CKS Kritis
CKS Kritis
CKS Kritis
OLEH
NIM: 225202200654
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat
yang telah dikaruniakan, serta bantuan dari semua pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA SEDANG” tepat pada waktunya.
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. TUJUAN PENULISAN ...........................................................................
1. Tujuan Umum....................................................................................
2. Tujuan Khusus...................................................................................
C. MANFAAT PENULISAN........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KESIMPULAN.......................................................................................
B. SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kepala adalah bagian tubuh yang berada diatas leher dan berisi otak, mata,
telinga, hidung dan mulut. Kepala menjadi bagian yang sangat penting karena adanya
otak yang berperan sebagai pusat pengendali segala aktivitas tubuh manusia. Otak
terdiri dari jaringan syaraf yang kompleks dan bekerjasama untuk menjalankan
berbagai fungsi tubuh. Akan tetapi pada Kondisi tertentu seperti kecelakaan, jatuh,
cedera akibat kekerasan dan lain-lain dapat menyebabkan cedera pada kepala.
Trauma (cedera) kepala merupakan trauma yang terjadi pada kulit kepala,
otak, hingga tengkorak yang diakibatkan oleh suatu benturan, pukulan atau sentakan
dikepala atau cedera kepala yang tembus sehingga dapat menyebabkan gangguan
trauma fungsi otak yang disertai atau tidak disertai darah intersititial didalam
substansi otak yang diikuti putusnya kontiunitas otak. Cedera kepala adalah cedera
yang diakibatkan adanya mekanisme benturan atau penetrasi pada kepala yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi otak. Berdasarkan keparahannya, cedera kepala
digolongkan menjadi ringan, sedang, dan berat (Suyasa et al., 2021).
Cedera kepala sedang ditandai dengan GCS 9-12, kehilangan kesadaran,
muntah, dapat mengalami fraktur tengkorak, dan disorientasi ringan (Kristina et al.,
2024) . Penderita cedera kepala sedang pada umumnya masih mampu menuruti
perintah sederhana, namun biasanya tampak bingung atau terlihat mengantuk dan
disertai dengan defisit neurologis vokal seperti hemiparese. Berdasarkan data yang
dikutip dalam (Saputra et al., 2023) Sebanyak 10%-20% dari penderita cedera kepala
sedang mengalami perburukan dan jatuh dalam keadaan koma. Penyakit ini
merupakan penyebab umum kematian dan kecacatan pada anak-anak dan orang
dewasa.
Maka dari itu perluh diberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
yang mengalami cedera kepala sedang dengan berdasar pada proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan pada pasien dengan cedera kepala sedang.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Memahami dan menjelskan mengenai cedera kepala sedang (CKD)
b. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan cedara kepala
sedang.
c. Menegakkan diagnose keperawatan pada pasien dengan cedara kepala
sedang.
d. Membuat intervensi keperawatan pada pasien dengan cedara kepala
sedang.
e. Melaksanakan implementasi keperawatan berdasarkan intervensi
keperawatan pada pasien dengan cedara kepala sedang.
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan cedera kepala
sedang,
C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi masyarakat
Laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi pedoman masyarakat untuk
mengetahui gejala, pencegahan dan penanganan penyakit cedera kepala
sedang.
2. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan keperawatan
Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian dalam keperawatan untuk membentuk praktek keperawatan
professional terutama dalam penatalaksanaan cedera kepala sedang dan
upaya pencegahan dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya dalam
mengembangan penulisan lanjutan.
3. Manfaat bagi penulis
TINJAUAN TEORI
4) Hippocampus
Hippocampus memainkan peran penting di otak. Untuk
retensi memori jangka panjang dengan memasukkan informasi
dari memori kerja, hippocampus memainkan peran penting.
Hippocampus pada manusia terletak di korteks prefrontal
medial, tetapi pada primata ditemukan di lobus temporalis di
bawah korteks serebral. Fungsi lain dari hippocampus termasuk
pembentukan ingatan baru yang terkait dengan pengalaman
baru-baru ini, deteksi situasi atau lokasi baru, dan pembentukan
ingatan jangka panjang khusus dan keterampilan navigasi
spasial.
5) Perlindungan sistem saraf pusat
Jaringan berbasis Saraf cepat dan fleksibel. Dengan
demikian, ketika diberikan tekanan ringan, neuron akan
menjadi rusak dan tidak berfungsi. Bagian belakang kepala dan
bagian atas tulang belakang dilindungi karena letaknya jauh di
dalam tengkorak, khususnya punggung dan tengkorak nervus,
membran meniges, dan cairan serebrospinal.
2. SARAF KARNIAL
Saraf kranial berhubungan dengan kepala dan leher (pengecualian
hanya pada saraf vagus). Saraf-saraf in terlibat dalam transmisi informasi
sensorik dan motorik menuju dan dari otak. Ada 12 pasang saraf kranial, yaitu:
Urutan Nama saraf Sifat Fungsi saraf
saraf saraf
I Nervus Olfaktorius Sensori Hidung, sebagai alat penciuman
k
II Nervus optikus Sensori Bola mata, sebagai pengelihatan
k
III Nervus okulomotoris Motorik Pergerakan bola mata dan
mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata
V Nervus trigeminus Motorik Kulit kepala dan kelopak mata
Nervus oftalmikus dan atas, rahang atas, palatum, dan
Nervus maksilaris sensorik hidung, rahang bawah dan lidah
Nervus mandibularis
VI Nervus Abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata.
