Artikel Tesis Billy Alexa Bellvian REV 1

Als pdf oder txt herunterladen
Als pdf oder txt herunterladen
Sie sind auf Seite 1von 18

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PESERTA DIDIK KELAS X-H SMAN 1 BIAK BERDASARKAN TEORI POLYA


Billy Alexa Bellvian
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear tiga
variabel (SPLTV) berlandaskan teori Polya pada peserta didik kelas X-H SMA Negeri 1
Biak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data
dilaksanakan melalui tes tertulis, wawancara, serta dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Validasi
instrumen menggunakan validasi ahli oleh dosen pendidikan matematika dan guru
matematika yang bergelar magister. Serta teknik uji keabsahan data yang digunakan adalah
triangulasi teknik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah sistem persamaan linear tiga variabel adalah beragam sesuai
dengan pemahamannya sendiri. Terdapat peserta didik yang memecahkan masalah dengan
metode eleminasi yang dilanjutkan dengan metode substitusi begitupun sebaliknya. Namun
terdapat juga peserta didik yang menggunakan metode eleminasi dan substitusi secara
bergantian.
Kata Kunci: masalah matematika, kemampuan pemecahan masalah matematika, teori
polya

DESCRIPTION OF MATHEMATIC’S PROBLEM’S SOLVING’S ABILITY FROM


STUDENTS X-H SMAN 1 BIAK BASED ON POLYA’S THEORY
Billy Alexa Bellvian
ABSTRACT
This study aims to describe students’ ability to solve mathematical problems of a system of
three-variable linear equations based on Polya’s theory in class X-H students of SMA
Negeri 1 Biak. The research method used is the descriptive research method. The data
collection method uses written tests, interviews, and documentation. The data analysis
technique uses data reduction, display, and conclusion-making—the instrument’s
validation using expert validation by the supervisor. The validation technique uses
methods of triangulation. The result of this study shows that the ability of students to solve
problems with a system of three-variable linear equations varies depending on the student.
Some students solved the problem with the elimination method, followed it with the
substitution method, and vice versa. However, some students use elimination and
substitution methods interchangeably.
Keywords: mathematic’s problem, the ability of mathematics’s problem solving based on
Polya’s theory.

1
PENDAHULUAN

Di dunia ini, matematika memegang peranan yang besar dalam berbagai aspek
seperti misalnya pendidikan, pembangunan, dan juga penelitian. Saat kita berbelanja di
swalayan, tentu dalam melakukan transaksi jual beli yang dilakukan memanfaatkan
matematika. Kumpulan gedung pencakar langit yang kita lihat di kota-kota besar tentunya
juga dibangun menggunakan ilmu matematika. Seluruh kemajuan ini tentunya tidak akan
dapat kita saksikan jika tidak memiliki kemampuan matematis yang mumpuni. Hal tersebut
tentunya akan menjadi masalah bagi suatu bangsa dan negara. Banyak masalah di dunia ini
yang dapat dipecahkan menggunakan matematika. Mengingat bahwa banyak masalah
dalam kehidupan yang berhubungan dengan matematika, maka setiap insan di dunia ini
perlu untuk memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan masalah matematika

Berbicara tentang kemampuan pemecahan masalah matematika, maka perlu untuk


memahami masalah matematika. Masalah matematika dapat berbentuk soal yang sifatnya
non-rutin (Juniati, Sari, & Artharina, 2021). Soal non rutin ini bermakna pada persoalan
yang baru pertama kali seseorangg hadapi. Namun tentunya tidak semua soal matematika
itu adalah soal yang bersifat non-rutin. Artinya tidak semua persoalan dalam matematika
dapat menjadi masalah bagi peserta didik. Yuwono (2016) menyatakan bahwa agar suatu
soal matematika menjadi masalah bagi peserta didik, maka peserta didik tersebut tidak
memiliki pengetahuan konseptual terhadap soal tersebut, namun peserta didik yang
bersangkutan memiliki tekad yang kuat untuk menyelesaikannya.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika yang berupa soal non rutin
tersebut, maka dibutuhkan kemampuan dalam menemukan solusi atas permasalahan
tersebut. Ilmiyana (2018) menyatakan bahwa untuk memperoleh pengetahuan yang
sifatnya ilmiah, maka seseorang membutuhkan kemampuan dalam menemukan solusi dari
permasalahan yang tengah dihadapinya. Jaya (2021) menambahkan bahwa usaha dalam
pencarian solusi atas masalah yang dihadapi dengan menemukan kumpulan ide baru,
pengetahuan terdahulu, dan pengalaman itu disebut sebagai kemampuan dalam
memecahkan masalah. Lebih lanjut, Nugraheni (2021) menjelaskan bahwa seseorang
perlu melakukan proses mengamati, memprediksi, mencoba, dan memeriksa semua aspek
pengetahuan untuk bisa memecahkan masalah yang dihadapinya.
2
Dalam memecahkan masalah, diperlukan metode. Polya (1985) dalam Amam
(2017) memberikan empat indikator pemecahan masalah, antara lain: 1) memahami
permasalahan, 2) membuat alur rencana pemecahan masalah, 3) mengimplementasikan
rencana pemecahan masalah, dan 4) melaksanakan peninjauan kembali. Keempat indikator
ini diuraikan sebagai berikut:
Memahami permasalahan merupakan kegiatan mengidentifikasi masalah dengan
mengacu pada informasi-informasi yang tertera pada soal. Hal ini dilakukan dengan
memahami informasi apa saja yang diketahui dalam soal, kemudian memahami
permasalahan apa yang sekiranya hendak dipecahkan dari soal, dan memahami hal-hal apa
saja yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Dalam membuat rencana pemecahan masalah, maka seseorang dituntut untuk dapat
menemukan relasi antara informasi yang diketahui dan pertanyaannya. Tolak ukur yang
dapat dijadikan sebagai acuan bahwa seseorang dapat membuat rencana adalah jika
seseorang tersebut dapat menuliskan langkah penyelesaian secara kronologis dan
sistematis.
Mengimplementasikan rencana pemecahan masalah berhubungan dengan tahap
mengaplikasikan rencana yang sebelumnya telah dibuat. Secara matematis, tahap
implementasi rencana ini diwujudkan melalui kegiatan yang bersifat numerasi.
Aktivitas peninjauan kembali berkaitan dengan kebenaran atas jawaban yang
diperoleh. Aplikasi dari langkah ini adalah melalui kegiatan pembuktian atas kebenaran
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.

