Laporan Pendahuluan Nstemi (Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction)

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

NSTEMI
( Non-ST segment elevation myocardial infarction )

DISUSUN OLEH
DWI SALSA HAMIDAH

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMBER WARAS

2024
A. PENGERTIAN
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi
segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2018).
Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak
adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian
besar di sebabkan karena terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan
microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2020).
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan
permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri
koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan
(Sylvia, 2018).

B. Anatomi Fisiologi Jantung

Jantung adalah sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung adalah jaringan
istimewa saat dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
kerja menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita. Jantung terlihat menyerupai jantung
pisang, bagian atas tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah
bawah terlihat runcing yang disebut apeks kordis. Jantung terletak di dalam rongga dada di
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), disebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua
jari di bawah papilla mamae. Pada daerah ini teraba adanya denyutan jantung disebut iktus
kordis. Ukurannya kira-kira sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya mencapai 250-
300 gram. Di antara dua lapisan jantung terdapat lendir sebagai pelicin dalam menjaga
supaya pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan pada jantung
(Syaifuddin, 2018).
Jantung terdiri dari jaringan dengan memiliki fungsi kontraksi. Dan hampir dari
seluruh berat jantung, terdiri dari otot bergaris. Jika ia berkontraksi dan berelaksasi,
maka timbul perubahan tekanan di daerah jantung atau pembuluh darah, yang
menyebabkan aliran darah di seluruh jaringan tubuh. Otot jantung, merupakan jaringan
sel-sel yang bersifat “Kontraktif” (pegas) dan terdapat di dalam atrium maupun
ventrikel, serta memiliki kemampuan meneruskan rangsang listrik jantung secara
mudah dan cepat di seluruh bagian otot-otot jantung.
Tiap sel otot jantung di pisahkanoleh satu sama lain “intercalated discs” dan
cabangnya membentuk suatu anyaman di daerah jantung. “intercalated discs” inilah
yang dapat mempercepat aliran rangsang listrik potensial di antara serabut-serabut sel
otot-otot jantung. Proses demikian itu terjadi karena intercalated discs memiliki
tahanan aliran listrik potensial yang sedikit rendah dibandingkan bagian otot jantung
lainnya. Namun keadaan inilah yang mempermudah timbulnya mekanisme
“Excitation” di semua daerah jantung. Otot jantung tersusun sedemikian rupa, sehingga
membentuk ruang jantung dan menjadikan jantung sebagai a globular muscular organ.
Jaringan serabut elastisnya membentuk suatu lingkaran yang mengelilingi katup-katup
jantung. Otot-otot atrium umumnya tipis dan terdiri dari dua lapisan yang berasal dari
sudut sebelah kanan jantung, namun otot ventrikelnya lebih tebal dan terdiri dari tiga
lapis yaitu lapisan superficial, lapisan tengah dan laipsan dalam. Ventrikel kiri
memiliki dinding 2-3 kali lebih tebal daripada dinding ventrikel kanan dan
mendominasi bangunan dasar otot jantung dalam membentuk ruang-ruangnya.
Ketiga lapisan otot jantung tersebut berkesinambungan satu dengan lainnya,
dengan lapisan superficial berlanjut menjadi lapisan tengah dan lapisan dalam. Di
dalam ventrikel, ketiga lapisan otot jantung tersebut mengandung berkas-berkas
serabut otot (Masud Ibnu, 2019) Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot
jantung, bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kesadaran.
1. Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis cordis.
Disebelah bawah agak ruang disebut apexcordis.
2. Letak
Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya
dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae. Pada tempat
itu teraba adanya pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
3. Ukuran
Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.
4. Lapisan

a. Endokardium : Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup


jantung.

b. Miokardium : Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.

c. Perikardium : Lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium


viseralis.

Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah
sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan.
Pompa jantung kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh
dimulai dari ventrikel kiri – aorta – arteri – arteriola - kapiler – venula - vena
cava superior dan inferior - atrium kanan.

B. Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena
trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang
tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur
mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang
menunjukkan adanya proses inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin
proinflamasi seperti TNF α, dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran
hsCRP di hati.(Sudoyono Aru W, 2018).

C. Klasifikasi
NSTEMI ditandai dengan sel otot jantung seperti CKMB, CK, Trop T, dan lain-lain
yang didalamnya terdapat enzim yang keluar yang merupakan tanda terdapat kerusakan
pada sel otot jantung. Mungkin tidak ada keainan dan yang paling jelas tidak ada
penguatan ST elevasi yang baru pada gambran EKG.

D. Etiologi
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi
akibat thrombosis akut atau prosesvasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia
miokard dapat menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil,
biasanya terbatas pada sub endokardium.
Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun penyebab pelepasan
penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi miokard penghasil
dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombusnonocclusive namun telah
dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Riwayat penyakit jantung
d. Hereditas
e. Ras
2. Faktor resiko yg dapat di ubah :
a. Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh,
diabetes, kalori, hyperlipidemia,
b. Minor : emos ional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis berlebihan,
ambisius,
3. Faktor penyebab
a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena
penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak
aterosklerosis yang robek atau pecah namun biasanya tidak sampai
menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta
komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark di daerah
distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan miokard pada banyak pasien.
b. Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin
diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner
epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh
hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi
endotel. Obstruksi dinamik koroner juga mengakibatkan oleh konstriksi
abnormal pada pembuluh darah yang kecil.
c. Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan begitu hebat namun bukan karena
spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien dengan aterosklerosis
progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI).

d. Inflamasi dan infeksi


Penyebab ke empat yaitu inflamasi, disebabkan karena yang terhubung
dengan infeksi, dan mungkin menyebabkan sempitan arteri, destabilisasi plak,
ruptur dan trombogenesis. Makrofag pada limfosit-T di dinding plak
ditingkatkan ekspresi enzim seperti metaloproteinase, yang dapat berakibat
penipisan dan ruptur plak, sehingga bisa mengakibatkan SKA.
e. Faktor atau keadaan pencetus
Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat sekunder dari kondisi
pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa penyebab berupa
penyempitan arteri koroner dan mengakibatkan terbatasnya perfusi miokard,
namun mereka biasanya menderita angina stabil begitu kronik.
SKA jenis ini antara lain karena:
1) Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti
tirotoksikosis, dan demam
2) Kurangnya aliran darah koroner
3) Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan
anemia.
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak terjadi
tumpang tindih. Yaitu kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu penyebab
dan saling terkait.
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri di dada, berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang.
Selain itu pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa beristirahat namun lain
halnya dengan NSTEMI.
2. Sesak Nafas, disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara tekanan
diastolik ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga menimbulkan
hipervenntilasi. Pada infark tanpa gejala nyeri ini, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah dan
mual, namun biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi diafragma
pada infak inferior bisa menyebabkan cegukan.
4. Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, sinkop dan aritmia ventrikel.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap pasien.
Pada Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen ST
baru yaitu 0,05 mV merupkan predikat outcome yang buruk. Kauletal meningkat
secara progresif yaitu memberatnya depresi segmen ST maupun perubahan
troponin T keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien dengan
NSTEMI.
Gambar 1.2

2. Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih spesifik dari
pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin di darah perifer
saat 3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu.
G. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas pemantauan
EKG untuk memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa komponen utama harus
di berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Istirahat
2. Diet jantung,rendah garam, makanan lunak.
3. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat
frekuensi
4. Pada jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung menurun.
5. Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi edema. Pada
pemberian ini pasien harus dipantau agar hilangnya ortopnea, dispnea,
berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai
dengan mual dan muntah, anoreksia, namun selanjutnya terjadi perubahan pada
irama, ventrikel premature, bradikardi kontrak, gemini (denyut normal dan
premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal.
6. Pemberian Diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika
sudah diresepkan harus diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu
istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar
pasien tidak mengalami kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien
juga perlu
menimbang berat badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada turgor
kulit, perlu di perhatikan tanda-tanda dehidrasi.
7. Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-
hati depresi pada pernapasan.
8. Pemberian oksigen

9. Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan vasoaktif merupakan


pengobatan pertama pada pasien gagal jantung dalam mengurangi impedasi
(tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang berakibat
gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada perfusi
jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 %
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.
2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun yang
menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi batas
positif. Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah:
a. Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan interstitial.

b. Kerusakan di membrane kapiler paru yaitu disebabkan oleh infeksi seperti


pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas sulfur
dioksida dan gas klorin. Masing-masing disebabkan kebocoran protein
plasma atau cairan secara cepat keluar dari kapiler.
Pathway
Faktor pencetus:
Kelainan metabolisme (lemak,koagulasi darah, Hiperkolesterolemia
dan keadaan biofisika biokimia dinding arteri DM

Aterosklerosis Merokok Hipertensi


Kebutuhan O2 Usia Lanjut
metabolisme Akumulasi / penimbunan ateroma plak Kegemukan
di intima arteri

Produksi asam laktat Pembentukan Trombus

Penurunan
Penurunan aliran darah koroner perfusi
Merangsang Nosiseptor jaringan
Iskemia N-stemi Suplai O2 ke paru

Angina Pectoris
Kontraksi miokard Kebutuhan O2

Neyri TD naik
Kompensasi RR
Penurunan
kemampuan tubuh
Sumber:Muhammad Deri, 2018 menyediakan Takipnea/Dispnea
energi Cardiac output
kelemahan
Penurunan Ketidakefektifan
Intoleransi aktivitas Curah Jantung Pola Napas
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu suatu pemikiran yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
maupun data dari klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah
kebutuhan kesehatan atau keperawatan klien baik secara mental, fisik, lingkungan dan
sosial dan (Arif Muttaqin, 2009). Terdiri dari :

1. Biodata Klien

Identitas klien meliputi : nama,umur, jeniskelamin, pendidikan,


pekerjaan,agama,suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu pengkajian,
diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi :
nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan
dengan klien.

2. Pengkajian Primary

a. Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya suara nafas
tambahan adanya benda asing.
b. Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan.
c. Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d. Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS 15,
pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
e. Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang lain,
dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi
hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
f. Foley Chateter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada
tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau
produksi urin yang keluar.
g. Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambung dan
mengurangi resiko untuk muntah.
h. Monitor EKG
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.
3. Pengkajian Survey Sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien
pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas,
badan terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah,
nyeri pada dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai akhirnya dibawa
ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan menggunakan
PQRST.
P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala bertambah berat
dan apa yang dapat mengurangi gejala.
Q (Quality/Quantity) : apa gejala dirasakan klien namun sejauh mana gejala
yang timbul dirasakan.
R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? menyebar? Yang harus
dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa tersebut
S (Saferity/Scale) : berapa tingkat parah nya gejala dirasakan? Skala nya
brapa?
T (Timing) : lama gejala dirasakan ? waktu tepatnya gejala mulai dirasakan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit
jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat
dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus
dan infark miokard kronis.
d. Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit
sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
e. Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan peran klien di
pada keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga atau masyarakat.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan kecemasan
akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti dulu
dikarenakan jantung nya yang mulai lemah.
g. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-makanan yang
dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari, pasien akibat gagal
jantung akan mengalami penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi,
jenis, jumlah dan masalah yang dirasakan.
2) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan
sistem tubuhnya.
3) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala sesak
nafas dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien akibar gagal
jantung akan mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu
tidur klien.
4) Personal Hygiene.
Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien yaitunya kebiasaan
mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku.
5) Pola Aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas dengan konsdisi yang
di alami pada saat ini.

h. Pemeriksaan Fisik Head Toe To


1) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna
rambut hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak
adanya pedarahan pada kepala.

Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.

2) Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada mata, reflek
pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca mata.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba
benjolan disekitar mata

3) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan,
tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.

Palpasi : tidak terasa benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat
diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik luar maupun
dalam.

4) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung,
tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen.

Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan pada
hidung.

