Mini Riset Penilain Non Tes

Als docx, pdf oder txt herunterladen
Als docx, pdf oder txt herunterladen
Sie sind auf Seite 1von 24

Pengembangan Instrumen Non Tes dan Konsep Validasi

MINI RISET

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Model Penilaian PAI

Dosen Pengampu :

Dr. St. Djumaeda, M. Pd. I

Dr. A. Banawi, M. Pd.

Oleh:

Verawati Nahumarury

PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN

AMBON T/A 2022-2023


2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan

tingkah lakunya. Kegiatan mengukur, dan menilai sangatlah penting dalam dunia pendidikan.

Hal ini tidak terlepas dari kegiatan guru sebagai pelaksanan dalam proses pembelajaran karena

kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan utuk mengetahui sejauh mana

pencapaian pendidikan yang telah terlaksana.

Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dalam bentuk tes, namun tes bukanlah satu-

satunya alat dalam proses pengukuran, tetapi dapat dilakukan dengan teknik non tes. Teknik non

tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan

angket atau meniail mengamati dokumen-dokumen yang ada. Pada penilaian hasil belajar, teknik

non tes ini digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotor, sedangkan teknik tes

digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif.

Demikianlah pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan penilaian

pembelajaran dengan teknik non tes. Artinya setelah guru menerapkan pelaksanaan penilaian

pembelajaran tekinik non tes yang ada dalam makalah ini, para guru dan pembaca akan memiliki

pengetahuan, keterampilan dan mempunyai komitmen bahwa guru dalam penilaian pembelajaran

melaksanakan penilaian dengan teknik non tes.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian non tes

Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunnya, maka non tes dapat

kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik

ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya

dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang

berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang

diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan

yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati

dengan Panca indera (Widiyoko, 2009).1

Jenis-jenis teknik non tes

Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh

meliputi: Pengamatan (observation) Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara

menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan.2

Tujuan utama observasi antara lain : Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu

fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya

maupun dalam situasi buatan. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta

didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya,

terutama kecakapan sosial (social skill) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi

1Widoyoko, S. Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar 2009), hlm 49.
2Sudijono, Anas Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009). hlm 23.
4

dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat. Dalam evaluasi pembelajaran,

observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu

belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat

digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial

sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan

perilaku sosial lainnya Karakteristik Observasi Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Bersifat

ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Terdapat berbagai

aspek yang akan diobservasi. Praktis penggunaannya.

Pembagian Observasi

Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu: Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan

terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya.

Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas. Observasi tak

berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka

kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri. Apabila

dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu: Observasi

langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki. Observasi

tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat

tertentu. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian

atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

Kelebihan dan Kekurangan Observasi


5

Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain: Kelebihan

Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena. Observasi cocok untuk

mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan. Banyak

hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi. Tidak terikat

dengan laporan pribadi. Kekurangan Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan

cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu

sendiri. Biasanya masalah pribadi sulit diamati. Jika yang diamati memakan waktu lama, maka

observer sering menjadi jenuh. Pedoman penyusunan observasi Adapaun langkah-langkah

penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut: Merumuskan

tujuan observasi, Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi, Menyusun pedoman observasi,

Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik

dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran, Melakukan uji coba

pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi, Merefisi pedoman

obsevasi berdasarkan hasil uji coba, Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung,

dan Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.3

Berikut ini contoh format observasi

Nama Sekolah : ………………

Mata Pelajaran : ………………

Bahan Kajian : ………………

Nama Guru : ………………

Hari/tanggal : ………………

Pukul : ………………

3Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2009). hlm.
45-49.
6

Tujuan dan petunjuk. Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur

kemampuan guru mengelola pembelajaran. petunjuknya. Objek penilaian adalah kemampuan

guru mengelola pembelajaran di kelas, Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara

member tanda cek (√) pada lajur yang tersedia, dan Makna angka penilaian adalah 1 (tidak

baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4 (baik)

Wawancara (interview)

Pengertian

Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan

yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan

dengan arah tujuan yang terlah ditentukan.4 Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara

adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian

tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan

jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog

(Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat

komunikasi).5

Pembagian wawancara

Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:

Wawancara terpimpin

(guided interview) Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur

(structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini

selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah

disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini

4Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009) hlm. 50.
5Bahri Djamarah, Saiful . Psikologi Belajar. (Jakarta : PT Rineka Cipta 2008) hlm. 57.
7

responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.

