Literatur Kesalahan Tehnik Hitung
Literatur Kesalahan Tehnik Hitung
Literatur Kesalahan Tehnik Hitung
ABSTRACT
This research aims to analyse and describe the mistakes of students in solving social arithmetic stories. This type of
research is a qualitative descriptive. The subject of this study was four students of grade VIII in Bina Putra Indonesia Junior
High. Data collection is done by written tests and live interviews with students. The results showed that the students'
mistakes in resolving the story of social arithmetic material varied, including errors in transforming the story into
mathematical models, errors using social arithmetic formulas and errors students in concluding the answers done.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika
sosial. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah empat siswa kelas VIII di SMP Bina Putra
Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan wawancara langsung dengan siswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi aritmatika sosial bervariasi, diantaranya kesalahan
mengubah soal cerita ke dalam model matematika, kesalahan menggunakan rumus aritmatika sosial dan kesalahan siswa dalam
menyimpulkan jawaban yang dikerjakan.
PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 Pasal 1 yaitu: “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. “Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka, dan demokratis (Wahyuni, 2018). Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) saat ini adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan proses pembelajaran
yang bermutu (Permatasari, 2014).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional atau Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah
dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika dipelajari di sekolah adalah agar siswa mampu:
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mampu
mengaplikasikan konsep/algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memanipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, penyusunan bukti, atau melakukan penjelasan gagasan dan pernyataan matematika;
(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan
(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Berdasarkan standar isi yang
dipaparkan tersebut, diperlukan adanya suatu inovasi pembelajaran yang berupaya mampu
mengoptimalkan pembelajaran bermakna, menyenangkan, serta mampu mendorong untuk
mengkonstruk dan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya (Zakiah
et.al, 2019).
Matematika merupakan ilmu hitung yang sangat penting untuk diterapkan di lingkungan sekolah
maupun lingkungan sekitar, karena berbagai segi kehidupan yang kita alami saat ini banyak interaksi yang
menggunakan matematika di dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Simarmata,et.al
(2018) bahwa dalam segi kehidupan banyak mata pelajaran yang memerlukan keterampilan matematika.
Zanthy (2016) mengungkapkan bahwa banyak masalah dalam kehidupan yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan model matematika. Oleh sebab itu, matematika sangat penting untuk dipelajari. Menurut
BSNP matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern
yang mempunyai peran penting dalam mengembangkan daya pikir manusia, serta sebagai sarana
komunikasi sains tentang pola-pola untuk melatih berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif (Halim & Rasidah,
2019).
Matematika sebagai suatu bahasa tentunya sangat diperlukan sebagai alat komunikasi baik secara
lisan maupun tulisan sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain.
Seperti apa yang dikemukakan Cockroft (Aminah et.al, 2018) bahwa “We believe that all these percepcions
of the usefulness of mathematics arise from the fact that mathematics provides a means of communication
which is powerful, concise, and unambiguous”. Pernyataan ini menunjukkan tentang perlunya para siswa
belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti,
dan tidak membingungkan. Proses pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan perilaku pada diri
siswa. Keberhasilan dalam pelajaran matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari
dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) diri siswa tersebut (Wahyudin, 2016).
Menurut Setiani et.al (2018) aritmatika sosial merupakan salah satu materi matematika yang
dipelajari di SMP kelas VII. Banyak hal yang dipelajari di dalam materi tersebut, salah satunya interaksi
yang dilakukan ketika terjadinya jual beli antar masyarakat yang menggunakan mata uang. Dalam
kurikulum Kemendikbud beberapa diantara subpokok bahasan dalam aritmatika sosial yaitu diskon,
pajak, bruto, tara dan neto serta bunga tunggal (Henidarwati et.al, 2016). Menurut Inayah (2018)
aritmatika sosial merupakan materi pembelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-
Nita Yunia & Luvy Sylviana Zanthy •107
hari, banyak materi aritmatika sosial yang tanpa kita sadari didapatkan dari permasalahan di
kehidupan sekitar. Pada materi aritmatika sosial cenderung soal yang diberikan merupakan soal
cerita. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Paramitha (2017) bahwa materi aritmatika sosial
cenderung melibatkan soal cerita dalam setiap pembahasannya. Isna & Kurniasari (2018) menyatakan
bahwa materi aritmatika sosial digunakan dalam mengidentifikasi tingkat berpikir kreatif siswa karena
materi ini memungkinkan siswa menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan berbagai
cara penyelesaian. Menurut Silver bahwa pembelajaran yang mengkoneksikan antara materi
pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari dapat memberikan siswa banyak pengalaman dalam
menafsirkan masalah dan mungkin pula menumbuhkan ide-ide yang bervariasi dalam menyelesaikan
permasalahan (Zakiah et.al, 2019).
