Analisis Jurnal KMB 2

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

ANALISIS JURNAL

PENINGKATAN STATUS GIZI PASIEN SIROSIS HEPATIS MELALUI REGIMEN


NUTRISI

INDRIANA EKA YULIANTI


NIM : 22222034

PEMBIMBING AKADEMIK :
AYU DEKAWATY, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2022

1. PENDAHULUAN
Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau
masalah pada hati dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya obat-obatan yang sering
dikonsumsi serta melebihi kadar yang dianjurkan, toksin dari makanan, alkohol, dan Virus
Hepatitis. Apabila kerusakan hati dibiarkan selama bertahun-tahun maka akan terjadi
penyakit hati kronis salah satunya adalah Sirosis hati (Corwin, 2009).
Menurut Cahyono (2010), di Asia Tenggara, lebih dari 70% penduduknya terinfeksi
Virus Hepatitis B dan sekitar 20% akan berkembang menjadi Sirosis hati. Menurut Karina
(2007), Sirosis hati merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia, kematian
pasien Sirosis hati disebabkan karena komplikasi. Komplikasi Sirosis hati yaitu Peritonitis
bakterial spontan, Sindrom hepatorenal, Ensefalopati hepatik, Varises esofagus, Malnutrisi,
Kanker hati dan Asites.
Black dan Hawks (2009) menyatakan bahwa penyebab sirosis hepatis belum diketahui
dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga turut ambil bagian dalam penyakit ini.
Kondisi yang menjadi faktor predisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol
yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi hepatitis virus (B ataupun
C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan penggunaan obat, seperti
acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
Nutrisi sangat diperlukan pada pasien sirosis hepatis untuk meningkatkan regenerasi
jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan
hati yang tersisa, mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila
kurang, mencegah komplikasi lebih lanjut (hipertensi porta, asites, varises esofagus, dan
ensefalopati hepatikum. Akan tetapi, yang dijumpai adalah kebalikannya. Prevalensi
malnutrisi pada pasien sirosis hepatis sangat tinggi, yaitu 65-90% (O’Brien dan Williams,
2008). Ini berarti angka kejadian untuk komplikasi pun akan semakin tinggi pula.
Pasien sirosis hepatis mengalami masalah nutrisi dikarenakan beberapa hal yaitu
kehilangan nafsu makan (anoreksia) karena nyeri abdomen, mual, terasa penuh pada
abdomen, gangguan pencernaan dan absorpsi nutrien serta meningkatnya kebutuhan energi.
Kondisi ini sangat memicu terjadinya komplikasi berupa asites dan esefalopati hepatikum
(Tsiaousi, Hatzitolios, Trygonis, dan Savopoulos, 2008). Salah satu peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis terkait masalah nutrisi adalah
dengan memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang pentingnya diet tinggi
protein, khususnya yang banyak mengandung asam amino rantai cabang (AARC).
Salah satu jenis makanan yang kaya akan AARC adalah putih telur. Konsensus European
Society for Clinical Nutrition and Metabolism merekomendasikan AARC untuk terapi nutrisi
pada ensefalopati hepatikum karena terbukti memperbaiki klinis pada pasien sirosis lanjut
(Tsiaousi, Hatzitolios, Trygonis, dan Savopoulos, 2008).
2. KASUS
Pasien masuk rumah sakit tanggal 14 November 2022. Pasien mengatakan perutnya
membengkak. Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa
penuh di perut bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak. Rasa sakit itu muncul
apabila pasien duduk dan saat melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada
di atas tempat tidur sepanjang hari Pasien juga mengeluh nyeri di daerah perut. Nyeri pasien
terkaji pada skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10). Pasien juga
mengatakan saat malam sering sesak napas karena perutnya yang semakin membesar
sehingga sulit digunakan untuk bernafas. TTV TD: 150/89 mmHg N: 67x/m RR: 24x/m T:
36,7OC SPO2 : 98
Pertanyaan klinis :
Apakah ada peningkatan status gizi pasien sirosis hepatis melalui regimen nutrisi?

