Etika Dan Hukum Kedokteran Jan2019

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 54

Etika Kedokteran

dan
Hukum Kesehatan
dr. Moch. Soffan, MH
• “If a surgeon performs a major operation on an
'awelum' (nobleman), with a bronze lancet and caused
the death of this man, they shall cut off his hands”
• Hammurabi also specified fees for lifesaving
operations: “Ten shekels of silver for ‘awelum', five
shekels for ‘mushkenum' (poor man) and two shekels
for a slave”
The doctor should declare what has happened before,
understand what is present and foretell what will
happen in the future. That is what he should practice.
As to diseases he should strive to achieve two things:
to help or to do no harm.

Hippocrates
Abu al-Hasan Ali ibn-e Raban Tabari (807-861 AD), described
in the book "the Paradise of Wisdom" (Ferdous al Hekmat) the
Islamic codes of ethics as:
▪ personal characters of the physician
▪ his obligation towards patients
▪ his obligation towards the community
▪ his obligations towards his colleagues
▪ his obligations towards his assistants
Rhazes was also strictly committed to the principles of
medical ethics. He made some manuscripts on
principles of medical ethics and so his book entitled
"Spiritual Medicine" (Teb e Rohani) is about ethics.
Ishaq ibn Ali al-Ruhawi, a Christian who embraced to Islam. In his book,
"Ethics of a physician" (Adab al-Tabib), the subjects include :
• faith and the loyalty of physicians,
• problems of responsibility,
• Ethical dilemmas in patient-physician
relationships,
• what the physician must avoid and beware of,
• manners of the visitors,
• medical art for the people's moral values, and
• harmful habits .
Some definitions….
• morality is primarily concerned with norms, values and
beliefs that are embedded in social processes which define
right and wrong for any individual or a community
• ethics is concerned with the study of moral issues and the
application of reason to elucidate specific rules and
principles to determine what is right or wrong for any given
situation
Code of Ethics

• Typically specify obligations to patients, peers, the


profession, and society
• Evolve over time through serial revision
• In no way fixed or eternal
KODEKI
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
SK PB IDI No. 111/PB/A.4/02/2013

Kewajiban Umum
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan
atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara
independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .
Lanjutan..
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan
psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya
dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum
diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat
menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan
tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi
hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral
di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling
menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian
masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN
SEJAWAT

Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI
SENDIRI

Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan
Goal of Medicine

• Preserve Health and Well‐Being


• Promote Health
• Prevent Disease
• Treat Illness
• Cure Illness
• Minimize Suffering and Distress
• Assure the health of the community
Medicine is changing
• Aging
• Chronic Diseases
• Big Data
• Quality and Accountability for performance
• Globalization
• Need to engage social determinants
Future
medical technology
Implication of new technology
• Improved diagnostics, prognostics, reduction of error
• More efficiency, better costing
• Improved research and quality improvement
• Concerns regarding overpromising
• Impact of 4th Industrial Revolution: technological
unemployment of physicians
Hukum Kesehatan
“Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan
penerapannya serta hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap
lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun
dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek
organisasi; sarana pedoman medis nasional/internasional, hukum di
bidang kedokteran, yurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang
kedokteran kesehatan. Yang dimaksud dengan hukum kedokteran ialah
bagian hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan medis”
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia
• Hukum kesehatan menurut H.J.J. Lennen adalah keseluruhan
ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan langsung dengan
pelayanan kesehatan dan penerapan kaidah-kaidah hukum perdata,
hukum administrasi negara, dan hukum pidana dalam kaitannya
dengan hal tersebut.
• Menurut Van Der Mijn, hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai
sekumpulan peraturan yang berkaitan dengan pemberian perawatan
dan juga penerapannya pada hukum perdata, hukum pidana, dan
hukum administrasi negara.
Sumber Hukum
• Undang–Undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan
negara yang berwenang dan mengikat masyarakat, tercantum dalam perundang-
undangan.
• Kebiasaan atau custom adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang
dilakukan secara berulang–ulang dan terhadapnya dipertalikan adanya ide
hukum, sehingga perbuatan tersebut diterima dan dilakukan oleh suatu
masyarakat.
• Yurisprudensi adalah keputusan pengadilan atau keputusan hakim yang
terdahulu, yang dianggap tepat sehingga diikuti oleh pengadilan atau hakim lain.
• Traktat (perjanjian antar negara) adalah perjanjian antar negara yang telah
disahkan berlaku mengikat Negara peserta, termasuk warga negaranya.
• Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan hukum pada umumnya dan secara khusus
terhadap hakim dalam mengambil keputusannya.
Asas dalam Hukum Kesehatan
Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, pelindungan, penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender dan nondiskriminatif dan norma-
norma agama
Peraturan yang digunakan
Undang-Undang Dasar 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
PP No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia kedokteran
PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Permenkes RI No. 585/Men.Kes/Per/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik
Permenkes RI No. 729a/Men.Kes/Per/XII/1989 tentang Rekam
Medis/Medical Record
Kepdirjen Pelayanan Medis No. HK.00.06.6.5.1866 tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
Siapakah Tenaga kesehatan
(Pasal 2 PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan)
1. Tenaga medis;
2. Tenaga keperawatan;
3. Tenaga gizi;
4. Tenaga kefarmasian;
5. Tenaga keteknisian medis;
6. Tenaga keterapian fisik.
Pergeseran pola dalam hukum kesehatan
Pada saat ini terdapat pergeseran paradigma
dalam hubungan interpersonal di dalam hukum
kesehatan, yang sebelumnya berdasarkan pola
hubungan vertikal paternalistik menjadi pola
hubungan horizontal kontraktual.
Konsekuensi dari hubungan horizontal
kontaktual :
Munculnya inspanning verbintenis yaitu adanya hubungan hukum
antara 2 (dua) subyek hukum dan melahirkan hak dan kewajiban
bagi para pihak. Adanya Inspanning verbintenis dikarenakan
objek transaksi adalah upaya penyembuhan yang hasilnya tidak
pasti dampaknya dan karenanya upaya tersebut dilakukan
dengan kehati-hatian
HAK PASIEN BERDASARKAN UU NO.29 / 2004
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN ( Pasal 52 )

- Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan


medis sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat 3 yaitu :
* Diagnosis dan tata cara tindakan medis
* Tujuan tindakan medis yang dilakukan
* Alternatif tindakan lain dan resikonya
* Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
- Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
- Meminta pendapat dokter atau dokter gigi
- Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
- Menolak tindakan medis
- Mendapatkan isi rekam medis
HAK PASIEN BERDASARKAN UU NO.8 / 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
· Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
· Memilih
· Informasi yang benar, jelas, dan jujur
· Didengar pendapat dan keluhannya
· Mendapatkan advokasi, pendidikan dan perlindungan
konsumen
· Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif
· Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian
HAK YANG MELEKAT PADA DIRI TENAGA KESEHATAN

BERDASARKAN UU NO.29/2004 TENTANG


PRAKTIK KEDOKTERAN ( PASAL 50 )

- Memperoleh perlindungan hukum dalam


melaksanakan tugas sesuai dengan Profesinya
- Memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional
- Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur
dari pasien dan keluarganya
- Menerima imbalan jasa
KEWAJIBAN PASIEN

1. BERDASARKAN UU NO.8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN


· Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
· Beritikad baik
· Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
· Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
2. BERDASARKAN UU.NO.29/2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
- Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya
- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi
- Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana kesehatan
- Memberikan imbalan jasa atas pelayan yang diterima
KEWAJIBAN TENAGA
KESEHATAN
Pasal 51 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

BERDASARKAN UU NO.8 / 1999


TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien


STANDAR PROFESI MEDIK DAN STANDAR
PELAYANAN RUMAH SAKIT
“Lege artis” menurut Leenen adalah hakikatnya sebagai suatu
tindakan yang dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Medis
(SPM) yang terdiri dari beberapa unsur utama meliputi :
1. Bekerja dengan teliti, hati-hati dan seksama;
2. Sesuai dengan ukuran medis;
3. Sesuai dengan kemampuan rata-rata/sebanding dengan dokter
dengan kategori keahlian medis yang sama;
4. Dalam keadaaan yang sebanding
5. Dengan sarana dan upaya yang sebanding wajar dengan
tujuan konkrit tindak medis tersebut.
Informed consent
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No.585.Menkes/Per/IX/1989)

