App Novi Lia (Edit)

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 42

APPENDICITIS

Disusun Oleh:
Noerlia 112170057
Novi Auliani 112170058

Pembimbing:
dr. Dini S., Sp.B
ABDOMEN
• Liver (hepatitis)
• Gall bladder (gallstones)
• Stomach (peptic ulcer, gastritis) • Spleen (rupture)
• Liver (hepatitis) Transverse colon (cancer)
• • Pancreas (pancreatitis)
• Gall bladder Pancreas (pancreatitis)
(gallstones)
• • Stomach (peptic ulcer)
• Heart (MI) Splenic flexure colon (cancer)
• Stomach (peptic ulcer, •

gastritis) • Lung (pneumonia)


• Hepatic flexure colon
(cancer)
• Lung (pneumonia)

• Descending colon (cancer)


• Ascending colon (cancer,) • Kidney (stone,
• Kidney (stone, hydronephrosis, UTI)
hydronephrosis, UTI)

• Appendix (Appendicitis) • Sigmoid colon (diverticulitis,


• Caecum (tumour, volvulus, closed colitis, cancer)
loop obstruction) • Ovaries/fallopian tube
• Terminal ileum (crohns, mekels) (ectopic, cyst, PID)

• Ovaries/fallopian tube (ectopic, • Ureter (renal colic)


cyst, PID)
• Ureter (renal colic)
• Small bowel
• Uterus (fibroid, cancer) (obstruction/ischaemia)
• Bladder (UTI, stone) • Aorta (leaking AAA)
• Sigmoid colon
(diverticulitis)
LAPISAN DINDING ABDOMEN
SEJARAH

 Appendix dikenal oleh Jean Fernell 1544

 Appendicitis di publikasikan oleh Lorenz Heister 1711

 Appendectomy pertamakali dilakukan oleh Claudius


Amyand di London 1736
EMBRIOLOGI

 Pada 6 minggu masa embrio, appendix dan caecum


mulai terlihat sebagai suatu kantung dari bagian
kaudal cabang midgut

 Pada 8 minggu masa embrio, appendix mulai


tampak dan memanjang di usia 5 bulan sehingga
tampak sebagai umbai cacing. Maka dari itu
appendix disebut juga Appendix Vermiformis.
ANATOMI

 Pada dewasa, rata-rata panjang appendix 6—9 cm, diameter


lumen antara 3—8 mm.
 Letak: Appendix terletak di antara pertemuan 3 Taenia
Caecum (longitudinal terhadap Taenia Coli)
 Supply Perdarahan: a. Appendikularis cabang dari a.
Ileokolika (letaknya posterior terhadap Ileum terminal,
kemudian memasuki mesoappendix)
 Sistem Limfatik: Pada nodus limfe yang mengalir di
sepanjang arteri Ileokolika
 Sistem Saraf:
 Simpatik: dari Pleksus Mesenteria Superior (T10—L1)
 Parasimpatik: n. Vagus
VASKULARISASI APPENDIX
VARIATIONS IN NORMAL POSITIONS OF THE APPENDIX
HISTOLOGI

 Lapisan Appendix terdiri dari:


 Lapisan Serosa

 Tunika Muskularis

 Submukosa → banyak jaringan limfoid

 Lapisan Mukosa

 Memiliki kripte yang ireguler dan tajam

 Dibawah kriptenya terdiri dari kompleks neuroendocrine


tersusun oleh ganglion cells, Schwann cells, neural fibers,
dan neurosecretory cells
FISIOLOGI

 Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml dalam sehari, lendir itu


normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir
ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan
pada patogenesis appendicitis, immunoglobulin sekretoar yang
dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah
IgA . Immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan
limfe disini kecil jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran
cerna dan di seluruh tubuh.
DEFINISI

 Appendisitis adalah peradangan pada appendix


EPIDEMIOLOGI

 Insidensi tertinggi pada dekade 2 dan 3 kehidupan


(usia muda) dan usia pubertas

 Angka kejadian tersering


 8.6% pada pria

 6.7% pada wanita

• Faktor Environment: Meningkat pada konsumsi makanan tinggi


lemak dan rendah serat
ETIOLOGI

 Penyebab yang paling sering → LUMINAL OBSTRUCTION, yang


lebih dari 70% kasus disebabkan oleh fecalith, benda asing,
tumor pada usus buntu atau sekum, parasit.

