Mini Riset Penilain Non Tes
Mini Riset Penilain Non Tes
Mini Riset Penilain Non Tes
MINI RISET
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Model Penilaian PAI
Dosen Pengampu :
Oleh:
Verawati Nahumarury
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tingkah lakunya. Kegiatan mengukur, dan menilai sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini tidak terlepas dari kegiatan guru sebagai pelaksanan dalam proses pembelajaran karena
kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan utuk mengetahui sejauh mana
Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dalam bentuk tes, namun tes bukanlah satu-
satunya alat dalam proses pengukuran, tetapi dapat dilakukan dengan teknik non tes. Teknik non
tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan
angket atau meniail mengamati dokumen-dokumen yang ada. Pada penilaian hasil belajar, teknik
non tes ini digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotor, sedangkan teknik tes
pembelajaran dengan teknik non tes. Artinya setelah guru menerapkan pelaksanaan penilaian
pembelajaran tekinik non tes yang ada dalam makalah ini, para guru dan pembaca akan memiliki
pengetahuan, keterampilan dan mempunyai komitmen bahwa guru dalam penilaian pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunnya, maka non tes dapat
kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik
ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya
dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang
diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati
Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.2
Tujuan utama observasi antara lain : Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu
fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya
maupun dalam situasi buatan. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta
didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya,
terutama kecakapan sosial (social skill) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi
1Widoyoko, S. Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar 2009), hlm 49.
2Sudijono, Anas Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009). hlm 23.
4
dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat. Dalam evaluasi pembelajaran,
observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu
belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat
digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial
sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan
perilaku sosial lainnya Karakteristik Observasi Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Bersifat
ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Terdapat berbagai
Pembagian Observasi
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu: Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya.
Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas. Observasi tak
berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka
kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri. Apabila
dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu: Observasi
langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki. Observasi
tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat
tertentu. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain: Kelebihan
Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena. Observasi cocok untuk
mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan. Banyak
hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi. Tidak terikat
dengan laporan pribadi. Kekurangan Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan
cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu
sendiri. Biasanya masalah pribadi sulit diamati. Jika yang diamati memakan waktu lama, maka
penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut: Merumuskan
tujuan observasi, Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi, Menyusun pedoman observasi,
Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik
dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran, Melakukan uji coba
obsevasi berdasarkan hasil uji coba, Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung,
Hari/tanggal : ………………
Pukul : ………………
3Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2009). hlm.
45-49.
6
Tujuan dan petunjuk. Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur
guru mengelola pembelajaran di kelas, Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara
member tanda cek (√) pada lajur yang tersedia, dan Makna angka penilaian adalah 1 (tidak
Wawancara (interview)
Pengertian
yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah tujuan yang terlah ditentukan.4 Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara
adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian
tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog
(Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat
komunikasi).5
Pembagian wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
Wawancara terpimpin
(guided interview) Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur
(structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini
selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini
4Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009) hlm. 50.
5Bahri Djamarah, Saiful . Psikologi Belajar. (Jakarta : PT Rineka Cipta 2008) hlm. 57.
7
responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
(simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara
dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas,
pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang
tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan
jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas
ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka
ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator
menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang
disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap
dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian
tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur
subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
Tujuan wawancara
8
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni : Untuk
memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi
tertentu. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan Untuk memperoleh data agar dapat
Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain; Dapat secara
luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu Mengetahui
perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan
diajukan dan dijawab oleh sumber Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber
dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan
baik pula Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail. Namun, wawancara
juga memiliki kelemahan antara lain : memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin
biaya dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari
kepandaian pewawancara.
Pertanyaan-pertanyaan :
Apakah siswa mengalami kesulitan memahami petunjuk baik arahan dari guru atau petunjuk
Pada saat mengalami kesulitan apakah siswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada
guru ?
6Zainal , Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2009), hlm. 196.
9
Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan siswa agar dapat memahami materi pelajaran?
Apakahsiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang
sedang dibahas?
Apakah materi pelajaran dirasakan siswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?
Apakah siswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain? Apakah
menurut siswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?
Apakah orang tua siswa di rumah menyuruh untuk belajar? Apakah siswa mempunyai keinginan
Kuesioner
Pengertian
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini
juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk
mendapatkan data. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. 7
Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket
pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat
7Arniatiu. Evaluasi Pembelajaran. (Makalah Perkuliahan. Padang : NonPublikasi 2010), hlm. 15.
