Laporan Pendahuluan Nstemi (Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction)
Laporan Pendahuluan Nstemi (Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction)
Laporan Pendahuluan Nstemi (Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction)
NSTEMI
( Non-ST segment elevation myocardial infarction )
DISUSUN OLEH
DWI SALSA HAMIDAH
2024
A. PENGERTIAN
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA) infark miokard gelombang nonQ atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/
NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi
segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2018).
Infark miokard akut adalah sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak
adekuatnya aliran darah akibat sumbata pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian
besar di sebabkan karena terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan
microembolisasi distal. (Muttaqin,A, 2020).
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan
permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri
koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan
(Sylvia, 2018).
Jantung adalah sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung adalah jaringan
istimewa saat dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
kerja menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita. Jantung terlihat menyerupai jantung
pisang, bagian atas tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah
bawah terlihat runcing yang disebut apeks kordis. Jantung terletak di dalam rongga dada di
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), disebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua
jari di bawah papilla mamae. Pada daerah ini teraba adanya denyutan jantung disebut iktus
kordis. Ukurannya kira-kira sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya mencapai 250-
300 gram. Di antara dua lapisan jantung terdapat lendir sebagai pelicin dalam menjaga
supaya pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan pada jantung
(Syaifuddin, 2018).
Jantung terdiri dari jaringan dengan memiliki fungsi kontraksi. Dan hampir dari
seluruh berat jantung, terdiri dari otot bergaris. Jika ia berkontraksi dan berelaksasi,
maka timbul perubahan tekanan di daerah jantung atau pembuluh darah, yang
menyebabkan aliran darah di seluruh jaringan tubuh. Otot jantung, merupakan jaringan
sel-sel yang bersifat “Kontraktif” (pegas) dan terdapat di dalam atrium maupun
ventrikel, serta memiliki kemampuan meneruskan rangsang listrik jantung secara
mudah dan cepat di seluruh bagian otot-otot jantung.
Tiap sel otot jantung di pisahkanoleh satu sama lain “intercalated discs” dan
cabangnya membentuk suatu anyaman di daerah jantung. “intercalated discs” inilah
yang dapat mempercepat aliran rangsang listrik potensial di antara serabut-serabut sel
otot-otot jantung. Proses demikian itu terjadi karena intercalated discs memiliki
tahanan aliran listrik potensial yang sedikit rendah dibandingkan bagian otot jantung
lainnya. Namun keadaan inilah yang mempermudah timbulnya mekanisme
“Excitation” di semua daerah jantung. Otot jantung tersusun sedemikian rupa, sehingga
membentuk ruang jantung dan menjadikan jantung sebagai a globular muscular organ.
Jaringan serabut elastisnya membentuk suatu lingkaran yang mengelilingi katup-katup
jantung. Otot-otot atrium umumnya tipis dan terdiri dari dua lapisan yang berasal dari
sudut sebelah kanan jantung, namun otot ventrikelnya lebih tebal dan terdiri dari tiga
lapis yaitu lapisan superficial, lapisan tengah dan laipsan dalam. Ventrikel kiri
memiliki dinding 2-3 kali lebih tebal daripada dinding ventrikel kanan dan
mendominasi bangunan dasar otot jantung dalam membentuk ruang-ruangnya.
Ketiga lapisan otot jantung tersebut berkesinambungan satu dengan lainnya,
dengan lapisan superficial berlanjut menjadi lapisan tengah dan lapisan dalam. Di
dalam ventrikel, ketiga lapisan otot jantung tersebut mengandung berkas-berkas
serabut otot (Masud Ibnu, 2019) Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot
jantung, bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kesadaran.
1. Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis cordis.
Disebelah bawah agak ruang disebut apexcordis.
2. Letak
Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya
dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae. Pada tempat
itu teraba adanya pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
3. Ukuran
Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.
4. Lapisan
b. Miokardium : Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.
Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah
sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan.
Pompa jantung kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh
dimulai dari ventrikel kiri – aorta – arteri – arteriola - kapiler – venula - vena
cava superior dan inferior - atrium kanan.
B. Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena
trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang
tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur
mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang
menunjukkan adanya proses inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin
proinflamasi seperti TNF α, dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran
hsCRP di hati.(Sudoyono Aru W, 2018).
C. Klasifikasi
NSTEMI ditandai dengan sel otot jantung seperti CKMB, CK, Trop T, dan lain-lain
yang didalamnya terdapat enzim yang keluar yang merupakan tanda terdapat kerusakan
pada sel otot jantung. Mungkin tidak ada keainan dan yang paling jelas tidak ada
penguatan ST elevasi yang baru pada gambran EKG.
D. Etiologi
NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi
akibat thrombosis akut atau prosesvasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia
miokard dapat menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan derajat lebih kecil,
biasanya terbatas pada sub endokardium.
Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun penyebab pelepasan
penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi miokard penghasil
dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombusnonocclusive namun telah
dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Riwayat penyakit jantung
d. Hereditas
e. Ras
2. Faktor resiko yg dapat di ubah :
a. Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh,
diabetes, kalori, hyperlipidemia,
b. Minor : emos ional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis berlebihan,
ambisius,
3. Faktor penyebab
a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena
penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak
aterosklerosis yang robek atau pecah namun biasanya tidak sampai
menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta
komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark di daerah
distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan miokard pada banyak pasien.
b. Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin
diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner
epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh
hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi
endotel. Obstruksi dinamik koroner juga mengakibatkan oleh konstriksi
abnormal pada pembuluh darah yang kecil.
c. Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan begitu hebat namun bukan karena
spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien dengan aterosklerosis
progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih spesifik dari
pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin di darah perifer
saat 3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu.
G. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas pemantauan
EKG untuk memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa komponen utama harus
di berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Istirahat
2. Diet jantung,rendah garam, makanan lunak.
3. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat
frekuensi
4. Pada jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung menurun.
5. Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi edema. Pada
pemberian ini pasien harus dipantau agar hilangnya ortopnea, dispnea,
berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai
dengan mual dan muntah, anoreksia, namun selanjutnya terjadi perubahan pada
irama, ventrikel premature, bradikardi kontrak, gemini (denyut normal dan
premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal.
6. Pemberian Diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika
sudah diresepkan harus diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu
istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar
pasien tidak mengalami kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien
juga perlu
menimbang berat badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada turgor
kulit, perlu di perhatikan tanda-tanda dehidrasi.
7. Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-
hati depresi pada pernapasan.
8. Pemberian oksigen
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang berakibat
gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan pada perfusi
jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 %
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.
2. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun yang
menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi batas
positif. Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah:
a. Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan interstitial.
Penurunan
Penurunan aliran darah koroner perfusi
Merangsang Nosiseptor jaringan
Iskemia N-stemi Suplai O2 ke paru
Angina Pectoris
Kontraksi miokard Kebutuhan O2
Neyri TD naik
Kompensasi RR
Penurunan
kemampuan tubuh
Sumber:Muhammad Deri, 2018 menyediakan Takipnea/Dispnea
energi Cardiac output
kelemahan
Penurunan Ketidakefektifan
Intoleransi aktivitas Curah Jantung Pola Napas
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu suatu pemikiran yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
maupun data dari klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah
kebutuhan kesehatan atau keperawatan klien baik secara mental, fisik, lingkungan dan
sosial dan (Arif Muttaqin, 2009). Terdiri dari :
1. Biodata Klien
2. Pengkajian Primary
a. Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya suara nafas
tambahan adanya benda asing.
b. Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan.
c. Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d. Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS 15,
pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
e. Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang lain,
dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi
hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
f. Foley Chateter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada
tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau
produksi urin yang keluar.
g. Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambung dan
mengurangi resiko untuk muntah.
h. Monitor EKG
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.
3. Pengkajian Survey Sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien
pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas,
badan terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah,
nyeri pada dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai akhirnya dibawa
ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan menggunakan
PQRST.
P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala bertambah berat
dan apa yang dapat mengurangi gejala.
Q (Quality/Quantity) : apa gejala dirasakan klien namun sejauh mana gejala
yang timbul dirasakan.
