Artikel Tesis Billy Alexa Bellvian REV 1
Artikel Tesis Billy Alexa Bellvian REV 1
Artikel Tesis Billy Alexa Bellvian REV 1
1
PENDAHULUAN
Di dunia ini, matematika memegang peranan yang besar dalam berbagai aspek
seperti misalnya pendidikan, pembangunan, dan juga penelitian. Saat kita berbelanja di
swalayan, tentu dalam melakukan transaksi jual beli yang dilakukan memanfaatkan
matematika. Kumpulan gedung pencakar langit yang kita lihat di kota-kota besar tentunya
juga dibangun menggunakan ilmu matematika. Seluruh kemajuan ini tentunya tidak akan
dapat kita saksikan jika tidak memiliki kemampuan matematis yang mumpuni. Hal tersebut
tentunya akan menjadi masalah bagi suatu bangsa dan negara. Banyak masalah di dunia ini
yang dapat dipecahkan menggunakan matematika. Mengingat bahwa banyak masalah
dalam kehidupan yang berhubungan dengan matematika, maka setiap insan di dunia ini
perlu untuk memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan masalah matematika
METODE PENELITIAN
Untuk menunjang data yang diperoleh dari hasil tes tertulis, maka digunakan
wawancara. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap peserta didik yang menjadi
5
subjek penelitian guna mendapatkan informasi yang lebih spesifik tentang kemampuan
pemecahan masalah. Kemudian, transkrip dari hasil wawancara tersebut akan dipaparkan
serta dianalisis pada tahap analisis data.
Teknik analisis data dilakukan pada saat tengah berlangsung sampai dengan
berakhirnya kegiatan dalam mengumpulkan data. Teknik analisis data yang digunakan
mengacu pada tata cara menganalisa data dari Miles dan Hubberman dalam Ilmiyana
(2018) yang terdiri atas 3 tahap yakni reduksi data, penyajian data, serta menarik
kesimpulan.
Dalam memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan pengujian kredibilitas.
Mekarisce (2020) mengemukakan bahwa data yang kredibel memuat kesamaan antara apa
yang dilaporkan oleh peneliti dengan realitas pada objek yang ditelitinya. Uji kredibilitas
dapat dilakukan melalui 1) memperpanjang observasi, menambah ketekunan, triangulasi,
analisa kasus negatif, memanfaatkan referensi, serta melaksanakan member check.
Tatacara penelitian deskriptif yang dimanfaatkan oleh peneliti yakni 1)
mempersiapkan, 2) melaksanakan, dan 3) mengumpulkan data. Pada tahap
mempersiapkan, peneliti melaksanakan observasi pendahuluan dan juga mengurus
administrasi penelitian. Pada tahapan melaksanakan, peneliti memberikan tes pemecahan
masalah pada peserta didik kelas X-H SMAN 1 Biak. Selanjutnya pada tahap
pengumpulan data, Data hasil tes yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan ini dilaksanakan
dengan: 1) menjumlah skor tes seluruh peserta didik, mencari nilai ratan dan standar
deviasi dari nilai tes, 3) menentukan batasan kelompok. Adapun batasan kelompok tersebut
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 Batas-Batas Kelompok Peserta Didik
KELOMPOK BATAS
Tinggi: Seluruh peserta yang tergolong dalam kategori
tinggi memiliki hasil skor tes sebanyak skor rata-rata (Nilai tes ≥ 𝑥̅ + 𝑠)
ditambah dengan simpangan baku
Sedang: Seluruh peserta yang tergolong dalam kategori
sedang memiliki hasil skor tes diantara skor rata-rata (𝑥̅ − 𝑠 < Nilai tes < 𝑥̅ + 𝑠)
ditambah dengan simpangan baku dan skor rata-rata
dikurang simpangan baku
Rendah: Seluruh peserta yang tergolong dalam kategori (Nilai tes ≤ 𝑥̅ − 𝑠)
rendah memiliki hasil skor tes sebanyak skor rata-rata
6
KELOMPOK BATAS
dikurang dengan simpangan baku
Keterangan: 𝑥̅ adalah nilai rataan dan s adalah simpangan baku.
Kemudian, dari hasil pengklasifikasian tersebut, akan dipilih tiga orang peserta
didik yang masing-masing dari mereka berasal dari kategori yang berbeda-beda untuk
dilakukan kegiatan wawancara guna menguatkan keabsahan data dari hasil tes. Pada sesi
wawancara ini, peneliti sendiri yang akan bertindak sebagai pewawancara.