10
sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika. Membimbing siswa untuk
belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam
belajar. Membantu anak yang lemah dalam belajar. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan
Jenis kuesioner
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010) Kuesioner dari segi isi dapat
dibedakan atas 4 bagian yaitu: Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang
fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll. Pertanyaan perilaku adalah
apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam
proses belajar mengajar.8 Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin
mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta. Pertanyaan pendapat dan sikap
adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang
Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan. Terbuka, kuesioner ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang
ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan.
Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri Tertutup
dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang
8Arniatiu. Evaluasi Pembelajaran. (Makalah Perkuliahan. Padang : NonPublikasi 2010), hlm. 17.
11
berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada
Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan
diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain,
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,
diantaranya yaitu: Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah
pertanyaan yang sama dan dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain: Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah
terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin
dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak
dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang
Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang
sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi
12
akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang
dinilai.
Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara
informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik
dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga
dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat
tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti
kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009). 9
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak
mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus
untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000).10 Misalnya peserta didik yang sangat cerdas,
sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab
9Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009) hlm. 60.
10Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2000). hlm. 75.
13
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai
suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai
sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang
digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data
yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan
Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan
3. Konsep Validasi
Validasi dapat dikatakan sebagai validitas. Namun, literatur lain menyebutkan jika
validasi adalah kegiatan untuk membuktikan suatu instrumen, maka validitas adalah tingkat
kepercayaan terhadap kevalidan instrumen. Untuk menemukan bukti sebagai validitas, maka ada
beberapa pendekatan atau konsep validitas yang dibagi menjadi tiga yaitu, validitas isi, validitas
konstruk, dan validitas empiris atau kriteria. Konsep validitas adalah sebagai berikut:
1. Validitas Isi
Validitas isi yaitu untuk membuktikan seberapa jauh dalam sebuah uji untuk mengukur tingkat
penguasaan terhadap isi atau konten tertentu yang seharusnya dikuasai untuk tujuan
pembelajaran. Bukti-bukti tersebut kemudian diproses dan dianalisis secara rasional atau
14
menggunakan analisis logika, bukan berdasarkan perhitungan statistik. Oleh sebab itu, validitas
isi dinilai oleh orang yang ahli dibidangnya dengan menilai kisi-kisi uji tersebut sudah mewakili
atau mencerminkan keseluruhan isi atau konten yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
1. Tata bahasa
4. Jumlah soal
5. Format jawaban
8. Waktu pengerjaan
9. Populasi sampel
Setelah melakukan uji validitas data isi kepada ahli, kemudian instrumen direview dan
direvisi sesuai saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara isi tergantung dari
ahli. Ciri yang melandasi bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menyetujui
instrument tersebut, baik secara isi maupun formatnya, tanpa ada koreksi. Oleh sebab itu, perlu
direvisi jika ada perbaikan dari ahli hingga benar-benar valid (tanpa revisi).
2. Validitas Konstruk
15
Validitas konstruk yaitu berfokus pada kualitas alat ukur yang menunjukkan hasil pengukuran
yang sama dengan definisi konseptual (teoritis) yang sudah ada. Definisi setiap variabel harus
jelas agar penilaian validitas konstruk menjadi lebih mudah. Validitas konstruk biasa digunakan
untuk instrumen yang berguna untuk mengukur variabel konsep, contohnya seperti: mengukur
sikap, minat diri, gaya kepemimpinan, tes bakat, intelegensi, kecerdasan, emosional, dan lain-
lain.
Dalam menentukan validitas konstruk harus berdasarkan pada pendalaman teoritis yang tepat
serta pertanyaan dan pernyataan instrumen sesuai. Dengan demikian, instrumen tersebut
dikatakan valid secara validitas konstruk. Pemahaman lainnya terhadap validitas konstruk adalah
penilaian tentang seberapa baik pakar atau ahli menerjemahkan teori yang digunakan ke dalam
alat ukur atau instrumen. Proses penelaahan teori dimulai dari perumusan teori, penentuan
dimensi dan indikator, sampai kepada penulisan butir-butir instrumen. Validasi konstruk ini juga
berdasarkan proses analisis dengan komparasi (perbandingan) yang logis dan cermat.