 Fecalith dan Calculi ditemukan sebanyak:


 40% pada Simple Acute Appendicitis

 65% pada Appendicitis Gangrenous without Perforation

 90% pada Appendicitis Gangrenous with Perforation


PATOFISIOLOGI 1. Hiperplasia jar. Limfe
2. Fekalit
3. Neoplasma
Obstruksi pada appendix
4. Cacing ascaris
5. Corpus alienum
Gangguan pasase Nyeri kolik

Akumulasi sekret appendix

Dilatasi lumen Nyeri Visceral epigastrium

Pertumbuhan kuman meningkat

Nyeri pindah dari epigastrium


Reaksi inflamasi ke hipokondrium ka bawah

Dilatasi dinding appendix Edema appendix


STAGING OF APPENDICITIS

Acute Appendicitis Chronic Appendicitis

Suppurative Appendicitis Resolution

Gangrenous Appendicitis Recurrent Appendicitis

Perforation Infiltrate

Walling Of

Abscess
TANDA KLINIS
Gejala apendisitis yang paling umum adalah sakit perut.
Biasanya, gejala dimulai sebagai nyeri periumbilical atau
epigastrik yang bermigrasi ke kuadran kanan bawah (RLQ)
pada perut.
Pasien biasanya berbaring, melenturkan pinggul mereka,
dan menarik lutut mereka untuk mengurangi gerakan dan
untuk menghindari memburuknya rasa sakit mereka.
Kemudian, nyeri progresif yang memburuk seiring dengan
muntah, mual, dan anoreksia dijelaskan oleh pasien. Biasanya,
tidak ada demam pada tahap ini.
GEJALA FREKUENSI (%)

Abdominal Pain 97-100


Migration of Pain to RLQ 49-61
Nausea 67-78
Vomiting 49-74
Anorexia 70-92
Fever 10-20
Diarrhea 4 -16
Constipation 4 -16
PEMERIKSAAN FISIK

Temuan fisik yang paling spesifik pada apendisitis adalah


nyeri tekan, kelembutan rebound, nyeri pada perkusi,
kekakuan
Tanda aksesori
1 . Tanda Rovsing (nyeri RLQ dengan palpasi LLQ)
2. Tanda Obturator (nyeri RLQ dengan rotasi internal dan
eksternal pinggul kanan yang dilipat)
3. Tanda Psoas (nyeri RLQ dengan perpanjangan pinggul
kanan atau dengan fleksi pinggul kanan melawan resistensi)
4. Tanda Dunphy (nyeri tajam di RLQ yang disebabkan oleh
batuk sukarela)
5. Tanda Blumberg (RLQ nyeri dengan kelembutan rebound di
LLQ)
PSOAS SIGN

The psoas sign. Pain on passive extension


on of the right thigh. Patient lies on left side.
Examiner extends patient's right thigh while
applying counter resistance to the right hip
(asterisk). Dasar anatomis untuk tanda psoas: appendix
yang meradang ada di lokasi retroperitoneal
yang bersentuhan dengan otot psoas, yang
diregangkan oleh manuver ini
OBTURATOR SIGN

The obturator sign. Pain on passive internal


rotation of the flexed thigh. Examiner moves Dasar anatomis untuk tanda obturator:
lower leg laterally while applying resistance to appendix yang meradang di pelvic
the lateral side of the knee (asterisk) resulting in berhubungan dengan otot internus obturator,
internal rotation of the femur. yang diregangkan oleh manuver ini.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Terjadi leukositosis
± 10.000 - 15.000/µL (diatas 18.000 biasanya
appendicitis perforasi)
 Leukosit Shift to the left
 Kemungkinan ditemukan eritrosit dan leukosit pada
urine  appendicitis retrocaecal/ appendicitis
pelvis
 Peningkatan LED
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Foto polos abdomen :


 Localized air fluid levels
 Localized ileus
 Peningkatan kepadatan soft tissue di RLQ  ±50 %
pasien dengan appendicitis akut yang masih awal
Pemeriksaan USG :
> Untuk pasien yang obesitas
> Telah terjadi perforasi / abses
PEMERIKSAAN CT-SCAN :

Dipertimbangkan sebagai pemeriksaan


diagnostik paling akurat untuk menyingkirkan
appendisitis. keakuratan diagnosis CT scan
rata-rata antara 93% dan 98 % dengan
sensitifitas 90-98% dan spesifitas 83-98%
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari
appendisitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendisitis
seperti bila terjadi abses
Gambaran CT scan tampak apendiks terinflamasi (A) dengan apendikolith (a)
Gambaran Appendisitis perforasi dengan abses. Tampak
apendikolith (panah) dan udara dalam abses dan
perubahan inflamasi dengan penebalan dinding (panah
terbuka)
DIFFERENTIAL
DIAGNOSE

-Divertikulitis
-Pelvic Inflammator y Disease (PID)
-Ruptur Folikel de Graaf
-Pyelonephritis Acute
PENATALAKSANAAN: TINDAKAN BEDAH
LAPAROSCOPIC APPENDECTOMY
Removing The Appendix
KOMPLIKASI

1. Periapendikuler Infiltrat
 Umumnya terjadi setelah 2x24 jam
 Proses keradangan pada jaringan sekitar
apendiks yg disebabkan mikroperforasi keluar
lumen apendiks
 Terjadi perlekatan antara apendiks dengan
jaringan atau organ sekitar sehingga terbentuk
massa
 Tx : menghilangkan massa perlekatan secara
konservatif, dilanjutkan dengan apendiktomi
2. Periapendikuler abses
 Terjadi proses
supurasi, penumpukan
pus di periapendikuler
 Tx: tindakan bedah
segera (evakuasi pus)
3. Appendisitis perforata/peritonitis
 Terjadi perforasi dari apendiks, timbul peritonitis
 Tx: Laparotomi

You might also like