Menurut Fatimah & Zakiah (2018) bahwa masalah yang relevan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir matematis siswa adalah berupa masalah-masalah kontekstual nonrutin
(contextual problems). Pemberian masalah kontekstual nonrutin dapat berupa soal cerita. Menurut
Budiyono (Halim & Rasidah, 2019) bahwa soal cerita merupakan salah satu bentuk soal yang
menyajikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk narasi atau cerita. Soal cerita
biasanya diwujudkan dalam kalimat yang didalamnya terdapat persoalan atau permasalahan yang
penyelesaiannya menggunakan keterampilan berhitung. Kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal akan diakibatkan karena siswa kurang cermat dan kesulitan memahami cerita
sehingga siswa sulit dalam membuat model matematika dan menemukan konsep yang tepat (Mulyani
& Hanifah, 2018)
Kamus Bahasa Indonesia (2008:60) menyatakan bahwa analisis adalah penyelidikan suatu
peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana
duduk perkaranya, dan sebagainya. Sedangkan kesalahan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:
1247), adalah kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar hukum dan sebagainya). Jadi analisis
kesalahan adalah sebuah upaya penyelidikan terhadap suatu peristiwa penyimpangan untuk mencari
tahu apa yang menyebabkan suatu peristiwa penyimpangan itu bisa terjadi.
Menurut Polya bahwa kemampuan menyelesaikan soal merupakan kemampuan yang dimiliki
siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang meliputi: (1) kemampuan menuliskan aspek
yang diketahui; (2) kemampuan menuliskan aspek yang ditanyakan; (3) kemampuan membuat model
matematika; (4) kemampuan menyelesaikan model matematika; dan (5) kemampuan menjawab
pertanyaan soal (Wahyudin, 2016). Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa melakukan
kesalahan menurut Hamalik (Astutik & Kurniawan, 2015) adalah faktor yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa. Faktor munculnya kesulitan siswa menjawab soal digolongkan menjadi dua
yaitu: (1) faktor yang berasal dari diri siswa sendiri (faktor internal); (2) faktor yang berasal dari luar
(faktor eksternal). Faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan melalui faktor internal
diantaranya: (1) kurangnya pemahaman siswa pada materi; (2) kesulitan siswa dalam memahami
soal; (3) tidak teliti dalam menjawab soal contohnya siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dari soal tersebut, ketergesa-gesaan siswa seringkali tidak menyimpukan hasil jawaban;
(4) kebiasaan belajar siswa; (5) kondisi siswa, seperti sakit dan tidak percaya diri menjawab soal.
Penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita
matematika dikarenakan siswa kurang menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham dengan
pertanyaan, tidak memahami arti kata, tidak memahami konsep, dan kurang memahami teknik
berhitung (Susilowati, L & Ratu, 2018).
Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita menjadi salah satu petunjuk untuk
mengetahui sejauh mana siswa mengetahui konsep dasar matematika. Adapun Rofi’ah et.al, (2019)
menyatakan ada beberapa karakteristik kesulitan belajar matematika diantaranya kurangnya
kemampuan matematika dini, kesulitan pada bahasa dan membaca, kesulitan pada konsep arah dan
waktu, serta kesulitan matematika lain. Menurut Runtukahu & Kandou siswa yang mengalami
kesulitan belajar matematika sering melakukan kesalahan atau kekeliruan dalam belajar berhitung,
maupun menyelesaikan soal cerita (Andayani & Lathifah, 2019).