3. Validitas Kriteria
Validitas kriteria yaitu untuk mengukur perbandingan antara instrumen yang sedang
dikembangkan dengan instrumen yang dianggap sebanding. Jenis validitas kriteria dibagi lagi
Validitas kriteria prediktif adalah pengujian instrumen dan kriteria yang dilakukan dengan
waktu yang berbeda sedangkan validitas kriteria bersamaan dilakukan dalam waktu yang sama.
Dengan demikian, perbedaannya terletak pada waktu pengujian instrumen dan kriterianya. Hasil
dari uji instrumen dan kriterianya kemudian dihubungkan dengan analisis korelasi. Semakin
C. METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
B. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Pertama, Observasi pada lokasi
penelitian. Kedua, wawancara mendalam baik berupa wawancara bebas maupun terfokus pada
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung yang dilakukan terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan gambaran yang ringkas. Tahap pengamatan umum terhadap target kajian yang
direncanakan selalu menjadi titik awal pelaksanaan penelitian. Langkah ini dilakukan untuk
mendapatkan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan jika benda tersebut memang menjadi
obyek penyelidikan. Tahap ini sangat bermanfaat untuk memutuskan perlu tidaknya dilakukan
penelitian.12
2. Wawancara
Wawancara mendalam merupakan metode utama pengumpulan data dalam penelitian ini.
Wawancara mendalam merupakan suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bandung, 2019), h .6.
12H. M Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Pustaka Grafika, 2018), h. 134.
17
bertemu langsung dengan informan secara tatap muka guna memperoleh data yang menyeluruh
dan mendalam.13
D. Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini penulis memakai analisis model interaktif Miles dan
Huberman, model interaktif ini terdiri dari tiga proses yaitu reduksi data; penyajian data dan
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan dengan
2. Display/penyajian data
Display/penyajian data yang dimaksud oleh Miles dan Huberman, sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya, apakah peneliti meneruskan analisisnya
atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan mendalami temuan tersebut.
13Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset media, Public Relations,
Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemaasaran (Jakarta: Kencana, 20119), h. 100.
18
Penelitian ini bertujuan untuk memahami evaluasi angket pembelajaran Aqidah Akhlak
di Mts Al-Fattah Ambon dan untuk mengetahui evaluasi angket pembelajaran Aqidah Akhlak.
Mata pelajaran Akidah Akhlak di Mts Al-Fattah Ambon berisi pelajaran yang dapat
mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun
iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana
pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak
di Mts Al-Fattah Ambon telah berjalan dengan proses yang baik. Begitupula pada output
pembelajaran juga telah diperoleh hasil yang baik. Namun pada pelaksanaan pembelajaran
tersebut ada pula hal-hal yang perlu dibenahi demi penyempurnaan program pembelajaran
tersebut.
pembelajaran dan indikator penguasaan strategi pembelajaran oleh guru sudah cukup baik tetapi
masih ada kekurangan. Untuk itu perlu kiranya ada tindakan untuk mengatasi kekurangan
tersebut karena variabel guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran. Dan tidak boleh dilupakan bahwa sejatinya indikator
kualitas pembelajaran juga sangat penting untuk menjadi perhatian, karena dapat berdampak
pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil penelitian ini juga adanya korelasi secara
Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang Penggunaan
Teknik Evaluasi Non Tes Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Mts Al-Fattah
Ambon.
Kuesioner Penelitian
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Mohon untuk memberikan tanda (√) pada setiap pernyataan yang dipilih
Keterangan
SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
No Pertanyaan SS TS S STS
Indikatornya:
1. Alat penilaian disusun secara sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai
21
2. Peneliti melaksanakan penilaian tentang cara guru mengajar mata pelajaran Aqidah
3. Masing-masing lembar angket diisi oleh siswa sesuai dengan dengan keadaan siswa
yang sebenar-benarnya.
dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing masing peserta
1. Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas
jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses belajar.
Para guru di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada bukan
tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai
terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh peserta didik
KESIMPULAN
sikap, pertumbuhan psikologi peserta didik, hal ini sejalan dengan penilaian
diri peserta didik di pelajaran Aqidah Akhlak. Evaluasi non tes tampak pada
2. Penanaman pondasi pendidikan dalam pelajaran Aqidah Akhlak yang baik dan
sejak dini diterapkan dengan baik, pengawasan orang tua terhadap prilaku
anak dan pergaulan anak, memilih teman dalam bergaul dan menyadari
bahaya nya melakukan perbuatan buruk yang merusak masa depan, semua itu
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta 2000.
Kriyantono Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2009.
Persada 2009.
Rosdakarya 2009.
24