Setelah mengoreksi hasil tes tertulis peserta didik dalam memecahkan masalah
SPLTV, peneliti melakukan pengelompokkan nilai hasil tes peserta didik ke dalam tiga
kategori, yakni kategori tinggi, sedang dan rendah. Hasil pengelompokkan nilai skor tes
kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan Tabel 4, peneliti memilih tiga hasil tes dengan proporsi 1 hasil dari
kelompok peserta didik dengan kategori tinggi yaitu BAR yang di dalam pengkodeannya
diberikan nama PDT, 1 hasil dari kelompok peserta didik dengan kategori sedang yaitu
RAW yang di dalam pengkodeannya diberikan nama PDS, dan 1 hasil dari kelompok
peserta didik dengan kategori rendah yaitu KSS yang di dalam pengkodeannya diberikan
nama PDS. Pemilihan tiga subjek penelitian ini didasarkan karena ketiga peserta didik
tersebut mempunyai kapasitas yang mumpuni dalam menjelaskan. Kemudian, ketiga
subjek penelitian tersebut juga memiliki komitmen yang tinggi sebagai subjek penelitian.
Adapun paparan data hasil tes kemampuan memecahkan masalah pada materi SPLTV oleh
ketiga peserta didik tersebut disajikan berdasarkan rubrik skor pemecahan masalah pada
tabel 1. Adapun data statistik tersebut dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Statistik kemampuan pemecahan masalah oleh PDT, PDS, dan PDR
Pada tabel 5, dapat dideskripsikan perolehan skor dari PDT, PDS dan PDR yang
dibagi dalam 4 indikator memecahkan masalah berdasarkan teori Polya. Deskripsi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada indikator memahami permasalahan, PDT mendapat skor 9 dari skor total 9,
sehingga diperoleh persentase 100%. Kemudian, PDS mendapat skor 7 dari 9, sehingga
diperoleh persentase senilai 77,8% Sedangkan PDR memperoleh total skor 6 dari 9
sehingga diperoleh persentase senilai 66,7%.
Dalam indikator membuat alur perencanaan, PDT mendapat skor 12 dari 12 atau
100%. Kemudian, PDS memperoleh skor 9 dari 12, sehingga dipeoleh persentase senilai
75%. Kemudian, PDR mendapat skor 8 dari 12, sehingga diperoleh persentase senilai
66,7%.
Setelah dilakukan proses analisis hasil tes pemecahan masalah, diperoleh fakta
bahwa terdapat peserta didik dengan kategori tinggi yang menuliskan informasi yang
diketahui dari setiap soal. Selain itu, peserta didik tersebut juga dapat menjelaskan apa
yang dirinya pahami dari informasi yang diketahui tersebut dengan tepat. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah dapat memahami masalah
dengan baik.
Kemudian, terdapat peserta didik dengan kategori sedang yang sama sekali tidak
menuliskan apa yang diketahui pada setiap soal. Namun, setelah dilakukannya
wawancara, peserta didik tersebut dapat menjelaskan dengan baik informasi yang
diketahui pada soal nomor pada setiap soal. Walaupun terkhusus untuk soal nomor tiga,
peserta didik yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam membahasakan maksud
dari informasi yang diketahui.
Kemudian, terdapat juga peserta didik dengan kategori rendah yang sama sekali
tidak menuliskan apa yang diketahui pada setiap soal. Walaupun demikian, setelah
10
dilakukannya wawancara, peserta didik tersebut dapat menjelaskan dengan baik
informasi yang diketahui pada soal nomor pada soal nomor satu dan dua. Kemudian,
terdapat juga peserta didik dengan kategori rendah yang keliru dalam
menginterpretasikan informasi yang diketahui dari soal nomor tiga. Kekeliruan ini
mengakibatkan proses pengerjaan soal nomor tiga menjadi salah.
Setelah dilakukan proses analisis hasil tes pemecahan masalah, diperoleh fakta
bahwa terdapat peserta didik dengan kategori tinggi yang menuliskan apa yang
ditanyakan dari setiap soal. Selain itu, terdapat juga peserta didik yang mampu
menjelaskan permasalahan apa yang hendak dipecahkan dari setiap soal. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah dapat memahami masalah
dengan baik.