R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? menyebar? Yang harus
dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa tersebut
S (Saferity/Scale) : berapa tingkat parah nya gejala dirasakan? Skala nya
brapa?
T (Timing) : lama gejala dirasakan ? waktu tepatnya gejala mulai dirasakan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit
jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat
dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus
dan infark miokard kronis.
d. Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit
sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
e. Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan peran klien di
pada keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga atau masyarakat.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan kecemasan
akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti dulu
dikarenakan jantung nya yang mulai lemah.
g. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-makanan yang
dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari, pasien akibat gagal
jantung akan mengalami penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi,
jenis, jumlah dan masalah yang dirasakan.
2) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan
sistem tubuhnya.
3) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala sesak
nafas dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien akibar gagal
jantung akan mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu
tidur klien.
4) Personal Hygiene.
Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien yaitunya kebiasaan
mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku.
5) Pola Aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas dengan konsdisi yang
di alami pada saat ini.
2) Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada mata, reflek
pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba
benjolan disekitar mata
3) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan,
tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat
diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik luar maupun
dalam.
4) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung,
tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan pada
hidung.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba sama
kiri kanan.
7) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.
8) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas
operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.
Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak
terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen.
9) Genitalia
10) Ekstremitas
i. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium, natrium,
magnesium), analisa gas darah.
2) EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, klien, tentang
masalah kesehatan aktual, potensial dan resiko atas dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk menggapai tujuan asuhan keperawatan menurut atas kewenangan
perawat (Herman & Kamitsuru, 2018). Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan NSTEMI yaitu:
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan NSTEMI yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri yang ditandai dengan: penurunan curah jantung.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya perubahan faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemik,kerusakan
otot jantung penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplay
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan miokard
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru.
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan untuk memprioritaskan
masalah berdasarkan tujuan, menetapkan kriteria hasil, mengidentifikasi tindakan
keperawatan yang tetap untuk mencapai tujuan.
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Tindakan Observasi :
iskemia jaringan keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi,
sekunder terhadap 3x24 jam diharapkan karakteristik, lokasi, durasi,
sumbatan arteri yang tingkat nyeri pasien frekuensi, kualitas dan
ditandai dengan: menurun dengan intensitas nyeri
penurunan curah kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
jantung. 3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri
memperberat dan
DS: dari meningkat
memperingan nyeri
menjadi menurun
Mengeluh nyeri 4. Monitor efek
2. Meringis dari
DO: samping penggunaan
meningkat
Tampak meringis analgetik
menjadi menurun
Bersikap protektif Terapeutik :
3. Gelisah dari
Gelisah meningkat 1. Berikan teknik
TTV meningkat menjadi menurun nonfarmakologis untuk
Sulit tidur mengurangi rasa nyeri
Pola napas (mis.terapi music, terapi
berubah pijat, aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana kegiatan keperawatan yang disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien.
Pelaksanaan dengan klien dengan NSTEMI antara lain meningkatkan cardiac output,
kemandirian klien untuk melakukan kegiatan, dalam mengatur keseimbangan cairan,
mencegah penyebab gangguan pertukaran gas, mencegah penyebab kerusakan
integritas kulit, menginformaskani tentang kondisi dan proses pengobatan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yaitu proses membandingkan efek atau hasil sebuah
tindakan keperawatan secara normal atau sesuai tujuan yang telah dibuat merupakan
tahap untuk proses dari keperawatan evaluasi terdiri dari :
1. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa oleh perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien
dengan NSTEMI yaitu :
a. Tidak ada penurunan cardiac output
b. Bisa melakukan aktifitas secara mandiri
c. Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan,
d. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas,
e. Memahami tentang kondisi dan program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Morton G.P. 2018, Keperawatan Kritis, Edisi 2, Jakarta: EGC Tamsuri A.(2018).
Konsep Dan Penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2019,Asuhan Keperawatan Perioperatif:Konsep,
Proses, dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2020,Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
AgungWaluyo...(dkk), EGC, Jakarta
Sylvia. M, Lorraine. (2019). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Rumah Sakit.
Arif, Muttaqin., 2019. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika,
Jakarta.
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2028-2020.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
Notoatmodjo, S.2018). Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT.Rineka Cipta