Wawancara tidak terpimpin

(un-guided interview). Biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana

(simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara

bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa

dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas,

pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang

tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan

jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas

ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka

ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya

hasil wawancara itu dicatat seketika.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator

dalam pelaksanaan wawancara antara lain; evaluator harus mendengar, mengamati,

menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang

disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap

dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian

tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur

subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.

Tujuan wawancara
8

Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni : Untuk

memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi

tertentu. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan Untuk memperoleh data agar dapat

mempengaruhi situasi atau orang tertentu.6

Kelebihan dan Kekurangan

Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain; Dapat secara

luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu Mengetahui

perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan

diajukan dan dijawab oleh sumber Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber

dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan

baik pula Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan

Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail. Namun, wawancara

juga memiliki kelemahan antara lain : memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin

biaya dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam

menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari

kepandaian pewawancara.

Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara:

Pertanyaan-pertanyaan :

Apakah siswa mengalami kesulitan memahami petunjuk baik arahan dari guru atau petunjuk

dari dalam LKS?

Pada saat mengalami kesulitan apakah siswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada

guru ?

6Zainal , Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2009), hlm. 196.
9

Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan siswa agar dapat memahami materi pelajaran?

Apakahsiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang

sedang dibahas?

Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari guru?

Apakah materi pelajaran dirasakan siswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?

Apakah siswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain? Apakah

menurut siswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?

Apakah orang tua siswa di rumah menyuruh untuk belajar? Apakah siswa mempunyai keinginan

untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?

Kuesioner

Pengertian

Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang

akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses

pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik

sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini

juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu

rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk

mendapatkan data. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang

berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. 7

Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket

pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat

disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

7Arniatiu. Evaluasi Pembelajaran. (Makalah Perkuliahan. Padang : NonPublikasi 2010), hlm. 15.
10

Tujuan kuesioner/ angket

Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah : Mengumpulkan informasi

sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika. Membimbing siswa untuk

belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam

belajar. Membantu anak yang lemah dalam belajar. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan

siswa dalam pembelajaran matematika.

Jenis kuesioner

Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010) Kuesioner dari segi isi dapat

dibedakan atas 4 bagian yaitu: Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang

fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll. Pertanyaan perilaku adalah

apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam

proses belajar mengajar.8 Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin

mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta. Pertanyaan pendapat dan sikap

adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang

berhubungan dengan objek yang dinilai.

Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :

Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.

Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan. Terbuka, kuesioner ini

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang

ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan.

Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri Tertutup

dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang

8Arniatiu. Evaluasi Pembelajaran. (Makalah Perkuliahan. Padang : NonPublikasi 2010), hlm. 17.
11

berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada

siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang

disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.

Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :

Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan

diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain,

(orang yang tidak diminta keterangannya).

Kelebihan dan kekurangan

Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,

diantaranya yaitu: Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak

yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah

pertanyaan yang sama dan dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain: Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah

terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.

Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin

dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas

menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak

dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang

diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

Riwayat Hidup

Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang

sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi
12

akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang

dinilai.

Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta

didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara

melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut

informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik

dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga

dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat

tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti

kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009). 9

Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak

mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam

melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta

Studi kasus (Pengertian)

Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus

untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000).10 Misalnya peserta didik yang sangat cerdas,

sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab

tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:

Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?

Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?

Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

9Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009) hlm. 60.

10Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2000). hlm. 75.
13

Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini

menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai

suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.

Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai

sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang

digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data

yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan

kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan

Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan

kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan

komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan

kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan

3. Konsep Validasi

Validasi dapat dikatakan sebagai validitas. Namun, literatur lain menyebutkan jika

validasi adalah kegiatan untuk membuktikan suatu instrumen, maka validitas adalah tingkat

kepercayaan terhadap kevalidan instrumen. Untuk menemukan bukti sebagai validitas, maka ada

beberapa pendekatan atau konsep validitas yang dibagi menjadi tiga yaitu, validitas isi, validitas

konstruk, dan validitas empiris atau kriteria. Konsep validitas adalah sebagai berikut:

1. Validitas Isi

Validitas isi yaitu untuk membuktikan seberapa jauh dalam sebuah uji untuk mengukur tingkat

penguasaan terhadap isi atau konten tertentu yang seharusnya dikuasai untuk tujuan

pembelajaran. Bukti-bukti tersebut kemudian diproses dan dianalisis secara rasional atau
14

menggunakan analisis logika, bukan berdasarkan perhitungan statistik. Oleh sebab itu, validitas

isi dinilai oleh orang yang ahli dibidangnya dengan menilai kisi-kisi uji tersebut sudah mewakili

atau mencerminkan keseluruhan isi atau konten yang seharusnya dikuasai secara proporsional.

Contoh yang dinilai dalam validitas isi antara lain:

1. Tata bahasa

2. Definisi operasional variabel

3. Representasi sesuai dengan variabel yang diteliti

4. Jumlah soal

5. Format jawaban

6. Skala pada instrumen

7. Petunjuk pengisian instrumen

8. Waktu pengerjaan

9. Populasi sampel

10. Format penulisan

11. Pemberian nilai atau skor

Setelah melakukan uji validitas data isi kepada ahli, kemudian instrumen direview dan

direvisi sesuai saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara isi tergantung dari

ahli. Ciri yang melandasi bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menyetujui

instrument tersebut, baik secara isi maupun formatnya, tanpa ada koreksi. Oleh sebab itu, perlu

direvisi jika ada perbaikan dari ahli hingga benar-benar valid (tanpa revisi).

2. Validitas Konstruk
15

Validitas konstruk yaitu berfokus pada kualitas alat ukur yang menunjukkan hasil pengukuran

yang sama dengan definisi konseptual (teoritis) yang sudah ada. Definisi setiap variabel harus

jelas agar penilaian validitas konstruk menjadi lebih mudah. Validitas konstruk biasa digunakan

untuk instrumen yang berguna untuk mengukur variabel konsep, contohnya seperti: mengukur

sikap, minat diri, gaya kepemimpinan, tes bakat, intelegensi, kecerdasan, emosional, dan lain-

lain.

Dalam menentukan validitas konstruk harus berdasarkan pada pendalaman teoritis yang tepat

serta pertanyaan dan pernyataan instrumen sesuai. Dengan demikian, instrumen tersebut

dikatakan valid secara validitas konstruk. Pemahaman lainnya terhadap validitas konstruk adalah

penilaian tentang seberapa baik pakar atau ahli menerjemahkan teori yang digunakan ke dalam

alat ukur atau instrumen. Proses penelaahan teori dimulai dari perumusan teori, penentuan

dimensi dan indikator, sampai kepada penulisan butir-butir instrumen. Validasi konstruk ini juga

berdasarkan proses analisis dengan komparasi (perbandingan) yang logis dan cermat.

3. Validitas Kriteria

Validitas kriteria yaitu untuk mengukur perbandingan antara instrumen yang sedang

dikembangkan dengan instrumen yang dianggap sebanding. Jenis validitas kriteria dibagi lagi

menjadi 2, yaitu validitas kriteria prediktif dan validitas kriteria bersamaan.