METODE PENELITIAN

Di dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan penelitian deskriptif.


penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk memberikan gambaran
atas fenomena yang terjadi melalui analisa faktor-faktor yang berkontribusi dalam
memunculkan fenomena tersebut dengan cara mengumpulkan data secara sistematis dan
akurat. Adapun prosedur penelitian deskriptif yang digunakan adalah sebagai berikut:
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas X-H, SMA Negeri 1 Biak tahun
ajaran 2022/2023. Pemilihan subjek dari penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling yaitu metode dalam memilih subjek dengan berdasarkan pertimbangan
3
tertentu. Hal yang menjadi pertimbangan peneliti dalam penelitian ini adalah heterogenitas
kelas X-H di mana peserta didik pada kelas X-H memiliki peserta didik yang
berkemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah. Maka subjek dari penelitian ini
adalah 3 orang peserta didik kelas X-H, SMA Negeri 1 Biak tahun ajaran 2022/2023, di
mana masing-masing satu peserta didik mewakili satu kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Adapun prosedur dalam memilih subjek pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukuhkan kelas X-H SMA Negeri 1 Biak sebagai kelas penelitian. Subjek pada di
kelas ini akan peneliti berikan tes kemampuan pemecahan masalah matematika.
Pemilihan dari kelas ini mengacu pada pertimbangan dari guru matematika yang
mengajar di kelas X-H.
2. Melakukan pengelompokan subjek penlitian berdasarkan nilai rapor matematika
peserta didik untuk mengkategorikan peserta didik berkategori tinggi, sedang, dan
rendah.
3. Mengacu pada pengelompokan tersebut, dipilih tiga peserta didik yaitu 1 subjek
kategori tinggi, 1 subjek kategori sedang, dan 1 subjek kategori rendah. Adapun kode
dari setiap subjek yang mewakili masing-masing kategori tersebut disajikan dalam
tabel 1 berikut:
Tabel 1 Kategori Subjek Penelitian

No Kode Subjek Penelitian Kategori


1. PDT Tinggi
2. PDS Sedang
3. PDR Rendah

Peneliti menggunakan data hasil tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi.