Kemudian terdapat juga peserta didik dengan kemampuan sedang yang sama
sekali tidak menuliskan apa yang hendak ditanyakan dari setiap soal. Namun setelah
diwawancarai, diperoleh fakta bahwa peserta didik tersebut dapat menjelaskan apa yang
ditanyakan dari setiap soal dengan tepat. Kemudian terdapat juga peserta didik dengan
kemampuan rendah yang sama sekali tidak menuliskan apa yang hendak ditanyakan
dari setiap soal. Namun setelah diwawancarai, diperoleh fakta bahwa peserta didik
tersebut dapat menjelaskan apa yang ditanyakan dari setiap soal dengan tepat.
Setelah dilakukan proses analisis hasil tes pemecahan masalah, diperoleh fakta
bahwa terdapat peserta didik dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah yang mampu
menjelaskan syarat yang harus dipenuhi jika ingin menyelesaikan permasalahan
kontekstual yang berkaitan dengan sistem persamaan linear tiga variabel. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah dapat memahami masalah
dengan baik.
Berdasarkan indikator dalam memahami masalah menurut Polya, terdapat
kesamaan antara peserta didik dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Kesamaan
tersebut terletak pada saat menjelaskan informasi yang diketahui pada soal nomor satu
dan dan dua serta informasi yang ditanyakan pada setiap soal, serta menjelaskan syarat
yang diperlukan untuk dapat memecahkan masalah.
2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
11
Setelah menganalisis hasil tes kemampuan pemecahan maslah matematika pada
materi SPLTV, peneliti memperoleh temuan dari jawaban tes kemampuan pemecahan
masalah matematika berdasarkan teori Polya dan hasil wawancara di dalam tahapannya
yang kedua yaitu membuat rencana pemecahan masalah. Di mana, tahapan membuat
rencana pemecahan masalah menurut Polya di dalam penelitian ini dapat tercapai disaat
peserta didik mampu memenuhi seluruh indikator dalam membuat rencana pemecahan
masalah yang meliputi: menuliskan pemodelan matematika dengan tepat, menuliskan
urutan langkah pengerjaan soal dengan runtut dan tuntas, memilih dan menulis rumus
yang benar dan juga lengkap untuk dapat digunakan dalam tahap perhitungan.
12
yang digunakan untuk membentuk kerangka balok adalah dua hal yang berbeda. Di
mana kesalahan tersebut sangat fatal karena mengakibatkan pengerjaan soal menjadi
salah total. Kekeliruan ini sangat berhubungan dengan kemampuan peserta didik
tersebut dalam mengkonstruksi pemodelan matematika berdasarkan informasi tertulis
yang diketahui.
Kemudian, peneliti menemukan peserta didik dari kategori tinggi, sedang, dan
rendah yang sama-sama menggunakan metode eleminasi dan substitusi untuk
mengerjakan soal tes pemecaan masalah. Walaupun menggunakan metode yang sama,
namun alur penyelesaian soal yang direncanakan memiliki perbedaan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Widyastuti (2015) yakni setiap peserta didik tidak selalu memiliki cara
yang sama dalam memecahkan masalah.
Kemudian, terdapat peserta didik dari kategori sedang yang juga keliru dalam
mengimplementasikan rencana. Kekeliruan yang pertama terdapat saat peserta didik
yang bersangkutan mengerjakan soal nomor dua. Kesalahan tersebut timbul sebagai
13
akibat karena peserta didik yang bersangkutan telah salah dalam memanipulasi
pemodelan matematika. Kesalahan tersebut tentunya berujung fatal karena
mengakibatkan pengerjaan soal nomor duanya menjadi salah. Kemampuan dalam
memanipulasi bentuk aljabar tentu harus memiliki pemahaman konsep yang benar serta
keterampilan yang mumpuni. Selain itu, terdapat juga peserta didik dari kategori sedang
yang keliru saat melakukan perhitungan pada soal nomor 2. Kesalahan tersebut
diakibatkan karena peserta didik tersebut terburu-buru dalam mengerjakan soal.
Kemudian, terdapat peserta didik dari kategori rendah yang juga keliru dalam
mengimplementasikan rencana. Kekeliruan yang pertama terdapat saat peserta didik
yang bersangkutan mengerjakan soal nomor satu. Kesalahan tersebut timbul sebagai
akibat karena peserta didik yang bersangkutan telah salah dalam melakukan operasi
pengurangan bersusun terhadap dua buah persamaan linear tiga variabel. Selain itu,
terdapat juga peserta didik yang melakukan kesalahan dalam mengimplementasikan
rencana pada soal nomor tiga diakibatkan karena salahnya pemodelan matematika yang
dibuat.
4. Melakukan Peninjauan Kembali
14
soal. Dan ternyata, hasil dari substitusi tersebut memiliki nilai yang sama seperti pada
hasil yang diketahui dari setiap persamaan.