Validitas kriteria prediktif adalah pengujian instrumen dan kriteria yang dilakukan dengan

waktu yang berbeda sedangkan validitas kriteria bersamaan dilakukan dalam waktu yang sama.

Dengan demikian, perbedaannya terletak pada waktu pengujian instrumen dan kriterianya. Hasil

dari uji instrumen dan kriterianya kemudian dihubungkan dengan analisis korelasi. Semakin

tinggi nilai koefisien korelasinya menandakan kevalidan.


16

C. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah Penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain sebagainya11

B. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Pertama, Observasi pada lokasi

penelitian. Kedua, wawancara mendalam baik berupa wawancara bebas maupun terfokus pada

informan yaitu Guru Aqidah akhlak Mts Al-Fattah Ambon.

C. Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung yang dilakukan terhadap objek yang diteliti untuk

mendapatkan gambaran yang ringkas. Tahap pengamatan umum terhadap target kajian yang

direncanakan selalu menjadi titik awal pelaksanaan penelitian. Langkah ini dilakukan untuk

mendapatkan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan jika benda tersebut memang menjadi

obyek penyelidikan. Tahap ini sangat bermanfaat untuk memutuskan perlu tidaknya dilakukan

penelitian.12

2. Wawancara

Wawancara mendalam merupakan metode utama pengumpulan data dalam penelitian ini.

Wawancara mendalam merupakan suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara

11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bandung, 2019), h .6.
12H. M Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Pustaka Grafika, 2018), h. 134.
17

bertemu langsung dengan informan secara tatap muka guna memperoleh data yang menyeluruh

dan mendalam.13

D. Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini penulis memakai analisis model interaktif Miles dan

Huberman, model interaktif ini terdiri dari tiga proses yaitu reduksi data; penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu:

1. Tahap reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan dengan

pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Display/penyajian data

Display/penyajian data yang dimaksud oleh Miles dan Huberman, sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang

sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya, apakah peneliti meneruskan analisisnya

atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan mendalami temuan tersebut.

13Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset media, Public Relations,
Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemaasaran (Jakarta: Kencana, 20119), h. 100.
18

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memahami evaluasi angket pembelajaran Aqidah Akhlak

di Mts Al-Fattah Ambon dan untuk mengetahui evaluasi angket pembelajaran Aqidah Akhlak.

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Mts Al-Fattah Ambon berisi pelajaran yang dapat

mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun

iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana

pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk

jenjang pendidikan berikutnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak

di Mts Al-Fattah Ambon telah berjalan dengan proses yang baik. Begitupula pada output

pembelajaran juga telah diperoleh hasil yang baik. Namun pada pelaksanaan pembelajaran

tersebut ada pula hal-hal yang perlu dibenahi demi penyempurnaan program pembelajaran

tersebut.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, bahwa kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dan indikator penguasaan strategi pembelajaran oleh guru sudah cukup baik tetapi

masih ada kekurangan. Untuk itu perlu kiranya ada tindakan untuk mengatasi kekurangan

tersebut karena variabel guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

Keberhasilan proses pembelajaran. Dan tidak boleh dilupakan bahwa sejatinya indikator

kualitas pembelajaran juga sangat penting untuk menjadi perhatian, karena dapat berdampak

pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil penelitian ini juga adanya korelasi secara

serempak kualitas pembelajaran dan hasil belajar terhadap minat siswa.


19

Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang Penggunaan

Teknik Evaluasi Non Tes Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Mts Al-Fattah

Ambon.