3. RUMUSAN MASALAH
P : Peningkatan status gizi
I : Pasien sirosis hepatis
C : Tidak ada pembanding
O : Regimen Nutrisi

4. METODE
Hasil pencarian : 8
Sesuai dengan kriteria : 3
Jurnal yang dipakai : 1
Keywords : : Regimen, nutrisi, sirosis hati

5. HASIL TELAAH JURNAL


- Validity
a. Desain : Desain penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan
menggunakan desain quasi eksperimental dengan pendekatan control group pre-
posttest design.
b. Sampel : Sampel dalam penelitian ini terbagi dua yaitu 20 responden kelompok
kontrol dan 20 responden kelompok intervensi, sehingga total jumlah sampel 40
responden.
c. Kriteria inklusi/eklusi : Sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah pasien yang
memenuhi kriteria inklusi: 1) Skor MNA 0-24; 2) Usia 18-65 tahun; 3) Bersedia
menjadi responden.
d. Randomisasi : tidak ada randomisasi

- Importance
a. Karakteristik subjek
Populasi penelitian adalah pasien sirosis hepatis di RS Sari Mutiara Medan pada
bulan september 2019. Sampel dalam penelitian ini dari hasil penelitian diperoleh
bahwa mayoritas jenis kelamin responden pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol adalah laki-laki. Dimana pada kelompok intervensi responden
yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 14 orang (70%) dan pada kelompok
kontrol responden yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 16 orang (80%). Hasil
penelitian didapatkan usia responden yang sirosis hepatis pada kelompok
intervensi adalah pada rentang usia 41-50 tahun (35%), dan pada kelompok
kontrol usia responden pada rentang 31-40 tahun (40%)
b. Beda proporsi
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar pengkajian status
gizi yaitu Form Full The Mini Nutritional Assessment sebanyak 18 soal dengan
skala ratio dan pengukuran BMI (Body Mass Indeks). Data dianalisa dengan
menggunakan dependent t-test yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata
status gizi sebelum dan sesudah perlakukan pada masing-masing kelompok,
sedangkan untuk menganalisis perbandingan rata-rata status gizi pada kelompok
intervensi dan kontrol dengan menggunakan independent ttest. Hasil penelitian
didapatkan rata-rata status gizi pada kelompok intervensi adalah 24,40 sedangkan
ratarata status gizi pada kelompok kontrol adalah 20,85. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 (p<0,05), terdapat perbedaan rerata status gizi secara
siginifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
c. Beda mean
Regimen nutrisi pada pasien sirosis hepatis harus menjadi prosedur rutinitas untuk
mendeteksi masalah gizi atau malnutrisi yang dapat meningkatkan status gizi..
d. Nilai P-Value
sedangkan untuk menganalisis perbandingan rata-rata status gizi pada kelompok
intervensi dan kontrol dengan menggunakan independent ttest. Hasil penelitian
didapatkan rata-rata status gizi pada kelompok intervensi adalah 24,40 sedangkan
ratarata status gizi pada kelompok kontrol adalah 20,85. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 (p 0.000 <  0.05) terdapat perbedaan rerata status gizi
secara siginifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
- Applicability
a. Dalam diskusi
Peningkatan status gizi pasien sirosis hepatis melalui regimen nutrisi dengan
karakteristik responden berusia 31-40 tahun (40%) didapatkan nilai p 0.000 < 
0.05 berarti terdapat peningkatan yang signifikan status gizi pasien sirosis hepatis
melalui regimen nutrisi sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.
b. Karakteristik klien
Pasien berusia 68 tahun, agama islam, pendidikan SD, pekerjaan sebagai tani
c. Fasilitas
Fasilitas sudah tersedia di ruangan komering 1.1 RSMH Palembang
d. Biaya
biaya dicover oleh asuransi

6. DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang instalasi rawat inap
kebidanan dan kandungan RS Bhayangkara Manado didapatkan hasil penelitian telah
membuktikan ada Hasil penelitian didapatkan usia responden yang sirosis hepatis
pada kelompok intervensi adalah pada rentang usia 41-50 tahun (35%), dan pada
kelompok kontrol usia responden pada rentang 31-40 tahun (40%). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lovena, Miro, & Efrida, 2017) di RSUP Dr.
M Djamil Padang didapatkan penderita sirosis hepatis terbanyak pada kelompok umur
51-60 tahun (35,2%) dan terendah pada kelompok umur kurang dari 31 tahun (4,3%).
Penelitian Tambunan, et.al (2013) dan Patasik, et.al (2015) juga mendapatkan hal
yang tidak jauh berbeda yaitu penderita sirosis hepatis paling banyak adalah umur 50-
59 tahun sebanyak 31% dan 31,4%. Hal tersebut disebabkan karena sirosis hepatis
adalah penyakit hati kronik yang bersifat laten sehingga sering dijumpai seiring
bertambahnya usia dan perubahan patologis yang terjadi berkembang lambat sampai
akhirnya gejala yang timbul menandakan terjadinya sirosis hepatis. Perubahan dari
hepatitis kronis menjadi sirosis hepatis membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 30
tahun.Penderita sirosis hepatis biasanya belum memeriksakan diri apabila geja
penyakitnya belum terlihat (Tsao GG, 2012).
Terkait karakteristik pasien dalam penelitian ini sama dengan pasien kelolaan
di RSUD Palembang Bari yaitu pasien dengan usia 68 tahun, dan pekerjaan Tani.
Berdasarkan pasien kelolaan penerapan regimen nutrisi memiliki pengaruh terhadap
status nutrisi pasien yang menderita sirosis hepatis dalam jangka waktu tiga bulan
setelah intervensi. Untuk mengatasi efek samping malnutrisi yang tidak diinginkan,
regimen nutrisi seharusnya diberikan berkelanjutan tidak hanya sekali.

7. KESIMPULAN
Penerapan regimen nutrisi bagi pasien sirosis hati menunjukkan peningkatan
status gizi. Mayoritas pasien dengan dekompensasi sirosis hati mengalami malnutrisi
tanpa memandang etiologi sirosis hati tersebut. Hasil menunjukkan bahwa jumlah
pasien yang mengalami malnutrisi menurun setelah penerapan regimen nutrisi setelah
tiga bulan intervensi. Regimen nutrisi pada pasien sirosis hepatis harus menjadi
prosedur rutinitas untuk mendeteksi masalah gizi atau malnutrisi yang dapat
meningkatkan status gizi.

DAFTAR PUSTAKA
Abd El-Fatah, E. (2012). Assessment of nutritional status of patient's with Liver
Cirrhosis Minia University Hospital. Assiut University: Thesis of Medical
Surgical Nursing.
Black, M. J., & Hawks, J. H. (2009). Clinical management for positive outcome (8th
ed.). Philadelphia WB Saunders Company.
Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi (3 ed.). Jakarta: EGC.
Guigoz, Y., Jensen, G., Thomas , D., Vellas , B., & et al. (2006). The mini nutritional
assessment (MNA ®)review of the literature: what does it tell us? The Journal
Of Nutrition, Health & Aging., 10.
Khalil, S. S., Youssef, M. K.-S., Mekkawy, M. M., & Abdelmalek, M. O. (2015).
Liver Cirrhosis: Impact of nutritional regimen on patients outcome. IOSR
Journal of Nursing and Health Science, 4(2), 22-35.
Lovena, A., Miro, S., & Efrida. (2017). Karakteristik pasien sirosis hepatis di RSUP
Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5-12.
O'Brien, & Williams. (2008). Nutrition in end stage liver diseasses principles (2 ed.).
Oktaviani, I., (2012). Aspek farmakokinetik klinik obat-obatan yang digunakan pasien
sirosis hati di Bangsal Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Oktober
2011-Januari 2012, Laporan Penelitian, Padang.
Patasik, Y., Waleleng, B., & Wantania, F. (2015). Profil pasien sirosis hati yang
dirawat inap di RSUD Dr. D. Kandou Manado periode Agustus 20112 sampai
Agustus 2014. Eclinic, 3(1), 342-347.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2004). Nursing research : Principles and methods.
Philadelphia: Lippincott Williams & Willems.
Tambunan, A., Mulyadi , Y., & Kahtan, M. (2013). Karakteristik pasien sirosis hari di
RSUP Dr. Soedarso Pontianak periode Januari 2008 - Desember 2010. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 2(1), 1-19.
Tsao GG. (2012). Cirrhosis and its sequel. (G. L, Ed.) Goldman's Cecil Medicine,
999-1007.
Vrdoljak, D., Marković, B. B., Kranjčević, K., Vučak, J., & Ivezić, D. (2014). Short
form of the mini nutritional assessment is a better proxy for nutritional status
in elderly than the body mass index: Cross-sectional study. Healthy Aging
Research.

You might also like