•108 Teorema: Teori dan Riset Matematika, 5(1), 105-116, Maret 2020
Siswa dikatakan mengalami kesalahan konsep jika siswa tidak mampu memahami simbol
dan nilai tempat, kekeliruan dalam perhitungan, kekeliruan dalam penggunaan proses, tulisan yang
tidak dapat dibaca, dan kesalahan menginterpretasikan jawaban kalimat matematika. Indikator
lemahnya pemahaman konsep dasar siswa antara lain dikarenakan kesalahan dalam memahami
pertanyaan soal sehingga dalam proses pengerjaannya salah, kesalahan dalam mengerjakan soal
karena siswa lupa dalam proses pengerjaan, dan tidak teliti dalam mengerjakan soal (Rismawati &
Asnayani, 2019). Analisis kesalahan yang dilakukan oleh siswa menurut Kastolan (Lutfia & Zanthy,
2018) dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu kesalahan konseptual, kesalahan prosedural, dan
kesalahan teknik. Adanya analisis kesalahan dapat mempermudah mengklasifikasi kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaian soal aritmatika sosial.
Kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita perlu dianalisis sehingga diketahui proses
berpikir siswa dalam memahami soal yang diberikan, setiap langkah-langkah jawaban siswa perlu
diamati karena dari jawaban tersebut kita dapat mengetahui jawaban siswa sesuai dengan prosedur
yang ditentukan atau tidak. Sering kali siswa SMP kelas VIII dalam mengerjakan soal aritmatika sosial
keliru dalam menjawab soal yang diberikan salah satunya dalam menghitung bunga tunggal dan
menghitung pajak. Selain itu, kesalahan siswa dalam menjawab soal bervariasi. Kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita terjadi ketika kurangnya pemahaman konsep dalam matematika itu sendiri,
mengkoreksi setiap langkah yang dikerjakan siswa merupakan salah satu solusi. Menurut
Nurussafa’at et.al (2016) kesalahan menyelesaikan soal cerita yang dilakukan siswa perlu adanya
tindakan lebih lanjut, agar mendapatkan gambaran yang rinci atas kelemahan-kelemahan tersebut.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisa dan mendeskripsikan kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal aritmatika sosial, mengetahui sejauh mana pemahaman siswa serta cara berpikir
siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang diberikan. sehingga bagi guru dan siswa dapat
dijadikan suatu acuan guna memperbaiki pembelajaran manjadi lebih baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
ini dilakukan di SMP Bina Putera Indonesia kelas VIII di Padalarang. Subjek penelitian dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak empat orang siswa. Teknik pengumpulan yang
dilakukan dengan menggunakan tes dan wawancara langsung. Tes bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kesalahan siswa dalam menjawab soal materi aritmatika sosial, sedangkan wawancara
dilakukan guna mengetahui penyebab kesalahan siswa. Berdasarkan Newman (Nuryana & Rosyana,
2019) bahwa jenis-jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal, yaitu kesalahan membaca
(reading error), kesalahan pemahaman (comprehension error), kesalahan transformasi
(transformation error), kesalahan keterampilan proses (process skill error) dan kesalahan
penyimpulan (encoding error). Soal tes yang diberikan berjumlah empat buah materi aritmatika sosial.
Nilai yang didapatkan dari hasil tes kemudian diurutkan dari nilai tertinggi, sedang dan rendah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana hal tersebut menggambarkan
atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta yang sebenarnya terjadi. Penelitian bertujuan
untuk menganalisa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi aritmatika
sosial. Instrumen tes sebelum digunakan sudah diuji validasi kemudian diujicobakan kembali kepada
subjek yang sudah mempelajari materi aritmatika sosial.
Teknik analisis data dengan cara mempersentasekan kesalahan siswa dalam menyelesaikan
masalah menggunakan rumus:
𝑥
𝑃 = × 100%
𝑁
Keterangan:
P = Persentase masing-masing jenis kesalahan
𝑥 = Jumlah responden yang jawabannya salah
N = Jumlah responden secara keseluruhan
Nita Yunia & Luvy Sylviana Zanthy •109
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kesalahan siswa berdasarkan KKM diperoleh hasil
nilai siswa bervariasi. Pada butir soal no 1 bahwa tingkat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
tersebut memiliki nilai 40 %, butir soal no 2 memiliki tingkat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
sebesar 70%, butir soal no 3 memiliki tingkat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sebesar 55%
dan butir soal no 4 memiliki tingkat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sebesar 85%. Maka
dapat disimpulkan bahwa nilai kesalahan siswa dari Tabel 1 di atas lebih tinggi dibandingkan dengan
jawaban benar siswa pada soal aritmatika sosial. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika dibagi menjadi empat kategori, diantaranya: (1) kesalahan konsep; (2) kesalahan prinsip;
(3) kesalahan teknik; dan (4) kesalahan algoritma. Kurang lengkapnya langkah dan kurang mampunya
siswa untuk memanipulasi langkah-langkah penyelesaikan soal.