Dalam dunia kedokteran, biasanya untuk menghindari resiko


malpraktik, tenaga medis membuat exconeratic clausule yaitu :
Syarat-syarat pengecualian tanggung jawab berupa pembatasan
atau pun pembebasan dari suatu tanggung jawab
Dalam hal ini, bentuk dari exconeratic clausule adalah
informed consent/persetujuan tindakan medis (pertindik).
Pertindik merupakan suatu izin atau pernyataan setuju dari
pasien yang diberikan secara bebas, sadar dan rasional setelah
memperoleh informasi yang lengkap, valid dan akurat dipahami
dari dokter tentang keadaan penyakitnya serta tindakan medis
yang akan diperolehnya.
Persetujuan Tindakan Medik (Informed
Concent) dapat terdiri dari :
1. Yang dinyatakan (expressed), yakni secara
lisan (oral) atau tertulis (written)
2. Dianggap diberikan (Implied atau tocit
concent), yakni dalam keadaan biasa (normal)
atau dalam keadaan darurat (emergency).
Expressed concent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan
atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaaan
dan tindakan biasanya.
Implied Concent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara
tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap oleh
dokter dari sikap dan tindakan pasien. Implied concent dalam bentuk
lain apabila pasien dalam keadaan gawat darurat dan memerlukan
penanganan secara cepat dan tepat sementara keadaan tidak dapat
memberikan persetujuannya dan keluargapun tidak ada ditempat, maka
dokter dapat melakukan tindakan medis tertentu yang terbaik menurut
dokter ((Peraturan Menteri Kesehatan RI No.585.Menkes/Per/IX/1989)
Jenis ini dapat pula disebut sebagai presumed consent.
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam Informed concent
1. Maksud dan tujuan tindakan medis tersebut;
2. Resiko yang melekat pada tindakan medis itu
3. Kemungkinan timbulnya efek samping
4. Alternatif lain tindakan medis itu;
5. Kemungkinan-kemungkinan (sebagai konsekuensi) yang
terjadi bila tindakan medis itu tidak dilakukan;
6. Dalam menjelaskan mengenai resiko perlu dikatakan
mengenai :
a. Sifat dan resiko tindakan
b. Berat ringannya resiko yang terjadi
c. Kemungkinan resiko itu terjadi
d. Kapan resiko tersebut akan timbul seandainya terjadi
Sanksi Hukum terhadap Informed Consent
Sanksi pidana
Apabila seorang tenaga kesehatan menorehkan benda tajam tanpa
persetujuan pasien dipersamakan dengan adanya penganiayaan
yang dapat dijerat Pasal 351 KUHP
Sanksi perdata
Tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang mengakibatkan
kerugian dapat digugat dengan 1365, 1367, 1370, 1371 KUHPer
Sanksi administratif
Pasal 13 Pertindik mengatur bahwa :
Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa
persetujuan pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan izin praktik.
REKAM MEDIS / MEDICAL RECORD
Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 749/Menkes/XII/1989

Medical record adalah berkas yang berisikan catatan,


dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien
pada sarana pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
baik untuk rawat jalan maupun rawat inap yang
dikelola oleh pemerintah ataupun swasta.
MANFAAT REKAM MEDIS

1. Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan


pasien;
2. Bahan pembuktian dalam perkara hukum;
3. Bahan untuk keperluan penelitian dan
pendidikan;
4. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan;
5. Bahan untuk menyiapkan stastitik kesehatan.
Sanksi Hukum terhadap Kewajiban
Menyimpan Rekam Medis
1. Kerahasiaan Rekam Medis
a. Pasal 112 KUHP
b. Pasal 322 KUHP
c. Pasal 1365 KUHPer
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala sesuatu
yang diketahui oleh tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran
yang sedang praktik pada waktu atau selama melakukan pekerjaan
dalam lapangan kedokteran .
Segala sesuatu adalah segala fakta yang didapat dalam
pemeriksaan penderita, interpretasinya untuk menegakkan
diagnosis dan melakukan pengobatan dari anamtesis,
pemeriksaaan jasmaniah, pemeriksaan dengan alat kedoketran dsb.
Pasal 112 KUHP
Barangsiapa sengaja mengumumkan atau menyampaikan surat kabar dan
keterangan tentang sesuatu hal kepada negara asing, sedang diketahuinya
bahwa surat kabar atau keterangan itu harus dirahasiakan karena
kepentingan negara, maka i dihukum dengan pidana paling lama tujuh
tahun.

Pasal 322 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang menurut jabatan
atau pekerjaaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu ia diwajibkan
untuk menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan

Pasal 1365 KUHPer


Tiap perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi orang
lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian
itu, mengganti kerugian tersebut
2. Hilangnya, Rusaknya atau pemalsuan Rekam Medis
Pasal 20 Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 749/Menkes/XII/1989
dikenakan sanksi administratif mulai dari teguran sampai dengan
pencabutan izin praktik.

Pengecualian terhadap kewajiban menyimpan rahasia kedokteran


1. Karena daya paksa (Pasal 48 KUHP)
a. Kepentingan umum;
b. Kepentingan orang yang tidak bersalah;
c. Kepentingan pasien;
d. Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana.
1. Karena menjalankan perintah UU (Pasal 50 KUHP)
2. Karena perintah jabatan (Pasal 51 KUHP)
3. Karena untuk mendapatkan santunan asuransi

You might also like