitar 1,5-2 tahun untuk menjadikan PASTY seramai pasar hewan yang dulu dan mengembalikan para pelanggan lama. Jenis dagangan dan penjual juga lebih banyak dibandingkan dengan waktu di pasar hewan yang lama. Para pedagang di PASTY berdagang dengan melihat dan mengikuti arus pasar. Dengan mengikuti perkembangan permintaan barang yang ada di pasar, akan memberikan keuntungan yang lebih untuk para pedagang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di Candi Prambanan, mengetahui kelayakan aksesibilitas di Candi Prambanan bagi penyandang difabel, dan memberikan alternatif pengembangan dalam mewujudkan Candi Prambanan sebagai destinasi wisata yang aksesibel bagi penyandang difabel. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif-deskriptif, dengan menggunakan data berupa kondisi 3A secara keseluruhan dan kondisi aksesibilitas bagi penyandang difabel. Pengolahan data dilakukan dengan teori standar aksesibilitas (UNWTO: 2013), sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan benchmarking (Steven: 2003). Hasil penelitian ini berupa desain pengembangan Candi Prambanan yang ramah bagi penyandang difabel, yang dimuat dalam artikel ilmiah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa Candi Prambanan telah memenuhi sebagai sebuah destinasi wisata dengan terpenuhinya aspek 3A bagi wisatawan normal. Akan tetapi, aspek aksesibilitas Candi Prambanan tidak ramah bagi penyandang difabel. Oleh sebab itu perlu adanya perencanaan Candi Prambanan yang mengacu pada 5 standar aksesibilitas destinasi wisata yaitu parking areas, signage, horizontal movement, vertical movement, dan public hygiene facilities, supaya ramah bagi penyandang difabel.
Thesis Chapters by Anindya Kenyo Larasti
The purpose of this study is to determine the condition of the asset of tourist destination in Code Riverbank using the tourist destination components and to know the physical condition using the 5C’s principles. Through qualitative methods, this study will be presented to obtain the results that will be used as planning materials.
The results are Code Riverbank has amazing natural and cultural attractions, so there are many activities that can be done. However, the physical condition isn’t sufficient for river walk concept. Thus,the planning of Code riverbanks as a tourism destination based on river walk was made, which can be realized soon.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi aset destinasi wisata di bantaran Sungai Code menggunakan komponen destinasi wisata, serta mengetahui kondisi fisiknya menggunakan prinsip 5C. Melalui metode kualitatif, penelitian ini dipaparkan hingga memperoleh hasil analisis yang akan digunakan sebagai bahan perencanaan.
Hasil yang didapatkan adalah bantaran Sungai Code memiliki atraksi wisata alam dan budaya yang kuat, sehingga terdapat banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sini. Namun, kondisi fisiknya memang belum memadai jika akan dijadikan destinasi wisata berbasis river walk. Maka, dibuatlah perencanaan bantaran Sungai Code sebagai destinasi wisata berbasis river walk, yang dapat segera direalisasi.
Adanya pasar hewan yang baru (PASTY) merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh pemnerintah. Lokasi yang baru memiliki area yang lebih luas, tempat bersih, teratur dan akses menuju pasar yang mudah dijangkau menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dibutuhkan waktu sekitar 1,5-2 tahun untuk menjadikan PASTY seramai pasar hewan yang dulu dan mengembalikan para pelanggan lama. Jenis dagangan dan penjual juga lebih banyak dibandingkan dengan waktu di pasar hewan yang lama. Para pedagang di PASTY berdagang dengan melihat dan mengikuti arus pasar. Dengan mengikuti perkembangan permintaan barang yang ada di pasar, akan memberikan keuntungan yang lebih untuk para pedagang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di Candi Prambanan, mengetahui kelayakan aksesibilitas di Candi Prambanan bagi penyandang difabel, dan memberikan alternatif pengembangan dalam mewujudkan Candi Prambanan sebagai destinasi wisata yang aksesibel bagi penyandang difabel. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif-deskriptif, dengan menggunakan data berupa kondisi 3A secara keseluruhan dan kondisi aksesibilitas bagi penyandang difabel. Pengolahan data dilakukan dengan teori standar aksesibilitas (UNWTO: 2013), sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan benchmarking (Steven: 2003). Hasil penelitian ini berupa desain pengembangan Candi Prambanan yang ramah bagi penyandang difabel, yang dimuat dalam artikel ilmiah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa Candi Prambanan telah memenuhi sebagai sebuah destinasi wisata dengan terpenuhinya aspek 3A bagi wisatawan normal. Akan tetapi, aspek aksesibilitas Candi Prambanan tidak ramah bagi penyandang difabel. Oleh sebab itu perlu adanya perencanaan Candi Prambanan yang mengacu pada 5 standar aksesibilitas destinasi wisata yaitu parking areas, signage, horizontal movement, vertical movement, dan public hygiene facilities, supaya ramah bagi penyandang difabel.
The purpose of this study is to determine the condition of the asset of tourist destination in Code Riverbank using the tourist destination components and to know the physical condition using the 5C’s principles. Through qualitative methods, this study will be presented to obtain the results that will be used as planning materials.
The results are Code Riverbank has amazing natural and cultural attractions, so there are many activities that can be done. However, the physical condition isn’t sufficient for river walk concept. Thus,the planning of Code riverbanks as a tourism destination based on river walk was made, which can be realized soon.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi aset destinasi wisata di bantaran Sungai Code menggunakan komponen destinasi wisata, serta mengetahui kondisi fisiknya menggunakan prinsip 5C. Melalui metode kualitatif, penelitian ini dipaparkan hingga memperoleh hasil analisis yang akan digunakan sebagai bahan perencanaan.
Hasil yang didapatkan adalah bantaran Sungai Code memiliki atraksi wisata alam dan budaya yang kuat, sehingga terdapat banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sini. Namun, kondisi fisiknya memang belum memadai jika akan dijadikan destinasi wisata berbasis river walk. Maka, dibuatlah perencanaan bantaran Sungai Code sebagai destinasi wisata berbasis river walk, yang dapat segera direalisasi.