Penggunaan tes tertulis adalah untuk memperoleh data peserta didik dalam memecahkan
masalah SPLTV. Untuk dapat menganalisis hasil tes tersebut,peneliti menggunakan rubsrik
penskoran seperti yang tertera pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Indikator Skor Deskripsi
Tidak sama sekali menuliskan atau menjelaskan
0
Memahami Masalah informasi yang diketahui dan ditanyakan dari soal.
1 Menuliskan atau menjelaskan sebagian kecil informasi
4
Indikator Skor Deskripsi
yang diketahui dan ditanyakan dari soal.
Menulis atau menjelaskan sebagian besar informasi
2
yang diketahui dan ditanyakan pada soal.
Menuliskan atau menjelaskan informasi yang diketahui
3
dan ditanyakan pada soal dengan lengkap serta tepat.
Sama sekali tidak menuliskan pemodelan matematika
0
dan urutan pengerjaan soal.
Menuliskan pemodelan matematika dengan tidak tepat
1 sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
mengerjakan soal .
Membuat Rencana Menuliskan pemodelan matematika dengan tepat pada
Pemecahan Masalah 2 awalnya, namun keliru dalam melakukanoperasi aljabar
pada pemodelan matematika tersebut.
Menuliskan pemodelan matematika beserta urutan
3
pengerjaan soal dengan tepat, namun tidak lengkap.
Menuliskan pemodelan matematika beserta urutan
4
pengerjaan soal dengan tepat dan lengkap.
Sama sekali tidak mengimplementasikan rencana yang
0
telah dibuat.
Keliru dalam megimplementasikan rencana, akibat
1
rencana yang dibuat tidak sesuai.
Mengimplementasikan rencana, namun salah dalam
2 mengoperasikan bilangan sehingga menimbulkan
kesalahan pada hasil yang diperoleh.
Mengimplementasikan
Mengimplementasikan rencana sedemikian sehingga
Rencana Pemecahan
memperoleh hasil yang benar, namun salah dalam
Masalah 3
menuliskan dan menempatkan lambang operasi yang
sesuai.
Mengimplementasikan rencana dengan menggunakan
4 rumus dan lambang operasi matematika yang sesuai,
namun terdapat bagian perhitungan yang tidak lengkap.
Mengimplementasikan rencana dengan benar dan
5
lengkap.
0 Sama sekali tidak melaksanakan peninjauan kembali.
1 Terdapat langkah meninjau kembali, namun salah.
Melaksanakan Melakukan peninjauan kembali secara benar, namun
2
Peninjauan Kembali belum sempurna hingga akhir
Melakukan peninjauan kembali dengan tepat serta
3
lengkap.

Untuk menunjang data yang diperoleh dari hasil tes tertulis, maka digunakan
wawancara. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap peserta didik yang menjadi

5
subjek penelitian guna mendapatkan informasi yang lebih spesifik tentang kemampuan
pemecahan masalah. Kemudian, transkrip dari hasil wawancara tersebut akan dipaparkan
serta dianalisis pada tahap analisis data.
Teknik analisis data dilakukan pada saat tengah berlangsung sampai dengan
berakhirnya kegiatan dalam mengumpulkan data. Teknik analisis data yang digunakan
mengacu pada tata cara menganalisa data dari Miles dan Hubberman dalam Ilmiyana
(2018) yang terdiri atas 3 tahap yakni reduksi data, penyajian data, serta menarik
kesimpulan.
Dalam memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan pengujian kredibilitas.
Mekarisce (2020) mengemukakan bahwa data yang kredibel memuat kesamaan antara apa
yang dilaporkan oleh peneliti dengan realitas pada objek yang ditelitinya. Uji kredibilitas
dapat dilakukan melalui 1) memperpanjang observasi, menambah ketekunan, triangulasi,
analisa kasus negatif, memanfaatkan referensi, serta melaksanakan member check.
Tatacara penelitian deskriptif yang dimanfaatkan oleh peneliti yakni 1)
mempersiapkan, 2) melaksanakan, dan 3) mengumpulkan data. Pada tahap
mempersiapkan, peneliti melaksanakan observasi pendahuluan dan juga mengurus
administrasi penelitian. Pada tahapan melaksanakan, peneliti memberikan tes pemecahan
masalah pada peserta didik kelas X-H SMAN 1 Biak. Selanjutnya pada tahap
pengumpulan data, Data hasil tes yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan ini dilaksanakan
dengan: 1) menjumlah skor tes seluruh peserta didik, mencari nilai ratan dan standar
deviasi dari nilai tes, 3) menentukan batasan kelompok. Adapun batasan kelompok tersebut
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 Batas-Batas Kelompok Peserta Didik
KELOMPOK BATAS
Tinggi: Seluruh peserta yang tergolong dalam kategori
tinggi memiliki hasil skor tes sebanyak skor rata-rata (Nilai tes ≥ 𝑥̅ + 𝑠)
ditambah dengan simpangan baku
Sedang: Seluruh peserta yang tergolong dalam kategori
sedang memiliki hasil skor tes diantara skor rata-rata (𝑥̅ − 𝑠 < Nilai tes < 𝑥̅ + 𝑠)
ditambah dengan simpangan baku dan skor rata-rata
dikurang simpangan baku
Rendah: Seluruh peserta yang tergolong dalam kategori (Nilai tes ≤ 𝑥̅ − 𝑠)
rendah memiliki hasil skor tes sebanyak skor rata-rata

6
KELOMPOK BATAS
dikurang dengan simpangan baku
Keterangan: 𝑥̅ adalah nilai rataan dan s adalah simpangan baku.

Kemudian, dari hasil pengklasifikasian tersebut, akan dipilih tiga orang peserta
didik yang masing-masing dari mereka berasal dari kategori yang berbeda-beda untuk
dilakukan kegiatan wawancara guna menguatkan keabsahan data dari hasil tes. Pada sesi
wawancara ini, peneliti sendiri yang akan bertindak sebagai pewawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah mengoreksi hasil tes tertulis peserta didik dalam memecahkan masalah
SPLTV, peneliti melakukan pengelompokkan nilai hasil tes peserta didik ke dalam tiga
kategori, yakni kategori tinggi, sedang dan rendah. Hasil pengelompokkan nilai skor tes
kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Hasil Pengelompokkan Peserta Didik dalam Tiga Kategori