Berdasarkan dari kesalahan jawaban siswa maka peneliti melakukan wawancara terhadap
siswa. Berikut ini akan ditampilkan hasil wawancara dengan siswa tersebut.
Guru : Apa yang diketahui pada soal no 1?
Nova : Harga jual Rp. 140.000.000,00 dan persentase 12% bu
Guru : Apa yang ditanyakan pada soal no 1?
Nova : Harga awal mobil Pak Samsu bu
Guru : Apakah kamu mencantumkan jawaban hal tersebut ke dalam soal no 1?
Nova : Tidak bu.
Guru : Kenapa kamu tidak cantumkan?
Nova : Karena saya terfokuskan pada angka yang udah diketahuinya bu.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat dilihat bahwa siswa kurang teliti dalam
mengerjakan soal yang diberikan.
Berdasarkan hasil deskripsi kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 4 dapat diketahui
bahwa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal yang diberikan, siswa tidak
mencantumkan rumus yang telah ditentukan dan siswa tidak menyimpulkan hasil jawaban yang
dikerjakan. Maka berdasarkan deskripsi kesalahan siswa dalam menjawab dapat diketahui bahwa
siswa tidak teliti dalam membaca soal, siswa tidak memaksimalkan waktu dengan baik, siswa tergesa-
gesa dalam menjawab. Berikut ini hasil jawaban siswa soal nomor 4 dapat dilihat pada Gambar 4.
Nita Yunia & Luvy Sylviana Zanthy •113
Dari petikan wawancara tersebut nampak bahwa siswa kurang fokus dan teliti dalam
menjawab soal yang diberikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari et.al (2018) bahwa
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita diakibatkan karena kurang ketelitian siswa, kesalahan
siswa dalam mengubah soal cerita ke dalam model matematika, tergesa-gesanya siswa dalam
menjawab soal dan kurangnya pemahaman siswa dalam memahami konsep matematika yang
diberikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi aritmatika sosial adalah
sebagai berikut: (1) kesalahan tipe 1, yaitu siswa dalam mengerjakan soal tidak menulis apa yang
diketahui dan ditanyakan. Hal ini disebabkan siswa tidak teliti dalam membaca soal, siswa tidak
memahami apa yang dimaksud dalam pertanyaan soal, siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan soal,
dan siswa tidak membaca petunjuk soal; (2) kesalahan tipe 2, yaitu siswa tidak mengubah soal cerita
kedalam bentuk model matematika. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami apa yang dimaksud
dalam soal tersebut, siswa tidak teliti dalam mengerjakan soal, serta siswa tidak membaca soal dengan
baik; (3) kesalahan tipe 3, yaitu kesalahan siswa dalam melakukan operasi bilangan bulat dan bilangan
desimal. Hal ini disebabkan siswa tidak dapat menghitung nilai persen kedalam bentuk desimal, siswa
tidak teliti dalam membaca soal, siswa kesulitan dalam operasi pengurangan dan penjumlahan.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti menyatakan bahwa menganalisis
hasil kesalahan siswa dalam menjawab soal cerita perlu dilakukan. Peneliti memberikan rekomendasi
sebagai berikut: penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
•114 Teorema: Teori dan Riset Matematika, 5(1), 105-116, Maret 2020
cerita, untuk itu kepada pihak sekolah khususnya kepada guru matematika agar melakukan tindakan
lanjutan guna mendukung keberhasilan dan pemahaman siswa dalam berbagai model soal
matematika khususnya soal cerita. Dari hasil peneitian yang dilakukan bahwa kesalahan siswa adalah
mengubah soal cerita ke dalam bentuk model matematika. Selain itu peneliti hanya menganalisis soal
pada materi aritmatika social. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pihak lain untuk bisa
melakukan analisis kesalahan siswa kepada subjek yang lebih luas dengan menggunakan materi
matematika lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S., Wijaya, T. T., & Yuspriyati, D. (2018). Analisis kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas viii pada materi himpunan. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 15-22.
Andayani, F., & Lathifah, N, A. (2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah siswa smp dalam
menyelesaikan soal pada materi aritmatika sosial. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 1-10.
Astutik, Y., & Kurniawan, L. (2015). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
aritmatika sosial. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 3(1), 95-100.