VII Nervus fasialis Motorik Otot lidah, menggerakkan lidah
dan dan selaput lendir rongga mulut.
sensorik
IX Nervus asesorius Motorik Faring,laring,paru-paru,dan
esofagus
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah ,citarasa dam otot lidah
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh hal- hal ini bergantung pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan makin besar kerusakan.
Terdapat dua macam kekuatan melalui dua cara yang mengakibatkan dua efek
yang berbeda. Pertama, cedera setempat yang ditempatkan oleh benda tajam
berkecepatan rendah dan sedikit tenaga. Kerusakan fungsi neurologik terjadi
pada tempat tertentu dan disebabkan oleh benda atau fragmen tulang yang
menembus dura pada tempat serangan (Price & Wilson, 2012).
Kedua, cedera menyeluruh yang lebih lazim dijumpai pada trauma
tumpul kepala dan terjadi setelah kecelakaan mobil. Kerusakan terjadi waktu
energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap oleh
lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala, dan tengkorak. Tetapi pada
trauma hebat, penyerapan ini tidak cukup melindungi otak. Sisa energi
diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan dan gangguan disepanjang jalan
yang dilewati, karena sasaran kekuatan itu adalah jaringan lunak. Bila kepala
bergerak berhenti secara mendadak dan kasar (seperti kecelakaan mobil),
kerusakan tidak hanya terjadi akibat cedera setempat pada jaringan saja tetapi
juga akibat akselerasi dan deselerasi. Kekuatan tersebut menyebabkan
bergeraknya isi dalam tengkorak pada tempat berlawanan dengan benturan. Ini
juga disebut dengan cedera contrecoup (Price & Wilson, 2012).
Kerusakan diperhebat bila trauma juga menyebabkan rotasi tengkorak.
Bagian otak yang paling besar kemungkinan menderita cedera terberat adalah
bagian anterior lobus frontalis dan temporalis, bagian posterior lobus
oksipitalis, dan bagian atas mesensefalon (Price & Wilson, 2012).
Menurut Bahrudin (2017), cedera kepala akan menyebabkan kerusakan
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer ialah
cedera yang timbul pada saat rudapaksa, biasanya menimbulkan kerusakan
pada kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak, jaringan otak, saraf otak,
serta pembuluh darah. Pada cedera sekunder terjadi setelah rudapaksa akan
timbul edema serebri, rusaknya blood brain barrier, nekrosis jaringan,
hipertermi, dan lain- lain.
Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus
pembengkakan dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade,
efeknya merusak otak.
PATHWAY
Nyeri Akut
5. Penatalaksanaan
Penanganan cedera kepala sebagai berikut:
a. Stabilisasi kardio pulmoner mencangkup prinsip- prinsip ABC (Airway,
Breathing, Circulation). Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia akan
cenderung memperhebat peniggian tekanan inrakranial dan menghasilkan
prognosis yang lebih buruk.
b. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau
gangguan yang ada di tubuh lainnya.
c. Pemeriksaan neurologis tanda- tanda vital, GCS dan tingkat kesadaran.
d. Untuk penetalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial, dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Mengatur posisi kepala lebih tinggi 30-45°, dengan tujuan
memperbaiki venous return.
2) Pemberian oksigen
3) Mengusahkan tekanan darah yang optimal
4) Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema
serebral, sebaliknya tekanan darah terlalu rendah akan
mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan
menyebabkan edema dan peningkatan TIK.
5) Mencegah dan mengatasi kejang.
6) Menghilangkan rasa cemas, agitasi dan nyeri.
7) Menjaga suhu tubuh normal < 37,50C. Kejang, gelisah, nyeri
dan demam akan menyebabkan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan akan subtrat metabolisme. Disatu sisi
terjadi peningkatan metabolisme serebral, di lain pihak suplai
oksigen dan glukosa berkurang, sehingga akan terjadi
kerusakan jaringan otak dan edema. Hal ini akan
mengakibatkan peninggian TIK.
8) Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit
Hiponatremia akan menyebabkan penurunan osmolalitas
plasma sehingga akan terjadi edema sitotoksik, sedangkan
hipernatremia akan menyebabkan lisisnya sel- sel neuron.
9) Hindari kondisi hiperglikemi
10) Pasang kateter vena sentral untuk memasukkan terapi
hiperosmoral atau vasoaktif jika diperlukan. MAP < 65 mmHg
harus segera dikoreksi.
11) Atasi hipoksia
Kekurangan oksigen akan menyebabkan terjadinya
metabolisme anaerob, sehingga akan terjadinya metabolisme
tidak lengkap yang akan menghasilkan asam laktat sebagai sisa
metabolisme. Peninggian asam laktat di otak akan
menyebabkan terjadinya asidosis laktat, selanjutnya akan
terjadi edema otak dan penigkatan TIK.
b. Keluhan utama
Tujuannya adalah agar pasien menggambarkan sifat masalah dalam suatu
kata atau frasa. Keluhan neurologis yang umum termasuk kebingungan,
pusing, lemah, gemetar, mati rasa, penglihatan kabur, dan mantera.