Kode Peserta Skor Tes Pemecahan


No Kategori
Didik Masalah (N)
1 NGBK 81
TINGGI
2 SEO 84
𝑁 ≥ 73,95884
3 BAR 96
4 LOCP 45
5 KBB 51
6 EAR 53
7 RAS 53
8 GJA 54
9 MRVA 54
10 ERP 56
11 PAP 56
12 ZRI 56 SEDANG
13 EMK 57 43,07146 < 𝑁 < 73,95884
14 CDBN 58
15 RR 58
16 KRN 59
17 ARR 60
18 AJP 60
19 PFAH 62
20 RTA 62
21 SPS 64
7
Kode Peserta Skor Tes Pemecahan
No Kategori
Didik Masalah (N)
22 YP 64
23 MFK 65
24 NNR 65
25 RAW 65
26 AKKL 67
27 SRM 70
28 SUI 70
29 LEK 73
30 DFK 18
31 HC 22 RENDAH
32 KSS 35 𝑁 ≤ 43,07146
33 AYY 38

Berdasarkan Tabel 4, peneliti memilih tiga hasil tes dengan proporsi 1 hasil dari
kelompok peserta didik dengan kategori tinggi yaitu BAR yang di dalam pengkodeannya
diberikan nama PDT, 1 hasil dari kelompok peserta didik dengan kategori sedang yaitu
RAW yang di dalam pengkodeannya diberikan nama PDS, dan 1 hasil dari kelompok
peserta didik dengan kategori rendah yaitu KSS yang di dalam pengkodeannya diberikan
nama PDS. Pemilihan tiga subjek penelitian ini didasarkan karena ketiga peserta didik
tersebut mempunyai kapasitas yang mumpuni dalam menjelaskan. Kemudian, ketiga
subjek penelitian tersebut juga memiliki komitmen yang tinggi sebagai subjek penelitian.
Adapun paparan data hasil tes kemampuan memecahkan masalah pada materi SPLTV oleh
ketiga peserta didik tersebut disajikan berdasarkan rubrik skor pemecahan masalah pada
tabel 1. Adapun data statistik tersebut dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Statistik kemampuan pemecahan masalah oleh PDT, PDS, dan PDR

INDIKATOR MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI


POLYA
No Memahami Masalah Membuat Rencana Mengimplementasik Peninjauan Ulang
Soal Pemecahan an Rencana
Masalah Pemecahan Masalah
PDT PDS PDR PDT PDS PDR PDT PDS PDR PDT PDS PDR
1 3 3 3 4 3 2 5 4 2 3 3 0
2 3 2 2 4 2 4 5 1 5 3 2 1
3 3 2 1 4 4 1 3 5 1 3 3 0
Tota 9 7 6 12 9 8 13 10 8 9 8 1
l
8
Pers 100% 77,8 66,7 100% 75 66,7 86,7 66,7 53,3 100% 88, 11,1
enta % % % % % % % 9% %
se

Pada tabel 5, dapat dideskripsikan perolehan skor dari PDT, PDS dan PDR yang
dibagi dalam 4 indikator memecahkan masalah berdasarkan teori Polya. Deskripsi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada indikator memahami permasalahan, PDT mendapat skor 9 dari skor total 9,
sehingga diperoleh persentase 100%. Kemudian, PDS mendapat skor 7 dari 9, sehingga
diperoleh persentase senilai 77,8% Sedangkan PDR memperoleh total skor 6 dari 9
sehingga diperoleh persentase senilai 66,7%.

Dalam indikator membuat alur perencanaan, PDT mendapat skor 12 dari 12 atau
100%. Kemudian, PDS memperoleh skor 9 dari 12, sehingga dipeoleh persentase senilai
75%. Kemudian, PDR mendapat skor 8 dari 12, sehingga diperoleh persentase senilai
66,7%.

Dalam indikator mengimplementasikan rencana pemecahan masalah, PDT


mendapat skor 13 dari 15, sehingga diperoleh persentase senilai 86,7%. Kemudian, PDS
memperoleh skor 10 dari 15, sehingga diperoleh persentase senilai 66,7%. Dan PDR
memperoleh skor 8 dari 15, sehingga diperoleh persentase senilai 53,3%.

Dalam indikator melakukan peninjauan ulang, PDT mendapat skor 9 dari 9,


sehingga PDT memperoleh persentase dalam melakukan peninjauan ulang sebesar 100%.
Kemudian PDS memperoleh skor 8 dari 9, sehingga PDS memperoleh persentase dalam
melakukan peninjauan ulang sebesar 88,9%. Dan PDR memperoleh skor 1 dari 9, sehingga
PDR memperoleh persentase dalam melakukan peninjauan ulang sebesar 11,1%.