Kemudian, peneliti juga menemukan jawaban dari salah satu peserta didik
dengan kategori sedang yang sama sekali tidak menuliskan langkah-langkah peninjauan
ulang terhadap hasil yang diperoleh. Namun peserta didik tersebut menyatakan bahwa
dirinya memahami bagaimana membuktikan benar atau salahnya hasil yang
diperolehnya melalui substitusi seluruh nilai variabel yang dia peroleh ke setiap
persamaan linear tiga variabel yang diketahui dari soal. Maka dapat dikatakan bahwa
terdapat peserta didik dengan kemampuan sedang yang sebenarnya memahami cara
melakukan pembuktikan dalam pengerjaan soal SPLTV namun mereka tidak sempat
untuk menuliskan jawaban mereka di lembar tes.
Kemudian, peneliti juga menemukan jawaban dari salah satu peserta didik
dengan kategori rendah yang sama sekali tidak menuliskan langkah-langkah peninjauan
ulang terhadap hasil yang diperoleh. Dan jika mengacu kepada hasil wawancara,
ditemukan bahwa peserta didik tersebut keliru dalam meyakini kebenaran jawaban yang
diperolehnya. Hal ini dikarenakan peserta didik yang bersangkutan mengatakan bahwa
jika nilai variabel yang diperoleh merupakan bilangan bulat, maka jawaban tersebut
sudah dapat dipastikan benar. Selain itu peserta didik tersebut mengatakan jika ingin
membuktikan kebenaran dari ketiga nilai variabel yang diperoleh adalah cukup dengan
mensubstitusikan ketiga nilai variabel tersebut ke dalam salah satu dari tiga buah
persamaan linear yang diketahui dari soal. Padahal hal tersebut tidaklah menjamin
bahwa hasil yang diperolehnya tersebut telah benar.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian terhadap peserta didik kelas
X-H adalah bahwa kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematika
tidaklah identik. Jika dilihat berdasarkan indikator pemecahan masalah menurut teori
Polya, maka diperoleh kesimpulan dari hasil kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik sebagai berikut:
1. Memahami Masalah
15
a. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi yang menuliskan dan dapat menjelaskan
informasi yang diketahui dan informasi yang ditanyakan pada setiap soal dengan
tepat.
b. Terdapat peserta didik dari kategori sedang yang tidak menuliskan informasi yang
diketahui dan informasi yang ditanyakan pada setiap soal namun dapat menjelaskan
secara lisan maksud dari informasi yang diketahui dan informasi yang ditanyakan
pada setiap soal dengan tepat.
c. Terdapat peserta didik dari kategori rendah yang tidak menuliskan informasi yang
diketahui dan informasi yang ditanyakan pada setiap soal dan juga keliru dalam
menginterpretasi beberapa informasi yang diketahui dari soal.
d. Terdapat peserta didik baik dari kategori tinggi, sedang, dan rendah yang dapat
menjelaskan kecukupan informasi dalam mengerjakan setiap soal.
16
b. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi, sedang, dan rendah yang belum dapat
mengimplementasikan rencana dengan sempurna. Hal ini ditunjukan oleh salah satu
peserta didik yang kurang lengkap dalam proses perhitungan.
c. Terdapat peserta didik dari kategori sedang dan rendah yang belum dapat
mengimplementasikan rencana dengan sempurna. Hal ini ditunjukan oleh salah satu
peserta didik yang tidak menyelesaikan proses perhitungan hingga tuntas.
4. Peninjauan ulang
a. Terdapat peserta didik dari kategori tinggi yang menuliskan dan menjelaskan
langkah peninjuan ulang dengan tepat. Hal ini ditunjukan dengan adanya langkah
substitusi variabel yang diperolehnya kedalam setiap persamaan linear tiga variabel
yang diketahui dari soal.
b. Terdapat peserta didik dari kategori sedang yang tidak menuliskan langkah-langkah
peninjauan ulang. Namun dari hasil wawancara, diketahui terdapat peserta didik dari
kategori sedang yang dapat menjelaskan cara melakukan peninjauan ulang dengan
tepat.
c. Terdapat peserta didik dari kategori rendah yang tidak menuliskan langkah-langkah
peninjauan ulang. Dan dari hasil wawancara, diketahui terdapat peserta didik dari
kategori rendah yang juga keliru dalam meyakini kebenaran jawaban yang diperoleh.
DAFTAR RUJUKAN
18