5) Mulut dan tenggorokan


Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan
usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi
kesulitan menelan.
6) Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak ada otot
bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada thorak.

Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba sama
kiri kanan.

Perkusi : sonor seluruh lapang paru.

Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti


ronkhi, wheezing, dullnes.

7) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.

Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik Perkusi : pekak

Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti mur-


mur dan gallop.

8) Abdomen

Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas
operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.

Auskultasi : bising usus 12x/m

Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani

Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak
terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen.

9) Genitalia

Inspeksi: Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien


jantung dapat diuretik.

10) Ekstremitas

Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak


ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat
kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur
pada kedua tangan.

Ekstremitas bawah : tidak ditemukankelainan pada kedua kaki, terlihat


edema pada kedua kaki dengan piring udem > 2 detik, type derajat edema,
tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.

i. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium, natrium,
magnesium), analisa gas darah.
2) EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung.

3) Ekokardiografi: untuk mendeteksi gangguan fungsional serta


anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.
4) Foto rontgen dada: untuk melihat adanya pembesaran pada jantung,
penimbunan cairan pada paru-paru atau penyakit paru lain.
j. Therapy
1) Digitalis: untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
dan memperlambat frekuensi jantung misal: Digoxin
2) Diuretik: untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta
mengurangi edema paru misal : Furosemide (lasix)
3) Vasodilator : untuk mengurani tekanan terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel misal : Natriumnitrofusida, nitrogliserin
4) Trombolitik/ pengencer darah dan antibiotik.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, klien, tentang
masalah kesehatan aktual, potensial dan resiko atas dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk menggapai tujuan asuhan keperawatan menurut atas kewenangan
perawat (Herman & Kamitsuru, 2018). Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan NSTEMI yaitu:
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan NSTEMI yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri yang ditandai dengan: penurunan curah jantung.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya perubahan faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemik,kerusakan
otot jantung penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplay
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan miokard
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru.
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan untuk memprioritaskan
masalah berdasarkan tujuan, menetapkan kriteria hasil, mengidentifikasi tindakan
keperawatan yang tetap untuk mencapai tujuan.
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Tindakan Observasi :
iskemia jaringan keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi,
sekunder terhadap 3x24 jam diharapkan karakteristik, lokasi, durasi,
sumbatan arteri yang tingkat nyeri pasien frekuensi, kualitas dan
ditandai dengan: menurun dengan intensitas nyeri
penurunan curah kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
jantung. 3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri
memperberat dan
DS: dari meningkat
memperingan nyeri
menjadi menurun
 Mengeluh nyeri 4. Monitor efek
2. Meringis dari
DO: samping penggunaan
meningkat
 Tampak meringis analgetik
menjadi menurun
 Bersikap protektif Terapeutik :
3. Gelisah dari
 Gelisah meningkat 1. Berikan teknik
 TTV meningkat menjadi menurun nonfarmakologis untuk
 Sulit tidur mengurangi rasa nyeri
 Pola napas (mis.terapi music, terapi
berubah pijat, aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung Akut


