ASKEP DHF Anak
ASKEP DHF Anak
ASKEP DHF Anak
OLEH:
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat beruntai
tunggal dari famili Flaviviridae yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari setelah
timbulnya demam. (Marni, 2016)
Virus dengue dibawah oleh nyamuk Aedes Agypty sebagai vektor ketubuh
manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat
memberikan gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam, nyeri otot
atau sendi (Ridha, 2014)
3. Manifestasi Klinis
Penyakit ini sering sekali menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun,
terutama pada anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya
yaitu demam, mual, muntah, malaise, anoreksia yang diikuti nyeri perut, nyeri
kepala, mialgia/nyeri otot, suara serak, batuk, dan disuria. Demam tinggi
mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok, maka demam akan
turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya (self limiting) dalam
waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD ini biasanya demam tinggi dan terus-
menerus serta tidak responsif terhadap antipiretik. Antipiretik hanya dapat
menurunkan sedikit demam, setelah itu demam naik lagi. Pada kondisi parah,
penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan di bawah kulit karena kebocoran
1
plasma, epistaksis, hemoptisis, pembesaran hati, ekimosis, purpura, perdarahan
gusi, hematemesis dan melena. (Marni, 2016)
4. Klasifikasi DHF
Kategori Karakteristik
Dengue tidak berat Tinggal atau habis bepergian dari daerah endemik
(non-severe dengue) dengue
Demam yang disertai gejala mual, muntah, bintik-bintik
merah, nyeri sendi, leukopenia, dan uji torniquet
menunjukkan hasil yang positif
Terbagi menjadi dua jenis dengan warning sign dan
tanpa warning sign
Dengan warning sign Tanpa warning sign
Disertai dengan Tidak disertai dengan
gejala nyeri perut, gejala sepertyi dengue
muntah terus- dengan warning sign.
menerus,
perdarahan
mukosa, letargi,
pembesaran hati
>2cm, peningkatan
hematokrit dan
penurunan
trombosit dengan
cepat.
Dengue berat (severe Pasien demam akut
dengue) Tinggal didaerah endemik dengue atu pernah bepergian
ke daerah endemik
Memiliki tanda-tanda kebocoran plasma, perdarahan
hebat, gangguan fungsi organ lain seperti hati, otak,
jantung, dan sebagainya.
(Marni, 2016)
2
5.Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus, maka tubuh pasien membentuk kekebalan penyakit.
Apabila tubuh pasien diserang untuk kedua kalinya, maka tubuh akan aman. Akan
tetapi, apabila virus yang masuk itu mempunyai tipe yang berbeda, maka akan
mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan transformasi limfosit imun yang
dapat mengakibatkan titer antibodi IgG antidengue. Demam limfosit, terjadi
replikasi virus dengue yang bertransformasi akibat virus yang berlebihan. Kondisi
ini menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi. (Marni, 2016)
Kemudian, antigen-antibodi tersebut akan mengakibatkan sistem komplemen
dengan melepaskan C3a dan C5a yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endote. Ranjatan (syok) yang
tidak segera ditangani akan menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik,
dan kematian. (Marni, 2016)
Lalu, trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis yang
dapat menyebabkan trombositopenia hebat dan perdarahan. Aktivasi Hageman
(faktor XII) dapat menyebabkan pembekuan intravaskular yang luas dan
mengaktifkan sistem kinin, sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah
meningkat. Kerusakan hati dan menurunnya faktor koagulasi menyebabkan
semakin hebatnya perdarahan yang terjadi. (Marni, 2016)
3
6.PATHWAY
Trombositopeni
Merangsang & mengaktivasi factor Renjatan hipovolemik
pembekuan dan hipotensi
Perdarahan
4
Hepar
Abdomen
Paru-paru
Hepatomegali
Penekanan intra
abdomen
Ketidakefektifan Mual, muntah
pola napas
Nyeri
Ketidakseimbangan
(Nurarif, 2015, p. 176)
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7.Komplikasi DHF
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalai demam berdarah dengue
yaitu perdarahan masih dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok
dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok
ditandai dengan nadi yang cepat yang lemah dan cepat sampai tidak teraba,
tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol; tekanan darah menurun
dibawah 80 mmHg atau sampai nol; terjadi penurunan kesadaran; sianosis
disekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan
lembab,pucat dan oliguria atau anuria. (Marni, 2016)
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tuan, dan pekerjaan orang tua. (Ridha, 2014)
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan utama yang menonjol pada pasien DHF untuk datane ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah (Marni, 2016)
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke
7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang diserati batuk, pilek, nyeri telan mual
muntah, anoreksia,diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri
ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV,), melena, atau hematemasis. (Marni,
2016)
d. Riwayat penyait yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulang
DHF dengan tipe virus yang lain. (Marni, 2016)
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat di hindarkan. (Ridha, 2014)
f. Riwayat gizi
Status gizi pada anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi in berlanjut dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. (Marni, 2016)
6
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar. (Marni, 2016)
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar), kadang-kadang anak mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine(buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istrahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan (Marni, 2016)
i. Pemeriksaan fisik
a) Grade 1 : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah
b) Grade 2 : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
c) Grade 3 : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru.
(Marni, 2016)
j. Pemeriksaan Head to Toe
1) Integumen
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. (Marni, 2016)
7
2) Kuku sianosis/tiddak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade I, II,
III, IV pada mulut kering, terjadi pendarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggotokan mengalami hypertermia pharing dan terjadi
perdarahan telinga (pada grade I, II, III, IV)
4) Telinga
Tidak ada gangguan pada telinga.
5) Hidung
Ada perdarahan hidung/epsitaksis.
6) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thoraks
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales=, ronchi = yang bisanya terdapat grade III dan IV.