Setelah melaksanakan kegiatan analisis data, peneliti memperoleh hasil


kemampuan pemecahan masalah matematika yang beragam dari setiap peserta didik.
Menurut Widyastuti (2015) setiap peserta didik memiliki cara yang unik dalam
memecahkan masalah. Pendapat ini diperkuat oleh Razak, Sutrisno, & Kamarudin (2018)
yang mengemukakan bahwa jika guru mencermati secarau detail proses pemecahan
9
masalah di dalam kelas, maka guru akan mampu menarik kesimpulan bahwa tidak ada
satupun peserta didik yang identik. Perbedaan yang secara kasat mata dapat diamati salah
satunya aadalah perbedaan kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal tersebut dapat
diamati dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang telah diperoleh dari tiga subjek
yang berasal dari kategori kemampuan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan teori Polya
sebagai berikut:
1. Memahami Masalah

Setelah peneliti menganalisis hasil tes pemecahan masalah matematika pada


materi SPLTV, peneliti memperoleh temuan berdasarkan hasil tes kemampuan
pemecahan masalah matematika dan hasil wawancara di dalam tahapannya yang
pertama yaitu memahami masalah. Di mana, tahapan memahami masalah menurut
Polya dapat tercapai disaat peserta didik mampu memenuhi seluruh indikator dalam
memahami masalah yang meliputi: menuliskan atau menjelaskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dari soal serta menjelaskan kecukupuan syarat untuk
mengerjakan soal.

Setelah dilakukan proses analisis hasil tes pemecahan masalah, diperoleh fakta
bahwa terdapat peserta didik dengan kategori tinggi yang menuliskan informasi yang
diketahui dari setiap soal. Selain itu, peserta didik tersebut juga dapat menjelaskan apa
yang dirinya pahami dari informasi yang diketahui tersebut dengan tepat. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah dapat memahami masalah
dengan baik.

Kemudian, terdapat peserta didik dengan kategori sedang yang sama sekali tidak
menuliskan apa yang diketahui pada setiap soal. Namun, setelah dilakukannya
wawancara, peserta didik tersebut dapat menjelaskan dengan baik informasi yang
diketahui pada soal nomor pada setiap soal. Walaupun terkhusus untuk soal nomor tiga,
peserta didik yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam membahasakan maksud
dari informasi yang diketahui.

Kemudian, terdapat juga peserta didik dengan kategori rendah yang sama sekali
tidak menuliskan apa yang diketahui pada setiap soal. Walaupun demikian, setelah
10
dilakukannya wawancara, peserta didik tersebut dapat menjelaskan dengan baik
informasi yang diketahui pada soal nomor pada soal nomor satu dan dua. Kemudian,
terdapat juga peserta didik dengan kategori rendah yang keliru dalam
menginterpretasikan informasi yang diketahui dari soal nomor tiga. Kekeliruan ini
mengakibatkan proses pengerjaan soal nomor tiga menjadi salah.

Setelah dilakukan proses analisis hasil tes pemecahan masalah, diperoleh fakta
bahwa terdapat peserta didik dengan kategori tinggi yang menuliskan apa yang
ditanyakan dari setiap soal. Selain itu, terdapat juga peserta didik yang mampu
menjelaskan permasalahan apa yang hendak dipecahkan dari setiap soal. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah dapat memahami masalah
dengan baik.
Kemudian terdapat juga peserta didik dengan kemampuan sedang yang sama
sekali tidak menuliskan apa yang hendak ditanyakan dari setiap soal. Namun setelah
diwawancarai, diperoleh fakta bahwa peserta didik tersebut dapat menjelaskan apa yang
ditanyakan dari setiap soal dengan tepat. Kemudian terdapat juga peserta didik dengan
kemampuan rendah yang sama sekali tidak menuliskan apa yang hendak ditanyakan
dari setiap soal. Namun setelah diwawancarai, diperoleh fakta bahwa peserta didik
tersebut dapat menjelaskan apa yang ditanyakan dari setiap soal dengan tepat.
Setelah dilakukan proses analisis hasil tes pemecahan masalah, diperoleh fakta
bahwa terdapat peserta didik dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah yang mampu
menjelaskan syarat yang harus dipenuhi jika ingin menyelesaikan permasalahan
kontekstual yang berkaitan dengan sistem persamaan linear tiga variabel. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah dapat memahami masalah
dengan baik.
Berdasarkan indikator dalam memahami masalah menurut Polya, terdapat
kesamaan antara peserta didik dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Kesamaan
tersebut terletak pada saat menjelaskan informasi yang diketahui pada soal nomor satu
dan dan dua serta informasi yang ditanyakan pada setiap soal, serta menjelaskan syarat
yang diperlukan untuk dapat memecahkan masalah.
2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah

11
Setelah menganalisis hasil tes kemampuan pemecahan maslah matematika pada
materi SPLTV, peneliti memperoleh temuan dari jawaban tes kemampuan pemecahan
masalah matematika berdasarkan teori Polya dan hasil wawancara di dalam tahapannya
yang kedua yaitu membuat rencana pemecahan masalah. Di mana, tahapan membuat
rencana pemecahan masalah menurut Polya di dalam penelitian ini dapat tercapai disaat
peserta didik mampu memenuhi seluruh indikator dalam membuat rencana pemecahan
masalah yang meliputi: menuliskan pemodelan matematika dengan tepat, menuliskan
urutan langkah pengerjaan soal dengan runtut dan tuntas, memilih dan menulis rumus
yang benar dan juga lengkap untuk dapat digunakan dalam tahap perhitungan.

Dalam mengkontruksi pemodelan matematika, peneliti menemukan peserta


didik dengan kategori tinggi yang dapat membuat pemodelan matematika dalam bentuk
persamaan linear tiga variabel dengan benar. Kemudian, saat di wawancarai, peserta
didik yang bersangkutan juga dapat menjelaskan hubungan dari setiap persamaan yang
dibuat dengan informasi yang diketahui maupun yang ditanyakan dari setiap soal. Hal
ini menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan dapat memahami konsep
pemodelan matematika dengan baik.
Kemudian, peneliti menemukan peserta didik dengan kategori sedang yang
salah dalam membuat pemodelan matematika. Kesalahan tersebut terjadi akibat salah
menulis hasil persamaan pada soal nomor satu. Peserta didik tersebut berinisiatif untuk
menyingkat penulisan namun secara matematis, hal tersebut adalah salah. Kemudian
terdapat juga kesalahan dalam menulis pemodelan matematika pada soal nomor dua. Di
mana kesalahan tersebut sangat fatal karena mengakibatkan pengerjaan soal menjadi
salah. Kekeliruan ini sangat berhubungan dengan kemampuan peserta didik tersebut
dalam memanipulasi pemodelan aljabar di mana materi ini sudah di ajarkan dari
semenjak jenjang sekolah menengah pertama. Artinya kesalahan ini memiliki hubungan
yang erat dengan kemampuan dasar dari peserta didik yang bersangkutan.
Kemudian, peneliti menemukan peserta didik dengan kategori rendah yang salah
dalam membuat pemodelan matematika. Kesalahan tersebut terjadi akibat salah
menginterpretasikan informasi yang diketahui dari soal nomor tiga. Peserta didik
tersebut salah dalam memahami bahwa ukuran panjang balok dengan panjang kawat

12
yang digunakan untuk membentuk kerangka balok adalah dua hal yang berbeda. Di
mana kesalahan tersebut sangat fatal karena mengakibatkan pengerjaan soal menjadi
salah total. Kekeliruan ini sangat berhubungan dengan kemampuan peserta didik
tersebut dalam mengkonstruksi pemodelan matematika berdasarkan informasi tertulis
yang diketahui.

Kemudian, peneliti menemukan peserta didik dari kategori tinggi, sedang, dan
rendah yang sama-sama menggunakan metode eleminasi dan substitusi untuk
mengerjakan soal tes pemecaan masalah. Walaupun menggunakan metode yang sama,
namun alur penyelesaian soal yang direncanakan memiliki perbedaan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Widyastuti (2015) yakni setiap peserta didik tidak selalu memiliki cara
yang sama dalam memecahkan masalah.

3. Mengimplementasikan Rencana Pemecahan Masalah


Setelah menganalisa hasil tes pemecahan masalah dan juga wawancara, peneliti
memperoleh temuan dari jawaban tes kemampuan pemecahan masalah matematika
berdasarkan teori Polya pada indikator yang ketiga yaitu mengimplementasikan
rencana pemecahan masalah. Di mana, tahapan mengimplementasikan rencana
pemecahan masalah menurut Polya di dalam penelitian ini dapat tercapai disaat peserta
didik mampu: melaksanakan rencana atau melakukan perhitungan dengan benar dan
lengkap berdasarkan pemilihan rencana yang juga benar hingga tuntas.
Dalam tahapan implementasi rencana, terdapat peserta didik baik dari kategori
tinggi yang melakukan kekeliruan dalam proses perhitungan. Kekeliruan tersebut terjadi
saat menempatkan simbol perkalian sehingga berpotensi menimbulkan salah penafsiran,
meskipun hasil yang diperolehnya benar. Dan juga terdapat proses berhitung yang tidak
lengkap. Namun setelah peneliti mendalami penyebab kekeliruan ini melalui sesi
wawancara, ternyata peserta didik yang bersangkutan mengemukakan bahwa dirinya
mengerjakan soal dengan tergesa-gesa.