jantung berhubungan Tindakan (I.02076)
dengan adanya keperawatan selama Observasi :
perubahan faktor 3x8 jam diharapkan 1. Identifikasi karakteristik nyeri
listrik, penurunan curah jantung pasien dada (meliputi faktor pemicu
karakteristik miokard. meningkat dengan dan pereda, kualitas, lokasi,
kriteria hasil: radiasi, durasi dan frekuensi)
DS:
2. Monitor EKG 12 sendapan
 Perubahan irama 1. Kekuatan nadi
untuk perubahan ST dan T
jantung: palpitasi perifer dari
3. Monitor aritmia
 Perubahan preload: menurun ke
4. Ifentifikasi stratifikasi pada
lelah meningkat.
sindrom koroner akut
 Perubahan 2. Palpitasi dari
Terapeutik :
afterload: dispnea meningkat ke
 Perubahan menurun 1. Pertahankan tirah baring
kontraktilitas: 3. Gambaran EKG minimal 12 jam
batuk aritmia menurun 2. Berikan tetapi relaksasi untuk
DO: 4. Takikardi, mengurangi ansietas dan stress
 Perubahan irama bradikardi 3. Sediakan lingkungan yang
jantung, menurun kondusif untuk beristirahat dan
bradikardia/takikar 5. Kelelahan pemulihan.
dia menurun Edukasi :
 Perubahan preload: 6. Batuk menurun
1. Anjurkan segera melaporkan
edema
nyeri dada
 Perubahan
2. Jelaskan tindakan yang akan
afterload:TD
dijalani pasien
meningkat/menuru 3. Ajarkan teknik menurunkan
n kecemasan dan ketakutan
 Perubahan Kolaborasi :
kontraktilitas
1.Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas (I.0076)
berhubungan dengan Tindakan Observasi :
ketidakseimbangan keperawatan selama 1. Identifikasi defenii tingkat
antar suplay oksigen 3x8 jam diharapkan aktivitas
miokard dan toleransi aktivitas 2. Identifikasi kemampuan
kebutuhan, pasien meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
adanya dengan kriteria hasil: tertentu
iskemia/ nekrosis 3. Identifikasi sumber daya untuk
1. Frekuensi nadi
jaringan miokard. aktifitas yang diinginkan
meningkat
4. Identifikasi strategi
DS: 2. Saturasi oksigen
meningkatkan partisipasi dalam
meningkat
 Mengeluh lelah aktivitas
3. Kemudahan
 Dispnea Terapeutik :
dalam melakukan
saat/setelah
aktivitas sehari- 1. Fasilitasi fokus pada
aktivitas
hari meningkat kemampuan, bukandefisit yang
 Merasa tidak
4. Keluhan lelah dialami
nyaman setelah
menurun 2. Sepakati komitmen untuk
aktivitas
5. Perasaan lemah meningkatkan frekuensi dan
 Merasa lemah
menurun rentang aktivitas
DO:
6. TD membaik 3. Koordinasikan pemilihan
 Frekuensi jantung
7. EKG iskemia aktivitas sesuai rentang usia
meningkat >20%
membaik Edukasi :
dari kondisi
istirahat 1. Jelaskan metoda aktivitas fisik

 TD berubah >20% sehari-hari, jika perlu

dari kondisi 2. Ajarkan cara melakukan

istirahat aktivitas fisik yang dipilih

 Gambaran EKG 3. Anjurkan terlibat dalam


aktivitas kelompok atau terapi,
Menunjukkan
aritmia jika perlu
 Sianosis Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan terapis


okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana kegiatan keperawatan yang disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien.
Pelaksanaan dengan klien dengan NSTEMI antara lain meningkatkan cardiac output,
kemandirian klien untuk melakukan kegiatan, dalam mengatur keseimbangan cairan,
mencegah penyebab gangguan pertukaran gas, mencegah penyebab kerusakan
integritas kulit, menginformaskani tentang kondisi dan proses pengobatan.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yaitu proses membandingkan efek atau hasil sebuah
tindakan keperawatan secara normal atau sesuai tujuan yang telah dibuat merupakan
tahap untuk proses dari keperawatan evaluasi terdiri dari :
1. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa oleh perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien
dengan NSTEMI yaitu :
a. Tidak ada penurunan cardiac output
b. Bisa melakukan aktifitas secara mandiri
c. Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan,
d. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas,
e. Memahami tentang kondisi dan program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Standar Pelayanan


Keperawatan di ICU. Jakarta: Depkes

Morton G.P. 2018, Keperawatan Kritis, Edisi 2, Jakarta: EGC Tamsuri A.(2018).
Konsep Dan Penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2019,Asuhan Keperawatan Perioperatif:Konsep,
Proses, dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2020,Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
AgungWaluyo...(dkk), EGC, Jakarta
Sylvia. M, Lorraine. (2019). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC

Hidayat AA. (2018). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika Kemenkes. 2018. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di

Rumah Sakit.
Arif, Muttaqin., 2019. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika,
Jakarta.
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2028-2020.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
Notoatmodjo, S.2018). Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT.Rineka Cipta

You might also like