Kuesioner Penelitian

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Mohon untuk memberikan tanda (√) pada setiap pernyataan yang dipilih

Keterangan

SS : Sangat Setuju

TS : Tidak Setuju

S : Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan SS TS S STS

1 Saya mempersiapkan diri dan antusias


menerima pembelajaran Aqidah Akhlak di
kelas
2 Saya menyukai pembelajaran Aqidah Akhlak

3 Saya berperan aktif dalam pembelajaran


Aqidah Akhlak di kelas
4 Saya suka melakukan/menerapkan kegiatan
baik setiap hari
5 Saya antusias ketika guru memberikan materi
Aqidah Akhlak di kelas
6 Saya tertarik dengan buku pelajaran Aqidah
Akhlak
7 Saya selalu memperhatikan saat guru
menjelaskan Materi
Aqidah Akhlak di kelas
20

8 Saya selalu mengulang pembelajaran Aqidah


Akhlak ketika belajar di rumah

9 Saya selalu bertanya ketika ada sesi


pertanyaan pada saat
pembelajaran di kelas selesai

10 Saya selalu mengerjakan dan mengumpulkan


tugas dan PR tepat waktu

11 Apakah gurumu sebelum mengajar


memberikan pembuka terlebih dahulu

12 Apakah ketika guru mengajar sebelum materi


dilanjutkan selalu mengulang materi
sebelumnya

13 Apakah gurumu membedakan antara siswa


yang pintar dan yang malas

14 Apakah guru menjelaskan materi senantiasa


menyesuaikan dengan keadaan kelas

15 Saya selalu mengerjakan pekerjaan rumah di


rumah

16 Apakah setelah menyelesaikan tugas-tugas


yang diberikan guru saya merasa puas
dengan nilai yang saya capai

17 Saat guru menjelaskan saya lebih tertarik


mengobrol dengan teman perihal pelajaran
yang lain

Berikut ini kerangka Pelaksanaan Evaluasi Non Tes:

Indikatornya:

1. Alat penilaian disusun secara sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai
21

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

2. Peneliti melaksanakan penilaian tentang cara guru mengajar mata pelajaran Aqidah

Akhlak menggunakan teknik angket.

3. Masing-masing lembar angket diisi oleh siswa sesuai dengan dengan keadaan siswa

yang sebenar-benarnya.

4. Hasil penilaian di analisis oleh peneliti untuk mengidentifikasi topik/kompetensi

dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing masing peserta

didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

Hambatan Penilaian Non Tes:

1. Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas

jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses belajar.

Para guru di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada bukan

tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai

terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh peserta didik

setelah menyelesaikan pengamalan belajarnya

2.Karena penelitian dilakukan pada akhiir semester, Peneliti kesulitan untuk

menyebarkan angket secara langsung kepada siswa sehingga dibuat menggunakkan

word dan dibantu oleh guru kelas VII.

KESIMPULAN

1. Penggunaan Evaluasi nontes sangat berkenaan dengan penilaian, perubahan

sikap, pertumbuhan psikologi peserta didik, hal ini sejalan dengan penilaian

diri peserta didik di pelajaran Aqidah Akhlak. Evaluasi non tes tampak pada

siswa dalam berbagai tingkah laku, atensi terhadap pelajaran, disiplin,


22

motivasi belajar yang tinggi, menghargai guru dan teman di sekolah,

kebiasaan belajar, dan lain sebagainya.

2. Penanaman pondasi pendidikan dalam pelajaran Aqidah Akhlak yang baik dan

sejak dini diterapkan dengan baik, pengawasan orang tua terhadap prilaku

anak dan pergaulan anak, memilih teman dalam bergaul dan menyadari

bahaya nya melakukan perbuatan buruk yang merusak masa depan, semua itu

hendaknya dapat diaplikasikan sehari-hari untuk kehidupan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arniatiu. Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : NonPublikasi 2010.

Burhan Bungin H. M, Penelitian Kualitatif Jakarta: Pustaka Grafika, 2018.

Djamarah Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka

Cipta 2000.

Djamarah Bahri, Saiful . Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta 2008.

J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Bandung, 2019.


23

Kriyantono Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset

media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi

Pemaasaran Jakarta: Kencana, 2019

S. Widoyoko, Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi

Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar 2009.

Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada 2009.

Zainal , Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya 2009.
24

Das könnte Ihnen auch gefallen