Kemudian, terdapat peserta didik dari kategori sedang yang juga keliru dalam
mengimplementasikan rencana. Kekeliruan yang pertama terdapat saat peserta didik
yang bersangkutan mengerjakan soal nomor dua. Kesalahan tersebut timbul sebagai

13
akibat karena peserta didik yang bersangkutan telah salah dalam memanipulasi
pemodelan matematika. Kesalahan tersebut tentunya berujung fatal karena
mengakibatkan pengerjaan soal nomor duanya menjadi salah. Kemampuan dalam
memanipulasi bentuk aljabar tentu harus memiliki pemahaman konsep yang benar serta
keterampilan yang mumpuni. Selain itu, terdapat juga peserta didik dari kategori sedang
yang keliru saat melakukan perhitungan pada soal nomor 2. Kesalahan tersebut
diakibatkan karena peserta didik tersebut terburu-buru dalam mengerjakan soal.

Kemudian, terdapat peserta didik dari kategori rendah yang juga keliru dalam
mengimplementasikan rencana. Kekeliruan yang pertama terdapat saat peserta didik
yang bersangkutan mengerjakan soal nomor satu. Kesalahan tersebut timbul sebagai
akibat karena peserta didik yang bersangkutan telah salah dalam melakukan operasi
pengurangan bersusun terhadap dua buah persamaan linear tiga variabel. Selain itu,
terdapat juga peserta didik yang melakukan kesalahan dalam mengimplementasikan
rencana pada soal nomor tiga diakibatkan karena salahnya pemodelan matematika yang
dibuat.
4. Melakukan Peninjauan Kembali

Setelah peneliti menganalisis hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada


materi SPLTV, peneliti memperoleh temuan jawaban tes kemampuan pemecahan
masalah matematika berdasarkan teori Polya dan hasil wawancara pada tahapan yang
keempat yaitu melaksanakan kegiatan peninjauan kembali terhadap proses pengerjaan
soal. Di mana, tahapan peninjauan menurut Polya di dalam penelitian ini dapat tercapai
disaat peserta didik mampu membuktikan kebenaran dari setiap nilai variabel yang
diperoleh. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mensubstitusi seluruh nilai variabel ke
dalam setiap persamaan yang diketahui dari soal.

Setelah peneliti melakukan proses analisa terhadap hasil tes, peneliti


menemukan hasil tes dari salah satu peserta didik dengan kategori tinggi yang
melaksanakan kegiatan peninjauan ulang dengan sempurna. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya tulisan mengenai pembuktian kebenaran dari setiap nilai variabel yang
diperoleh dengan mensubstitusikannya ke dalam setiap persamaan yang diketahui dari

14
soal. Dan ternyata, hasil dari substitusi tersebut memiliki nilai yang sama seperti pada
hasil yang diketahui dari setiap persamaan.

Kemudian, peneliti juga menemukan jawaban dari salah satu peserta didik
dengan kategori sedang yang sama sekali tidak menuliskan langkah-langkah peninjauan
ulang terhadap hasil yang diperoleh. Namun peserta didik tersebut menyatakan bahwa
dirinya memahami bagaimana membuktikan benar atau salahnya hasil yang
diperolehnya melalui substitusi seluruh nilai variabel yang dia peroleh ke setiap
persamaan linear tiga variabel yang diketahui dari soal. Maka dapat dikatakan bahwa
terdapat peserta didik dengan kemampuan sedang yang sebenarnya memahami cara
melakukan pembuktikan dalam pengerjaan soal SPLTV namun mereka tidak sempat
untuk menuliskan jawaban mereka di lembar tes.

Kemudian, peneliti juga menemukan jawaban dari salah satu peserta didik
dengan kategori rendah yang sama sekali tidak menuliskan langkah-langkah peninjauan
ulang terhadap hasil yang diperoleh. Dan jika mengacu kepada hasil wawancara,
ditemukan bahwa peserta didik tersebut keliru dalam meyakini kebenaran jawaban yang
diperolehnya. Hal ini dikarenakan peserta didik yang bersangkutan mengatakan bahwa
jika nilai variabel yang diperoleh merupakan bilangan bulat, maka jawaban tersebut
sudah dapat dipastikan benar. Selain itu peserta didik tersebut mengatakan jika ingin
membuktikan kebenaran dari ketiga nilai variabel yang diperoleh adalah cukup dengan
mensubstitusikan ketiga nilai variabel tersebut ke dalam salah satu dari tiga buah
persamaan linear yang diketahui dari soal. Padahal hal tersebut tidaklah menjamin
bahwa hasil yang diperolehnya tersebut telah benar.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian terhadap peserta didik kelas
X-H adalah bahwa kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematika
tidaklah identik. Jika dilihat berdasarkan indikator pemecahan masalah menurut teori
Polya, maka diperoleh kesimpulan dari hasil kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik sebagai berikut:
1. Memahami Masalah