Fatimah, A. T., & Zakiah, N. E. (2018). Kelancaran prosedural matematis dalam pemecahan masalah
konteks pemasaran. Mathline Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 3(2), 141-150.
Halim, F., & Rasidah, N. (2019). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan (analysis of student
errors in resolving the problem of. Gauss: Jurnal Pendidikan Matematika, 02(01), 35-44.
Henidarwati, Hasbi, M., & Madeli, T. (2016). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered
heads together pada materi aritmatika sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas vii
smp negeri 10 palu. Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika.
Inayah, F. F. (2018). Penerapan teori situasi didaktik pada materi aritmatika sosial. Jurnal Penelitian
Didaktik Matematika, (2), 35–47.
Isna, N. N., & Kurniasari, I. (2018). Identifikasi tingkat berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan open
ended problem materi aritmatika sosial smp ditinjau dari kemampuan matematika. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika, 7(3), 607-613.
Lutfia, L., & Zanthy, L. S. (2018). Analisis kesalahan menurut tahapan kastolan dan pemberian
scaffolding dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel. Journal on
Education, 01(03), 396-404.
Mulianty, R. H., Hanafiah, N. A., & Sugandi, I. A. (2018). Hubungan antara kemampuan pemahaman
matematik dengan kemandiian belajar siswa smp yang menggunakan pendekatan
kontekstual. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif.
Nita Yunia & Luvy Sylviana Zanthy •115
Mulyani, N., & Hanifah. (2018). Analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah matematis siswa pada materi aritmatika sosial. Prosiding Sesiomadika 22, 469-477.
Nurussafa’at, F. A., Sujadi, I., & Riyadi, R. (2016). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita pada materi volume prisma dengan fong’s shcematic model for error analysis
ditinjau dari gaya kognitif siswa. Jurnal Pembelajaran Matematika, 4(2), 174-187.
Nuryana, D., & Rosyana, T. (2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa smk
pada materi program linear. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 11-20.
Paramitha, N. (2017). Analisis proses berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika materi
aritmatika sosial siswa smp berkemampuan tinggi. Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online),
1(10), 983-994.
Permatasari, S. W. E. (2014). Implementasi model pembelajaran contextual teaching and learning (ctl)
pada standar kompetensi dasar memasang instalasi penerangan listrik di smkn 7 surabaya.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(2), 47-53.
Rismawati, M., & Asnayani, M. (2019). Analisis kesalahan konsep siswa dalam menyelesaikan soal
ulangan matematika dengan metode newman. J-Pimat, 1(2), 69-78.
Rofi’ah, N., Ansori, H., & Mawaddah, S. (2019). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita matematika berdasarkan langkah penyelesaian polya. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika, 7, 120-129, https://doi.org/10.20527/edumat.v7i2.7379.
Sari, A. M., Susanti, N., & Rahayu, C. (2018). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita materi aritmatika sosial kelas VII. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Matematika, 4(2), 61-68.
Setiani, D., Suryana, Y., & Pranata, O. H. (2018). Pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita tentang aritmatika sosial uang. Pedadidaktika: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(3), 174-180.
Simarmata, A. M., Wibowo, M. R. H., Hutajulu, M., & Hendriana, H. (2018). Motivasi belajar siswa smp
dengan menggunakan. Jurnal Prisma, VII(2), 135-144.
Susilowati, L., & Ratu, N. (2018). Analisis kesalahan siswa berdasarkan tahapan newman. Mosharafa,
7, 13-24.
Wahyudin. (2016). Analisis kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari
kemampuan verbal. Beta: Jurnal Tadris Matematika, 9(2), 148-160.
Wahyuni, D. S. (2018). Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning (ctl)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas viii c pada materi luas dan keliling lingkaran di
mts birobuli. Scolae: Journal of Pedagogy, 1(1), 77-83.
Zakiah, N. E., Sunaryo, Y., & Amam, A. (2019). Implementasi pendekatan kontekstual pada model
pembelajaran berbasis masalah berdasarkan langkah-langkah polya. Teorema: Teori dan
Riset Matematika, 4(2), 111-120.
•116 Teorema: Teori dan Riset Matematika, 5(1), 105-116, Maret 2020
Zanthy, L. S. (2016). Pengaruh motivasi belajar ditinjau dari latar belakang pilihan jurusan terhadap
kemampuan berpikir kritis mahasiswa di stkip siliwangi bandung. Teorema: Teori dan Riset
Matematika, 1(1), 47-54.