7) Abdomen
Mengalami nyeri tekan bagian atas, pembesaran hati (hipatomegali), turgor
kulit elastis dan ansietas.
8) Ektremitas
Akral dingin, sianosis, nyeri otot, sendi tulang.
9) Genetalia
tidak ada gangguan pada genetalia
(Marni, 2016)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia
Definisi : Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan atau
intraseluler.
Penyebab :
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
8
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
b. Hipertermi
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang tubuh normal.
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktifitas berlebihan
8) Penggunaan incubator
Gejala Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala Dan Tanda Minor
9
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait : Proses infeksi, Hipertiroid, Stroke, Dehidrasi,
Trauma, Prematuritas
(SDKI, 2017, p. 284)
c. Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintenitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) agen pencedera fisisologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) agen pencedera kimiawi ( misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik ( misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif : Tampak meringis, Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri), Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif : Tekanan darah meningkat, Pola nafas berubah, Nafsu makan
berubah, Proses berpikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri,
Diaforesis.
(SDKI, 2017, hal. 172)
3. Intervensi Keperawatan
a. Hipovolemia
Tujuan : Kekurangan volume cairan akan teratasi yang dibuktikan oleh
(keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat) dan keseimbangan cairan akan
dicapai.
Kriteria hasil:
1) Memiliki hemaglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk
pasien
10
2) Tidak mengalami haus yang tidak normal
3) Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab
4) Mampu berkeringat
5) Memiliki asupan cairan oral/intra vena yang adekuat
Intervensi NIC
Pengkajian :
1) Pantau warna,jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
2) Pantau pendarahan (misalnya , periksa semua sekret adanya darah
nyata atau darah samar)
3) Manajemen cairan (NIC)
pantau status hidrasi ( misalnya ,kelembaban
membran ,mukosa,keadaan nadi dan tekanan darah ortotastik.)
Penyuluhan:
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
Aktivitas kolaboratif
1) Laporkan dan catat haluaran kurang dari.......ml
2) Laporkan dan catat haluaran lebih dari..........ml
3) Labporkan abnormalis elektrolit
4) Manajemen cairan (NIC)
5) Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi sesuai dengan kebutuhan
Aktivitas lain :
1) Lakukan higiene oral secara sering
2) Tentukan jumlah cairan yang masuk
3) Hitung asupan yang di inginkan
4) Manajemen cairan (NIC)
Tingkatan asupan oral( misalnya, sediakan sedotan, beri cairan di antara
waktu makan dan jus kesukaan pasien) berikan cairan sesuai dengan
kebutuhan (Wilkinson, 2015 : 311-314)
b. Hipertermi
1) Tujuan : Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktika oleh
indicator gangguan sebagai berikut (gangguan ekstrim, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan).
2) Kriteria hasil
a) Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
11
b) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh
c) Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
Bayi akan :
12
(Wilkinson, 2016, pp. 216-217)
c. Nyeri Akut
1) Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri (mengenali awitan nyeri,
menggunakan tindakan pencegahan, melaporkan nyeri dapat
dikendalikan), menunjukkan tingkat nyeri.
2) kriteria hasil :
a) Memperlihatkan teknik relasasi secara individual yang efektif ntuk
mencapai kenyamanan
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
c) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
d) Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
e) Menggunakasn tindakana meredakan nyeri dengan analgesik dan
nonanalgesik secara tepat
3) Nursing Intervention Classification (NIC)
Aktifitas Keperawatan
a. Kaji nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
b. Gunakan komunikasi terapeutik untuk menggali pengalaman nyeri
klien dan respon klien terhadap nyeri
c. Kaji dampak dan nyeri yang terjadi (tidur, nafsu makan, aktivitas,
kognisi, semangat hidup, interaksi)
d. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam
mengatasi nyeri
e. Atur lingkungan yang nyaman bagi klien
f. Hindari faktor pencetus terjadinya nyeri
g. Pilih tindakan yang mampu mengatasi nyeri (farmakologis, non
farmakologis, interpersonal)
h. Ajari klien teknik non farmakologis secara kontinyu dalam mengatasi
nyeri (masase punggung, TENS, hipnotis, relaksasi, guided imagery,
terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi aktifitas, acupressure,
hidroterapi dan lain sebagaunya)
i. Ajari dan pantau klien dalam menggunakan analgesic sesuai anjuran
medis
13
Penyuluhan Untuk Pasien Dan Keluarga
a) Sertakan dalam pemulangan pasien obat khusus yang harus di minum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kawaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebuat
(misalnya, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet), dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalaminyeri membandel.
b) Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
pereda nyeri tidak dapat dicapai
c) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkat
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
d) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid
(misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis).
e) Manajemen nyeri (NIC): Berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri,berapa lama aka berlangsung, dan antisipasi
ketidaknymanan akibat prosedur
f) Manajemen Nyeri (NIC)
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya , umpan –
balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),
hipnosis, relaksasi,iamjinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi
bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan
masase ) sebelum, setelah, dan, jika memungkinkan, selama aktivitas,
yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan
bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
Aktivitas Kolaboratif
a. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang
terjadwal (misalnya, setiap 4 jam selama 36 jam ) atau PCA.
b. Manajemen Nyeri (NIC)
1. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat.
2. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
14
Altivitas Lain
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus degue yang masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigtan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini sering sekali menyerang anak-anak
15
pada usia >15 tahun, maka hal ini, dapat dicegah dengan rutin melakukan 3m,
menjaga sanitasi lingkungan tetap bersih, mengonsumsi makanan bergizi. Penularan
infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus aedes (terutama A.Aegypti
dan A. Albopictus).
b. Saran
Saran yang kami sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i jurusan
keperawatan, hendaknya mengetahui mengenai Asuhan Keperawatan Anak dengan
DHF dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info Media.
Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sulisaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
17