Analisis keluhan utama, dapat diingat dengan singkatan PQRST:
P provokes (pemicu) :apa pemicu gejala tersebut? (membuat
gejalanya membaik/bertambah parah) apakah ada riwayat trauma?
Q quality (kualitas) :bagaimana gejala itu tersebut dirasakan?
(biarkan pasien menguraikan dengan kata-kata sendiri)
R radiation (penyebaran) :dimana letak gejala tersebut ? apakah
gejala ini pernah mengalami gejala sebelumnya?
S severity (intensitas) :tentukan intensitas gejala dengan skala 1-10.
T time (waktu) :berapa lama Anda mengalami gejala ini?
apakah gejala ini pernah mengalami gejaala sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pengkajian yang didapatkan meliputi, tingkat kesadaran
menurun (GCS < 15), konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah
simetris atau tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada
saluran pernapasan, adanya likuor dari hidung dan telinga, serta kejang.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan
dengan perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan prilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergik, tidak
responsif, dan koma (Aminoff et al., 2015).
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung kepala.
Tanyakan apakah ada riawayat hipertensi, riwayat cedera kepala
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan
obat- obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat- obat adiktif, dan
konsumsi alkohol berlebihan (Aminoff et al., 2015).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya cedera kepala tidak dipengaruhi oleh riwayat penyakit keluarga,
namun perlu dikaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes melitus, jantung koroner, dimana penyakit ini
dapat memperlambat proses pemulihan (Aminoff et al., 2015).
f. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tingkat kesadaran
a) Kuantitatif dengan GCS
5 Bicara spontan
2 Reaksi ekstensi
3 Reaksi fleksi
2 Motorik Menjauh terhadap nyeri
4
5 Melokalisir nyeri
6 Mengikuti perintah
Skor Keterangan
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang diangkat, yaitu :
a. Bersihan jalan napas b. d. benda asing dalam jalan napas
b. Nyeri akut b.d. agen cedera fisik
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d. cedera kepala
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2015)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
adalah membandingkan status keadaan kesehatan dengan tujuan atau kriteria hasil
yang telah ditetapkan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma (cedera) kepala merupakan trauma yang terjadi pada kulit kepala, otak,
hingga tengkorak yang diakibatkan oleh suatu benturan, pukulan atau sentakan dikepala
atau cedera kepala yang tembus sehingga dapat menyebabkan gangguan trauma fungsi
otak yang disertai atau tidak disertai darah intersititial didalam substansi otak yang diikuti
putusnya kontiunitas otak. Cedera kepala adalah cedera yang diakibatkan adanya
mekanisme benturan atau penetrasi pada kepala yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi otak. Berdasarkan keparahannya, cedera kepala digolongkan menjadi ringan,
sedang, dan berat (Suyasa et al., 2021). Pada pasien yang mengalami cedera kepala harus
diberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi pasien.
B. SARAN
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat memanfaatkan karya tulis ini
sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan cedera kepala sedang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai baham pembelajaran,
pengembangan ilmu mahasiswa/I dalam asuhan keperawatan pada pasien cedera
kepala berat.
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff, M. J., Greenberg, D. A., & Simon, R. P. (2015). Clinical Neurology: Ninth Edition.
Ariani, A. T. (2012). Sistem Neurobehavior. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Athika, N.,
Maja, J., & Mawuntu, A. H. . (2016). Gambaran skor MMSE dan
MoCA-INA pada pasien cedera kepala ringan dan sedang. JUrnal 3-Clinik
(ECI), 4(1).
Basuki Sunaryo, SuryonoWahyu, Bambang Saleh, Chasnak, & Siti. (2015). Penatalaksanaan
Perioperatif Cedera Kepala Traumatik Berat dengan Tanda Cushing Perioperative
Management of Severe Brain Injury with Cushing ’ s Sign. Jurnal Neuroanestesi Indonesia,
4(1), 34–42. https://doi.org/JNI 2015;4
(1): 34–42
Gerritsen, H., Samim, M., Peters, H., Schers, H., & Van De Laar, F. (2018). Incidence Course
and Risk Factors of Head Injury: A Retrospective Cohort study. BMJ Open, 8(5), 1–8.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-020364
Hendrizal, Saanin, S., & Bachtiar, H. (2014). Pengaruh Terapi Oksigen Menggunakan Non-
Rebreathing Mask terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah pada Pasien Cedera Kepala Sedang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1), 41–44. https://doi.org/10.1080/026404101750158277
Humaira, D. A. (2018). asuhan Keperawatan pada pasien dengan Cedera Kepala di Ruang
HCU Bedah RSUP DR MDjamil Padang. Director, 15(2), 2017–2019.
https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178
Kartika, I. I. (2017). Buku Ajar Riset keperawatan dan Pengolaan Data Statistik.