15
a. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi yang menuliskan dan dapat menjelaskan
informasi yang diketahui dan informasi yang ditanyakan pada setiap soal dengan
tepat.
b. Terdapat peserta didik dari kategori sedang yang tidak menuliskan informasi yang
diketahui dan informasi yang ditanyakan pada setiap soal namun dapat menjelaskan
secara lisan maksud dari informasi yang diketahui dan informasi yang ditanyakan
pada setiap soal dengan tepat.
c. Terdapat peserta didik dari kategori rendah yang tidak menuliskan informasi yang
diketahui dan informasi yang ditanyakan pada setiap soal dan juga keliru dalam
menginterpretasi beberapa informasi yang diketahui dari soal.
d. Terdapat peserta didik baik dari kategori tinggi, sedang, dan rendah yang dapat
menjelaskan kecukupan informasi dalam mengerjakan setiap soal.

2. Membuat Alur Perencanaan Memecahkan Masalah


a. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi, sedang, dan rendah yang menggunakan
berbagai alternatif rumus untuk mengerjakan soal.
b. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi yang dapat menyusun dan memanipulasi
pemodelan matematika berbentuk persamaan linear tiga variabel secara tepat.
c. Terdapat peserta didik dari kategori sedang yang dapat menyusun setiap pemodelan
matematika berbentuk persamaan linear tiga variabel secara tepat namun keliru
dalam memanipulasi beberapa pemodelan matematika tersebut.
d. Terdapat peserta didik dari kategori rendah yang dapat menyusun beberapa
pemodelan matematika berbentuk persamaan linear tiga variabel secara tepat karena
terdapat beberapa pemodelan matematika yang keliru berdasarkan interpretasinya
terhadap informasi yang diketahui dari soal.

3. Mengimplementasikan Rencana Pemecahan Masalah


a. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi, sedang, dan rendah yang belum dapat
melakukan rencana / perhitungan dengan sempurna. Hal ini ditunjukan dengan
adalanya kesalahan operasional dalam mengimplementasikan rencana.

16
b. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi, sedang, dan rendah yang belum dapat
mengimplementasikan rencana dengan sempurna. Hal ini ditunjukan oleh salah satu
peserta didik yang kurang lengkap dalam proses perhitungan.
c. Terdapat peserta didik dari kategori sedang dan rendah yang belum dapat
mengimplementasikan rencana dengan sempurna. Hal ini ditunjukan oleh salah satu
peserta didik yang tidak menyelesaikan proses perhitungan hingga tuntas.
4. Peninjauan ulang
a. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi yang menuliskan dan menjelaskan
langkah peninjuan ulang dengan tepat. Hal ini ditunjukan dengan adanya langkah
substitusi variabel yang diperolehnya kedalam setiap persamaan linear tiga variabel
yang diketahui dari soal.
b. Terdapat peserta didik dari kategori sedang yang tidak menuliskan langkah-langkah
peninjauan ulang. Namun dari hasil wawancara, diketahui terdapat peserta didik dari
kategori sedang yang dapat menjelaskan cara melakukan peninjauan ulang dengan
tepat.
c. Terdapat peserta didik dari kategori rendah yang tidak menuliskan langkah-langkah
peninjauan ulang. Dan dari hasil wawancara, diketahui terdapat peserta didik dari
kategori rendah yang juga keliru dalam meyakini kebenaran jawaban yang diperoleh.

DAFTAR RUJUKAN

Amam, A. (2017). Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.


Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA), 2(1),39 – 46.
Ilmiyana, M. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA
Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer Briggs Type Indicator
(MBTI).Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Jaya, M. H. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau
Dari Taksonomi Marzano. Tesis. Universitas Muhammadiyah Malang.
Juniati, D. B., Sary, R.M., & Artharina, F.P. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Operasi Hitung
Campuran Kelas II Sekolah Dasar. DIKDAS MATAPPA: Jurnal Ilmu Pendidikan
Dasar, 4(2), 207 – 2016.
Mekarisce, A. U. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif
di Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat,
12(03),145 – 151.
Nugraheni, C. P. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Sistem
persamaan linear tiga variabel (SPLTV) Setelah Mengalami Proses
17
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realitistik Siswa Kelas X IPA 2 SMAN 1
Puri Mojokerto Tahun Ajaran 2020/2021. Skripsi. Universitas sanata Dharma
Yogyakarta.
Razak, F., Sutrisno, A. B., & Kamarudin, R. (2018). Deskripsi Pemecahan Masalah
Matematika berdasarkan langkah Polya ditinjau dari Kepribadian Siswa Tipe
Melankolis. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika, 6(2), 86 –
93.
Widyastuti, R. (2015). Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
berdasakran teori Polya ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Climber. Jurnal
Pendidikan Matematika, 6(2), 183 – 193.
Yuwono, A. (2016). Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(1), 143 – 156.

18

Das könnte Ihnen auch gefallen